Anda di halaman 1dari 7

Disusun Oleh

Rizkya Ayu Candra (18201241046)


Yosua Arya Dharma M(18201241069)
Arti, Makna,
Denotasi dan
Referen
Arti
Subroto (2002:110) menyebut arti dengan meaning.
Beliau mengemukakan arti lingual atau arti linguistik, yaitu arti yang terdapat
di dalam bahasa, yang terstrukturkan oleh dan di dalam bahasa, dipahami secara
lebih kurang sama oleh pengguna bahasa, dipakai secara umum dan wajar dalam
suatu masyarakat bahasa, dipakai secara umum dan wajar dalam proses
berkomunikasi sehari hari.

Arti bersifat dasar dan ancar-ancar, belum tentu (spesifik). Arti itu bersifat spesifik
manakala dipakai untuk proses penunjukan  (reference) dalam situasi pemakaian
tertentu.

Contohnya pada kata meja, kata tersebut memiliki fitur-fitur koseptual yang berbeda.
Dalam hal ini arti kata meja masih sebatas memiliki jumlah kaki empat,
tempat meletakkan barang, berbentuk segiempat dan lain sebagainya.
Arti meja masih sebatas wujud konkretnya saja, tetapi secara bersama dapat disimbol
kan dengan unit leksikal meja.
Arti terbagi menjadi dua, yaitu arti leksikal dan arti struktural atau gramatikal.
Arti leksikal adalah arti yang masih bersifat dasar dan mandiri, maksudnya terlepas
dari unsur-unsur dari konteksnya. Bebeda dengan arti gramatikal atau struktural, 
unsur-unsur bahasa pada arti gramatikal dalam satuan yang lebih besar, misalnya
hubungan antara kata dengan kata yang lain dalam frasa atau kalimat.

Contohnya, pada kata meja, sapu, dan kursi. Bebeda dengan arti gramatikal atau
struktural, unsur-unsur bahasa pada arti gramatikal dalam satuan yang lebih besar,
misalnya hubungan antara kata dengan kata yang lain dalam frasa atau kalimat.
Contohnya, pada kata baju baru.
Makna
Makna yaitu arti sebuah butir leksikal atau sebuah tuturan kalimat
berdasarkan konteks pemakaian, situasi yang melatari, dan
intonasinya. Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh,
karena makna yang diujarkan sudah mengandung proses
penunjukan (reference). 
Dalam makna pasti sudah tergantung konteks pemakaian suatu kata.

Makna bersifat tertentu karena dirambu-rambui oleh struktur,


konteks pemakaian, intonasi, dan latar yang melingkupinya.

Hal ini dapat dicontohkan pada kata sepatu, ketika kata “sepatu”
mendapat tambahan kata “sepatu itu baru”, dalam hali ini kata
sepatu tidak hanya memiliki makna alas kaki saja namun sudah
memiliki makna lain yang mengikutinya.
Kata baru yang mengikuti kata sepatu adalah sebagai penunjuk 
(reference), tanpa adanya kata baru maka kata sepatu hanya sebatas
memiliki arti sebagai alas kaki saja.
Denotasi

Denotasi adalah bagian dari arti yang ditentukan oleh sistem bahasa, tidak
bergantung pada situasi yang khas dari sebuah tuturan.
Konsep denotasi adalah mengacu atau tertuju hanya pada golongan entiti
atau suatu hal yang sungguh ada dan sama dari dunia eksternal.
Denotasi atau designasi ini merupakan bagaian dari arti yang ditentukan
oleh sistem bahasa dan tidak bergantung pada situasi yang khusus atau
khas  dari sebuah tuturan, jadi denotasi atau designasi ini bersifat
pandangan secara umum dan tidak spesifik.
Contoh dari denotasi dan referensi:
            Tas à denotasi atau designasi
            Tas baru itu à referensi
( tas baru itu milik andi)

Jadi pada contoh diatas ada kata ‘tas’ dimana itu merujuk pada
benda yang umum yng belum spesifik atau khusus.
Jadi seseorang belom tahu yang dimaksud ‘tas’ tersbut apakah
‘tas yang lama’, ‘tas ransel’ atau ‘tas baru’.

Sedangkan pada kata ‘tas baru itu’ sudah jelas objek yang dituju
yaitu sebuah tas yang baru dibeli dan kata itu merujuk pada tas
baru yang dimiliki oleh andi.

Terdapat saling ketergantungan antarmakna dan denotasi, yang


jelas konsep makna itu berkaitan itu berkaiatan dengan relasi
yang bersifat antar leksikal dan intra lingual serta bergantung
pada sistem bahasa yang bersangkutan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai