Anda di halaman 1dari 10

Kelompok 2

Karya sastra pada zaman klasik

Sastra melayu klasik atau disebut juga dengan sastra melayu


lama merupakan sastra yang hidup dan berkembang di daerah melayu,
yang merupakan bagian dari cerita rakyat yang hidup dan berkembang di
daerah melayu.  Sastra melayu klasik tercipta dari suatu ajaran atau
ucapan (lisan), yang bermula pada abad ke-16 Masehi. Sastra melayu
klasik merupakan gambaran keadaan masyarakat lama yang masih
berpola pikir sederhana dan masih sangat dikuasai oleh kepercayaan gaib
dan kesaktian. Disebut sebagai sastra melayu klasik karena bahasa yang
digunakan adalah bahasa Melayu.

Ciri-Ciri Sastra Melayu Klasik. Ciri-ciri sastra melayu klasik adalah


sebagai berikut :
 menggunakan bahasa melayu lama, maksudnya adalah karya-karya
sastra melayu klasik banyak menggunakan bahasa melayu lama.
 anonim atau onomatope, maksudnya adalah nama pengarang
dalam sastra melayu klasik tidak dicantumkan dalam karya sastra
tersebut.
 komunal, maksudnya adalah karya sastra melayu klasik
merupakan milik bersama.
 tradisional, maksudnya adalah sastra melayu klasik
mempertahankan adat kebudayaan setempat.
 pralogis, maksudnya adalah cerita-cerita dalam sastra melayu
klasik banyak diwarnai oleh hal-hal gaib dan tidak masuk akal.
 kurang dinamis, maksudnya adalah perubahan dan
perkembangan sastra melayu klasik sangat lamban.
 simbolis, maksudnya adalah peristiwa-peristiwa dalam karya
sastra melayu klasik banyak disajikan dalam bentuk lambang.
 didaktis, maksudnya adalah karya sastra melayu klasik
memberikan pendidikan kepada pembacanya, baik moral ataupun relijius.
 imitatif, maksudnya adalah karya sastra melayu klasik bersifat
meniru (imitatif) yang diwariskan secara turun temurun.
 istana sentris, maksudnya adalah peristiwa yang diceritakan
dalam karya sastra melayu klasik sebagian besar tentang kehidupan
istana.
 berkembang secara lisan, maksudnya adalah karya sastra
melayu klasik disebarkan secara lisan atau dari mulut ke mulut.
 universal, maksudnya adalah isi pesan dari karya sastra melayu
klasik berlaku kapanpun, dimanapun, dan bagi siapapun.
Unsur-Unsur Instrinsik Karya Sastra Melayu Klasik. Unsur-unsur
instrinsik karya sastra melayu klasik meliputi :

1. Tema.
Tema adalah gagasan atau ide utama yang mendasari karya sastra atau
cerita sebagai titik tolak dalam penyusunan cerita. Dalam sastra melayu
klasik pada umumnya tema yang diangkat adalah berkisar antara istana
dan kerajaan.

2. Alur atau Plot.


Alur atau plot adalah struktur penceritaan yang di dalamnya berisi
rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun secara kronologis serta
berdasarkan hukum sebab akibat serta logis. Alur dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu :
 alur maju.
 alur mundur. 
 alur campuran.

3. Penokohan.
Penokohan adalah pendiskripsian atau perwatakan para tokoh dalam
cerita. Dalam karya sastra melayu klasik penokohan atau tokoh dalam
karya sastra berkisar tentang seorang pangeran, orang miskin yang
menjadi raja atau menjadi istri raja, binatang yang berbudi pekerti, dan
penokohan lain yang dianggap mampu mewakili sifat dan ciri manusia
pada jaman dahulu,

4. Latar atau Setting.


Latar atau setting adalah tempat, waktu, dan keadaan terjadinya suatu
peristiwa yang digambarkan dalam karya sastra melayu klasik. Latar juga
merupakan unsur instrinsik pada karya sastra yang meliputi  ruang,
waktu, dan suasana yang terjadi pada suatu peristiwa dalam karya
sastra.

5. Amanat.
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan dalam cerita. Pesan
moral tersebut biasanya berisi tentang pelajaran dan buah pikir yang
hendak disampaikan oleh pengarang lewat suatu karya sastra. Amanat
dalam suatu karya sastra dapat diceritakan secara langsung atau bisa
juga disampaikan secara tidak langsung atau implisit lewat dialog, tokoh,
atau unsur-unsur lain dalam cerita.

Selain kelima unsur instrinsik tersebut di atas, sebagian ahli memasukkan


satu unsur lagi sebagai unsur instrinsik suatu karya sastra yaitu :

* Sudut Pandang.
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap
cerita, atau dapat juga berarti dari sudut ana pengarang memandang
ceritanya. Terdapat beberapa sudut pandang yang dapat digunakan
pengarang dalam bercerita, yaitu :
 sudut pandang orang pertama, di mana dalam sudut pandang ini
pengarang biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya.
 sudut pandang orang ketiga, di mana dalam sudut pandang ini
pengarang biasnya menggunakan kata ganti orang ketiga seperti dia, ia,
atau nama orang yang dijadikan sebagai titik berat cerita.
 sudut pandang pengamat serba tahu, di mana pengarang
bertindak seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh
dan tingkah laku tokoh. 
 sudut pandang campuran, di mana pengarang mula-mula
menggunakan sudut pandang orang pertama, selanjutnya serba tahu dan
pada bagian akhir kembali ke sudut pandang orang pertama.

Jenis Sastra Melayu Klasik. Sastra melayu klasik dapat dibedakan


menjadi beberapa jenis berdasarkan sebagai berikut :

A. Pengaruh.
Berdasarkan pengaruhnya, sastra melayu klasik dapat dibagi empat, yaitu
:
 sastra melayu klasik asli.  Merupakan karya sastra melayu klasik
yang tercipta dari suatu ujaran atau ucapan (lisan).
 sastra melayu klasik pengaruh Jawa. Pengaruh jawa cukup
banyak mempengaruhi khazanah sastra melayu klasik (sastra melayu
nusantara), hal ini sebagai akibat dari kekuasaan pemerintahan kerajaan
di pulau jawa yang banyak menguasai kerajaan-kerajaan kecil di daratan
Sumatera dan kawasan melayu lainnya.
 sastra melayu klasik pengaruh India. Pada jaman dahulu,
Indonesai atau daerah melayu merupakan jembatan penghubung antara
dua negara besar yang merupakan sentral perekonomian Asia yaitu India
dan China. Banyaknya pedagang dari India yang sampai ke Indonesai
atau tanah melayu ikut pula mempengaruhi karya sastra melayu klasik.
 sastra melayu klasik pengaruh Arab - Persia. Disebut juga
dengan sastra melayu Islam. Pengaruh budaya Arab - Persia terutama
dalam hal bahasa sangat mempengaruhi karya sastra melayu klasik. Hal
ini karena banyaknya kosa kata Arab yang dimasukkan ke dalam struktur
bahasa melayu atau bahasa Indonesia.

B. Bentuk.
Berdasarkan bentuknya, sastra melayu klasik dapat dibagi menjadi dua,
yaitu :

1. Prosa Lama.
Prosa lama meliputi :
a. Dongeng.
Dongeng adalah suatu karya sastra prosa yang isinya hanya khayalan,
hanya ada dalam fantasi pengarang. Dongeng dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, yaitu :
 Fabel, adalah dongeng tentang kehidupan binatang. Cerita dalam
fabel dimaksudkan untuk menjadi teladan bagi kehidupan manusia pada
umumnya. 
 Legenda, adalah dongeng yang dikaitkan atau dihubungkan
dengan keajaiban alam atau terjadinya suatu tempat, yang setangahnya
mengandung unsur sejarah.
 Mite (Mythe) atau Mitos, adalah dongeng yang berhubungan hal-
hal yang berkaitan dengan  kepercayaan animisme, misalnya berkaitan
dengan cerita tentang dewa, makhluk halus, roh, jin, dan lain
sebagainya. 
 Sage, adalah dongeng yang mengandung unsur sejarah meskipun
tidak seluruhnya berdasarkan sejarah.
 Farabel, adalah dongeng tentang binatang atau benda-benda lain
yang mengandung nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut hanya
merupakan perumpamaan atau lambang saja. Peristiwa ceritanya
merupakan kiasan tentang pelajaran kesusilaan dan keagamaan.

b. Hikayat.
Hikayat adalah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah,
dongeng, cerita, maupun sejarah. Hikayat pada umumnya mengisahkan
tentang kehebatan seseorang lengkap dengan kesaktian, keanehan, serta
mukjizat tokoh utamanya. 

c. Tambo.
Tambo adalah cerita sejarah yang merupakan cerita tentang kejadian
atau asal usul keturunan raja.

d. Wira Carita atau Cerita Kepahlawanan.


Wira carita adalah sebuah cerita yang tokok utamanya merupakan
seorang ksatria yang gagah berani, pandai berperang, dan selalu
memperoleh kemenangan.

2. Puisi Lama. 
Puisi lama merupakan bentuk puisi yang terikat oleh aturan-aturan,
diantaranya :
 jumlah kata dalam satu baris.
 banyaknya suku kata dalam tiap baris.
 jumlah baris dalam satu bait.
 rima atau persajakan.
 irama.
Puisi lama meliputi :
a. Mantra.
Matra adalah doa yang diucapkan oleh seorang dukun atau pawang dalam
keadaan trance atau kerasukan. Mantra juga dapat berarti serangkaian
kata yang mengandung rima dan irama yang dianggap mengandung
kekuatan gaib, yang biasanya diucapkan oleh seorang dukun atau
pawang untuk melawan atau menandingi kekuatan gaib lainnya. Dalam
mantra yang penting bukan makna kata demi kata, melainkan kekuatan
bunyi yang bersifat sugestif. Ciri-ciri mantra adalah :
 bersifat lisan, sakti atau magis.
 adanya perulangan.
 metafora yang merupakan unsur penting dari mantra.
 bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan
bicara) dan misterius.
 bentuknya bebas dibandingkan dengan puisi rakyat lainnya dalam
hal suku kata, baris, dan persajakan.

b. Bidal.
Bidal adalah pepatah atau peribahasa dalam satra melayu klasik yang
kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan sejenisnya. Yang
termasuk dalam kategori bidal adalah :
 ungkapan, adalah kiasan tentang keadaan atau kelakuan yang
dinyatakan dengan sepatah atau beberapa patah kata.
 peribahasa, adalah kalimat lengkap yang mengungkapkan
keadaan atau kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan
dengan alam sekitar.
 tamsil, adalah seperti perumpamaan tetapi diikuti bagian kalimat
yang menjelaskan.
 ibarat, adalah seperti perumpamaan dan tanzil tetapi diikuti bagian
yang menjelaskan yang berisi perbandingan dengan alam.
 pepatah, adalah kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat
selesai.
 pameo, adalah ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi
sebagai semboyan atau pemacu semangat.

c. Gurindam.
Gurindam adalah satu bentuk puisi melayu klasik yang terdiri dari dua
beris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu
kesatuan yang utuh. 
 baris pertama berisikan semacam soal, masalah, atau perjanjian.
 baris kedua berisikan jawaban atau akibat dari masalah atau
perjanjian pada baris pertama.
Gurindam yang banyak dikenal oleh masyarakat adalah gurindam
duabelas, yang merupakan kumpulan gurindam yang dikarang oleh Raja
Ali Haji dari Kepulauan Riau. Dinamakan gurindam 12 karena berisi 12
pasal, yang berisi diantaranya tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban
anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti, dan
hidup bermasyarakat.

d. Syair.
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang
mementingkan irama sajak. Kata syair berasal dari bahasa Arab, yaitu
syu'ru yang artinya perasaan. Syair seringkali hanya mengutamakan
isi. Ciri-ciri syair adalah :
 terdiri dari 4 baris.
 tiap baris terdiri dari 4 - 5 kata (8 - 12 suku kata).
 persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna (a-a-a-a).
 tidak ada sampiran, keempat baris merupakan isi.
 terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan.
 biasanya berisi cerita atau berita.

e. Karmina.
Karmina atau dikenal juga sebagai pantun kilat adalah pantun yang terdiri
dari dua baris. 
 baris pertama merupakan sampiran.
 baris kedua merupakan isi. 
Ciri-ciri karmina adalah :
 setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
 bersajak aa-aa, aa-bb.
 bersifat epik atau mengisahkan seorang pahlawan.
 semua baris diakhiri dengan koma kecuali baris ke-4 diakhiri
dengan titik.
 mengandung hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.

f. Seloka.
Seloka adalah satu bentuk puisi melayu klasik, yang berisikan pepatah
atau perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan
ejekan. Seloka biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau
syair, terkadang ditemui juga seloka yang ditulis lebih dari empat baris. 

g. Pantun.
Pantun adalah sejenis puisi yang terikat oleh syarat-syarat tertentu
(jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi). Ciri-ciri
pantun adalah :
 terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu
kesatuan yang disebut bait atau kuplet.
 setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8 - 12 suku
kata (umumnya 10 suku kata).
 separo bait pertama merupakan sampiran, dan separoh bait
berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan).
 persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-
abc atau abcd-abcd atau aa-aa),
 beralun dua.
Berdasarkan bentuk atau jumlah baris tiap bait, pantun dapat dibedakan
sebagai berikut :
 pantun biasa, adalah pantun yang terdiri dari empat baris tiap
bait.
 pantun kilat atau karmina, adalah pantun yang hanya tersusun
atas dua baris.
 pantun terkait, adalah pantun yang tersusun secara berangkai,
saling mengkait antara bait pertama dan bait berikutnya.
 talibun, adalah pantun yag terdiri lebih dari empat baris tetapi
selalu genap jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separoh
lainnya merupakan isi.
 seloka, adalah pantun yang terdiri dari empat baris dalam satu
bait, dengan persajakan datar (aaaa)
Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi :
 pantun anak, yang meliputi pantun bersuka cita dan pantun
berduka cita.
 pantun pemuda, yang meliputi pantun perkenalan, pantn
berkasih-kasihan, pantun perceraian, pantn beriba hati, dan pantun
dagang.
 pantun tua, yang meliputi pantun nasehat, pantun adat, dan
pantun agama.
 pantun jenaka.
 pantun teka-teki.

h. Talibun.
Talibun adalah satu bentuk puisi lama yang tiap baitnya terdiri lebih dari
4 baris (mulai dari 6 baris hingga 20 baris), berirama : abc-abc, abcd-
abcd, abcde-abcde, dan seterusnya. Talibun mirip dengan pantun, karena
mempunyai sampiran dan isi. 

i. Stanza.
Stanza adalah sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri atas
delapan buah kalimat. Stanza disebut juga dengan oktaf tidak beraturan.

j. Soneta.
Soneta berasal dari bahasa Italia, yaitu "sonetto" yang merupakan
adaptasi dari bahasa Latin "sono" yang berarti bunyi atau suara. Syarat
soneta adalah sebagai berikut :
 jumlah baris ada 14.
 ke-14 baris terdiri atas 2 buah quatrain dan 2 buah terzina.
Sehingga pembagian bait adalah : 2 x 4 dan 2 x 3
 kedua buah quatrain merupakan merupakan kesatuan yang disebut
stanza atau oktaf.
 kedua buah terzina merupakan kesatuan, disebut sextet.
 oktaf berisi lukisan alam, jadi sifatnya obyektif.
 sextet berisi curahan, jawaban, atau kesimpulan sesuatu yang
dilukiskan dalam oktaf, jadi sifatnya subyektif.
 peralihan dari oktaf ke sextet disebut volta.
 jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 dan 14
suku kata.
 rumus dan sajak soneta adalah : a-b-b-a, a-b-b-a, c-d-c, d-c-d.
k. Puisi-Puisi Arab.
Bentuk puisi Arab adalah sebagai berikut :
 Masnawi, adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari dua baris
sebait, dengan persajakan aa, bb, cc, dan seterusnya, yang berisi puji-
pujian untuk pahlawan.
 Rubai, adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari empat baris
sebait, dengan persajakan a-a-b-a, yang berisi tentang nasehat, puji-
pujian, atau kasih sayang.
 Kit'ah, adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait.
 Gazal, adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari delapan baris
sebait.
 Nazam, yaitu bentuk puisi lama yang terdiri dari duabelas baris
sebait.

Selain dari jenis sastra melayu klasik tersebut di atas, masih terdapat
beberapa lagi bentuk karya sastra yang tidak murni berasal dari sastra
melayu, tetapi masih terdapat hubungan dengan sastra melayu klasik,
yaitu :
 Kaba, adalah jenis prosa lirik dari sastra Minangkabau tradisional
yang dapat didendangkan. Kaba termasuk sastra lisan yang dikisahkan
secara turun temurun. Misalnya : cerita Sabai nan Aluih.
 Kakawin, adalah sejenis puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa
Kuno, dengan mempergunakan metrum dari India (Tambo). Penyainya
disebut kawi. Misalnya : Ramayana, Arjunawiwaha, dan
Negarakertagama.
 Kidung, adalah jenis puisi Jawa pertengahan yang menggunakan
persajakan asli Jawa.
 Parwa, adalah jenis prosa yang diadaptasi dari bagian-bagian epos
dalam bahasa Sansekerta dan menunjukkan ketergantungan dengan
kutipan-kutipan dari karya aslinya.
 Cerita Pelipur Lara, adalah sejenis sastra rakyat yang pada
mulanya berbentuk sastra lisan, yang bersigat perintang waktu dan
menghibur belaka. Cerita pelipur lara hampir sama dengan hikayat.
Kepecayaan animisme dan dinamisme

Animisme adalah salah satu sistem kepercayaan primitif yang telah ada sejak
zaman prasejarah. Kata animisme berasal dari bahasa Latin anima yang artinya
nyawa, jiwa, atau roh. Animisme adalah kepercayaan bahwa semua yang bergerak
dianggap hidup dan memiliki roh yang berwatak baik ataupun buruk. Penganut
kepercayaan animisme percaya bahwa setiap benda atau kawasan di muka bumi
mempunyai roh yang harus dihormati agar tidak mengganggu manusia. Selain itu,
kepercayaan animisme juga memercayai bahwa roh orang yang telah meninggal
bisa masuk ke dalam tubuh hewan. Karena itu, animisme dapat juga diartikan
sebagai kepercayaan manusia terhadap roh leluhur. Baca juga: Kepercayaan
Dinamisme: Pengertian, Sejarah, dan Contohnya Dapatkan informasi, inspirasi dan
insight di email kamu. Daftarkan email Sejarah kemunculan Teori animisme pertama
kali dikemukakan oleh E.B. Taylor, sarjana aliran evolusionisme Inggris, yang
mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini semuanya bernyawa.
Penganutnya percaya bahwa roh dapat memberi manfaat kepada kehidupan
manusia serta mampu memberi pertolongan. Menurut Taylor, manusia purba pada
mulanya merasa dihadapkan pada dua persoalan, yaitu perbedaan antara orang
hidup dan mati, serta pengalaman dalam mimpi. Manusia purba kemudian berusaha
memahami dan menjelaskan fenomena aneh tersebut melalui pemikirannya.
Misalnya, ketika kedatangan kupu-kupu, mereka meyakini bahwa hal itu pertanda
akan kedatangan tamu. Masih menurut Taylor, peradaban dimulai dengan adanya
pemikirian animisme, kemudian berkembang menjadi agama. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa animisme merupakan cikal-bakal lahirnya agama. Terdapat
dua keyakinan pokok yang terkandung dalam teori animisme, yaitu: Keyakinan
adanya jiwa pada setiap makhluk hidup yang dapat terus berada, sekalipun makhluk
tersebut sudah mati atau tubuhnya dibinasakan. Keyakinan adanya banyak roh yang
berpangkat-pangkat, dengan para dewa sebagai puncaknya. Masyarakat yang
menganut paham animisme meyakini bahwa orang yang telah meninggal dianggap
sebagai mahatinggi yang menentukan nasib dan mengontrol perbuatan manusia.
Mereka juga beranggapan roh tersebut dapat merasuk ke dalam benda, yang
membuat benda tersebut menjadi sakral atau sakti. Kepercayaan seperti ini
kemudian berkembang menjadi penyembahan kepada roh-roh, dan untuk
menghindari kemarahan roh biasanya diadakan ritual tertentu. Baca juga: Sistem
Kepercayaan Manusia Purba Masa Praaksara Contoh kepercayaan animisme pada
masa sekarang Di Indonesia, kepercayaan animisme berakar kuat hingga bertahan
sampai saat ini. Sebagai contohnya pada suku Ngaju di Kalimantan, yang
menganggap roh nenek moyang sebagai orang yang menjaga kelestarian kampung,
sungai, dan sawah, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sementara
Suku Toraja memercayai bahwa roh nenek moyang adalah penjaga serta pelindung,
sehingga tanpa restunya hidup akan mengalami musibah dan bencana. Contoh lain
dapat ditemukan pada sebagian masyarakat Jawa yang percaya tentang penghuni
laut pantai selatan, yaitu Nyai Roro Kidul. Masyarakat di wilayah pantai selatan Jawa
yang percaya Nyai Roro Kidul mempunyai hubungan kerabat dengan Mataram
(Yogyakarta) akan memberi sedekah laut agar terhindar dari mara bahaya.

Anda mungkin juga menyukai