Anda di halaman 1dari 12

PENELITIAN STILISTIKA: TUJUAN, RUANG LINGKUP DAN METODE

Oleh: Mirza Syauqi Futaqi

Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga

Jl. Laksda Adisutjipto Yogyakarta 55281

Email: futaqimirza@gmail.com

Abstrak

Artikel ini hendak menjelaskan tujuan, ruang lingkup dan metode yang digunakan di
dalam Penelitian stilistika. Penulis menggunakan perspektif historis dan metode
komparatif di dalam menjelaskan persoalan-persoalan yang ada. Hasil dari Penelitian
ini adalah bahwa terjadi pergeseran orientasi yang awalnya bersifat objektif menjadi
non-objektif, terkait hal-hal yang ada diluar sastra. Metode dan bidang yang hendak
dikajipun dipengaruhi oleh tujuan Penelitian stilistika yang hendak dilakukan. Meski
seorang peneliti hendak melakukan Penelitian non-objektif dengan melibatkan hal-hal
diluar karya sastra, peneliti tersebut mesti melakukan analisis dan Penelitian yang
mendalam tentang gaya bahasa yang ada di dalam karya sastra.

Kata Kunci: Penelitian Stilistika, Tujuan, Ruang Lingkup, Metode

A. PENDAHULUAN

Penelitian tentang gaya bahasa merupakan sebuah Penelitian yang sangat luas.
Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Hough yang mengatakan bahwa Penelitian
stilistika adalah sebuah Penelitian yang sangat sulit untuk dilakukan. Hal ini terjadi
karena ruang lingkup Penelitian stilistika sangatlah luas terlebih apabila dikaitkan
dengan pengertian stilistika secara luas, yaitu, bahasa itu sendiri, sastra dan bahasa
sehari-hari (Ratna, Stilistika, 2009). Luasnya Penelitian stilistika disebabkan cepatnya
perkembangan Penelitian stilistika yang awalnya dan pada umumnya sering kali
terbatas pada deskripsi jenis gaya bahasa di dalam karya sastra seperti majas. Namun,
dewasa ini Penelitian tentang gaya bahasa tidak terbatas hanya pada sastra tetapi
sudah merambah ke bidang non sastra seperti media masa. Hal ini terbukti dengan
terbitnya buku Historical Corpus Stylistics: Media, Technology and Change.

1
Buku tersebut berusaha memberikan jawaban atas pertanyaan yang berkaitan
dengan definisi dan analisis gaya dalam konteks wacana berita modern. Istilah
'wacana berita', sebagaimana dipahami di sini, mencakup berbagai perspektif gaya di
mana genre media modern awal dapat ditanamkan. Di dalam buku tersebut, istilah
'surat kabar' dan 'publikasi berita' akan digunakan secara bergantian sebagai ekspresi
yang mengacu pada genre media yang dimaksudkan untuk menyampaikan berbagai
peristiwa saat ini secara berkala kepada khalayak umum. Studi ini berkaitan dengan
wacana berita dari awal penerbitan harian hingga permulaan Revolusi Industri di
Inggris. Buku ini bermaksud untuk memberikan wawasan ke dalam prinsip-prinsip
gaya dasar dari wacana berita dengan menguraikan karakteristik konstitutif dari genre
media awal dan prinsip-prinsip perubahan media (Stude, 2008).

Dinamika Penelitian stilistika tentu akan berimplikasi signifikan tak hanya


pada bidang Penelitian tetapi juga tujuan dan metode yang digunakan di dalam
Penelitian stilistika. Hal ini terbukti dari fakta bahwa Penelitian stilistika tradisional
cenderung terfokus pada pendeskripsian gaya bahasa dengan menggunakan
pendekatan objektif. Berbeda dengan stilistika tradisional, Penelitian stilistika modern
merasa tak puas dengan analisis intrinsik dengan pendekatan objektif sehingga ia
mencoba keluar dari tradisi dan menghubungkan Penelitian stilistika dengan faktor
psikologis, politik, sosial, dan sejarah seperti buku Historical Corpus Stylistics:
Media, Technology and Change dan buku Forensic Linguistics: Advances in Forensic
Stylistics, yang memberikan pengantar bahasa, linguistik, dan variasi linguistik untuk
nonlinguis (misalnya, pengacara) yang perlu memahami apa yang dilakukan oleh para
saksi ahli linguistik; memperkenalkan disiplin linguistik forensik; dan juga untuk
menempatkan gaya bahasa forensik sebagai bidang studi bahasa dan analisis forensik
dalam disiplin linguistik forensik (McMenamin, 2002).

Oleh karena itu, sebelum para mahasiswa mencoba untuk memasuki dunia
stilistika yang lebih dalam, perlu disampaikan Penelitian stilistika beserta tujuan,
bidang dan metodenya. Penulis mencoba memeparkan tujuan, bidang, dan metode
stilistik dengan perspektif historis sehingga Penelitian di dalam artikel ini akan
membagi stilistika menjadi dua, yaitu, stilistika tradisional dan stilistika modern.
Adapun metode pemaparan artikel ini akan menggunakan metode komparatif antara
stilistika tradisional dan stilistika modern.

2
B. PENELITIAN STILISTIKA

Penelitian stilistika di dalam artikel ini akan ditinjau dengan perspektif waktu
sehingga stilistika di dalam artikel ini terbagi menjadi dua, yaitu, stilistika tradisional
dan stilistika modern. Analisis gaya sastra merujuk pada studi retorika klasik,
meskipun stilistika modern berakar dari Formalisme Rusia dan Sekolah Praha terkait
awal abad kedua puluh (McIntyre, 2010). Pada tahun 1909, Charles Bally dengan
bukunya Traité de stylistique française telah mengusulkan stilistika sebagai disiplin
akademik yang mandiri untuk melengkapi linguistik Saussurean. Bagi Bally,
linguistik Saussure sendiri tidak bisa sepenuhnya menggambarkan bahasa ekspresi
pribadi. Apa yang dilakukan Bally sesuai dengan tujuan aliran Praha. Mengambil ide-
ide dari Formalis Rusia, aliran Praha dibangun di atas konsep sebelumnya, di mana
diasumsikan bahwa bahasa puitis dianggap berdiri terpisah dari bahasa non-sastra,
dengan cara devisasi (dari nora bahasa sehari-hari) (Wales, 2001).

Dengan melihat bahwa kemunculan stilistika sebagai disiplin ilmu yang


mandiri yang diusung Bally maka dapat diketahui bahwa orientasi stilistika awal atau
modern berorientasi objektif karena ia terpengaruh oleh aliran Praha. Setelah itu,
seiring berjalannya waktu orientasi stilistika mulai berubah yang awalnya berorientasi
objektif internal bahasa menjadi eksternal bahasa. Salah satu tokoh terkenal yang
mencoba membawa Penelitian stilistika menjadi berorientasi eksternal adalah Roman
Jakobson. Roman Jakobson telah menjadi anggota aktif dari Formalime Rusia dan
Aliran Praha sebelum beremigrasi ke Amerika pada tahun 1940-an. Dia menyatukan
Formalisme Rusia dan New Criticism Amerika di sebuah konferensi tentang stilistika
di Indiana University pada tahun 1958. Kuliah Jakobson sering dianggap berjasa
dengan menjadi perumusan koheren pertama dari stilistika, dan argumennya adalah
bahwa studi bahasa puisi harus menjadi sub-cabang linguistik (Coupland, 2007).
Jakobson telah membuat rintisan dalam Penelitian kebahasaan yakni menjembatani
antara bahasa sebagai bahasa (paham struktural) dan bahasa sebagai fenomena sosial.

Jakobson argued that the two sides of the Saussurean dichotomies should be
regarded as complementary . For instance, the extralinguistic context
(‘bracketed’ by Saussure) is as interpretively important as structural linguistic
relations (Chandler, 2007, hal. 99-100).

3
a. Bidang

Para Ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda terkait ruang lingkup


Penelitian stilistika. Nyoman Kutha Ratna memberikan penjelasan terkait ruang
lingkup Penelitian stilistika yang paling luas. Menurutnya ruang lingkup
Penelitian stilistika yang paling luas adalah keseluruhan khazanah sastra, sebab
akibat yang ditimbulkan oleh adanya usaha untuk menciptakan bahasa yang khas,
baik sastra lama maupun modern, baik sastra lisan maupun tulisan (Ratna,
Stilistika, 2009). Bagi Ratna, Penelitian stilistika dapat diterapkan ke dalam semua
genre karya sastra. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika
hendak menerapkan Penelitian stilistika ke dalam genre sastra yang berbeda beda.

Setiap genre sastra memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Di dalam sastra
modern genre sastra meliputi puisi, prosa, dan drama. Ciri khas puisi adalah
kepadatan pemakaian bahasa sehingga paling besar kemungkinannya untuk
menampilkan ciri-ciri stilistikanya. Ciri khas prosa adalah cerita (plot). Sedangkan
ciri khas drama adalah dialog (Ratna, Stilistika, 2009). Oleh karena itu, ketika
seseorang hendak melakukan Penelitian stilistika sudah semestinya dia mencoba
untuk mengkaitkan hubungan stilistika setiap genre sastra yang dikaji dengan ciri
khas genre tersebut seperti kepadatan pemakaian kata, plot, atau dialog.

Shalah Fadl memberikan penjelasan terkait Penelitian bidang stilistika


yang terbagi menjadi tiga unsur (Fadl, 1998). Unsur pertama adalah unsur bahasa.
Menurut Abrams Penelitian stilistika secara teoritis terbagi menjadi dua, yaitu,
penelitian tradisional dan penelitian modern. Penelitian tradisonal membagi objek
Penelitian menjadi dua unsur, unsur isi yang meliputi informasi, pesan, dan makna
proposisional dan unsur bentuk bentuk yang meluputi bahasa itu sendiri.
penelitian modern menganalisis ciri-ciri formal seperti fonologi, sintaksis,
leksikal, dan retorika (Ratna, Stilistika, 2009). Unsur kedua adalah unsur naf’i.
Unsur kedua ini mencoba menghubungkan gaya bahasa dengan pengarang,
pembaca, dan fungsi dan tujuan pesan. Unsur ketiga adalah unsur sastrawi. Unsur
ketiga ini berkaitan dengan pengaruh teks sastra terhadap pembaca, interpretasi
dan penilaian para sastrawan terhadap teks tersebut.

Lebih spesifik Syukri Muhammad Ayyad memberikan penjelasan terkait


Penelitian bidang stilistika. Dia membagi Penelitian stilistika menjadi tiga.

4
Pertama adalah Penelitian stilistika yang mengkaji kaidah bahasa yang umum
yang dikaitkan dengan musikalitas karya sastra. Penelitian ini dapat disebut
sebagai Penelitian stilistika komparatif (Ayyad, 1992). Kedua adalah Penelitian
stilistika yang mengkaji bahasa sebagai bahasa itu sendiri tanpa tertarik pada
irama dan bentuk karya sastra. Penelitian ini hanya terbatas pada gaya bahasa dan
kemungkinan berekspresi dengan gaya bahasa tersebut (Ayyad, 1992). Penelitian
stilistika ini dapat disebut Penelitian stilistika deskriptif. Abdul Qahir al Jurjani
menyebut Penelitian ini dengan ilmu ma’ani an nahwi. Secara lebih rinci Abdul
Qahir al Jurjani menjelaskan bahwa Penelitian tersebut hendak mengetahui
perbedaan makna yang mendalam di dalam susunan sintaksis (Ayyad, 1992).
Syukri Muhammad Ayyad berpendapat bahwa di dalam Penelitian stilistika Arab,
fonologi dan ungkapan estetis belum banyak mendapatkan perhatian. Ketiga
adalah Penelitian stilistika genetik atau personal (Ayyad, 1992). Penelitian
stilistika ini mengkaji fungsi gaya bahasa yang dikaitkan dengan seorang
sastrawan (Ayyad, 1992). Namun, perlu diketahui bahwa Penelitian ini
memandang gaya bahasa bahwa ia tidak keluar dari cara berkomunikasi antara
penutur dan petutur (Ayyad, 1992).

Dari penjelasan di atas dapat ketahui bahwa stilistika Arab dan tradisional
memang mulai berorientasi kepada Penelitian non-objetif seperti melibatkan gaya
bahasa dengan genetiknya (sastrawan) dan pengaruhnya terhadap para audiences
sastra. Namun, Penelitian tersebut belum banyak mengeksplorasi Penelitian gaya
bahasa diluar bidang sastra seperti di dalam pemberitaan, forensik dsb. Berbeda
dengan stilistika barat dan modern yang sudah merambah berbagai bidang non-
sastra seperti media dan forensik.

b. Metode

Metode adalah hal yang penting di dalam semua Penelitian termasuk


Penelitian stilistika. Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan
methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju,
melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, cara, arah. Dalam
pengertian yang lebih luas, metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk
memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian

5
sebab akibat berikutnya (Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra,
2015).

Fathullah Ahmad Sulaiman berpendapat bahwa ada tiga langkah analisis


stilistika (Qalyubi, 2013). Pertama, peneliti harus membaca sebuah karya sastra
secara utuh dan memastikan bahwa karya tersebut memang layak untuk dikaji
dengan Penelitian stilistika. Hal ini perlu dilakukan secara cermat dan hati-hati
agar ketika seorang peneliti ketika melakukan Penelitian stilistika terhadap sebuah
karya sastra tidak berhenti di jalan karena kurangnya data yang dia peroleh atau
sebab lainnya.

Kedua, peneliti memperhatikan unsur-unsur stilistika di dalam teks secara


cermat dan mencatatnya di sebuah catatan khusus secara rapi dan sistematis. Hal
ini perlu dilakukan guna mengetahui seberapa layak sebuah karya sastra patut
untuk dianalisis dan juga ketika peneliti sudah memulai analisis, data-data yang
diperoleh tidak acak-acakan dan memudahkan peneliti untuk mengolah data
tersebut. Hal ini dilakukan dengan membagi teks menjadi beberapa bagian, lalu
bagian tersebut dibagi menjadi beberapa unsur dan kemudian dilakukan analisis
linguistik. Dalam analisis ini, peneliti mengkaji bentuk-bentuk defiasi,
pengulangan suara, pemutar balikan susunan kata, dan kohesi stuktur kalimat yang
ada di dalam karya sastra tersebut. Jika perlu penulis menyusunnya dalam bentuk
statistik sehingga data dan pengolangan data yang diperoleh dapat bersifat
objektif, akurat, dan netral (Qalyubi, 2013).

Ketiga, peneliti membuat kesimpulan atau generalisasi dari semua data


yang telah dia analisis. Kesimpulan dibuat dengan cara menghimpun karakteristik
unsur-unsur teks dan kemudian disimpulkan. Dengan pola penarikan kesimpulan
induktif, maka gaya bahasa yang statis dan yang berubah dapat diketahui dan
ditarik kaidah-kaidah umumnya (Qalyubi, 2013).

Ketiga langkah di atas menurut penulis adalah langkah utama dan pokok di
dalam Penelitian stilistika. Pada dasarnya Penelitian stilistika adalah Penelitian
yang bersifat objektif sehingga hanya bersinggungan dengan unsur intrinsik
sebuah karya sastra. Namun, jika kita mencoba untuk merambah ke Penelitian
stilistika yang non intrinsik maka kita harus membuat langkah lanjutan sesuai
dengan bidang apa yang hendak kita geluti. Misalnya, apabila kita hendak melihat

6
gaya bahasa yang berkaitan dengan psikologi pengarang maka kita harus mencari
data-data relevan yang berkaitan dengan psikologi pengarang dan juga gaya
bahasanya. Sayid Qutb berpendapat bahwa jika seseorang hendak mencoba untuk
memasuki ranah psikologi pengarang maka dia harus menjawab, paling tidak,
beberapa pertanyaan berikut yang dihubungkan dengan gaya bahasanya (Qutb,
2003):

1. Bagaimana proses penciptaan karya sastra?


2. Apa karakteristik proses tersebut dalam perspektif psikologi?
3. Bagaimana unsur-unsur perasaaan pengarang saling tersusun dan terkait di
dalam karya sastranya?
4. Apa hubungan kejiwaan pengarang dengan pengalaman emosionalnya dan
gaya bahasa yang dia gunakan?
5. Apa makna gaya bahasa yang digunakan dalam kaitannya dengan kejiawaan
pengarang?
c. Tujuan
Menentukan tujuan Penelitian stilistika adalah hal yang sangat penting.
Hal ini disebabkan karena penentuan tujuan Penelitian stilistika merupakan
langkah pertama yang mesti dilakukan seorang peneliti. Selain itu penentuan
tujuan Penelitian stilistika akan menentukan metode mana yang tepat di dalam
melakukan Penelitian stilistika sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat
terwujud secara ideal. Oleh karena itu, karena bervariasinya tujuan di dalam
Penelitian stilistika maka jumlah metode yang digunakannya pun juga bervariasi.
Di dalam stilistika tradisional dan modern (awal) yang berorientasi pada
Penelitian yang bersifat objektif, tujuan Penelitian stilistika adalah menjelaskan
dan mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa dan fungsinya. Berikut adalah
contoh analisis stilistika yang bertujuan untuk menjelaskan penggunaan gaya
bahasa beserta fungsinya.

‫وَاط‬ ‫الـــذهش‬ ‫َجـــشح‬ ‫باط‬ ٌٍ‫ظ‬ ً‫عل‬ ‫ها‬


‫َــــاط‬ ‫اِهـــــــاه‬ ً‫عل‬ ‫ء‬ ‫بالـــــــوش‬ ‫أششف‬ ‫سبوا‬
‫احتـــشاط‬ ‫وَــــشدَل‬ ‫ه‬ ‫إغفا‬ ‫ٌَجُـــــــــــل‬ ‫ولقذ‬
‫قُـــــاط‬ ‫والوقـــــادَش‬ ‫عهــــــــام‬ ‫والوحـــــــارَش‬
‫التوــــاط‬ ‫أمـــــذي‬ ‫ولنـــن‬ ‫قـعــىد‬ ‫أجــــذي‬ ‫ولنن‬

7
‫ًـــــاط‬ ‫ره‬ ‫ًــــاط‬ ‫عــــض‬ ‫ها‬ ‫إرا‬ ‫الــذهــــــــش‬ ‫ومــــزا‬
‫وخغـــاط‬ ‫عـــــشاة‬ : ‫ف‬ ‫أخــُــــا‬ ‫األَـــــام‬ ‫وبٌــى‬
‫اللبـــــاط‬ ‫راك‬ ‫هتعــــت‬ ‫ولنـــــي‬ ‫الـــذًُــــا‬ ‫ًلبـــظ‬

Tiada dalam prasangkaku sebuah ketakutan dan keputusasaan yang


melukai masa
Barangkali keputusasaan mengintai asa seseorang
Sikap acuh tak acuh malah meyelamatkanmu dan ketelitian
menjatuhkanmu
Sikap berat hati adalah anak panah dan jumlah adalah ukuran
Kalian memiliki anak unta yang paling berguna dan kalian memiliki asa
yang pupus
Begitulah masa! Jika tidak mulai maka manusia akan menjadi orang yang
hina
Para anak zaman berbeda-beda: ada yang mulia ada juga yang hina
Kita mengenakan dunia tetapi pakaian itu sendiri adalah kenikmatan1
Sang penyair membuka puisinya dengan maa nafi seolah-olah penafian itu
menjadi judul dari puisi tersebut. Hal ini menunjukkan pada kita bahwa keadaan
jiwa penyair menolak eksistensi di mana dia berada. Segala kebingungan yang di
alami penyair adalah penjara dan siksaan. Lebih jauh lagi dia menafikan dirinya
yang hina dan rendah.

Di dalam puisi tersebut ditemukan beberapa konsep oposisi biner seperti berikut:

‫عشاة‬, ‫أمذي‬-‫ أجذي‬,‫ التواط‬-‫ قعىد‬, ‫ َشدَل احتشاط‬-‫ ٌَجُل إغفاه‬, ‫ َأط‬-‫ آهاه‬,‫َاط‬-‫َجشح‬
‫ره‬-‫عض‬, ‫– خغاط‬

Fenomena ini mencerminkan perasaan penyair dan kejiwaannya yang


menunjukkan dia berada di sisi para pejabat dan menteri tetapi semua itu berubah
dan dia berada di sekitar belenggu dan rantai. Terjadi kontradiksi antara dunia
ideal penyair dengan dunia realitasnya sehingga sang penyair jatuh pada
kebingungan dan dia mencoba untuk melupakan perubahan masa yang dialaminya
(Umari, 2015).

1
Penerjemah Mirza Syauqi Futaqi.

8
Kata rubamaa di dalam bait kedua melengkapi orientasi penyair. Sang
penyair tidak pasrah kepada realitas. Dia memikul asa tetapi asa yang besar dari
hari ke hari menjadi seruan untuk pasrah dan putus asa (Umari, 2015).

Sang penyair kebingungan diantara dua pola kalimat, Ismiyah2 dan


fi’liyah3 dan juga memadukan keduanya. Namun, Dia beranggapan bahwa
kedudukan dan kemulyaannya adalah sesuatu yang pasti sehingga segala musibah
yang dialami akan segera berakhir dan dia akan mendapatkan kemuliaannya lagi
seperti apa yang terjadi pada orang-orang mulia sebelumnya (Umari, 2015).

Mari kembali lagi ke penjelasan tentang tujuan Penelitian stilistika.


Penelitian stilistika modern (mutakhir) mencoba untuk keluar dari pendekatan
objektif sehingga Penelitiannya bisa berupa Penelitian dengan pedekatan mimetik,
ekspresif atau pragmatik. Penelitian stilistika dengan pendekatan ekspresif
bertujuan untuk melihat relasi sastrawan dengan gaya bahasa yang dia gunakan.
Penelitian stilistika dengan pendekatan mimetik bertujuan untuk melihat relasi
gaya bahasa yang digunakan sastrawan dengan menghubungkannya dengan
masyarakatnya dan terakhir adalah Penelitian stilistika dengan pendekatan
pragmatik bertujuan untuk menjelaskan pengaruh gaya bahasa yang digunakan
sastrawan terhadap audience-nya. Berikut adalah contoh Penelitian stilistika
dengan pendekatan pragmatik.

Media massa tidak pernah netral. Ia selalu mewakili kelompok tertentu dan
memarginalkan kelompok lain. Tak terkecuali media massa daring (dalam
jaringan) Islamic Republic of Iran Broadcasting (IRIB). Media massa tersebut
memberitakan citra negatif di dalam pencitraan Israel. Hal ini terbukti dari
pemberitaannya yang berjudul “Al Jaisy as Suuri Ya’tsuru ‘ala Aslikhah
Israiliyyah wa Amrikiyyah bi Makhazin ad Dawa’isy”.

4
‫الجُش الغىسٌ َعثش علً أعلحت «اعشائُلُت» وأهشَنُت بوخاصى الذواعش‬..‫بالصىس‬

Namun, kerena ini hanya contoh singkat maka bagian yang dianalisis
hanya terbatas pada bagian judul saja. Di dalam judul tersebut, wartawan lebih

2
Menunjukkan ketetapan.
3
Menunjukkan perubahan.
4
Tentara Israel menemukan persenjataan Israel di gudang ISIS

9
memilih kata ya’tsuru (‫ )َعثش‬dan bukan kata yajidu (‫)َجذ‬. Dua kata tersebut
memang bersinonim dan memiliki arti yang sama yaitu menemukan. Namun,
secara makna dua kata tersebut memiliki perbedaan. Kata yajidu (‫ )َجذ‬bermakna
menemukan tetapi objek yang ditemukan bersifat umum meski dikehendaki oleh
subjeknya. Dalam hal ini Akhmad Mukhtar Umar memberi contoh wajada
mathluubahu (‫ )وجذ هطلىبه‬yang bearrti menemukan suatu hal yang dia cari (Umar,
2008, hal. 2402). Sedangkan kata ya’tsuru (‫ )َعثش‬bermakna menemukan tetapi
objek yang dicari adalah sesuatu yang dirahasiakan dan cenderung disembunyikan
(Umar, 2008, hal. 1456). Akhmad Mukhtar Umar contoh ‘atsara ‘ala sirrii ( ‫عثش‬
‫ )علً الغش‬yang bermakna menemukan sesuatu yang dirahasiakan. Oleh karena itu,
kata ya’tsuru (‫ )َعثش‬di dalam judul tersebut menunjukkan kepada pembaca bahwa
tentara Syuriah menemukan senjata Israel dan Amerika di gudang ISIS dan fakta
tersebut adalah sesuatu yang disembunyikan dan dirahasiakan,

Selain itu, di dalam judul berita, wartawan lebih memilih jumlah ismiyah
dan bukan fi’liyyah yaitu Al Jaisy as Suuri Ya’tsuru ‘ala Aslikhah Israiliyyah wa
Amrikiyyah bi Makhazin ad Dawa’isy. Penggunaan jumlah ismiyyah tersebut
mengindikasikan bahwa fakta tersebut adalah sebuah kepastian yang kuat karena
jumlah ismiyah menunjukkan makna pasti (tsubuut).

Lebih jauh lagi, media massa tersebut ditulis dengan bahasa Arab berarti
sudah barang tentu audience-nya adalah masyarakat Arab. Berita tersebut ditulis
oleh wartawan Islamic Republic of Iran Broadcasting (IRIB) yang merupakan
representasi Iran di dalam media massa sehingga tidak diragunkan bahwa
wartawan tersebut akan cenderung berpihak pada Iran. Seperti yang diketahui,
dalam konteks geopolitik di timur tengah atau dunia Arab, Iran dan Israel
(termasuk Amerika) adalah dua kelompok yang saling beroposisi dan bersaing
pengaruh di dunia Arab sehingga Iran di dalam pemberitaannya cenderung
memarginalkan Israel dan Amerika dengan citra yang negatif. Citra negatif
tersebut berupa pemberitaan yang menunjukkan kepada audience atau pembaca
bahwa rahasia yang selama ini disembunyikan adalah fakta bahwa dalang dibalik
ISIS adalah Israel dan Amerika dan biang keladi dari kemalangan orang Arab
adalah dua negara tersebut. Oleh karena itu, makna judul tersebut ditinjau dengan
stilistika pragmatik adalah bahwa citra negatif Israel dan Amerika sebagai dalang

10
di balik ISIS dan biang kemalangan bangsa Arab sehingga bangsa Arab akan
menjauhi Amerika dan Israel atau semakin membenci mereka.

C. KESIMPULAN

Di dalam khazanah penelitian stilistika, terjadi pergeseran orientasi yang


awalnya bersifat objektif menjadi non-objektif, berkait hal-hal yang ada diluar sastra.
Metode dan bidang yang hendak dikajupun dipengaruhi oleh tujuan penelitian
stilistika yang hendak dikaji. Namun, apapun orientasi Penelitian stilistika (objektif
atau non-objektif), metode dan langkah-langkah di dalam Penelitian objektif adalah
kemestian. Dengan kata lain, meski seorang peneliti hendak melakukan Penelitian
non-objektif dengan melibatkan hal-hal diluar karya sastra, peneliti tersebut mesti
melakukan analisis dan Penelitian yang mendalam tentang gaya bahasa yang ada di
dalam karya sastra.

Daftar Pustaka
Ayyad, M. S. (1992). Madkhal ila Ilmi al Uslub. Al Masyru' Li Ath Thba'ah wa at taksir.

Chandler, D. (2007). The Basic: Semiotics. New York: The Taylor & Francis e-Library.

Coupland, N. (2007). Style: Language Variation and Identity. Cambridge: Cambridge University
Press.

Fadl, S. (1998). Ilmu al Uslub: Mabadiuhu wa Ijraatuhu. Kairo: Darush Syuruq.

McIntyre, L. J. (2010). Stylistics. Cambridge: Cambridge University Press.

McMenamin, G. R. (2002). Forensic Linguistics: Advances in Forensic Stylistics. London: CRC


PRESS.

Qalyubi, S. (2013). Stilistika Bahasa dan Sastra Arab. Yogyakarta: Karya Media.

Qutb, S. (2003). An Naqd al Adabi: Ushuluhu wa Manahijuhu. Kairo: Darusy Syuruq.

Ratna, N. K. (2009). Stilistika. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, N. K. (2015). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Stude, P. (2008). Historical Corpus Stylistics: Media, Technology and Change. New York:
Continuum.

Umar, A. M. (2008). Mu'jam al Lughah al Mu'asyirah. Kairo: Alam al Kutub.

11
Umari, A. b. (2015). Al Uslubiyah: Dirasah wa Tathbiq. Riyadh: Kulliyatul Lughoh al Arabiyah
Qismul Balaghah wan Naqd wa Manhajul Adab al Islami.

Wales, K. (2001). A Dictionary of Stylistics. London and New York: Pearson Education.

12

Anda mungkin juga menyukai