Jurnal
Samudra Bahasa
Vol. 1, No. 1, 2018
http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB
Muhammad Yakob
ABSTRAK
Cerita pendek (Cerpen) disukai oleh pembaca, baik golongan muda maupun dewasa. Karya sastra cerpen
sangat dipengaruhi bahasa figuratif. Dengan bahasa yang figuratif menjadikan cerpen disenangi untuk
dibaca oleh berbagai pihak, seperti cerpen karya Nugroho Notosusanto” “Sungai”. terdapat berbagai
bahasa figuratif . Dengan menggunakan metode deskriptif dalam bentuk kajian tekstual. Teori yang
digunakan adalah teori pengkajian teks dengan melakukan analisis kata, frase, klausa dan kalimat yang
mengandung bahasa figuratif di dalam teks cerpen “Sungai”. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
cerpen “Sungai” sarat dengan berbagai jenis figuratif. Jenis-jenis figuratif yang terdapat di dalam cerpen
“Sungai” sangat variatif. Dengan demikian, cerpen ini dapat dijadikan sebuah karya yang sangat bagus
untuk dibaca dan sumber tulisan yang inspiratif.
ABSTRACT
Short stories are liked by readers, both young people and adults. Short story literary works are strongly
influenced by figurative languages. With a figurative language, the short story is liked to be read by
various people, such as short stories by Nugroho Notosusanto "" Sungai ". there are various figurative
languages. By using descriptive methods in the form of textual studies. The theory used is the theory of
text assessment by analyzing words, phrases, clauses and sentences that contain figurative language in the
short story "Sungai". The results of the study reveal that "Sungai" is loaded with various types of
figuratives. The figurative types contained in the short story "Sungai" are very varied. Thus, this short
story can be use as a good masterpiece for reading and an inspirationally source of writting.
http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB
http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB
http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB
Bahasa figuratif sudah dikenal dan telah mengenai makna sebuah teks. Teks bisa
dipergunakan oleh novelis Romawi Cicero sebuah tulisan, atau sebuah representasi
dan Suwetonius dengan istilah figura yang grafis, atau suatu tampilan. Menurut
diartikan „bayangan, gambar, sindiran, Ricoeur (dalam Bertens, 2010: 274-275)
kiasan‟ (Henry Guntur Tarigan, 2010:5). teks bersifat otonom, berdiri sendiri, dan
Secara leksikal bahasa figuratif dapat tidak
diartikan sebagai bahasa yang bersifat
kiasan atau bahasa yang bersifat lambang. bergantung pada maksud pengarang. Ia
Bahasa figuratif adalah bahasa yang tidak pula bergayut pada situasi historis
„melambangkan‟ cara khas dalam karya atau buku di mana teks tercantum,
menyatakan pikiran dan perasaan dalam dan independen dari pembacaan pembaca-
bentuk pikiran atau lisan. pembaca pertama. Teks berbi-cara tentang
sesuatu. Tetapi dengan itu teks tidak lagi
Pendapat Abrams (2010:96) bahwa bahasa merupakan suatu realitas yang bersifat
figuratif adalah bagian dari gaya bahasa tertutup, karena di sini tampak referensi
yang berbentuk retorika. Retorika terbagi kepada suatu dunia, bukan sebagai sesuatu
atas bahasa figuratif (figurative language) yang dicari di belakang teks melainkan
dan pencitraan (imagery). Bahasa figuratif sebagai sesuatu yang berada di depan teks.
dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) figure of
thought atau thropes, yaitu penggunaan Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat
unsur kebiasaan yang menyimpang dari dikatakan bahwa bahasa figuratif
makna yang harafiah (literal meaning) atau merupakan bahasa yang digunakan penyair
pengungkapan dengan cara kias-sebut saja untuk mengatakan sesuatu dengan cara
pemajasan; dan (2) figure of speech, yang tidak biasa, yakni secara tidak
rhetorical figures, atau schemes, yaitu langsung mengung-kapkan makna kata atau
menunjuk pada masalah pengurutan kata, bahasa ber-makna kias atau bermakna
masalah permainan struktur-sebut saja lambang. kemampuan memahami bahasa
penyia-satan struktur. figuratif mempunyai peran penting dalam
meningkatkan kemampuan menghasil-kan
Sejalan dengan pernyataan di atas, Gorys karya tulis, dikarenakan karya imajinatif
Keraf (2010: 129-145) membedakan gaya tidak terlepas dari bahasa figuratif. Bahasa
bahasa berdasarkan langsung tidaknya kiasan (figurative language) menyebabkan
makna ke dalam gaya bahasa retoris dan karya sastra menjadi menarik perhatian,
gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris menimbul-kan kesegaran, hidup, dan
adalah gaya bahasa yang maknanya harus terutama menimbulkan gambaran angan.
diartikan menurut nilai lahirnya (literal
meaning). Bahasa yang dipergunakan 2. Pengertian Karya Sastra Cerita
adalah bahasa yang mengandung unsur Pendek (Cerpen)
kelangsungan maknanya, sedangkan gaya
bahasa kiasan adalah gaya bahasa yang Dari beberapa buku dan uraian yang layak
maknanya tidak dapat ditafsirkan sesuai dijadikan pedoman, tampaknya pendapat
dengan makna kata–kata yang mem- pakar cerita pendek dunia, Poe, sangat
bentuknya. Untuk itu, orang harus mencari cocok menjadi panduan karena secara
makna di luar rangkaian kata dan kalimat teoritis ia memenuhi kriteria ilmiah, tetapi
itu. secara praktis ia tidak dapat diaplikasikan.
Pendapat yang dirinci Diponegoro dalam
Pendapat Saussure itu digemakan pula oleh bukunya Yuk, Nulis Cerpen Yuk
Paul Ricoeur dengan pendapatnya disederhanakan sebagai berikut:
http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB
http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB
Dengan diantara oleh Pak Lurah dan banyak f. Mereka menggigil (majas tautotes)
di antara penduduk, mereka berkumpul di g. Kalau situasi aman, mereka akan
pinggir desa. Di sana, dalam upacara yang diseberangkan sedikit demi sedikit
singkat, Acep diturunkan ke liang kubur. oleh rakyat (majas proteron)
Kemudian semua mata tertuju kepada sosok 2. Bahasa Figuratif Perbandingan
tubuh Sersan Kasim yang berjongkok di a. waktu fajar merekah (majas
hadapan pusara kecil yang baru ditimbun. metafora)
Kepalanya terkulai, menunduk. b. matanya yang terlatih (majas
personifikasi)
4. Bahasa Figuratif dalam Cerpen c. bahu kanan bergantung sebuah sten
”Sungai” (majas metanomia).
d. menduduki Yogya (majas tótem
Bahasa Figuratif sini mempunyai makna
porto),
lebih luas dengan gaya bahasa kiasan
e. kompi menunda perjalanannya
karena mewakili apa yang secara tradisional
(majas sinekdoke)
disebut gaya bahasa atau majas secara
f. sudah lima bulan mengandung
keseluruhan. Dalam gaya bahasa, suatu hal
(majas eufimisme).
dibandingkan dengan hal lainnya. Seperti di
g. Dua bulan setelah mereka tiba di
depan telah disebutkan, tujuan penggunaaan
Yogya, Acep dilahirkan(majas
bahasa figuratif adalah untuk menciptakan
prolepsis)
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih
h. Matanya hitam tajam (majas
sugestif dalam bahasa sastra. Banyak kita
sinestesia)
jumpai kiasan tradisional yang disebut gaya
i. badannya sangat kecil, dan
bahasa atau majas. Penyair modern
membuat kiasan yang baru dan tidak rambutnya lebat seperti hutan
menggunakan kiasan–kiasan lama yang (majas perumpamaan)
sudah ada. Berikut bahasa figuratif yang j. ”Kepala regu kumpul (majas
digunakan dalam cerpen ”Sungai” antonomasia)!”
k. Tangis yang dengan cepat menular
1. Bahasa Figuratif Penegasan pada beberapa anak kecil lainnya".
a. Seluruh kompi memandang (majas (majas depersonifikasi)
klimaks). l. Baik kalau begitu. Hati-hati
b. Sejurus kemudian suara Acep saja."(majas elipsis)
meredup(majas antiklimaks)
c. Seolah-olah ia berpisah dengan 3. Bahasa Figuratif Pertentangan
a. Acep menangis.Melolong-lolong.
sesuatu, sesuatu dalam hidupnya
(majas klimaks dan hiperbola)
(majas pleonasme).
d. turun lembah, naik gunung, 4. Bahasa Figuratif Sindiran
menyeberangi sungai kecil dan a. Kasim merasa pandangan
besar (majas asindenton) Komandan tertuju kepadanya dan
e. tiada jembatan, tiada titian (majas kepada anaknya (majas ironi)
anafora
http://ejurnalunsam.id/index.php/JSB
Kemampuan memahami bahasa figuratif Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra:
mempunyai peran penting dalam Pengantar Teori Sastra. Bandung: Pustaka
meningkatkan kemampuan,pemahaman Jaya.
makna teks sastra khususnya cerpen. Hal
ini dikarenakan karya sastra tidak terlepas Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990.
dari bahasa figuratif. Bahasa kiasan Teori Kesusastraan. Diterjemahkan oleh
(figurative language) sehingga Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.
menyebabkan karya sastra khususnya
cerpen menjadi menarik perhatian,
menimbulkan kesegaran, hidup, dan
terutama menimbulkan kejelasan gambaran
angan. Bahasa kiasan ini mengiaskan atau
mempersamakan sesuatu hal dengan hal
lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih
menarik, dan hidup. Dengan demikian
agar memiliki kemampuan analisis teks
sastra yang lebih mendasar dengan baik
diperlukan pemahaman bahasa figuratif
yang cukup karena mencakup makna kias
atau makna lambang.