Anda di halaman 1dari 34

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

Dalam bab ini, penulis menguraikan beberapa teori dari pendapat

beberapa ahli yang mencakup hakikat sastra, hakikat stilistika, definisi majas,

hakikat lagu, hakikat pembelajaran bahasa Indonesia.

1. Hakikat Sastra

a. Pengertian Sastra

Fatimah dan Nafilah (2014: 2), mengatakan bahwa karya

sastra merupakan suatu bidang yang dapat dimanfaatkan untuk

memperkenalkan budaya bangsa sendiri kepada bangsa lain di

dunia. Sebab karya sastra merupakan cerminan masyarakat

tertentu, dan sekaligus merupakan hasil penghayatan manusia yang

paling dalam tentang kehidupan. Selain itu, karya sastra juga

merupakan sebuah cerita yang menampilkan hasil kreasi

pengarang. Penulis menyimpulkan bahwa sastra dapat

dimanfaatkan untuk memperkenalkan budaya bangsa melalui karya

sastra yang dijadikan sebuah cerita berdasarkan imajinasi

pengarang.

Endraswara (2011: 21) berpendapat bahwa karya sastra lahir

pada masyarakat yang memiliki konvensi, tradisi, pandangan

9
10

tentang estetika, dan tujuan berseni, yang kemungkinan justru

merupakan “rekaman” terhadap pandangan masyarakat tentang

seni. Dari pendapat tersebut bahwa sastra itu lahir dari pada

masyarakat dan merupakan suatu rekaman tentang seni yang ada

dimasyarakat dan sudah menjadi sebuah tradisi.

Wellek dan Warren (dalam Emzir dan Rohman, 2017: 7)

mengatakan bahwa sastra adalah sesuatu yang tertulis atau tercetak.

Menurut pendapat tersebut sastra merupakan sesuatu karya tulisan

yang telah dicetak dan ada bentuk fisiknya.

Faruk (2014: 77), mengatakan bahwa karya sastra adalah

objek manusiawi, fakta kemanusiaan, atau fakta kultural, sebab

merupakan hasil ciptaan manusia. Meskipun demikian, karya sastra

itu mempunyai eksistensi yang khas yang membedakannya dari

fakta kemanusiaan lainnya seperti sistem sosial dan sistem

ekonomi dan yang menyamakannya dengan sistem seni rupa, seni

suara, dan sebagainya.Jadi dari pendapat tersebut dapat dikatakan

bahwa sastra merupakan hasil atau karya ciptaan manusia yang

berdasarkan atas apa yang terjadi sebenarnya, sesuai dengan fakta

kemanusiaan, seperti sistem sosial dan sistem ekonomi.

Berdasarkan definisi sastra yang telah diuraikan di atas, dapat

diambil kesimpulan bahwa sastra adalah merupakan cerminan

masyarakat tertentu, dan merupakan suatu rekaman tentang seni

yang ada dimasyarakat. Karya sastra bisa juga diartikan sebagai


11

suatu karya seni yang diciptakan manusia berdasarkan fakta

kemanusiaan dan menjadikan sastra itu sendiri memiliki kekhasan

dari segi tulisan, pemanfaatan kata, dan menuntut pembaca yang

khas pula.

2. Hakikat Stilistika

a. Pengertian Stilistika

Ratna (2017: 3) menyatakan bahwa stilistika adalah ilmu

tentang gaya, sedangkan stil (style) secara umum sebagaimana

akan dibicarakan secara lebih luas pada bagian berikut adalah cara-

cara yang khas, bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan

cara tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai

secara maksimal.

Hal ini ditegaskan kembali oleh Ratna (2017: 5) bahwa

stilistika berkaitan dengan pengertian ilmu tentang gaya secara

umum, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Stilistika dalam

karya sastra merupakan bagian stilistika budaya itu sendiri,

meskipun demikian, dengan adanya intensitas penggunaan bahasa,

maka dalam karya sastralah pemahaman stilistika paling banyak

dilakukan.

Shipley (dalam Ratna, 2017: 8) Stilistika (stylistic)

mengungkapkan bahwa adalah ilmu tentang gaya (style),

sedangkan style itu sendiri berasal dari akar kata stilus (Latin),
12

semula berarti alat berujung runcing yang digunakan untuk menulis

di atas bidang berlapis lilin. Bagi mereka yang dapat menggunakan

alat tersebut secara baik dapat disebut sebagai praktisi gaya yang

sukses (stilus exercilotus), sebaliknya bagi mereka yang tidak

dapat menggunakannya dengan baik disebut praktisi gaya yang

kasar atau gagal (stilus rudis).

Ratna (2017: 167) berpendapat bahwa stilistika secara

definitif adalah ilmu yang berkaitan dengan gaya bahasa. Akan

tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa.

Jadi, dalam pengertian yang paling luas stilistika, sebagai ilmu

tentang gaya, meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam

kegiatan manusia.

Berdasarkan stilistika merupakan studi, teknik untuk

mengungkapkan segala sesuatu lewat bahasa untuk mencapai efek

tertentu kepada pembaca. Style (gaya) adalah cara-cara yang khas,

bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu,

sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal.

Stilistika juga diartikan sebagai ilmu tentang gaya, meliputi

berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia.

b. Ruang Lingkup Penelitian Stilistika

Hough (dalam Ratna, 2017: 18) ruang lingkup stilistika

sangat luas dan dianggap sebagai tugas yang tidak mungkin untuk
13

dilakukan, lebih-lebih apabila dikaitkan dengan pengertian gaya

bahasa secara luas, yaitu: bahasa itu sendiri, karya sastra, karya

seni, dan bahasa sehari-hari, termasuk ilmu pengetahuan. Untuk

membatasinya ruang lingkup dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Ruang lingkup dalam kaitannya dengan objek stilistika itu

sendiri, b) Ruang lingkup dalam kaitannya dengan objek yang

mungkin dilakukan dalam suatu aktivitas penelitian.

Namun secara praktis, khususnya dalam karya sastra, ruang

lingkup stilistika adalah deskripsi penggunaan bahasa secara khas.

Wellek dan Warren (dalam Ratna, 2017: 23) menyarankan dua cara

untuk memahaminya, yaitu: a) analisis sistematis bahasa karya itu

sendiri, sekaligus interpretasinya dalam kaitannya dengan makna

secara keseluruhan, b) analisis mengenai ciri-ciri pembeda

berbagai sistem dengan intensitas pada unsur-unsur keindahan.

3. Definisi Majas

Seringkali majas disamakan dengan gaya bahasa padahal majas pada

dasarnya berfungsi sebagai penunjang gaya bahasa. Ratna (2017: 164)

mengatakan bahwa majas (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu

sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh

aspek keindahan. Majas sudah berpola, sehingga pola seolah-olah

membatasi kreativitas. Padahal pembicaraan dan dengan demikian

maknanya tergantung dari kemampuan pengarang untuk mencipta dan


14

kemampuan pembaca untuk memahaminya. Sehingga majas lebih dikenal

di kalangan para siswa, kelompok akademis, dan masyarakat pada

umumnya.

Ratna (2017: 165) ruang lingkup gaya bahasa lebih luas, sebaliknya,

majas lebih sempit, sehingga majas bersifat membantu gaya bahasa. Tidak

ada karya sastra tertentu tanpa gaya bahasa tertentu. Mulai dari

pemahaman gaya yang paling sederhana seperti padanan kata dan lawan

kata hingga puisi kongkret yang ada di dalamnya kata-kata harus

diciptakan kembali sebab kata-kata yang sudah ada dianggap tidak mampu

mewakili makna adalah gaya bahasa itu sendiri. Di dalam gaya bahasa

inilah dimasukkan penggunaan majas, seperti majas repitisi, majas

metafora, dan sebagainya.

Ratna (2017: 3) Majas diterjemahkan dari kata trope (Yunani),

figure of speech (Inggris), berarti persamaan atau kiasan. Jenis majas

sangat banyak, seperti : hiperbola, paradoks, sarkasme, inversi, dan

sebagainya. Tetapi pada umumnya dibedakan menjadi empat kelompok,

yaitu majas penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran.

Jenis majas perbandingan dengan pertimbangan bahwa karya sastra adalah

representasi kemampuan manusia untuk meresepsi keseuluruhan aspek

kehidupan dengan cara membandingkan.

Keraf (2004: 113) berpendapat bahwa gaya bahasa adalah cara

mengungkapkan pikiran melalui bahasa lisan atau tulisan melalui ciri khas
15

yang melekat pada seseorang. Ciri khas ini yang memerlihatkan

kepribadian Si Pengarang itu.

Keraf (2016: 124-145) mengatakan bahwa Majas dalam bahasa

Indonesia dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yakni majas

pertentangan, majas perbandingan, majas penegas, dan majas sindiran.

a. Majas Pertentangan

1) Antithesis

Majas yang mengungkapkan suatu maksud dengan

menggunakan kata-kata yang saling berlawanan.

Contoh:

a) Tinggi rendahnya nilaimu tak akan bisa mengubah

takdirmu menjadi karyawan.

b) Besar kecilnya upahmu harusnya disyukuri.

2) Paradoks

Paradoks adalah majas pertentangan yang mengandung

pernyataan seolah-olah bertentangan, tetapi sebenarnya

tidak bertentangan.

Contoh:

a) Pengamen cilik merasa kesepian di tengah keramaian

kota.

b) Dia bahagia di tengah kesedihan ditinggalkan mati

dalam bencana alam itu.

3) Oksimoron
16

Oksimoron (okys = tajam, moros = gila, tolol) adalah

suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata

untuk mencapai efek yang bertentangan.

Contoh:

a) Ketenangan yang dingin.

b) Kepedulian yang acuh.

4) Anakronisme

Majas yang mengandung ketidaksesuaian antara

peristiwa dengan waktunya.

Contoh:

a) Cinderela memasang CCTV di rumahnya supaya aman.

b) Prabu Siliwangi menelepon prajurit untuk

menghadapnya.

5) Kontradiksi Interminus

Majas yang berisi sangkalan terhadap pernyataan

yang disebutkan sebelumnya.

Contoh:

a) Dilarang masuk, kecuali petugas.

b) Dilarang merokok, kecuali sudah berusia 18 tahun.

b. Majas Perbandingan

1) Metafora

Metafora adalah kiasan dengan perbandingan yang

bersamaan dengan maksud/ perbandingan langsung.


17

Contoh:

a) Si Jago Merah berkali-kali membakar pasar di Tanah

Abang.

b) Sang Dewi Malam tidak muncul malam ini.

2) Sinestesia

Majas yang berubah karena tanggapan indera yang

berlainan.

Contoh:

a) Mukanya manis sekali.

b) Dia berbicara sangat pedas.

3) Simile

Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit

dengan menggunakan kata-kata: seperti, bagai, sama,

laksana, bak, dan sebagainya.

Contoh:

a) Seperti katak dalam tempurung.

b) Wajah adik kakak itu laksana bumi dengan langit.

4) Alegori

Alegori adalah majas yang menggunakan lambang-

lambang yang termasuk alegon.

Contoh:

a) Mereka bertengkar terus. Kucing dan anjing yang sulit

dileraikan.
18

b) Tetanggaku selalu membuat angin ribut di rumahnya.

5) Alusio

Majas yang berusaha peamakaian ungkapan yang tidak

diselesaikan karena selain ungkapan itu sudah dikenal juga

pembicara atau penulis ingin menyampaikan maksud secara

tersembunyi. Contoh:

a) Semoga pada masa yang akan datang lahir Chris John

yang baru.

b) Kalau ada sumur diladang, bolehlah saya menumpang

mandi?

6) Metonomia

Berasal dari kata Yunani meta yang berarti

menunjukkan perubahan dan onoma berarti nama.

Metonomia adalah gaya bahasa yang menggunakan hal lain

yang dikenal masyarakat umum karena pertaliannya begitu

erat.

Contoh:

a) Dia menaiki lamborgini kemarin.

b) Kapan kau membeli Honda?

7) Antonomasia

Antonomasia adalah majas yang menggunakan gelar

resmi sebagai pengganti nama diri.

Contoh:
19

a) Gubernur Jakarta dan Jawa Barat menjadi calon

presiden di tahun ini.

b) Presiden RI telah meresmikan rumah sakit untuk buruh

kemarin.

8) Antropomorfisme

Bentuk metafora yang menggunakan kata yang

berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan

manusia.

Contoh:

a) Jagalah paru-paru dunia kita demi masa depan anak

cucu kita.

b) Jantung kota kita sudah pernah mati suri karena banjir.

9) Hiperbola

Majas yang mengandung pernyataan yang berlebihan.

Contoh:

a) Keringatnya mengucur deras di tengah matahari yang

terik.

b) Perutnya besar sekali, lipatan lemaknya mencapai

ratusan.

10) Litotes

Majas yang melukiskan sesuatu secara berlawanan.

Bertujuan untuk merendah.

Contoh:
20

a) Aku hanya punya mobil yang asal bergelinding bannya.

b) Uangku hanya bisa untuk biaya hidup sehari-hari saja.

11) Hipokorisme

Gaya bahasa yang menggunakan nama timangan

antara pembicara dengan topik yang dibicarakan.

Contoh:

a) Mbak Iis sedang salat.

b) Sayang, kau mau ke mana?

12) Personifikasi atau prosopopoeia

Adalah semacam gaya bahasa kiasan yang

menggambarkan benda-benda mati seolah-olah memiliki

sifat seperti manusia.

Contoh:

a) Melihat ombak yang berkejar-kejaran itu sungguh

membuatku tenang.

b) Kulihat awan bergerak perlahan, jangan-jangan akan

ada hujan.

13) Sinekdoke

Adalah bahasa kias yang menggunakan sebagian hal

atau benda untuk menyatakan keseluruhan (parsprototo),

atau menggunakan keseluruhan untuk sebagian (totem pro

parte).

Contoh:
21

a) Aku belum melihat batang hidungnya. (pars pro toto)

b) Sekolahku menjuarai olimpiade Sains. (totem pro parte)

14) Eufemisme

Majas eufemisme dalah majas perbandingan yang

digunakan untuk memperhalus tujuan.

Contoh:

a) Dia bukannya bodoh, dia agak kurang berpengetahuan.

b) Nazaruddin itu hanya mengambil sedikit dari dana

hambalang.

15) Perifrase

Adalah gaya bahasa untuk menggantikan suatu kata

atau kelompok kata lain.

Contoh:

a) Panda adalah hewan yang lucu. Panda dilahirkan di

negara Tirai Bambu.

b) Dia sudah menjadi desainer handal karena empat tahun

yang lalu dia pergi ke Pusat Mode Dunia.

16) Simbolik

Gaya bahasa untuk melukiskan suatu maksud dengan

menggunakan simbol atau lambang.

Contoh:

a) Jika ada pahlawan yang gugur, pasti orang-orang

membuat bendera setengah tiang.


22

b) Wah, akhir-akhir ini banyak orang yang memasang

janur kuning di tepi jalan.

17) Fabel

Adalah menyatakan bahwa perilaku binatang sebagai

manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

a) Kancil diam sejenak, kebun mentimun siapakah

gerangan ini?

b) Mengetahui bahwa Kancil telah menipunya, geramlah

hati harimau.

18) Depersonifikasi

Adalah cara pengungkapan dengan tidak

menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa sebagai

manusia.

a) Jika engkau bunga, maka aku kumbang

b) Engkaulah bulanku, Pelita malamku

19) Kiasmus (chiasmus)

Adalah semacam acuan atau majas yang terdiri dari

bagian, sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama

lain.

Contoh:

a) Yang menentukan berhasil tidaknya seseorang adalah

kemauan dalam bekerja keras.


23

b) Wajahnya serupa dengan kau, tetapi tak sama setelah

lebih jauh memandangmu.

c. Majas Penegasan

1) Repetisi

Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau

bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi

tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

Contoh:

a) Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk

Indonesia raya.

b) Para pahlawan menerkam, menerjang, dan terjang

ketika ada penjajah.

2) Apofasis atau Preterisio

Majas Si Pengarang untuk menegaskan sesuatu, tetapi

seolah-olah menyangkal.

Contoh:

a) Sebenarnya saya tidak mau ikut campur urusan orang

lain, tetapi sebenarnya suami istri itu sedang melempar

perkataan yang tak pantas kemarin.

b) Aku tidak mencuri, tanganku saja yang gatal

mengambil sesuatu darimu.

3) Aliterasi
24

Adalah gaya bahasa yang berbentuk pengulangan

konsonan pada suatu kata atau beberapa kata.

Contoh:

a) Jangan termakan omongan.

b) Kejahatan bukan hanya perbuatan tetapi juga adanya

kesempatan.

4) Pleonasme

Adalah acuan yang menggunakan kata-kata lebih

banyak daripada yang diperlukan.

Contoh:

a) Dia naik ke atas lantai lima.

b) Silakan masuk ke dalam rumahku.

5) Paralelisme

Adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai

kesejajaran dalam pemakaian kata-kata.

Contoh:

a) Kaya maupun miskin jika bersalah harus dihukum.

b) Terserah Tuhan menganugerahkan seorang anak laki-

laki atau perempuan.

6) Tautologi

Adalah majas yang mengulang kembali gagasan yang

sudah disebut sebelumnya.

Contoh:
25

a) Pagi-pagi begini, masih pukul 07.00 sudah tiba di

kantor?

b) Kelebihan dan keunggulan produk ini tak perlu

diragukan lagi.

7) Inversi

Majas yang mendahulukan predikat sebelum subjek

dalam suatu kalimat.

Contoh:

a) Bertanya anak itu kepada bapaknya, tadarus dan

tarawih gunanya apa.

b) Bergumam aku dalam omongannya yang panjang.

8) Ellipsis

Majas yang menghilangkan beberapa unsur kalimat,

tetapi tidak mengaburkan pendengar untuk memahaminya.

Contoh:

a) Kalau kamu tidak... lepaskan saja. Mungkin kau

berjodoh dengan yang lebih baik darinya.

b) Jadi, kau dengannya sudah... Pantas saja kau lengket

sekali dengannya.

9) Retoris

Majas yang tidak membutuhkan jawaban yang sudah

diungkapkan seseorang.

Contoh:
26

a) Benarkah katak itu hewan amfibi?

b) Benarkah kelelawar itu mamalia?

10) Klimaks

Majas yang mengurutkan tingkatan dari yang

sederhana hingga hal yang kompleks.

Contoh:

a) Pengusaha kecil, menengah, sampai perusahaan besar

pun turut merasa berat mengikuti aturan pembayaran

pajak itu.

b) Rasanya singkat sekali perjalanan hidup ini jika melihat

fotoku saat bayi, balita, masuk TK, SD, SMP, SMK,

hingga saat ini berada di bangku perkuliahan.

11) Antiklimaks

Majas untuk menentukan satu hal atau gagasan

penting lalu menurun kepada gagasan yang sederhana.

Contoh:

a) Jangankan uang sepuluh juta, lima juta, dua juta saja

pun tak punya di tabunganku.

b) Jangankan untuk berlari, berjalan, duduk saja pun bayi

tidak bisa melakukannya.

12) Antanaklasis

Majas yang menggunakan pengulangan kata yang

sama, tetapi maknanya berlainan.


27

Contoh:

a) Awas, kau bisa terkena bisa ular itu!

b) Kau tahu cara membuat tahu?

13) Pararima

Bentuk pengulangan konsonan dari awal hingga akhir

dalam kata atau bagian kata yang berlainan.

Contoh:

a) Semua rumah luluh lantak karena pengusiran paksa

oleh Satpol PP.

b) Ayahku berjualan sayur mayur di pasar.

14) Koreksio

Majas yang menggunakan pengungkapan yang salah

kemudian diperbaiki.

Contoh:

a) Kita membayar uang SPP tanggal 15 April. Maaf, salah

lihat, seharusnya tanggal 17 April.

b) Harga sepatu itu berkisar dua ratus ribuan. Aduh, maaf,

ada di pasar berkisar lima puluh ribuan!

15) Asindenton

Majas yang bersifat padat dan mampat, biasanya

antarfrase dihubungkan dengan koma.

Contoh:
28

a) Membaca hal penting, mengetik, mencetak beberapa

buku itu yang dia lakukan sehari-hari.

b) Dia melakukan bagian tugas itu selama tiga tahun mulai

dari mencuci, menggunting, dan mengeringkan rambut

dengan pengering rambut.

16) Polisindenton

Majas yang menggunakan kata sambung untuk

menyambungkan beberapa klausa.

Contoh:

a) Toko ini tidak hanya menjual barang kebutuhan pokok,

toko ini juga menyediakan ATK untuk keperluan

belajar.

b) Perpustakaan ini memberikan kesempatan kepada para

mahasiswa yang bukan orang UI untuk membuka

pengalaman dan pengetahuan yang baru.

17) Eklamasio

Majas yang menggunakan kata seru.

Contoh:

a) Aduh, tengkuk saya sakit!

b) Kasihan, dompetnya hilang entah kemana!

18) Alonim

Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.

Contoh:
29

a) Ambilkan buku itu, Neng.

(Neng, varian dari Neneng)

b) Terima kasih sudah memberi tumpangan untukku, Vi.

(Vi, varian dari Devi)

c) Aku mau pulang dulu, Wi.

(Wi, varian dari Dwi)

d. Majas Sindiran

1) Ironi

Majas sindiran dengan menggunakan kata yang

mengandung makna kebalikan.

Contoh:

a) Rapi benar rambutmu, jarang disisir, ya?

b) Baik benar ucapanmu, sampai dia menangis karena

terluka perasaanya.

2) Sinisme

Adalah majas sindiran berisi cemooh.

Contoh:

a) Semoga kau menjadi anak yang jujur dengan

melakukan contekan kertas itu.

b) Negara akan damai jika ada koruptor.

3) Sarkasme

Adalah acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme.

Sarkasme mengandung kepahitan dan celaan yang getir.


30

Contoh:

a) Aku melihat tingkahmu rasanya mau muntah.

b) Pergi kau binatang jalang.

4) Antifrasis

Gaya bahasa ironi dengan kata atau kelompok kata

yang maknanya berlawanan.

Contoh:

a) “Orang cantik sedang lewat.” (maksudnya orang jelek

berpakaian norak)

b) “Orang dermawan sedang menabung uang.”

(maksudnya orang pelit tak mau beramal sepeser pun)

5) Inuendo

Adalah sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang

sebenarnya.

Contoh:

a) Uang yang diambil koruptor itu jumlahnya sedikit, paling

tidak hanya bisa membeli pulau.

b) Dia hanya nakal kepada laki-laki beristri.

4. Hakikat Lagu

Lagu yang memuat instrumen dan vokalis adalah unsur yang ada

pada musik. KBBI (2008: 771) lagu adalah ragam suara yang berirama

(dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dan sebagainya). Bisa juga


31

diartikan sebagai nyanyian, sehingga secara garis besarnya lagu

merupakan sebuah insturmen yang memiliki unsur musik didalamnya.

Hardjana (2004: 64) menyatakan bahwa kesinambungan proses

transformasi budaya yang membuat kesenian tradisioal selalu menemukan

nilai-nilai barunya. Ia hadir bukan sebagai barang antik kehidupan

modern, tetapi sebagai cermin proses sejarah dan sebagai roh tindak laku

kontemporer. Berarti menurut pendapat tersebut musik bisa menjadi

proses sejarah dan bersifat evolusi seiring perkembangan zaman dan

sejarah.

Jamalus (dalam Hermawan, 2017: 2) mengatakan bahwa musik

adalah suatu karya seni yang dihasilkan dari bunyi dalam sebuah bentuk

lagu atau komposisi musik yang sedemikian rupa mengungkapkan ide

pikiran dan perasaan penciptanya lewat unsur-unsur musik seperti irama ,

melodi harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu

kesatuan. Berdasarkan pendapat tersebut musik merupakan suatu kesatuan

unsur-unsur dan menjadi komposisi musik yang satu padu.

Adapun selaras dengan pendapat sebelumnya Hermawan (2017: 1-2)

menjelaskan bahwa musik merupakan unsur dari seni yang menggunakan

sarana bunyi sebagai media penciptaannya. Musik yang mengalun di

telinga pendengarnya di seluruh dunia mewakili peradaban masa atau era

tertentu, misalnya barok dan masa barok dan masa klasik berbeda warna

khas musiknya. Sehingga tertulis jelas melalui dua pendapat ahli bahwa

musik juga merupakan saksi sejarah yang terekam melalui seni musik.
32

Hidayatulah (2017: 1) mengatakan bahwa musik selalu diasosiasikan

dengan suatu yang berbunyi, paadahal tidak berbunyi pun dikatakan

elemen dari musik, contohnya adalah tanda istirahat (the rest not) yang

tiap kali muncul ketika kita membaca sebuah partitur. Berbeda dari

pendapat ahli yang lainnya, Hidayatulah justru mengatakan bahwa musik

tidak harus selalu memiliki bunyi. Hal ini terjadi ketika tanda istirahat

dalam sebuah partitur muncul maka kesinambungan dan harmonisasi

dalam musik semakin bervariatif, walaupun terasa seperti mengawang.

Berdasarkan pendapat tersebut musik dan lagu merupakan sebuah

seni yang menggunakan sarana bunyi sebagai penciptaanya. Selain itu, jika

muncul tanda istirahat di sebua partitur juga merupakan sebuah variasi

dalam bunyi tersebut yang tidak menghilangkan harmonisasi dalam sebuah

musik dan lagu.

5. Hakikat Pembelajaran

a. Pengetian Pembelajaran

Menurut Ratih, dkk (2018:107) mengemukakan istilah

pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan

mengajar.

Menurut Sagala (dalam Ratih, dkk, 2018:108) pembelajaran

adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan

maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan

pendidikan.
33

b. Keterampilan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Menurut Martinis (2007:106) Dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia ada 4 aspek yang menjadi ruang lingkup dalam

pembelajaran bahasa Indonesia yaitu:

1. Keterampilan Menulis

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk menifase

kamampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir

dikuasai oleh pembelajaran bahasa setelah kemampuan

mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan

tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis

lebih sulit dikuasai.

2. Keterampilan Membaca

Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi yang

disampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan

pendapat, gagasan, teori-teori, hasil penelitian para ahli untuk

diketahui dan menjadi pengetahuan siswa. Kemudian

pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam berfikir,

menganalisis, bertindak, dan dalam pengambilan keputusan.

3. Keterampilan Menyimak

Mendengarkan atau menyimak adalah keterampilan memahami

bahasa lisan. Dengan demikian, mendengarkan di sini berarti

bukan hanya sekedar mendengarkan bunyibunyi bahasa

melainkan sekaligus memahaminya.


34

Mendengarkan merupakan proses ketika gelombang suara

mengenai gendang telinga dan menyebabkan sejumlah getaran

yang ditransformasikan ke otak. Menyimak tidak bekerja

secara otomatis tetapi merupakan sebuah proses yang

mencakup perhatian selektif dan pemaknaan.

4. Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara merupakan megungkapkan gagasan

bahasa lisan. Ketika seorang pembelajar sedang berbicara harus

memperhatikan siapa lawan bicaranya, bagaimana situasinya,

kapan dan dimana dia berbicara, apa pokok masalah yang

dibicarakan, ragam bahasa yang harus digunakan, bagaimana

pranata sosial budayanya, dan sebagainya. Disamping itu, yang

perlu mendapat perhatian ketika mengajarkan keterampilan

berbicara adalah apa yang dikatakan dan bagaimana cara

mengatakannya. Keterampilan berbicara merupakan

megungkapkan gagasan bahasa lisan. Ketika seorang

pembelajar sedang berbicara harus memperhatikan siapa lawan

bicaranya, bagaimana situasinya, kapan dan dimana dia

berbicara, apa pokok masalah yang dibicarakan, ragam bahasa

yang harus digunakan, bagaimana pranata sosial budayanya,

dan sebagainya. Disamping itu, yang perlu mendapat perhatian

ketika mengajarkan keterampilan berbicara adalah apa yang

dikatakan dan bagaimana cara mengatakannya.


35

Dari beberapa uraian di atas dapat dipahami pembelajaran tidak

lepas dari kegiatan belajar mengajar. Sebagaimana

pembelajaran mengajarkan siswa untuk mencapai keberhasilan

dalam pendidikan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

terdapat 4 aspek keterampilan berbahasa di antaranya menulis,

membaca, menyimak, dan berbicara. Menulis adalah hal

tersulit dari 4 aspek keterampilan. Maka dari itu siswa dilatih

untuk membuat teks dalam kegiatan pembelajaran Bahasa

Indonesia agar terampil dalam kegiatan menulis.

Oleh karena itu, hakikat pembelajaran bahasa Indonesia merupakan proses

belajar dan pembelajaran yang menentukan keberhasilan seseorang dalam bidang

pendidikan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Nama : Trisia Erma Yanuasanti

Judul :nnDiksi, Citraan dan Majas dalam Kumpulan Lirik Lagu

Banda Neira (Analisis Stilistika)

Nama Jurnal : Bapala

Edisi : 2017

URL :

https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/bapala/article/view/21392

Simpulan :
36

Simpulan berjudul “Diksi, Citraan, dan Majas dalam Kumpulan

Lirik Lagu Banda Neira (Analisis Stilistika))” ini dapat disimpulkan

sebagai berikut Diksi yang digunakan dalam Kumpulan Lirik Lagu Banda

Neira adalah kata-kata yang menggunakan pilihan kata bermakna

denotatif, kata bermakna konotatif, kata sapaan khas/nama diri, kata asing,

dan kata yang menggunakan objek realitas alam. Pilihan kata yang

digunakan dalam kumpulan lirik lagu Banda Neira mudah dicerna, hal

tersebut dibuktikan dengan penggunaan kata denotatif yang lebih

mendominasi. Penggunaan kata konotatif dalam kumpulan lirik lagu

Banda Neira bukanlah kata-kata yang maknanya selalu berlawanan

melainkan lebih pada tidak tepatnya pada pemaknaan sehingga makna

yang terkandung menjadi tergeser dari makna sesungguhnya, namun hal

tersebutlah yang membuat kumpulan lirik lagu Banda Neira menjadi lebih

indah, namun bahasanya tetap ringan untuk dinikmati oleh penikmat

musik.

Pada kumpulan lirik lagu Banda Neira tidak hanya ditemukan

diksi, namun juga citraan. Penggunaan citraan dalam kumpulan lirik lagu

Banda Neira yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan

gerakan, citraan penciuman, citraan perabaan, citraan pencecapan, dan

citraan intelektual. Pelukisan lirik-lirik lagunya banyak terinspirasi dari

fenomena alam yang ada di sekitar, bahkan permasalahan-permasalahan

yang terjadi di Indonesia. Kata yang digunakan pengarang dalam

kumpulan lirik lagu Banda Neira tidak hanya sampai pada citraan, tetapi
37

juga sampai bagaimana pengarang mampu menghasilkan bahasa yang

dapat menghidupkan karyanya, yakni dengan menggunakan majas. Majas

tersebut yaitu majas simile, majas metafora, majas personifikasi, majas

metonimia, dan majas sinekdoki. Penggunaan majas personifikasi yang

lebih mendominasi diantara majas lainnya. Pelukisannya dengan objek

alam yang dilukiskan berwatak atau berperilaku seperti manusia, manusia

disini tidak hanya diperuntukkan pada dirinya sendiri, melainkan juga

untuk penggemarnya, para kaum muda, dan juga tim mawar.

2. Nama : Kokoh Muflikhul

Judul : Majas dalam Kumpulan Lirik Lagu Barasuara (Analisis

Stilistika)

Nama Jurnal : Bapala

Edisi : 2018

URL :

https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/bapala/article/view/23094

Simpulan :

Berdasar analisis dan pembahasan majas dalam kumpulan lirik

lagu Barasuara sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian

berjudul “Majas dalam Kumpulan Lirik Lagu barasuara (analisis Stilistika)

disimpulkan terdapat 89 majas dalam kumpulan lirik lagu Barasuara yang

terbagi atas 56 majas penegasan, enam majas pertentangan, dan 27 majas

perbandingan. Majas sindiran tidak ditemukan dalam kumpulan lirik lagu

Barasuara. Berdasar data di atas, dominasi majas terdapat pada lirik lagu
38

Api dan Lentera, Mengunci Ingatan, dan Tarintih (empat belas majas);

dilanjutkan lirik lagu Menunggang Badai (dua belas majas); Taifun

(sepuluh majas); lirik lagu Bahas Bahasa (delapan majas); Nyala Suara

dan Sendu Melagu (tujuh majas); dan Hagia (tiga majas). Makna-makna

yang terdapat dalam lirik lagu bernilai positif yang ditujukan bagi para

pendengar. Penulis lebih banyak menggunakan majas penegasan dan

perbandingan untuk memertajam maksud dan tujuan dari lirik lagu dan

memerkaya bahasa yang digunakan agar pesan dapat tersampaikan secara

maksimal.

3. Nama : Robert Rizki Yono dan Mimi Mulyani

Judul : Majas dan Citraan dalam Novel Kerling Si Janda Karya

Taufiqurrahman Al-Azizy

Nama Jurnal : Seloka

Edisi : 2017

URL : https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka

Simpulan :

Berdasarkan analisis data, simpulan dalam penelitian ini

adalah fungsi majas dan citraan yang dominan dalam novel KSJ yaitu

majas simile dan citraan penglihatan. Majas simile berfungsi untuk

menggambarkan sifat dan perilaku tokoh sehingga tokoh cerita lebih hidup

atau jelas. Selain itu, penggunaan majas simile mempunyai efek

estetis sehingga cerita menjadi lebih hidup. Citraan penglihatan

berfungsi untuk mempertegas gambaran sifat dan perilaku tokoh. Dengan


39

demikian, fungsi majas dan citraan novel KSJ digunakan pengarang

untuk mengkritik pengarang novel islami yang menciptakan tokoh yang

selalu ma’shumatau sempurna dalam karya-karyanya.

4. Nama : Wulandari

NPM/NIM : 12080038

Tahun : 2017

Judul : Analisis Majas Perbandingan dalam Novel Bidadari-bidadari

Surga Karya Tere Liye.

Kampus : STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang

URL : http://repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/1965/

Simpulan :

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa,

pengarang banyak menggunakan kata-kata yang bermajas dalam novel

Bidadari-bidadari Surga Karya Tere Liye. Hasil penelitian menunjukan

majas perbandingan yang dibahas dalam novel Bidadari-bidadari Surga

Karya Tere Liye terdiri atas majas metafora, personifikasi, asosiasi dan

paralel. Majas metafora berjumlah tiga kalimat yang bermajas,

personifikasi berjumlah empat belas kalimat yang bermajas, asosiasi

berjumlah dua puluh sembilan kalimat yang bermajas dan paralel

berjumlah enam kalimat yang bermajas. Makna majas yang terdapat dalam

penelitian ini bersifat implisit yaitu makna yang terkandung dalam majas

tersebut tidak dinyatakan secara jelas atau terang-terangan maknanya

terkandung halus dan tersirat.


40

5. Nama : Sri Yayu Wulandari Tahrun

NPM/NIM : 311409085

Tahun : 2013

Judul : Majas dalam Novel Laila Majnun Karya Nizami

Kampus : Universitas Negeri Gorontalo

URL :

https://repository.ung.ac.id/skripsi/show/311409085/majas-dalam-novel-

laila-majnun-karya-nizami.html

Simpulan :

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab

sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa, Pada novel Laila Majnun

karya Nizami ini terdapat majas perbandingan, majas pertentangan, majas

penegasan, majas sindiran. Keempat majas yang terdapat dalam novel

Laila Majnun ini merupakan strategi dari pengarang itu sendiri untuk

menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh dalam

kehidupannya melalui bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkannya.

Namun, bahasa yang digunakan dalam novel Laila Majnun ini bukan

hanya sekadar bahasa biasa saja, akan tetapi bahasa yang digunakan oleh

pengarangnya yaitu bahasa-bahasa yang penuh dengan kiasan.

Perbedaan penelirtian ini dengan penelitian relevan yang tertera

ialah kajian analisis majas perbandingan yang penulis gunakan

berdasarkan teori Keraf, objek peneletian, hasil dan simpulan penelitian.


41

Walaupun ada judul yang objeknya hampir selaras dengan judul penelitian

ini, akan tetapi lagu dari album yang akan diteliti berbeda.

C. Kerangka Berpikir

Penggunaan majas terhadap karya sastra sangat berperan dalam

perihal pengindahan kata. Selain karya sastra, lirik lagu juga tak luput dari

penggunaan majas supaya pesan dalam lirik lagu tersebut dapat

tersampaikan. Dalam hal ini penggunaan majas terutama majas

perbandingan dalam album yang Patah Tumbuh yang Hilang berganti

milik grup band Banda Neira dibahas dalam penelitian ini.

Ratna (2017: 164) mengatakan bahwa majas (figure of speech)

adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara

dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Majas sudah berpola,

sehingga pola seolah-olah membatasi kreativitas. Sehingga, penggunaan

majas yang digunakan harus sesuai dengan konteks masalah atau peristiwa

yang terjadi. Hal ini harus diperhatikan agar makna yang terkandung

dalam karya sastra tersebut dapat tersampaikan. Selain itu berdasarkan

teori Keraf (2016: 124-145) menjelaskan bahwa Majas dalam bahasa

Indonesia dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yakni majas

pertentangan, majas perbandingan, majas penegas, dan majas sindiran.

Selaras dengan pemilihan majas dari karya sastra dalam lirik lagu,

biasanya penulis akan memakai beberapa majas sebagai pemanis dalam

syair lagunya. Majas perbandingan merupakan kata-kata berkias yang


42

menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya

terhadap pendengar atau pembaca.

Maka dari itu, penggunaan majas dalam lirik lagu menjadi hal yang

sering kita temukan. Tetapi, hal ini juga menjadi hal yang paling tabu

untuk kita lihat dalam keseharian. Sehingga, penelitian ini diharapkan

dapat menjadi ilmu baru yang dapat pembaca pahami dan rasakan, agar

lebih peka dalam melihat penggunaan majas yang digunakan dalam

beberapa syair lagu khususnya dalam penggunaan majas perbandingan.

Anda mungkin juga menyukai