Anda di halaman 1dari 13

BAB I

 PENDAHULUAN

1.1             Latar Belakang
Stilistika menjadi pembahasan dalam bidang sastra, baik sastra lama maupun modern.
Dalam pengertian yang lebih luas sesungguhnya stilistika juga diperlukan bagi ilmu humaniora
pada umumnya. Dikaitkan dengan masyarakat kotemporer di dalamnya terjadi perkembangan
berbagai aspek kehidupan secara dinamis. Khususnya sebagai akibat kemajuan teknologi
komunikasi, stilistika memasuki hampir keseluruhan aspek kehidupan manusia. Meskipun
demikian khususnya dalam kaitannya dengan teori sastra stilistika kurang memperoleh perhatian.
Pada umumnya stilistika lebih banyak dibicarakan dalam ilmu bahasa yaitu dalam bentuk
deskripsi berbagai jenis gaya bahasa, sebagai majas.

Implikasinya logis yang ditimbulkan adalah pembicaraan stilistika dalam analisi terhadap
karya sastra juga terbatas sebagai semata-mata deskripsi penggunaan khas bahasa seperti inversi,
hiperbola, litotes, dan sebagainya. Fungsi dan kedudukan jenis-jenis gaya bahasa itu pun hampir
sama. Perbedaanya terbatas sebagai kuantitatif misalnya, jenis gaya bahasa yang satu lebih
banyak dibandingkan dengan yang lain. Kesimpulan yang diperoleh juga didasarkan atas
perbedaan kuantitas tersebut bukan kualitas dan intensitasnya dalam menopang ide cerita secara
keseluruhan. Makalah ini mencoba menguraikan materi stilistika secara teori yaitu konsep dasar,
hakikat, pengertian, pendekatan, ruang lingkup, tujuan kajian stilistika, fungsi dan kegunaan
stilistika dalam karya sastra, dan dasar analisis pengarang.

1.2 Permasalahan
             1. Apa yang dimaksud stilistika?
2. Pendekatan apa saja yang digunakan di dalam teori stilistika?
3. Apa saja yang menjadi ruang lingkup pembahasan stilistika?
4. Apakah tujuan kajian stilistika?
5. Apa saja fungsi dan kegunaan stilistika dalam karya sastra?
6. Bagaimanakah analisi pengarang dalam kajian stilistika?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian stilistika.
2. Untuk mendeskripsikan macam-macam pendekatan stilistika.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup pembahasan stilistika.
4. Untuk mengetahui tujuan kajian stilistika.
5. Untuk mengetahui fungsi dan kegunaan stilistika dalam karya sastra.

1
BAB II
  PEMBAHASAN

2.1  Objek Kajian Stilistika


Stilistika merupakan ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa-bahasa yang bergaya dalam
karya sastra. Dalam hal mengkaji bahasa-bahasa yang bergaya tersebut, terdapat berbagai aspek
yang dapat dikaji oleh stilistika, mulai dari intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah
gaya intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat.

Ranah penelitian stilistika biasanya dibatasi pada teks tertentu. Pengkajian stilistika adalah
meneliti gaya sebuah teks sastra secara rinci dengan sistematis memperhatikan preferensi
penggunaan kata, struktur bahasa, mengamati antarhubungan pilihan kata untuk
mengidentifikasikan ciri-ciri stilistika (stilistic features) yang membedakan pengarang
(sastrawan) karya, tradisi, atau periode lainnya. Ciri ini dapat bersifat fonologi (pola bunyi
bahasa, mantra dan rima), sintaksis (tipe struktur kalimat), leksikal (diksi, frekuensi penggunaan
kelas kata tertentu) atau retoris (majas dan citraan). Apresiasi stilistika merupakan usaha
memahami, menghayati, dan mengaplikasi gaya agar melahirkan efek artistik. Efek-efek tersebut
akan tampak pada ekspresi individual pengarang. Adapun objek kajian stilistika yaitu peribahasa,
ungkapan, aspek kalimat, gaya bahasa, plastik bahasa, dan kalimat asosiatif (Natawidjaya,
1986:5).

Stilistika dalam sejarahnya mulai bersumber semenjak zaman Yunani kuno yang dikenal dengan
tiga konsep utama nilai bahasa sastra yaitu Rhetoric, Poetics, dan Dialectics dengan salah satu
karya yang dijadikan gambaran mencolok dari salah satu di antara ketiga unsur ini adalah karya
Aristoteles (384 – 322 S.M) yang berjudul Poetics. Tiga unsur bahasa dalam karya sastra itu lah
yang kemudian menjadi awal kelahiran kritik sastra. Sekitar 300 tahun kemudian di Roma dua
style yang berbeda dikemukakan oleh Caesar dan Cicero sebagai perkembangan awal stilistika. 

Stilistika berkembang pada zaman pertengahan dengan dua konsep utama yang dikenal dengan
Form (bentuk) dan Content (Isi) dan terus berlanjut pada zaman selanjutnya dengan aneka
perubahan seperti pada masa Romanticism, style dilekatkan pada bentuk bahasa tertulis, tidak
pada bahasa lisan dan saat itu populer disebut stylos. Stilistika terus berkembang pada abad-abad
selanjutnya dengan aneka konsep baru yang dipengaruhi dan dikembangkan oleh tokoh-tokoh
seperti Ferdinand de Saussure, Charles Bally, hingga Jakobson. Akan tetapi konsep stilistika ini
masih terpaku pada bahasa tertulis dan kaidah bahasa.

2
2.2 Pengertian dan Defenisi Stilistika Menurut Para Ahli
Stilistika adalah  bagian linguistik yang menitikberatkan kepada variasi penggunaan bahasa
dan kadangkala memberikan perhatian kepada penggunaan bahasa yang kompleks dalam karya
sastra. Pengertian dari Stilistika, akan kita kutip dari beberapa pendapat, diantaranya :

Secara harfiyah, stlistika berasal dari bahasa Inggris: stylistics, yang berarti studi
mengenai style ‘gaya bahasa’ atau ‘bahasa bergaya’.

(Abrams, 1979: 165-167) menyatakan secara istilah, stilistika (stilistics) adalah ilmu yang
meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra.

Ratna (2007: 236) menyatakan, stilistika merupakan ilmu yang menyelidiki pemakaian
bahasa dalam karya sastra, dengan mempertimbangakan aspek-aspek keindahannya. Bagi
Simpson (2004: 2), stilistika adalah sebuah metode interpretasi tekstual karya sastra yang
dipandang memiliki keunggulan dalam pemberdayaan bahasa.

Leech dan Short (1984: 13) menyatakan bahwa stilistika adalah studi tentang wujud
performansi kebahasaan, khususnya yang terdapat dalam karya sastra.

Chapman (1977: 15), stilistika juga bertujuan untuk menentukan seberapa jauh dalam hal apa
bahasa yang digunakan dalam sastra memperlihatkan penyimpangan, dan bagaimana pengarang
menggunakan tanda-tanda linguistik untuk mencapai efek khusus.

Junus(1989: xvii), menyatakan hakikat stilistika adalah studi mengenai pemakaian bahasa
dalam karya sastra.

Kridalaksana (1988: 157), menyatakan stilistika (stilistics) adalah:

 ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra; ilmu interdisipliner
antara linguistik dan kesusastraan.
 penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa.

Menurut Shipley, stilistika adalah ilmu tentang gaya (style), sedangkan style
berasal dari kata stilus (latin) yang semula berarti alat berujung runcing yang digunakan
untuk menulis di atas bidang berlapis lilin. Bagi mereka yang dapat menggunakan alat
tersebut secara baik, disebut sebagai praktisi gaya bahasa yang sukses, sebaliknya, bagi
mereka yang tidak dapat menggunakan dengan baik, disebut praktisi gaya yang kasar atau
gagal. Benda runcing sebagai alat untuk menulis dapat diartikan bermacam-macam. Salah
satu diantaranya adalah menggores, melukai, menembus, menusuk bidang datar sebagai
alat tulisan. Konotasi lain adalah
3

”menggores” atau ”menusuk” perasaan pembaca, bahkan juga penulis sendiri sehingga
menimbulkan efek tertentu. Pada dasarnya, di sinilah makna kata stilistika sehingga kemudian
berarti gaya bahasa yang sekaligus berfungsi sebagai penggunaan bahasa yang khas.

Stilistika mengkaji berbagai fenomena kebahasaan dengan menjelaskan berbagai keunikan


dan kekhasan pemakaian bahasa dalam karya sastra berdasarkan maksud pengarang dan kesan
pembaca. Dengan kata lain, stilistika merupakan studi tentang pemanfaatan bentuk dan satuan
kebahasaan dalam karya sastra sebagai media ekspresi sastrawan guna menciptakan efek makkna
tertentu dalam rangka mencapai efek estetika.

Sudjiman (1993: 3) menyebut bahwa sesungguhnya sumbangan linguistik dalam kritik sastra
ialah, misalnya, sorotan pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa sebagai unsur yang
membangun karya sastra, pengunaan dialek dan register tertentu. Pengetahuan linguistik,
khususnya fonologi dan fonemik, sangat bermanfaat dalam pengkajian puisi, yaitu dalam
pautannya dengan metrik, penyusunan struktur segmen bunyi dalam hubungannya dengan unit-
unit bunyi pada bahasa tertentu, atau derap dengan irama. Adapun pengetahuan linguistik yang
termasuk di dalamnya fonologi, dan fonemik, dan juga syntax, lexico-semantic, adalah
merupakan point utama dalam analisis stilistika sastra pada awal kemunculannya.

Adapun objek kajian stilistika yaitu pribahasa, ungkapan, aspek kalimat, gaya bahasa, plastik
bahasa, dan kalimat asosiatif (Natawidjaya, 1986:5). Berikut akan dijelaskan satu per satu.
a.    Peribahasa
Peribahasa adalah kalimat yang memiliki efek konotatif yang digunakan dalam bentuk tulisan
maupun percakapan. Terdapat enam jenis peribahasa, yaitu sebagai berikut.
1)   Bidal Bahasa
Bidal bahasa ialah peribahasa sebagai pemanis percakapan atau kalimat dalam tulisan. Misalnya,
Angin bertiup sepoi-sepoi basah.
Artinya, demikian lembutnya seperti yang selalu dikatakan orang.
Beban sudah di pintu.
Artinya, segala sesuatu yang telah patut. Anak perempuan dewasa patut dipersuamikan. Warisan
yang sudah patut dibagi. Hidangan yang sudah patut dimakan.
Telaga di bawah gunung.
Artinya, seorang istri yang baik nasibnya, membawa rezeki.
4
2)   Pepatah
Pepatah sering juga disebut dengan pematah. Pepatah berisi kecaman, sanggahan atau petuah.
Pepatah termasuk peribahasa yang digunakan dalam percakapan untuk mematahkan perkataan
lawan bicara sehingga ia berhenti atau memahami, dan menyadari kesalahannya. Misalnya,
Ada sepanjang jalan, cupak sepanjang betung.
Artinya, segala sesuatu pekerjaan ada aturannya. Dalam setiap pergaulan, ada etiketnya. Laki-
laki atau perempuan mempunyai cara-cara tersendiri menurut kodratnya.
Menjilat air liur.
Artinya, yang sudah dibuang dan dihinakan, dimuliakan kembali.
Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan.
Artinya, kasih seorang ibu tak pernah putus dan selalu abadi, kasih anak kadang-kadang sangat
sedikit
Kacang lupa pada kulit.
Artinya, orang yang tidak sadar pada asalnya.
3)   Amsal
Amsal berasal dari bahasa Arab, yaitu sama dengan perumpamaan. Amsal ialah peribahasa yang
memiliki susunan kata yang mengandung asosiasi, yang bersifat sama dengan yang dimaksud. Isi
amsal bisa berupa petatah atau petitih. Di depan susunan amsal, sering didahului kata umpama,
bagai, bak, atau seperti. Misalnya,
Bagai air di daun talas.
Artinya, orang yang tidak tetap pendiriannya.
Seperti rusa masuk kampung.
Artinya, perihal orang yang tercengang-cengang melihat keindahan.
Bagai tokak lekat di kening.
Artinya, rasa malu yang tidak dapat disembunyikan.
Bagai air dengan tebing.
Artinya, sepasang suami istri yang saling sayang menyayangi.
5
4)   Petitih
Petitih ialah peribahasa yang mengandung nasihat atau pelajaran tentang kehidupan manusia.
Petitih ini sering juga disebut dengan hadis melayu. Kebanyakan susunan petitih terdiri dari dua
bagian, seperti bentuk gurindam. Kalimat yang pertama berisi sebab dan kalimat kedua berisi
akibat. Misalnya,
Mumbang jatuh, kelapa jatuh.
Artinya, setiap makhluk hidup akan mengalami kematian.
Datang nampak muka, pergi Nampak punggung.
Artinya, dating dengan baik, pergi pun harus dengan baik.
Perang bermalaikat, sabung berjuara.
Artinya, janganlah kita terkabur, segala penderitaan, permainan, Tuhan jualah yang menentukan
Ibarat ayam pungguk, segan mencakar, rajin mematuk.
Artinya, hal orang yang duduk-duduk saja di rumah, tapi ia segan mencari nafkah.
5)   Kalimat Bersayap
Kalimat bersayap disebut juga kata-kata mutiara. Kalimat bersayap ialah susunan kata yang
mengandung firman, falsafah, pepatah, atau petitih. Kalimat bersayap diucapkan oleh pujangga,
rasul, nabi, atau filsuf. Prinsip arti materinya terdapat dalam susunan kalimtanya, sedangkan arti
konotatifnya, diciptakan melalui usaha tafsiran. Misalnya,
Biar kamu rahasiakan perkataan kamu, maupun kamu nyatakan, sesungguhnya Allah itu
mengetahui segala isi hati manusia. (Al-Qur’an, surat Al Muluk ayat 13).
Kebenaran itu dalam sekali letaknya, tidak terjangkau semuanya oleh manusia. (Democritus).
Hanya yang ada itu ada, yang tiada itu tidak. (Permenides).
Semuanya itu air. Semuanya itu satu. (Thales).

b.   Ungkapan
Ungkapan ialah hasil pemencilan dua buah kata atau lebih untuk menyatakan suatu maksud yang
mempunyai asumsi, berkias, atau berkonotasi. Ungkapan bisa berbentuk kata majemuk atau
kelompok kata. Melihat dari frekuensi pemakaiannya, ungkapan lebih banyak digunakan dalam
bahasa sehari-hari, maupun karangan, jika dibandingkan dengan pemakaian peribahasa. Hal ini
dimungkinkan oleh bentuk ungkapan yang pendek dan mudah diingat. Bagian ungkapan terdiri
dari unsur inti dan unsur penjelas.
6
Unsure inti adalah unsure yan diterangkan dan unsure penjelas ialah unsure yang menerangkan.
Sifat ungkapan bahasa Indonesia ialah menurut hokum DM (Diterangkan Menerangkan).
Misalnya,
mencari muka – melakukan sesuatu yang baik agar mendapat perhatian
berdahi sempit – berpikiran pendek, pesimistis, kuatir akan hari esok
menutup mata – mati, meninggal, wafat, tutup usia
buah bibir – diceritakan orang karena kebaikannya
makan tangan – mendapat untung, laris dagangannya
kabar angin – desas desus
anak emas – orang yang paling dikasihi

c.    Aspek Kalimat
Aspek ialah segi pandangan dari sudut mana kita melihat sebuah kalimat sehingga kita
memperoleh pengertian yang khas dari maksud kalimat tersebut. Terdapat beberapa jenis aspek
kalimat yaitu sebagai berikut.
1)   Aspek Inkhoatif (Inchoative Aspect, Sudut Mula Kerja)
Dalam aspek inkhoatif, sudut pandangan terletak pada proses suksesif (berurutan), tetapi tidak
merupakan sebab akibat dan kejadian atau peristiwa itu selalu didahului oleh perbuatan
pertamanya. Misalnya, sesudah puas melihat pameran itu, kami pun pulang. 
2)   Aspek Duratif (Durative Aspect, Sudut Terikat Waktu)
Titik perhatiab aspek duratif terletak saat berlakunya peristiwa, kejadian, atau perbuatan yang
terikat oleh waktu. Jadi, sifatnya sementara. Misalnya, saya pinjam sebentar saja.
3)   Aspek Resultatif (Resultative Aspect, Sudut Kesimpulan)
Aspek resultatif terdapat dalam kalimat yang mempunyai sebab akibat. Kalimat kedua
merupakan perkembangan kalimat pertama. Jadi, terdapat hubungan kait-mengait.
Misalnya, karena terlambat satu menit, saya ketinggalan kereta.
4)   Aspek Progesif (Progressive Aspect, Sudut Urutan Maju)
Aspek progresif dapat dilihat dari urutan kejadiannya yang kronologis dan sedang berlangsung.
Misalnya, kemarin ia kehujanan, sekarang ia sakit.
7
5)   Aspek Frekuentatif (Frequentative Aspect, Sudut Kerap Tidaknya)
Frekuentatif artinya kerap atau jarang sesuatu kejadian atau peristiwa itu timbul atau terjadi.
Misalnya, sekali-sekali nampak motor hitam lewat, remang-remang saja bentuknya.
6)   Aspek Hipotesis (Hypothesis Aspect, Sudut Kemungkinan)
Hipotesis ialah sesuatu yang dianggap benar, yakni proses kejadian yang telah lampau atau yang
akan datang berdasarkan tanggapan hokum-hukum atau bukti-bukti yang berlaku sekarang.
Prosesnya mengandung kecendekiaan. Sifatnya indetorminatif. Tidak terikat oleh waktu. Karena
itu, hasilnya dapat positif atau negative. Misalnya, nanti, engkau akan disambut dengan meriah.
7)   Aspek Habituatif (Habituative Aspect, Sudut Kebiasaan)
Titik perhatian aspek habituatif ialah perbuatan/kelakuan atau peristiwa berlaku atau terjadi
dengan perulangan yang tetap. Dalam kalimat seharu-hari, ditandai oleh kata tugas, yaitu setiap,
selalu, tiap-tiap, biasa, dan lain-lain. Misalnya, ia selalu ingat padaku.
8)   Aspek Komparatif (Comparative Aspect, Sudut Perbandingan)
Untuk mengimajinasikan sesuatu hal, kita bisa membandingkan dengan benda yang bersifat
sama. Misalnya, setelah bersujud untuk kedua kalinya, pemuda kita mengundurkan diri dengan
perasaan seakan-akan baru lulus ujian berat.
9)   Aspek Realis (Realist Aspect, Sudut Kenyataan)
Realis ialah bersifat kenyataan. Jadi, aspek realis meninjau suatu kejadian atau peristiwa ataupun
perbuatan dari sedang berlangsungnya atau sudah berlangsungnya. Sifatnya nyata. Misalnya, ia
membaca buku di perpustakaan tiga jam yang lalu.
10)    Aspek Arealis (Arealist Aspect, Sudut Belum Nyata)
 Aspek arealis merupakan kebalikan dari aspek realis. Arealis artinya belum nyata, belum
terbukti, atau akan terjadi. Misalnya, seandainya saja Afif mencintaiku seperti aku mencintainya,
aku pasti akan sangat bahagia.

d.   Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah pernyataan dengan pola tertentu sehingga mempunyai efek tersendiri
terhadap pemerhati. Dengan pola materi, akan menimbukan efek lahiriah (efek bentuk),
sedangkan dengan pola arti (pola makna) akan menimbulkan efek rohaniah. Terdapat berbagai
jenis gaya bahasa. Jenis-jenis tersebut dikelompokkan dalam empat kelompok besar, yaitu gaya
bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan.
8
e.    Nilai Kata
Nilai kata ialah nilai rasa kata yang menimbulkan pengertian khusus dan bersifat gaya bahasa
trofen atau metonimia. Misalnya,
Nilai rendah                           nilai tinggi
(bahasa umum)                      (bahasa sastra)
patah semangat                       rapuh
badan                                      tubuh
serapah                                    kutuk
gudang padi                            lumbung
jarang                                      langka
perempuan muda                     dara
mati                                         gugur, tutup usia, terbang nyawanya
selesai                                      rampung

f.     Plastik Bahasa
Plastik bahasa ialah kalimat penulis yang emosional dalam menggambarkan sesuatu hal sehingga
menimbulkan gambaran yang jelas. Sifatnya subjektif. Plastic bahasa atau liris prosa ini sebagai
hasil ekspresi individual spesifik penulis pada setiap jenis karangannya. Plastic bahasa
menimbulkan gambaran dalam pikiran karena terdapat, yaitu (a) penonjolan pokok pikiran, (b)
retorika, (c) pemunculan bahasa daerah atau bahasa asing untuk memperjelas, (d) asosiatif, dan
(e) bersifat siaran pandangan mata.

g.    Kalimat Asosiatif
Kalimat asosiatif mengandung tiga pengertian pokok yaitu sebagai berikut. Pertama, kalimat
asosiatif merupakan kalimat konotatif karena pokok pikiran merupakan lambang dari ekspresi
individual. Kedua,  kalimat asosiatif ialah kalimat yang mengandung kata-kata terlarang atau
pamali bagi sebagian besar orang Indonesia. Ketiga, kalimat asosiatif adalah kalimat yang pokok
pikiran atan objeknya mengandung kepercayaan atau tabu. Misalnya,
9
melati – kesucian, gadis cantik
warna merah – keberanian                             kalimat asosiatif I
warna hitam – kesedihan atau ketuhanan
Bentuk Kata              Tabu Bagi Daerah
membujang     --         Tapanuli
kancing            --         Minangkabau
butuh                --         Palembang, Pontianak             kalimat asosiatif II
momok             --         Jawa Barat (Pasundan)
Nama Binatang         Nama Penghindar Tabu       Daerah

harimau           --          datuk                                       Sumatera
                        mbah, aden-aden                     Jawa Barat                           kalimat
                        kiyai                                        Jawa Tengah                        asosiatif III
kucing             --          enyeng                                     Sumedang

 
10
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Stilistika adalah ilmu yang mempelajari mengenai pemakaian bahasa dalam karya sastra.
Kajian stilistika digunakan untuk menjelaskan fungsi keindahan penggunaan bentuk kebahasaan
tertentu mulai dari aspek bunyi, leksikal, struktur, bahasa figurative, sarana retorika sampai
grafologi.pendekatan stilistika berarti asumsi dasar yang digunakan oleh kritikus dalam menilai
suatu karya sastra ditinjau dari segi kebahsaannya.
Di dalam kajian stilistika menggunakan tiga pendekatan,yaitu pendekatan dualisme,
pendekatan monisme, dan pendekatan pluralism.Pendekatan dualisme adalah paham yang
memiliki ajaran bahwa segala sesuatu yang ada, bersumber dari dua hakikat atau substansi yang
berdiri sendiri-sendiri. Pendekatan monisme tidak membedakan unsur bentuk dan isi serta
memandang keduanya sebagai satu kesatuan yang erat. Pendekatan monisme beranggapan
bahwa pemilihan isi sekaligus berarti pemilihan menentukan bentuk (Lecch & Short, 2007:17
dalam Nurgiyantoro). Demikian sebaliknya pemilihan bentuk sekaligus berarti pemilihan isi. Isi
dan bentuk merupakan sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sebuah isi, muatan makna,
hanya dapat dan tepat diungkapkan dengan satu bentuk dan bentuk itulah yang dipilih oleh
pengarang. Pluralisme adalah suatu paham atau pandangan hidup yang mengakui dan menerima
adanya “kemajemukan” atau “keanekaragaman” dalam suatu kelompok masyarakat.
kemajemukan dimaksud misalnya dilihat dari segi agama, suku, ras, adat-istiadat, dll. segi-segi
inilah yang biasanya menjadi dasar pembentukan aneka macam kelompok lebih kecil, terbatas
dan khas, serta yang mencirikhaskan dan membedakan kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain, dalam suatu kelompok masyarakat yang majemuk dan yang lebih besar atau lebih luas.

3.2  Saran
Berdasarkan Simpulan di atas maka penulis merekomendasikan saran, yaitu dalam
menulis teori Stilistika diharapkan dapat menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan
dualisme, monism, dan pluralisme yang bersumber dari berbagai macam teori yang dikemukakan
para ahli agar sajian makalah menjadi lebih mendalam dan dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan.
11
DAFTAR PUSTAKA

Junus, Umar. 1989. StilistikSatuPengantar. Selangor DarulEhsan: DewanBahasadanPustaka.


KuthaRatna, Nyoman. 2009. StilistikaKajianPuitikaBahasa, Sastra, danBudaya.
Yogyakarta:PustakaPelajar.
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta:GadjahMada University Press.
Sudjiman, Panuti. 1993. BungaRampaiStilistika. Jakarta:PT Temprint.

 Imron, Ali. 2009 . Stilistika, Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Solo:
Cakra Books.
 Ogunsiji, Ayo. 2012. Literary Stylistics. National Open Unversity of Nigeria. Victoria
Island. 15
 Pradopo, Rachmat Joko, 1996. Diktat Stilistika.
 Missikova, Gabriela. 2003. Linguistic Stylistic. Nitra. Filozofická Fakulta Univerzita
Konštantína Filozofa. 
 Simpson, Paul. 2004. Stylistics, A Resource Book for Students. London. Routledge.
 Saito, Yosliifuini. I997. Style and creativity: Towards a theory of creative stylistics.
Nottingham. University of Nottingham.
 Nitra. Filozofická Fakulta Univerzita Konštantína Filozofa. 25-26.
 Ogunsiji, Ayo. 2012. Literary Stylistics. National Open Unversity of Nigeria. Victoria
Island. 14
 Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra. Jakarta Pusat: Dunia
Pustaka Jaya.
 Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika.  PT Pustaka Utama Grafiti. Jakarta.
 Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang:
IKIP Semarang Press.
 Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Citra Budaya Indonesia.
 Junus, Umar. 1989. Stilistik: Suatu Pengantar. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.
 Natawidjaja, P. Suparman. 1986. Apresiasi Stilistika. Jakarta: Intermasa.
 Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
 Semi, M. Atar. 2008. Stilistika Sastra. Padang: UNP Press.

12

Anda mungkin juga menyukai