Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ANALISIS KOMPONEN MAKNA SEMANTIK”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. APRILIA DWI YUSTIKA 1951041021


2. DIAH EKA DAMAYANTI 1951040017
3. FIRDA ARHAIDAH 1951040018
4. IKHA INDAWATI 1951040020
5. ROSANTI SASMITA 1951041027
6. ROSNINA 1951042018

Dosen Pengampu : Dr. Idawati Garim S.Pd.,M.Pd.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu


wata'ala atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad shallallahu’alaihi
wasallam yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu wata'ala atas


limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas kelompok mata kuliah Semantik Bahasa Indonesia dengan judul “Analisis
Komponen Makna Semantik”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Makassar, 27 Maret 2020

Penulis

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Hakikat Analisis Komponen Makna......................................................................3
B. Analisis Komponen Makna Kata............................................................................3
C. Manfaat Analisis Komponen Makna......................................................................8
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara kata dengan


konsep atau makna dari kata tersebut, serta benda atau hal-hal yang dirujuk
oleh makna itu yang berada diluar bahasa. Makna dari sebuah kata,
ungkapan atau wacana ditentukan oleh konteks yang ada (Chaer 1990).
Semantik merupakan cabang ilmu yang mengkaji makna yang berkaitan
dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Salah satu aspek yang
termasuk kedalam semantik adalah komponen makna. (Chaer 1990)

Menurut Tarigan (1985:7) semantik menelaah lambang-lambang atau


tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan
yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Jadi semantik
senantiasa berhubungan dengan makna yang dipakai oleh masyarakat
penuturnya.  Kempson dalam Djajasudarma (2009:9) juga menyatakan
bahwa untuk menjelaskan makna dapat dilihat dari segi: kata, kalimat, dan
apa yang diperlukan penyapa untuk berkomunikasi. Orang awan melihat
makna kata tentunya dari kamus, yang sebenarnya adalah makna leksikal
atau keterangann dari leksem itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari makna
suatu kata tidak hanya makna leksikal yang dimilikinya, tetapi menjangkau
yang lebih luas. Kata-kata atau leksem dari setiap bahasa dapat
dikelompokkan dalam kelompok-kelompok tertentu yang maknanya saling
berkaitan atau berdekatan karena sama-sama berada dalam satu bidang
kegiatan atau keilmuan. Tetapi disamping itu setiap kata atau leksem dapat
juga dianalisis maknanya (Guntur Tarigan 1985).

Kata-kata atau leksem-leksem dalam setiap bahasa dapat


dikelompokkan dalam kelompok-kelompok tertentu yang maknanya saling
berkaitan atau berdekatan karena sama-sama berada dalam satu bidang
kegiatan atau keilmuan. Sehingga akan tampak perbedaan dan persamaan
makna antara kata yang satu dengan kata yang lain. Contohnya pada kata
kerja melihat memiliki persamaan dengan kata – kata menatap, melotot,
mengintip, memandang, melirik, mengintai, akan tetapi masing – masing
cara melakukannya berbeda.

Untuk mengetahui secara mendalam yang di maksud dengan istilah makna


pada kata kerja melihat, perlu ditelusuri melalui disiplin ilmu yang
disebut semantik dengan analisis komponen makna.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan hakikat analisis komponen makna?


2. Bagaimana analisis komponen makna kata atau leksem?
3. Apa saja manfaat analisis komponen makna?

C. Tujuan Penulisan

Secara umum makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Semantik sebagai tugas kelompok. Secara khusus, makalah ini bertujuan
untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang analisis komponen
semantik. Sehingga ilmu semantik mampu diterapkan tidak hanya dalam
pembelajaran tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Analisis Komponen Makna

Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic


property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur
leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk
makna kata atau makna unsur leksikal tersebut (Pateda 1986). Analisis ini
mengandaikan setiap unsur leksikal memiliki atau tidak memiliki suatu ciri
yang membedakannya dengan unsur lain (Chaer 2009 :115) . Pengertian
komponen menurut Palmer ialah keseluruhan makna dari suatu kata, terdiri
atas sejumlah elemen, yang antara elemen yang satu dengan yang lain
memiliki ciri yang berbeda-beda (Aminuddin 2008 : 128).

Analisis dengan cara seperti ini sebenarnya bukan hal baru, R. Jacobson
dan Morris Halle dalam laporan penelitian mereka tentang bunyi bahasa yang
berjudul  Preliminaries to Speech Analysis: The Distinctive Features and
Their Correlates telah menggunakan cara analisis seperti itu. Dalam laporan
itu mereka mendeskripsikan bunyi-bunyi bahasa dengan menyebutkan ciri-ciri
pembeda di antara bunyi yang satu dengan bunyi yang lain. Bunyi-bunyi yang
memiliki sesuatu ciri diberi tanda plus (+) dan yang tidak memiliki ciri itu
diberi tanda minus (-). Konsep analisis dua-dua ini lazim disebut analisis biner
oleh para ahli kemudian diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata
dengan kata yang lain.

B. Analisis Komponen Makna Kata

Berkaitan dengan analisis komponen makna terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yakni:

(1)    Pembeda makna dan hubungan antarkomponen makna

3
(2)    Langkah analisis komponen makna

(3)    Hambatan analisis komponen makna

(4)    Prosedur analisis komponen makna

B.1 Pembeda Makna dan Hubungan antarkomponen Makna

Untuk dapat menganalisi komponen makna seseorang perlu mengetahui


hubungan-hubungan makna yang ada di dalam kata-kata. Misalnya
kata melompat dan melompat-lompat mempunyai hubungan makna dan
perbedaan makna, sehingga diperlukan komponen pembeda. Lain halnya jika
kata melompat dibandingkan dengan kata melihat, terdapat kenyataan bahwa
kedua kata itu tidak memperlihatkan hubungan makna. Komponen pembeda
makna akan jelas apabila diketahui komponen makna. Komponen makna
diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh kedekatan, kemiripan, kesamaan,
dan ketidaksamaan suatu makna kata (Wijana 2008).

Berdasarkan hal tersebut di atas pembeda makna akan terjadi karena beberapa
hal berikut ini.

(1) Perbedaan bentuk akan melahirkan perbedaan makna; dan

(2) Perubahan bentuk akan melahirkan hubungan makna.

B.2 Langkah Analisi Komponen Makna

Menganalisis komponen makna memerlukan langkah-langkah tertentu. Nida


(dalam Sudaryat, 2009:57) menyebutkan enam langkah untuk menganalisis
komponen makna.

1)      Menyeleksi sementara makna yang muncul dari sejumlah komponen


yang umum dengan pengertian makna yang dipilih masih berada di dalam
makna tersebut. Misalnya, dalam kriteria marah terdapat leksem
‘mendongkol’, ‘menggerutu’, ‘mencaci maki’, dan ’mengoceh’.

4
2)      Mendaftar semua ciri spesifik yang dimiliki oleh rujukannya. Misalnya,
untuk kata ayah terdapat cirri spesifik antara: [+insan], [+jantan], [+kawin],
dan [+anak].

3) Menentukan komponen yang dapat digunakan untuk kata yang lain.


Misalnya, ciri ‘kelamin perempuan’ dapat digunakan untuk kata ibu, kakak
perempuan, adik perempuan, bibi dan nenek.

4) Menentukan komponen diagnostik yang dapat digunakan untuk setiap kata.


Misalnya untuk kata ayah terdapat komponen diagnostik ‘jantan’, satu turunan
di atas ego.

5) Mengecek data yang dilakukan pada langkah pertama.

6) Mendeskripsikan komponen diagnostiknya, misalnya dalam bentuk


matriks.

B.3 Hambatan Analisis Komponen Makna

Dalam menganalisis komponen makna, terdapat beberapa kesulitan atau


hambatan sebagai berikut (Pateda, 2001:274).

1) Lambang yang didengar atau dibaca tidak diikuti dengan unsur-unsur


suprasegmental dan juga unsur-unsur ekstra linguistik.

2) Tiap kata atau leksem berbeda pengertiannya untuk setiap disiplin ilmu.
Kata seperti ini disebut istilah. Misalnya istilah kompetensi ada pada bidang
linguistik, psikologi, dan pendidikan. Meskipun istilah itu memiliki medan
yang sama, tetapi pasti ada perbedaan sesuai dengan disiplin ilmu tersebut.

3) Tiap kata atau leksem memiliki pemakaian yang berbeda-beda.

4) Leksem yang bersifat abstrak sulit untuk di deskripsikan. Misalnya: liberal,


sistem.

5) Leksem yang bersifat dieksis dan fungsional sulit untuk dideskripsikan.


Misalnya: ini, itu, dan, di.

5
6) Leksem-leksem yang bersifat umum sulit untuk dideskripsikan.
Misalnya: binatang, burung, ikan, manusia.

Abdul Chaer (2009:118) menambahkan bahwa dari pengamatan terhadap data


unsur-unsur leksikal ada tiga hal yang perlu dikemukakan berkenaan dengan
analisis komponen makna.

1). Ada pasangan kata yang salah satu daripadanya lebih bersifat netral atau
umum sedangkan yang lain lebih bersifat khusus. Misalnya pasangan
kata mahasiswa dan mahasiswi. Kata mahasiswa lebih bersifat umum dan
netral karena dapat termasuk pria dan wanita sedangkan kata mahasiswi lebih
bersifat khusus karena hanya mengenai wanita. Unsur leksikal yang bersifat
umum seperti kata tersebut dikenal sebagai amggota yang tidak bertanda dari
pasangan itu. Dalam diagram anggota yang tidak bertanda ini diberi tanda 0
atau ±.

2). Ada kata atau unsur leksikal yang sukar dicari pasangannya karena
memang mungkin tidak ada, tetapi ada juga yang mempunyai pasangan lebih
dari satu. Contoh yang sukar dicari pasangannya antara lain kata-kata yang
berkenaan dengan warna.

3) Seringkali kita sukar mengatur ciri-ciri semantik itu secara bertingkat, mana
yang lebih bersifat umum dan mana yang lebih bersifat khusus. Umpamanya
ciri [jantan] dan [dewasa] mana yang lebih bersifat umum. Keduanya dapat
ditempatkan sebagai unsur yang lebih tinggi dalam diagram yang berlainan.
Ciri-ciri semantik ini dikenal sebagai ciri-ciri penggolongan silang.

B.4 Prosedur Analisis Komponen Makna

Untuk menganalisis makna dapat digunakan berbagai prosedur. Nida


(1975:64) menyebutkan empat teknik dalam menganalisis komponen makna
yakni penamaan, parafrasis, pendefinisian dan pengklasifikasian (dalam
Surayat, 2009:38).

1) Penamaan (Penyebutan)

6
Proses penamaan berkaitan dengan acuannya. Penamaan bersifat konvensional
dan arbitrer. Konvensional berdasarkan kebiasaan masyarakat pemakainya
sedangkan arbitrer berdasarkan kemauan masyarakatnya. Misalnya,
leksem rumahmengacu ke ‘benda yang beratap, berdinding, berpintu,
berjendela, dan biasa digunakan manusia untuk beristirahat’.

Ada beberapa cara dalam proses penamaan, antara lain: (1) peniruan bunyi, (2)
penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan apelativa, (5)
penyebutan tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8)
penyebutan pemendekan, (9) penyebutan penemuan baru, dan (10) penyebutan
pengistilahan.

2) Parafrasis

Parafrasis merupakan deskripsi lain dari suatu leksem, misalnya:

Paman dapat diparafrasis menjadi:

(a)     adik laki-laki ayah

(b)    adik laki-laki ibu

berjalan dapat dihubungkan dengan:

(a)     berdarmawisata

(b)    berjalan-jalan

(c)     bertamasya

(d)    makan angin

(e)     pesiar

3) Pengklasifikasian

Pengklasifikasian adalah cara memberikan pengertian pada suatu kata dengan


cara menghubungkan kata yang satu dengan kata yang lain. Klasifikasi atau

7
taksonomi merupakan suatu proses yang bersifat alamiah untuk menampilkan
pengelompokan sesuai dengan pengalaman manusia. Klasifikasi dibedakan
atas klasifikasi dikotomis yaitu klasifikasi yang terdiri atas dua anggota kelas
atau subkelas saja dan klasifikasi kompleks yaitu klasifikasi yang memiliki
lebih dari dua subkelas(Parera 2004).

4) Pendefinisian

Pendefinisian adalah suatu proses memberi pengertian pada sebuah kata


dengan menyampaikan seperangkat ciri pada kata tersebut supaya dapat
dibedakan dari kata-kata lainnya sehingga dapat ditempatkan dengan tepat dan
sesuai dengan konteks.

C. Manfaat Analisis Komponen Makna

Kajian semantik lewat analisis komponen lebih lanjut juga melatari


kehadiran semantik interpretif seperti yang dikembangkan oleh Katz dan
Fodor. Jerrold J. Katz, mengungkapkan bahwa pemahaman komponen
semantik sangat berperan dalam upaya memahami pesan lewat penguraian
fitur semantik suatu utterance. Selain itu, pemahaman komponen semantik
juga berperan dalam memproduksi kalimat-kalimat baru sehingga berbagai
struktur sintaksis dan fonologi dapat dikembangkan dan diwujudkan.
Pengembangan struktur sintaksis yang dilatari penguasaan komponen
semantic yang dalam semantic interpretif, disebutkan memiliki hubungan erat
dengan penguasaan makna kata seperti yang terdapat dalam kamus
(Aminuddin 2008). Selain itu Chaer (2009:116-117) juga  memperinci
manfaat analisis komponen makna sebagai berikut.

1) Digunakan untuk membedakan makna suatu kata dengan kata yang


lain.

Misalnya kata ayah dan ibu dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidak
adanya ciri jantan.

8
Ciri Pembeda Ayah Ibu

1. manusia + +

2. dewasa + +

3. kawin + +

4. jantan + –

2) Perumusan di dalam kamus.

Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwodarminto


mendefinisikan kata kuda sebagai ‘binatang menyusui yang berkuku satu dan
biasa dipiara orang untuk kendaraan’. Menurut Wunderlich (dalam Pateda,
2001) untuk mendefinisi sesuatu dapat digunakan definisi berdasarkan genus
proximum (mengacu kepada rincian secara umum) dan differentia
specifica (mengacu kepada spesifikasi sesuatu yang didefinisikan). Jadi ciri
‘binatang menyusui, berkuku satu, dan biasa dipiara orang’ adalah yang
menjadi ciri umum dan ciri makna ‘kendaraan’ menjadi ciri khusus yang
membedakannya dengan sapi dan kambing (Rohmadi dan Wijana 2011).

Ciri Pembeda Kuda Sapi Kambing

1. menyusui + + +

2. berkuku satu + + +

3. dipiara + + +

4. kendaraaan + – –

9
3) Dapat menggolong-golongkan kata atau unsur leksikal seperti dalam
teori medan makna.

Benda Benda

+bernyawa -bernyawa

+hewan -hewan

+bertulang belakang -bertulang belakang

+berkaki empat -berkaki empat

+reptil -reptil

+manusia -manusia

kadal kucing

orang monyet

4) Dapat digunakan untuk mencari perbedaan kata-kata yang


bersinonim

Kata-kata bersinonim seperti kandang, pondok, rumah, istana, keraton, dan


wisma. Kata tersebut dianggap bersinonim dengan makna dasar ‘tempat
tinggal’. Kata kandang dapat dibedakan dari kelima kata lain berdasarkan ciri
[+manusia] dan [-manusia].

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komponen makna ialah makna yang dimiliki setiap kata yang terdiri atas
sejumlah komponen yang berbentuk keseluruhan makana kata
itu.  Kesesuaian semantik dan gramatis seorang penutur suatu bahasa dapat
memahami dan menggunakan bahasanya bukanlah karena dia menguasi
sebuah kalimat yang ada dalam bahsanya itu, melainkan karna adanya unsur
kesesuaian atau kecocokan ciri-ciri semantik dengan unsur leksikal yang satu
dengan unsur leksikal lainnya. Sebuah kata dapat menimbulkan beberapa
kemungkinan hubungan makna. Pengkelompokkan ide ini sesuai
pula  berkata dan frase dengan kata-kata mutakhir, kamus ini telah
mengkategorikan ide-ide dalam 1042 kelompok. Seorang bahasawan atau
penutur suatu bahasa dapat memahami dan menggunakan bahasanya
bukanlah karena dia menguasai semua kalimat yang ada dalam bahsanya itu,
melainkan karena adanya kesesuaian ciri-ciri semantik antara unsur leksikal
yang satu dengan unsur leksikal lainnya.

B. Saran

Semantik dapat dikatakan cabang ilmu yang sulit karena berbagai macam
aspek makna dan dari segi mana makna itu akan dilihat. Dengan
mempelajari analisis komponen makna semantik semoga kita dapat
menerapkannya dalam ilmu yang lain seperti yang sudah diuraikan

11
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, Semantik. 2001. “Pengantar Studi Tentang Makna.”


Bandung: Sinar Baru Algesindo.

“Azhar, Nurul Iqbal. 2011. Metode Analisis Komponen Makna.


https://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/hakikat-hakiki-kemerd.”

Chaer, Abdul. 1990. Pengantar semantik bahasa Indonesia. Rineka Cipta.

Guntur Tarigan, Henry. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Parera, Jos Daniel. 2004. Teori semantik. Erlangga.

Pateda, Mansoer. 1986. Semantik leksikal. Nusa Indah.

Rohmadi, Muhammad, dan I. Dewa Putu Wijana. 2011. Semantik Teori


dan Analisis. Sura arta: Yuma Pusta a.

Wijana, I. Dewa Putu. 2008. “Semantik: Teori dan Analisis.”

Anda mungkin juga menyukai