Pengertian sastra berbeda dengan karya sastra. Sastra adalah jagat yang
diciptakan oleh pengarang. Sastra adalah refleksi sosial budaya suatu masyarakat.
Adapun karya sastra adalah produk imajinasi yang didasarkan pada konsep estetik,
bermedium bahasa dan terkait dengan realita. Realita dalam sastra dann dunia nyata
tidak harus sama. Fakta dalam karya sastra adalah fakta mental yang ada dalam
dirinya sendiri dan dunianya sendiri (Mahliatussikah, 2018:5)
Karya sastra berdasarkan genrenya dibagi menjadi 3, yaitu prosa, puisi, dan
drama. Diantara ketiga jenis karya sastra tersebut, puisi merupakan karya sastra
yang menarik untuk diteliti karena banyak memakai bahasa kias. Puisi memiliki
bahasa yang lebih padat dan penuh simbolik daripada dua jenis karya sastra yang
lain (Zuhdy dan Masadi:2015)
Menurut Sudjiman, karya sastra tidak terlepas dari gaya bahasa yang
digunakan pengarang, baik sengaja maupun tidak untuk menciptakan efek-efek
tertentu pada pembaca karya sastra tersebut. Menurut Rukhiyatun, untuk
menciptakan efek tertentu, pengarang seringkali memanfaatkan perangkat fonologi,
semantik, gramatikal, dan leksikal. Oleh karena itu, untuk mengetahui gaya bahasa
yang digunakan pengarang dalam menciptakan karya sastra dibutuhkan suatu
metode analisis yang disebut stilistika (Mizan:2017).
Dalam bangsa Arab, ada adagium yang sangat terkenal, al-syi'ru diwân al-
'arab, puisi adalah rumah bangsa Arah. Maksudnya adalah, bangsa Arab sejak
zaman dulu menjadikan puisi tak hanya sebatas gubahan kata-kata dan sentuhan-
sentuhan puitis. Seolah puisi itu rumah, di dalamnya tentu memiliki banyak
"perabot" dan "perlengkapan"; mulai prinsip hidup, tatanan nilai, keyakinan,
sejarah, etika, perlawanan, patriotisme, romantisme yang tidak hanya dapat kita
jumpe dalam puisi-puisi mereka, melainkan memiliki daya puka dalam realitas
hingga meneguhkan siapa jati diri mereka. Sosok Nizar Qabbani menjadi ikon
penting dalam kesusastraan Arab modern. Kritikus sastra, Husain bin Hamzah
memberi gelar Nizar Qabbani sebagai “Presiden Republik Puisi”. Bahkan menurut
Ali Manshur, penyair asal Mesir, sosok Nizar Qabbani bisa dikatakan sebagai
“Umar bin Abi Rabi'ah modern”, penyair Quraisy dari bani Makhzum yang paling
piawai dalam menggubah syair-syair cinta dan erotisme (Rahman, 2018:14-15).
Salah satu karya Nizar Qabbani yang masyhur adalah puisinya yang
berjudul “Asyhadu An Laa Imroata Illa Anti”. Pada puisi ini Nizar menggunakan
banyak bahasa kias untuk menggambarkan sosok perempuan yang ia cintai dengan
bahasa yang indah dan sarat akan makna sehingga menari untuk diteliti.
Berdasarkan hasil telaah peneliti, hasil karya Nizar Qabbani telah beberapa kali
dianalisis dengan berbagai pendekatan diantaranya; Risalah Hubb (Zuhdy dan
Mahdi:2015), Uhibbuki Jiddan (Zuhdy:tanpa tahun), Sayabqa Al-Hubbu Ya Sayyidi
(Mizan:2017), Hina Akunu Asyiqan (Faishol, 2016), Kitabul Hubb (Asqi:2019), dan
Mansyūrātun Fidāiyyatun Alā Judrāni Isrāīl (A’yun:2018).
PENGERTIAN STILISTIKA
Keraf membagi gaya bahasa menjadi dua bagian berdasarkan langsung atau
tidaknya makna. Yang pertama adalah gaya bahasa retoris dan yang kedua adalah
gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang semata-mata
merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu.
sedangkan gaya bahasa kiasan merupakan salah satu sarana untuk membangkitkan
imajinasi dengan mengiaskan atau mempersamakan satu hal dengan hal yang lain
supaya gambaran menjadi lebih jelas, menari, dan hidup (Pradopo dalam
Mahliatussikah, 2018:126). Beberapa bentuk gaya bahasa kiasan (majas) adalah
berikut ini:
Dalam ilmu balaghah, persamaan atau simile ini serupa dengan istilah
tasybīh. Makna tasybīh secara bahasa adalah menyamakan atau menyerupakan.
Adapun secara istilah adalah menyamakan suatu hal dengan hal lain dalam suatu
makna dengan menggunakan perabot yang diketahui (Zamroji dan Huda,
2018:300).
2. Metafora
yang dipindahkan dan arti yang dipakai, serta terdapat pertanda yang memalingkan
dari menghendaki makna aslinya (Zamroji dan Huda, 2018:300).
3. Antonomasia
4. Sinekdoke
Sebagai bahasa kiasan, ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin
mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang
terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Adapun menurut Keraf, ironi
merupakan suatu upaya literer yang efektif karena menyampaikan impresi yang
mengandung pengekangan yang besar dan entah disengaja atau tidak, rangkaian
kata-kata yang dipergunakan itu mengingkari maksud yang sebenarnya. Sedangkan
sinisme diartikan sebagai suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang
mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Adapun sarkasme
merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme, yakni suatu acuan
yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir (A’yun:2018).
Simile
أشهد أن ال إمرأة
و امللل السريع
و التعلق السريع
إال أنت
“Aku bersaksi tiada perempuan
Pada bait puisi diatas terdapat penyamaan (simile) yang tergolong tasybih
mursal mufasshal karena adat tasybih dan wajhussyibhi-nya disebutkan. Adapun
maknanya adalah bahwa tidak ada seorang wanitapun yang benar-benar mirip
dengan penulis dari segi pemikiran, kecerdasan, dan tabiat selain wanita yang ia
cintai.
َا
أشهد أن ال ْام َرأة
ا
كانت معي كريمة كالبحر
َ
َراق َب ُه كالشعر
ْ َ َ ََْ
َو َدللت ِّني ِّمثل َما ف َعل ِّت
ْ َ َ ََ َ
أفسدت ِّني ِّمثل َما ف َعل ِّت و
Pada bait puisi diatas terdapat simile yang tergolong tasybih mujmal mursal
karena tidak disebutkan wajhussyibhi-nya akan tetapi disebutkan adat tasybihnya.
Adapun maksud dari penyamaan itu adalah seorang wanita itu sangat dermawan
sehingga diibaratkan sebagai lautan yang luas. Wanita itu juga diibaratkan sebagai
puisi yang selalu disukai oleh orang karena puisi selalu membuat orang tersentuh
dengan kata-katanya dan menjadi candu bagi para pecintanya.
Metafora
َ َ َ ْ ّا َ
الع ْين ْي ِّن أيتها البح ِّرية
ََ ُّ
اليد ْي ِّن َوالشمعيه
َ الح َ ائعة ُ ّ َ
ضو ِّر والر
Pada bait puisi di atas terdapat metafore atau istiarah. Maksud dari bait
tersebut adalah bahwasanya siapapun yang memandang pada mata perempuan itu
akan tenggelam dalam pesona kecantikannya. Kehadirannya selalu menjadi pusat
perhatian karena kecantikan yang ia miliki. Orang yang sedang jatuh cinta akan
selalu memikirkan orang yang ia cintai sehingga seakan-akan hidupnya hanya
penuh dengan perempuan yang ia cintai dan dunia akan berhenti jika tidak bersama
perempuan tersebut.
أشهد أن ال امرأة
ونعناعا
َوبر ُتقال
“Aku bersaksi tiada perempuan
Menanamiku
Mawar Damaskus
Mint
Dan jeruk”
Maksud dari puisi ini adalah perempuan itu selalu berada di hati orang yang
mencintainya sehingga hatinya senang berbunga-bunga.
Antonomasia
........أشهد أن ال إمرأة
.......خالصة الفضيلة
“Aku bersaksi tiada perempuan
Maksud dari bait puisi ini adalah bahwasanya perempuan itu siap dicela oleh
masyarakat sebab dicintai oleh seorang lelaki yang dianggap tidak pantas untuknya.
Sinekdoke
و إن في سرتها
Sinekdok pada bait ini adalah majaz mursal juz’iyyah yang menyebutkan
kata pusar untuk memaknai seluruh jiwa dan raga perempuan. Maksudnya adalah
bahwa manusia itu lahir dari rahim seorang perempuan, dididik oleh perempuan,
perempuan sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya, sehingga perempuan
menjadi penentu kemajuan peradaban.
PENUTUP
Berdasarkan hasil telaah puisi “Asyhadu An Laa Imroata Illa Anti” karya
Nizar Qobbani, ditemukan beberapa macam gaya bahasa yakni simile, metafora,
antonomasia, dan sinekdoke. Pada puisi ini tidak ditemukan adanya ironi, sinisme,
dan sarkasme.
DAFTAR RUJUKAN
A’yun, L.K. 2018. Gaya Bahasa Kiasan Dalam Puisi “ Mansyūrātun Fidāiyyatun
„ Alā Judrāni Isrāīl”. Jurnal Arabiyatuna.
https://www.researchgate.net/publication/330164638
Faishol, Ahmad. 2016. Sy’ir Hiina Akunu Asyiqon Karya Nizar Qabbani (Analisis
Semiotik Riffaterre). Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: FAIB UINSUKA
Mahliatussikah, Hanik. 2019. Stilistika Puisi Arab: Kajian terhadap Diwan Al-
Jadawil karya Iliya Abu Madhi. Malang:UM Press
Mizan, A.N. 2017. Kompleksitas Penggunaan Gaya Bahasa dalam Antologi Puisi
“ Sayabqa Al - Hubb Sayyidi ” Karya Nizar Qabbani (Analisis Stilistika).
Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga
Zuhdy, H. & Masadi M.A. 2015. Analisis Form Puisi-Puisi Nizar Qabbani dalam
Antologi Puisi 100 Risalah Hubb. E-Journal UIN MALIKI.
http://ejournal.uin- malang.ac.id/index.php/humbud/article/view/3247