Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa

Indonesia Vol 10 No 1, Maret 2021


ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN SAGRA
KARYA OKA RUSMINI DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA

1
N.P.Y. Rumanti, 2I.W. Rasna, 3I.N. Suandi

Program Studi Pendidikan Bahasa


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
1
yuyunrumanti@gmail.com, 2wayan.rasna@undiksha.ac.id, 3nengah_suandi@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan jenis-jenis gaya bahasa, (2) menganalisis fungsi gaya
bahasa, dan (3) mengetahui implikasi hasil analisis gaya bahasa yang digunakan dalam kumpulan cerpen
Sagra karya Oka Rusmini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan metode kepustakaan atau dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) terdapat 18 bahasa kiasan, 14 ungkapan (idiom), 9 kata ambigu, 95 kata dalam bahasa
daerah Bali, 8 bahasa Inggris, 8 bahasa Jepang, 1 bahasa Yunani, dan 1 bahasa Latin yang digunakan
dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini, yang bertujuan untuk memberikan penekanan atau
penegasan maksud pengarang, membangun suasana lingkungan sosial (latar sosial) dan untuk
mempertahankan nilai rasa dalam cerpen; (2) terdapat 28 kata penghubung dan, 15 kata akan tetapi, dan
2 kata karena, yang masih dapat disisipkan secara implisit dalam kalimat untuk memperjelas hubungan
antarkalimat yang berurutan, juga terdapat 19 jenis majas dengan jumlah pemakaian yang berbeda, yaitu
78 anafora, 51 elipsis, 23 personifikasi, 19 hiperbola, 16 polisindeton, 16 epistrofa, 15 mesodiplosis, 9
klimaks, 9 epizeukis, 6 metafora, 5 anadiplosis, 3 asindeton, 2 sarkasme, 2 ironi, 1 antitesis, 1 tautologi, 1
antiklimaks, 1 antanaklasis, dan 1 simploke untuk memberikan efek tertentu dalam kalimat; dan (3)
implikasi hasil analisis gaya bahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia ditemukan dalam silabus
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA, Kurikulum 2013, kelas XI semester 1 dalam
kompetensi dasar “Menganalisis teks cerita pendek, baik melalui lisan maupun tulisan” dengan materi
pokok “Analisis bahasa teks cerita pendek”.

Kata kunci: Cerpen; Gaya Bahasa; Pembelajaran Bahasa Indonesia

Abstrack
This study aimed at (1) describing the types of figurative speech used in Sagra short story collection
written by Oka Rusmini, (2) analyzing the function of figurative speech in Sagra short story collection
written by Oka Rusmini, (3) finding out the implication of the results of figurative speech analysis of Sagra
short story collection written by Oka Rusmini in learning Indonesian language in senior high school. This
study was a qualitative research presenting the analysis of figurative speech of short stories collection
written by Oka Rusmini and its implication for learning Indonesian language in senior high school in the
form of description. The data collection of this study was carried out by applying literature or
documentation method. The data obtained from the literature method were analyzed by applying
descriptive-analysis technique. The results showed that (1) there were 18 figurative speeches, 14 idioms,
9 ambiguous words, 95 words in Balinese language, 8 in English, 8 in Japanese, 1 in Greek, and 1 in
Latin language used in Sagra short story collection written by Oka Rusmini which aimed at emphasizing
or affirming the author's intention, building an atmosphere of the social environment (social background)
and maintaining the sense value in short story; (2) there were 28 conjunctions dan, 15 words akan tetapi,
and 2 words karena, which can still be inserted implicitly in a sentence to clarify the relationship between
sequential sentence, there were also 19 types of figurative speech with a different number of uses,
namely 78 anaphoras, 51 ellipsis, 23 personifications, 19 hyperboles, 16 polysindetones, 16 epistrophas,
15 mesodiplosis, 9 climaxes, 9 epizeukis, 6 metaphors, 5 anadiploses, 3 acindetones, 2 sarcasms, 2
ironies, 1 antithesis, 1 tautology, 1 anticlimax, 1 antanaclasis, and 1 simploke to give a certain effect in
sentence; and (3) the implication of the resultss of the analysis of figurative speech in Indonesian
language learning found in the learning syllabus of Indonesian language and literature in SMA, Curriculum

119
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 1, Maret 2021
2013, class XI semester 1 in the basic competency of "Analyzing short story texts, both oral and written"
with the main subject of "Analyzing the language of short story text”.

Keywords: Short Story; Figurative Speech; Learning Indonesian

PENDAHULUAN mendukung (Mahsun, 2014: 116). Meskipun


Sastra telah membudaya dalam materi kebahasaan terlihat mendominasi
kehidupan masyarakat dengan kata lain pembelajaran bahasa, teks sastra tetaplah
sastra sudah lazim ditelinga masyarakat. memegang peranan yang penting dalam
Bahkan sastra sering dipakai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini bisa
kegiatan masyarakat untuk hiburan, petuah, dilihat dari beberapa bab pembelajaran
serta mengajarkan kebajikan. Pada jaman bahasa Indonesia yang khusus menyajikan
dahulu karya sastra berupa dongeng yang puisi, cerpen, novel, fantasi, dan drama.
sering dituturkan dari mulut ke mulut Salah satu teks genre sastra adalah
sebagai pengantar tidur. Melekatnya sastra cerpen. Cerpen adalah cerita yang
dalam sendi-sendi kehidupan manusia terus menggambarkan sebagian kecil kehidupan
berkembang hingga pada era globalisasi ini. seseorang, baik itu situasi, kejadian
Masyarakat bisa menikmati karya sastra psikologis, maupun aktivitas sehari-hari
dalam media elektronik maupun media (Karmini 2011: 102). Cerpen adalah karya
massa. fiksi yang terdiri dari komponen intrinsik dan
Pertanyaanya yang muncul, apakah ekstrinsik. Perpaduan antara intrinsik dan
fungsi dari sastra itu? Bagaimana ekstrinsik bahu-membahu membangun
kedudukan sastra sebagai sebuah fungsi sebuah cerita yang pastinya diangkat dari
dalam struktur masyarakat?. Sastra memiliki masyarakat, lingkungan, pengalaman
berbagai tujuan, termasuk hiburan, pengarang, dan unsur-unsur lainnya.
kontemplasi, debat pelajaran, media Elemen-elemen ini dicampur dan dirender
komunikasi simbolik, dan pergeseran agar terlihat seperti dunia nyata, lengkap
paradigma (Emzir dan Saifur Rohman, 2015: dengan peristiwa, sehingga tampak hadir
9). Melihat tujuan sastra secara utuh, dan terjadi secara real time. Aspek yang
tentunya mendorong masyarakat untuk melekat ini secara langsung berkontribusi
membaca dan menghargainya, serta pada pembuatan plot. Sebuah cerpen bisa
mengambil hikmah yang bermakna darinya. dibuat indah dan menarik untuk dibaca
Pembelajaran berbasis teks menjadi dengan memadukan berbagai unsur
fokus pembelajaran bahasa Indonesia pada intrinsik, apalagi jika pengarangnya mampu
kurikulum 2013. Teks yang dimaksud adalah menulisnya dalam bahasa yang memikat.
teks sastra dan non-sastra. Pembelajaran Bahasa adalah alat atau media bagi
berbasis teks ini bertujuan untuk seorang pengarang untuk
memberikan ruang berpikir kepada siswa di mengomunikasikan gagasan atau
mana mereka dapat menciptakan berbagai pemikirannya agar dapat diterjemahkan ke
jenis struktur berpikir yang berbeda. Dengan dalam sebuah karya, salah satunya adalah
cara ini, siswa dapat melihat karakteristik cerita pendek. Salah satu aspek terpenting
setiap teks secara lebih rinci. Serta dapat dari sebuah karya sastra adalah bahasanya.
mengetahui fungsi dan manfaat masing- Bahasa dalam seni sastra dapat
masing teks. Tidak hanya itu siswa juga bisa dibandingkan dengan melukis dalam seni
mengaplikasikannya dalam kehidupan lukis, menurut Nurgiyantoro (2013: 364).
sehari-hari. Keduanya adalah produk, peralatan, dan
Baik teks sastra maupun non layanan yang disulap menjadi sesuatu yang
sastra,keduanya saling mendukung dalam lebih berharga daripada bahan
pembelajaran Bahasa Indonesia. Melalui mentahSastra diekspresikan dengan
genre sastra, pembelajaran bahasa dapat bahasa. Seni bahasa atau seni kata berupa
disajikan. Begitu juga sebaliknya dalam kata-kata indah yang diwujudkan dari
kegiatan kebahasaan seperti mengonversi ungkapan pikiran menciptakan keindahan
teks, pemanfaatan teks sastra sangat dalam sebuah karya sastra. Alhasil,

120
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 1, Maret 2021
membaca karya sastra akan lebih Kumpulan cerpen Sagra ditulis dalam
mengasyikkan jika ilmu pengarangnya bahasa yang sederhana, namun materinya
disampaikan dalam bahasa yang estetis. berkualitas tinggi. Membaca Sagra membuat
Sebuah karya sastra yang memiliki nilai pembaca seakan-akan sedang menyaksikan
estetika dapat menggugah minat pembaca potret nyata kehidupan perempuan dalam
untuk membacanya, apalagi jika masyarakat Indonesia, khususnya di Bali,
pengarangnya menggunakan gaya bahasa dengan banyak latar belakang sejarah dari
yang unik dan menarik untuk masa penjajahan Jepang. Bahasa dalam
menyajikannya. cerpen diperkuat dengan adanya
Gaya bahasa sebuah karya sastra penggunaan gaya bahasa. Selain
adalah fitur yang menarik. Gaya bahasa divariasikan dengan beberapa penggunaan
dapat digambarkan sebagai kemampuan bahasa daerah Bali dan bahasa Jepang,
pengarang untuk mengolah kata-kata. Gaya cerita dalam kumpulan cerpen ini juga
bahasa secara umum merupakan cara dihiasi dengan penggunaan beberapa jenis
mengekspresikan diri melalui bahasa majas.
menurut Keraf (2010: 113). Gaya bahasa Jenis-jenis majas yang ditampilkan
dapat digunakan untuk mengukur pada kumpulan cerpen Oka Rusmini ini juga
kepribadian, karakter, dan kemampuan tentu mempunyai fungsi baik secara eksplisit
seseorang untuk berkomunikasi secara maupun implisit. Secara umum tentu untuk
efektif. Orang akan lebih menyukai Anda jika menarik minat baca. Namun, jika ditelisik
gaya bahasa Anda lebih baik. Gaya bahasa lebih dalam fungsi mengkritisi, menyindir,
adalah cara mengungkapkan pikiran memuji, memuja, dan masih banyak lagi
seseorang melalui bahasa dengan cara fungsi bahasa tersedia pada kumpulan
tertentu yang mengungkapkan jiwa dan cerpen tersebut.
kepribadian penulis (pengguna bahasa). Oka Rusmini, penulis kumpulan
Salah satu karya sastra yang cerpen ini, merupakan salah satu penulis
mengandung unsur gaya bahasa yang kuat kenamaan Indonesia yang terkenal dengan
adalah kumpulan cerpen Sagra karya Oka gaya penulisannya yang khas. Ia merupakan
Rusmini. Kumpulan cerpen Sagra diterbitkan penulis perempuan yang produktif menulis
pertama kali pada tahun 2001. Cerpen karya sastra, memiliki wawasan luas, kaya
Sagra yang dimuat dalam kumpulan cerpen akan kosakata, dan mampu mengolah kata
Sagra ini pernah terpilih menjadi pemenang dengan baik. Kemampuannya mengolah
pertama cerita bersambung terbaik majalah kata membuatnya piawai dalam
Femina tahun 1998. Kumpulan cerpen ini menggunakan gaya bahasa (majas) dalam
berisi sebelas judul cerpen yang berbeda cerpen-cerpen yang ditulisnya.
sehingga dapat dijadikan pilihan untuk Pengunaan gaya bahasa yang khas
memvariasikan jenis teks yang dapat menunjukkan tentang kemahiran pengarang
disuguhkan pada siswa selama proses mengolah kosakata. Sasaranya adalah
pembelajaran berlangsung. kepuasaan batin pembaca ketika membaca
Pada kenyataannya pemahaman karya tersebut. Bukan hanya itu sasaran lain
tentang gaya bahasa dalam proses adalah memberikan dampak atau efek lain
pembelajaran masih sangat minim. Siswa sepergi interpretasi tujuan yang ingin dicapai
masih cenderung kurang memahami dengan pengaranng. Mengapa pengunaan gaya
baik pengunaan gaya bahasa. Tidak hanya bahasa tersebut muncuk begitu dominan
itu terkadang siswa juga sulit untuk atau seefektif apa pengunaan gaya bagasa
membedakan gaya bahasa satu dengan dan pengaruhnya terhadap pembaca? Tentu
lainnya. Untuk itu dengan adanya penelitian hal-hal ini menjadi sasaran yang hendak
yang berkaitan dengan gaya bahasa dibidik.
diharapkan mampu untuk memupuk Oleh karena itu, penelitian ini hendak
semangat belajar serta sebagai bahan mengungkap penggunaan gaya bahasa
pembelajaran bagi siswa dalam dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka
pembelajaran bahasa khususnya analisis Rusmini. Dalam hubungannya dengan
gaya bahasa pada karya sastra. pembelajaran Bahasa Indonesia, hasil

121
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 1, Maret 2021
penelitian ini akan dikaitkan dengan yang dilihat dari subjek, objek dan metode
Kurikulum 2013 atau materi pembelajaran penelitiannya. Maka dari itu, penelitian ini
yang sesuai dengan pembelajaran Bahasa layak untuk dilakukan karena bersifat baru
Indonesia di SMA. Berdasarkan latar dan belum pernah dilakukan. Adapun
belakang masalah yang dikemukakan di rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
atas, muncul berbagai masalah yang (1) bagaimanakah jenis gaya bahasa dalam
mendasari penelitian ini. Berikut adalah kumpulan cerpen Sagra karya Oka
masalah-masalah yang diidentifikasi: 1. Rusmini? (2) bagaimanakah fungsi gaya
Terdapat banyak bentuk gaya bahasa bahasa dalam kumpulan cerpen Sagra
personifikasi pada Cerpen Sagra yang karya Oka Rusmini? (3) bagaimanakah
mendominasi. 2. Fungsi gaya bahasa implikasi hasil analisis gaya bahasa dalam
menonjol pada penelitian ini. 3. Delapan dari kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini
sebelas cerpen di dalamnya tidak layak terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di
dijadikan bahan ajar di SMA. Cerpen SMA?
“Kakus”, “Sepotong Kaki”, “Pesta Tubuh”,
“Api Sita”, “Sagra”, “Ketika Perkawinan METODE
Harus Dimulai”, “Pemahat Abad”, dan Metode atau teknik pengumpulan data
“Cenana” berisikan prahara rumah tangga, adalah cara yang digunakan oleh peneliti
hubungan antara laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan data yang diperlukan.
seperti perselingkuhan, persetubuhan, dan Pemilihan metode dan teknik pengumpulan
beberapa peristiwa yang terlalu sadis seperti data sangat diperlukan dalam sebuah
pemerkosaan yang tidak layak dijadikan penelitian. Hal tersebut dikarenakan
sebagai bahan ajar. Sementara tiga cerpen pengumpulan data yang tepat dalam suatu
lain, yaitu “Esensi Nobelia”, “Harga Seorang penelitian akan memungkinkan pencapaian
Perempuan”, dan “Putu Menolong Tuhan” masalah menjadi valid dan bersifat objektif.
layak untuk dijadikan bahan ajar karena Metode yang digunakan dalam
masih dalam batasan wajar yang sesuai penelitian ini adalah metode simak, catat,
untuk dianalisis oleh siswa, khususnya di dan dokumen. Menurut Mahsun, 2005 istilah
SMA. Ketiga cerpen ini juga mengandung menyimak tidak hanya berkaitan dengan
aspek kebahasaan yang lengkap, seperti penggunaan bahasa secara lisan tetapi juga
gaya bahasa, baik kata maupun kalimat, penggunaan bahasa secara tertulis. Dalam
serta konjungsi. praktik selanjutnya, teknik sadap ini memiliki
Ada beberapa penelitian yang teknik lanjutan yaitu, teknik catat.
berkaitan dengan analisis gaya bahasa yaitu Pertama, peneliti mencari buku
Penelitian Christianto tahun 2017 dengan kumpulan cerpen Sagra Karya Oka Rusmini.
judul “Analisis Gaya Bahasa Pada Novel Kedua, peneliti mentranskripsikan data yang
Bidadari Berkalam Ilahi Karya Wahyu Sujani sudah diperoleh yaitu berupa gaya bahasa
; Penelitian yang dilakukan Akbar (2006) dan fungsi gaya bahasa.
dengan judul “Analisis Gaya Bahasa Pada Ketiga, peneliti melakukan
Novel “Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk pengkartuan. Adapun tujuan dari
dan Menangis” Karya Paulo Coelho”. ; pengkartuan ini agar peneliti lebih mudah
Penelitian dari Adila, dkk pada tahun 2014 dalam menganalisis data. Adanya kartu
meneliti gaya bahasa novel dengan judul data ini juga akan memudahkan peneliti
Analisis Gaya Bahasa dalam Novel Menjadi dalam memberikan pengkodean dalam data
Tua dan Tersisih Karya Vanny Crisma W “; yang diperoleh dari gaya bahasa cerpen
Penelitian dari Nirmalasari, pada tahun 2014 sagra. Keempat, Peneliti akan melakukan
dengan judul “Analisis Gaya Bahasa dalam pengklasifikasian dan penggolongan
Kumpulan Cerpen Warisan Karya Wawan terhadap hasil dari pengkodean tersebut
Mattaliu (Tinjauan Stilistika)”.; Penelitian dari sebelum dilakukan penganalisan dan
Ibrahim dengan judul “Analisis Gaya Bahasa penyimpulan terhadap gaya bahasa
Dalam Kumpulan Novel Mimpi Bayang tersebut.
Jingga Karya Sanie B. Kuncoro”. Walaupun Data yang terkumpul akan dianalisis
sejenis, penelitian ini memiliki perbedaan menggunakan analisis deskriptif kualitatif

122
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 1, Maret 2021
Analisis data dilakukan sesuai dengan Misalnya, penggunaan unsur-unsur jalinan
tujuan penelitian yang ingin dicapai. Untuk penulisan seperti anafora dan elipsis. Majas
penelitian deskriptif-kualitatif metode analisis anafora (pengulangan kata) digunakan
data digunakan untuk menggambarkan untuk memberikan efek penegasan atau
langkah-langkah yang akan ditempuh untuk penekanan maksud dalam kalimat,
mencapai tujuan penelitian. Analisis sedangkan elipsis (penghilangan kata)
deskriptif yang digunakan untuk meneliti digunakan untuk memberikan efek
wacana umumnya berusaha membuat pengandaian, mengajak pembaca untuk ikut
klasifikasi objek penelitian (Mulyana, 2005: memikirkan apa yang dipikirkan tokoh dalam
83). Sugiyono (2007: 336) menyebutkan cerpen, yang menurut pengarang tidak perlu
analisis data kualitatif adalah bersifat untuk diucapkan secara langsung oleh tokoh
induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan dalam cerpen.
data yang diperoleh, selanjutnya
dikembangkan menjadi hipotesis. Analisis 1) Gaya Bahasa Personifikasi
data dalam penelitian ini menggunakan Cerpen “Esensi Nobelia” juga diwarnai
prosedur dengan model analisis Miles dan beberapa jenis gaya bahasa (majas),
Huberman (1984) (dalam Sugiyono, 2007: seperti anafora, personifikasi, klimaks,
337) yang terdiri atas reduksi data, elipsis, metafora, polisindeton,
penyajian data, dan penarikan anadiplosis, asindeton, mesodiplosis, dan
simpulan/verifikasi. sarkasme. Gaya bahasa personifikasi
juga ditemukan dalam cerpen ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN Personifikasi merupakan gaya bahasa
Berdasarkan hasil analisis penelitian, yang menggambarkan benda-benda mati
peneliti menemukan beberapa gaya bahasa memiliki sifat-sifat kemanusiaan,
dan fungsi gaya bahasa. Gumpulan cerpen bertindak, berbuat, dan berbicara seperti
Sagra menggunakan 19 jenis majas dengan manusia. Hal tersebut tampak dalam
jumlah pemakaian yang berbeda, yaitu 78 kutipan berikut ini.
anafora, 51 elipsis, 23 personifikasi, 19 1. “Kalau para maestro itu tahu
hiperbola, 16 polisindeton, 16 epistrofa, 15 keindahan bibirku menari, mereka
mesodiplosis, 9 klimaks, 9 epizeukis, 6 akan bisa menciptakan tarian indah
metafora, 5 anadiplosis, 3 asindeton, 2 yang para kritikus tak akan sanggup
sarkasme, 2 ironi, 1 antitesis, 1 tautologi, 1 membedahnya” (Rusmini, 2013:3).
antiklimaks, 1 antanaklasis, dan 1 simploke. 2. “Asap rokoknya melukai wajahku”
Dalam kumpulan cerpen ini, Oka Rusmini (Rusmini, 2013:4).
lebih banyak menggunakan majas anafora 3. “Mata kami akan dilukis oleh aliran
atau perulangan kata pertama pada tiap sungai penuh warna-warna
baris atau kalimat berikutnya dan elipsis ekspresif” (Rusmini, 2013:5).
atau penghilangan salah satu atau beberapa 4. “Air matanya melingkar membungkus
unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis keindahan matanya” (Rusmini,
jika dibandingkan dengan majas-majas 2013:8).
lainnya. 5. “Kulihat huruf-huruf tulisanku
Oka Rusmini banyak menggunakan mengelilingi usus-ususnya” (Rusmini,
majas anafora dan elipsis dalam kumpulan 2013:9).
cerpen Sagra. Sastrawan seperti Oka Pada kutipan di atas, bibir dilukiskan
Rusmini mempunyai kebebasan (licentia dapat menari, asap rokok seolah-olah
poetica) untuk memanipulasi penggunaan mampu melukai wajah, aliran sungai dapat
bahasa pada aspek fonologi, tatabahasa, melukis, air mata seolah bergerak melingkar
leksikal, ataupun semantik untuk dan membungkus mata, serta huruf yang
menimbulkan efek tertentu dalam karyanya. juga seolah mampu bergerak mengelilingi
Efek tersebut digunakan dengan kesadaran usus. Bergerak seperti halnya menari,
untuk memperkuat karya yang dihasilkan melukai, melukis, melingkar, membungkus,
dan tidak digunakan sewenang-wenang dan mengelilingi merupakan kegiatan atau
tanpa mengukur sudut keindahannya. perilaku yang dilakukan manusia. Jadi bibir,

123
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 1, Maret 2021
asap rokok, aliran sungai, air mata, serta matanya yang hitam” (Rusmini,
huruf dilukiskan seperti manusia oleh 2013:2).
pengarang. 4. “Kami memiliki rahasia-rahasia yang
kadang-kadang kami sendiri tidak
Data 02 Cerpen Kaskus memahaminya. Kami menyerupai
Personifikasi merupakan gaya bahasa lukisan satu aliran dengan teknik
yang menggambarkan benda-benda mati penggarapan yang berbeda”
seolah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. (Rusmini, 2013:5).
Gaya bahasa ini dapat dilihat dalam kalimat- 5. “Aku hanya tersenyum sambil
kalimat berikut. menyentuh pipinya dan menatap
1. “Pada gilirannya, yang telah dipilihnya matanya dalam-dalam. Aku tahu,
sendiri berdasarkan logos, atau laki-lakiku juga tak memiliki jawaban
sebutlah semacam skrip, yang telak tentang hidup yang kami sepakati ini”
mendiktekan kuasanya di benak orang- (Rusmini, 2013:7).
orang waras” (Rusmini, 2013:19). 6. “Aku berangsur tenang, bahkan
2. “Suaraku datang lagi” (Rusmini, stamina menulisku mulai meningkat.
2013:19). Aku sibuk menyelesaikan sebuah
3. “Abu-abu beterbangan, makin tinggi, tulisan pesanan” (Rusmini, 2013:9).
dan membubung mencium langit” 7. “Aku mengangguk cepat. Aku belum
(Rusmini, 2013:21). juga menangkap apa yang
4. “Daun-daun memeluknya erat” dimaksudkan Sobrah” (Rusmini,
(Rusmini, 2013:21). 2013:12).
5. “Saat kuletakkan buku-buku tebal itu di Kata aku, dia, dan kami yang dicetak
tempatnya semula, buku-buku itu jadi miring di atas merupakan kata pertama pada
pucat!” (Rusmini, 2013:24). kalimat sebelumnya yang diulang kembali
Kalimat-kalimat di atas menyebutkan pada kalimat berikutnya. Kata yang diulang
benda mati seolah memiliki sifat juga menjadi kata pertama pada kalimat
kemanusiaan. Dimulai dari skrip yang seolah berikutnya.
dapat mendikte seseorang, suara yang
bergerak (datang), abu yang seolah Data 02
mencium langit, daun yang dapat memberi Anafora atau perulangan kata pertama
pelukan, serta buku yang seolah memiliki pada tiap baris atau kalimat, dapat
wajah pucat seperti manusia. ditemukan dalam kutipan kalimat berikut ini.
1. “Aku mulai mencurigai isi otak ilmuwan
2) Gaya Bahasa Anafora itu. Aku diam” (Rusmini, 2013:18).
Anafora adalah gaya bahasa repetisi 2. “Aku capek! Aku seperti berada di antara
yang berwujud perulangan kata pertama tumpukan benda-benda asing. Aku
pada tiap baris atau kalimat berikutnya. seperti berada di antara dewa-dewa. Aku
Gaya bahasa ini terdapat dalam kutipan krauhan, kesurupan” (Rusmini, 2013:19).
berikut. 3. “Mereka tidak mendengarkan apa yang
1. “Aku harus terus berkarya. Aku harus kubicarakan. Mereka seperti orang-orang
terus hidup dengan pilihan yang linglung” (Rusmini, 2013:21).
kuyakini” (Rusmini, 2013:1). 4. “Dia hanyutkan gulungan ijazahnya. Dia
2. “Dia tidak mau bekerja yang lain robek-robek bajunya. Dia bakar jubah
untuk mencari nafkah sampai hari ini. wisudanya” (Rusmini, 2013:21).
Dia mencukupi kebutuhannya 5. “Begitu cepat. Begitu banyak” (Rusmini,
dengan menikahi seorang 2013:22).
perempuan yang menanggung 6. “Begitu liar. Begitu cepat” (Rusmini,
seluruh kebutuhannya” (Rusmini, 2013:23).
2013:1). 7. “Aku berkeringat. Aku terus bergerak,
3. “Aku tak pernah dekat dengan istri menari liar. Aku mulai berair” (Rusmini,
penyair itu. Aku takut memandang 2013:23).

124
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 1, Maret 2021
8. “Aku ngidam! Aku lapar! Aku Data 02
menginginkan hidangan huruf-huruf. Aku Gaya bahasa klimaks yang
menginginkan para pemikir negeri ini mengandung urutan-urutan pikiran yang
bicara banyak tentang peradaban atau setiap kali semakin meningkat
apa saja. Aku ingin melihat mereka kepentingannya dari gagasan-gagasan
suntuk menelan teori-teori” (Rusmini, sebelumnya, terdapat dalam kalimat “Ijazah
2013:24). TK, ijazah SD, ijazah SMP, ijazah SMA,
9. “Aku ingin melihat otak mereka, agar ijazah sarjana!” (Rusmini, 2013:21). Kalimat
kuyakini otak mereka tidak sekadar tersebut dimulai dengan menyebutkan ijazah
kakus-kakus intelektual orang-orang luar. TK dan mencapai klimaksnya ketika
Aku ingin melihatnya, meyakinkan diriku menyebutkan ijazah sarjana. Selanjutnya,
bahwa mereka juga bisa berpikir” gaya simploke yang merupakan repetisi
(Rusmini, 2013:24). pada awal dan akhir beberapa baris atau
10. “Aku puas. Aku puas. Aku terus kalimat berturut-turut dapat dilihat dalam
merontokkan huruf-huruf” (Rusmini, kalimat “Aku bersaing dengan bayang-
2013:24). bayangku sendiri. Aku bergulat dengan
Kata yang dicetak miring merupakan tubuhku sendiri” (Rusmini, 2013:21). Kata
kata pertama yang mengalami pengulangan yang diulang dalam kalimat tersebut adalah
pada kalimat berikutnya. Kata pertama pada kata aku dan sendiri.
kalimat sebelumnya menjadi kata pertama
juga pada kalimat selanjutnya. 4) Gaya Bahasa Asindeton
Asindeton adalah gaya bahasa yang
3) Gaya Bahasa Klimaks berupa sebuah kalimat atau suatu
Cerpen “Esensi Nobelia” juga konstruksi yang mengandung kata-kata
mengandung gaya bahasa klimaks atau yang sejajar, tetapi tidak dihubungkan
gaya bahasa yang mengandung urutan- dengan kata penghubung. Seperti yang
urutan pikiran yang setiap kali semakin terdapat dalam kalimat “Seperti apa
meningkat kepentingannya dari pertumbuhan akarnya, batangnya,
gagasan-gagasan sebelumnya. Gaya daunnya, rantingnya, bunganya,
bahasa klimaks ini dapat ditemukan buahnya” (Rusmini, 2013:5).
dalam kalimat berikut ini. Polisindeton merupakan kebalikan dari
1. “Nobel yang kami dapatkan begitu asindeton, kata, frase, atau klausa yang
lucu, indah, menggemaskan, dan berurutan dihubungkan dengan kata
sering membuat kami kelabakan penghubung. Gaya bahasa ini terdapat
menghadapi ulahnya” (Rusmini, dalam kalimat “Lalu kau hibur anakmu
2013:3). yang merengek dan menjerit keras itu
2. “Seperti apa pertumbuhan akarnya, dengan pentas pembacaan puisi?”
batangnya, daunnya, rantingnya, (Rusmini, 2013:4) dan dalam kalimat
bunganya, buahnya” (Rusmini, “Dia membelikanku mukena dan
2013:5) sajadah” (Rusmini, 2013:11). Kata dan
3. “Nobelia akan berdiri mengitari kami, menjadi kata penghubung dalam kedua
melepas rok atau celananya yang kalimat tersebut.
berbau pesing, lalu sambil tertawa
mengusap aliran sungai dalam mata Data 02
kami” (Rusmini, 2013:5). majas asindeton atau gaya bahasa
Klimaks kutipan pertama adalah Nobel yang berupa sebuah kalimat yang
berulah dan membuat kelabakan orang mengandung kata-kata sejajar, tetapi tidak
tuanya. Pertumbuhan buah merupakan dihubungkan dengan kata penghubung,
klimaks kalimat kedua. Pada kalimat terdapat dalam kalimat “Ijazah TK, ijazah
terakhir, bagian klimaks terdapat pada SD, ijazah SMP, ijazah SMA, ijazah
bagian Nobelia yang mengusap aliran sarjana!” (Rusmini, 2013:21). Kalimat
sungai (air mata) dalam mata orang tuanya. tersebut tidak mengandung kata
penghubung.

125
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 1, Maret 2021
Data 03 kalimat “Seharusnya para maestro tari
5) Gaya Bahasa negeri ini melihat bagaimana
Polisindeton adalah suatu gaya bahasa dahsyatnya bibirku saat meloncatkan
yang menggunakan kata-kata huruf-huruf. Kalau para maestro itu tahu
penghubung untuk menghubungkan keindahan bibirku menari, mereka akan
beberapa kata, frase, atau kalimat yang bisa menciptakan tarian indah yang
berurutan. Gaya ini dapat ditemukan para kritikus tak akan sanggup
dalam kalimat “Sedangkan Ibu membedahnya” (Rusmini, 2013:3). Kata
Pembesar, kerjanya hanya berdandan yang mengalami repetisi adalah para
dan berteriak” (Rusmini, 2013:31). Kata maestro.
penghubung yang digunakan adalah
kata dan, sedangkan elipsis merupakan Data 03
gaya bahasa yang di dalamnya terdapat Mesodiplosis adalah repetisi di tengah
penanggalan atau penghilangan salah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan.
satu atau beberapa unsur penting dari Gaya kalimat ini terdapat dalam kalimat
suatu kalimat, yang ditandai dengan “Suatu hari, pagi-pagi sekali, ada utusan
adanya tanda (...). Gaya bahasa ini datang. Katanya, dia utusan Ibu Pembesar”
terdapat dalam kalimat “Ibu Yang (Rusmini, 2013:30). Kata yang mengalami
Terhormat terus berpidato tentang pengulangan adalah kau. Sementara gaya
perkembangan usaha kecil, tentang kalimat epistrofa atau pengulangan kata
PKK, tentang KB, tentang... banyak hal” pada akhir baris atau kalimat berurutan
(Rusmini, 2013:33). Bagian yang terdapat dalam kutipan kalimat “Ibu
dihilangkan adalah program-program Pembesar kali ini yakin, parfumnya sangat
kemasyarakatan lain, yang biasa mencerminkan bau Indonesia. Bau akar-
dikelola oleh istri-istri pejabat. akaran Indonesia” (Rusmini, 2013:34). Kata
Indonesia merupakan kata yang mengalami
Data 05 pengulangan dalam kalimat tersebut.
Polisindeton atau gaya bahasa yang
menghubungkan beberapa kata, frase, atau 7) Gaya Bahasa anadiplosis
klausa yang berurutan dengan kata Gaya bahasa anadiplosis yang
penghubung dapat ditemukan dalam kalimat mengulang kata atau frase terakhir dari
“Dia sering mencabik dan mengerat lukanya suatu klausa atau kalimat pada kata
sendiri” (Rusmini, 2013 63) dan “Biasanya, atau frase pertama dari klausa atau
setiap tilem, aku selalu bersembahyang ke kalimat berikutnya terdapat dalam
Pura Desa, meminta keselamatan dan kalimat “Rifaset ingin merayakannya
kebahagiaan” (Rusmini, 2013:68). Kata secara sederhana di sebuah restoran
penghubung yang digunakan dalam kalimat- kenangan kami. Kami sengaja memilih
kalimat tersebut adalah dan. Sementara menu yang membangkitkan kenangan
personifikasi atau gaya bahasa yang masa lalu: ikan goreng besar dan cah
menggambarkan benda-benda mati seolah- kangkung” (Rusmini, 2013:12). Kata
olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan yang mengalami repetisi anadiplosis
terdapat dalam kalimat “Pohon yang sangat adalah kata kami.
mencintai si buruk rupa” (Rusmini, 2013:53).
Pada kalimat tersebut, pohon digambarkan 8) Gaya Bahasa Elepsis
seolah-olah memiliki perasaan dan mampu Elipsis atau gaya bahasa yang di
mencintai seseorang. dalamnya terdapat penanggalan atau
penghilangan salah satu atau beberapa
6) Gaya Bahasa mesodiplosis unsur penting dari suatu konstruksi
Cerpen “Esensi Nobelia” tidak hanya sintaksis, yang biasanya ditandai
diwarnai repetisi di awal kalimat, tetapi dengan (...) terdapat dalam kalimat
juga pada bagian tengah kalimat yang berikut ini.
disebut dengan mesodiplosis. Gaya
bahasa mesodiplosis terdapat dalam

126
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 1, Maret 2021
1. “Rifaset mulai mendongeng tentang 10) Gaya Bahasa Hiperbola
Rumi, Goethe, Ovid, Nietzsche...” Gaya bahasa hiperbola atau gaya
(Rusmini, 2013:9). bahasa yang mengandung pernyataan
2. “Dia terus memanggil nama-nama, yang berlebihan dapat ditemukan dalam
menyanyikan metafisika, energi, kalimat-kalimat berikut ini.
kekekalan...” (Rusmini, 2013:9). 1. “Aku ngeri melihat tetesan emosi dan
3. “Maaf ya, Dik. Obel...” (Rusmini, ambisi meleleh dari tubuhnya dan
2013:11). mulai membasahi lantai rumahku”
4. “Dia hanya menatap setiap gerak (Rusmini, 2013:17).
kami dan terus bergumam tentang 2. “Bau napasnya hampir meledakkan
esensi, esensi...” (Rusmini, 2013:13). tubuhku” (Rusmini, 2013:23).
Pada kalimat pertama unsur yang 3. “Kami bicara dengan saling
dihilangkan adalah nama-nama tokoh lain melepaskan biji mata. Menukarnya
dalam suatu dongeng, sedangkan dalam dengan mata lawan bicara kami”
kalimat kedua bagian yang dihilangkan (Rusmini, 2013:25).
adalah bagian-bagian lain dari suatu ilmu Pada kutipan pertama pernyataan
pengetahuan alam. Pada kalimat ketiga, yang berlebihan adalah lantai yang seolah-
bagian yang dihilangkan adalah bagian yang olah basah akibat tetesan dan lelehan emosi
akan menjelaskan keadaan Obel, pada dan ambisi. Pada kutipan kedua, bau napas
bagian ini Sobrah merasa ragu untuk seolah dapat meledakkan tubuh. Dalam
menceritakan keadaan Obel yang kutipan terakhir, mata seakan dapat dilepas
sebenarnya kepada ibu Obel. Dalam kalimat dan ditukar.
terakhir, pengulangan terhadap kata esensi
dihilangkan karena obsesi dan keyakinan 11) Gaya Bahasa Ironi
Nobelia terhadap suatu esensi tak ada Gaya bahasa ironi juga terdapat dalam
akhirnya. Ia selalu mengucapkan esensi cerpen ini. Ironi merupakan gaya
dalam setiap kesempatan bahasa yang isinya bertentangan
dengan kenyataan yang sebenarnya.
9) Gaya bahasa Sarkasme Gaya bahasa ini dapat dilihat dalam
Gaya bahasa yang mengandung celaan kalimat “Bagaimana bisa perempuan
yang kurang enak didengar atau yang yang konon luar biasa cerdasnya itu
biasa disebut dengan sarkasme tidak melihat sampah-sampah yang
terdapat dalam kalimat “Yang pasti, aku memenuhi rumahku?” (Rusmini,
tahu, perempuan mantan hostes 2013:18) dan dalam kalimat “Indra
murahan itu menyayangi Nobelia” penciumannya tak berfungsi. Padahal
(Rusmini, 2013:10). Sebutan dia peneliti limbah paling professional di
perempuan mantan hostes murahan negeri ini” (Rusmini, 2013:18). Kalimat
untuk Sobrah merupakan bagian yang pertama menyebutkan bahwa
kurang enak didengar dari kalimat kenyataan bahwa seseorang yang
tersebut. sangat cerdas tidak mampu melihat
sampah yang memenuhi rumah,
Data 02 sedangkan kalimat kedua menyebutkan
Sarkasme atau gaya bahasa yang seorang peneliti limbah professional
mengandung celaan yang menyakiti hati dan memiliki indra penciuman yang tidak
kurang enak didengar terdapat dalam berfungsi.
kalimat “Maka dicomotnyalah laki-laki loakan Fungsi gaya bahasa diketahui bahwa
dari jalanan untuk hidup bersamanya” Fungsi gaya bahasa dalam kumpulan
(Rusmini, 2013:18). Bagian yang kurang cerpen Sagra. Sastrawan seperti Oka
enak didengar dalam kalimat tersebut Rusmini adalah bersifat estetika
adalah sebutan laki-laki loakan yang sehingga membuat setiap cerita dalam
ditujukan ibu Saiful kepada suami dari cerpen lebih hidup dan menarik,
seorang perempuan yang berkunjung ke meningkatkan selera pembaca, dan
rumahnya. memperkuat gagasan di dalam cerita.

127
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 1, Maret 2021
Pengarang bukan tidak bisa mengganti sarkasme, 2 ironi, 1 antitesis, 1 tautologi, 1
kata-kata bahasa daerah dan bahasa antiklimaks, 1 antanaklasis, dan 1 simploke.
asing tersebut dengan bahasa Dalam kumpulan cerpen ini, Oka Rusmini
Indonesia, akan tetapi pengarang hanya lebih banyak menggunakan majas anafora
bermaksud untuk mempertahankan nilai atau perulangan kata pertama pada tiap
rasa dalam cerpen. Kata sapaan yang baris atau kalimat berikutnya dan elipsis
paling banyak ditemukan dalam atau penghilangan salah satu atau beberapa
kumpulan cerpen ini adalah meme, unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis
bape, ratu, tugus, tugek, tuniang, jika dibandingkan dengan majas-majas
tukakiang, odah, dan tiang. Jika lainnya.
digantikan dengan bahasa Indonesia Berdasarkan uraian di atas, dapat
adalah ayah, ibu, kakek, dan nenek, diketahui bahwa Fungsi gaya bahasa dalam
tentunya akan mengilangkan kesan Bali kumpulan cerpen Sagra. Sastrawan seperti
dalam cerpen. Oka Rusmini adalah bersifat estetika
sehingga membuat setiap cerita dalam
Implikasi Hasil Analisis Gaya Bahasa cerpen lebih hidup dan menarik,
terhadap Pembelajaran Bahasa meningkatkan selera pembaca, dan
Indonesia di SMA memperkuat gagasan di dalam cerita.
Dalam kumpulan cerpen ini terdapat Pengarang bukan tidak bisa
sebelas cerpen, namun tidak semua cerpen mengganti kata-kata bahasa daerah dan
layak untuk dijadikan bahan ajar dalam bahasa asing tersebut dengan bahasa
pembelajaran di SMA. Meskipun Indonesia, akan tetapi pengarang hanya
mengandung unsur budaya dan gaya bermaksud untuk mempertahankan nilai
bahasa yang kuat, delapan dari sebelas rasa dalam cerpen. Kata sapaan yang paling
cerpen di dalamnya tidak layak dijadikan banyak ditemukan dalam kumpulan cerpen
bahan ajar di SMA. Cerpen “Kakus”, ini adalah meme, bape, ratu, tugus, tugek,
“Sepotong Kaki”, “Pesta Tubuh”, “Api Sita”, tuniang, tukakiang, odah, dan tiang. Jika
“Sagra”, “Ketika Perkawinan Harus Dimulai”, digantikan dengan bahasa Indonesia adalah
“Pemahat Abad”, dan “Cenana” berisikan ayah, ibu, kakek, dan nenek, tentunya akan
prahara rumah tangga, hubungan antara mengilangkan kesan Bali dalam cerpen.
laki-laki dan perempuan seperti Begitu juga dengan penggunaan bahasa
perselingkuhan, persetubuhan, dan asing, seperti bahasa Jepang yang
beberapa peristiwa yang terlalu sadis seperti digunakan untuk menampilkan latar
pemerkosaan yang tidak layak dijadikan kehidupan masyarakat Bali pada masa
sebagai bahan ajar. Sementara tiga cerpen penjajahan Jepang dan bahasa Inggris yang
lain, yaitu “Esensi Nobelia”, “Harga Seorang digunakan untuk menampilkan latar
Perempuan”, dan “Putu Menolong Tuhan” kehidupan masyarakat modern dalam
layak untuk dijadikan bahan ajar karena cerpen. Adapun penggunaan bahasa Yunani
masih dalam batasan wajar yang sesuai dan Latin seperti cumlaude dan logos
untuk dianalisis oleh siswa, khususnya di adalah untuk menggambarkan gaya
SMA. Ketiga cerpen ini juga mengandung berbicara seorang tokoh cendekiawan,
aspek kebahasaan yang lengkap, seperti mempertegas tokoh berpendidikan tinggi
gaya bahasa, baik kata maupun kalimat, dalam cerpen.
serta konjungsi. Dalam kumpulan cerpen ini terdapat
sebelas cerpen, namun tidak semua cerpen
PENUTUP layak untuk dijadikan bahan ajar dalam
Berdasarkan uraian di atas, dapat pembelajaran di SMA. Meskipun
disimpulkan bahwa ada 19 jenis majas mengandung unsur budaya dan gaya
dengan jumlah pemakaian yang berbeda, bahasa yang kuat, delapan dari sebelas
yaitu 78 anafora, 51 elipsis, 23 personifikasi, cerpen di dalamnya tidak layak dijadikan
19 hiperbola, 16 polisindeton, 16 epistrofa, bahan ajar di SMA. Cerpen “Kakus”,
15 mesodiplosis, 9 klimaks, 9 epizeukis, 6 “Sepotong Kaki”, “Pesta Tubuh”, “Api Sita”,
metafora, 5 anadiplosis, 3 asindeton, 2 “Sagra”, “Ketika Perkawinan Harus Dimulai”,

128
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Vol 10 No 1, Maret 2021
“Pemahat Abad”, dan “Cenana” berisikan http://openjournal.unpam.ac.id/index.p
prahara rumah tangga, hubungan antara hp/Sasindo/article/view/388. Diakses
laki-laki dan perempuan seperti pada 25 Februari, pukul 11.10 Wita.
perselingkuhan, persetubuhan, dan
Karmini, Ni Nyoman. 2011. Teori Pengkajian
beberapa peristiwa yang terlalu sadis seperti
Prosa Fiksi dan Drama. Denpasar:
pemerkosaan yang tidak layak dijadikan
Pustaka Larasan.
sebagai bahan ajar. Sementara tiga cerpen
lain, yaitu “Esensi Nobelia”, “Harga Seorang Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa:
Perempuan”, dan “Putu Menolong Tuhan” Komposisi Lanjutan I. Jakarta: PT
layak untuk dijadikan bahan ajar karena Gramedia Pustaka Utama.
masih dalam batasan wajar yang sesuai Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran
untuk dianalisis oleh siswa, khususnya di Bahasa Indonesia Kurikulum 2013.
SMA. Ketiga cerpen ini juga mengandung Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
aspek kebahasaan yang lengkap, seperti
gaya bahasa, baik kata maupun kalimat, Nirmalasari. 2014. Analisis Gaya Bahasa
serta konjungsi. dalam Kumpulan Cerpen Warisan
Penelitian ini sangat jauh dari Karya Wawan Mattaliu (Tinjauan
sempurna untuk itu diharapkan adanya kritik Stilistika). Tersedia di
dan saran yang membangun, demi http://eprints.unm.ac.id/1971/. Diakses
kesempurnaan penelitian ini. Semoga pada 25 Februari, pukul 10.10 Wita.
penelitian ini dapat bermanfaat bagi Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori
pembaca. Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika.
Akbar, M. 2006. “Analisis Gaya Bahasa Yogyakarta: Gajah Mada University
Pada Novel “Di Tepi Sungai Piedra Press.
Aku Duduk dan Menangis” Karya
Paulo Coelho”. Tersedia di Rusmini, Oka. 2013. Sagra. Jakarta: PT
http://repository.umrah.ac.id/118/. Grasindo.
Diakses pada 25 Februari, pukul 08.10 Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Wita. Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Aldila, dkk. 2014. “Gaya Bahasa dalam Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip-Prinsip
Novel Menjadi Tua dan Tersisih Karya Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Vanny Crisma W”. Tersedia di
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdp Tarigan, Henry Guntur. 2013. Pengajaran
b/article/view/1349. Diakses pada 25 Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Februari, pukul 09.10 Wita.
Christianto, Willy Agung. 2017. “Analisis
Gaya Bahasa Pada Novel Bidadari
Berkalam Ilahi Karya Wahyu Sujani”.
Tersedia di
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/diks
atrasia/article/view/641. diakses pada
25 Februari, pukul 07.10 Wita
Emzir, Saifur Rohaman. 2015. Teori dan
pengajaran sastra. Jakarta: Rajawali
Pers
Ibrahim, Soleh. 2015. Analisis Gaya Bahasa
Dalam Kumpulan Novel Mimpi Bayang
Jingga Karya Sanie B. Kuncoro.
Tersedia di.

129

Anda mungkin juga menyukai