Anda di halaman 1dari 7

BAB I SELAYANG PANDANG STILISTIKA

A. Asal Usul Stilistika

Berangkat dari asal usul kata atau etimologi, stilistika berasal dari bahasa Inggris yakni "Stylistics".
Penggabungan dua kata "Style" dan "lcs". Kata "style" bermakna gaya, sedangkan "Ics“ mempunyai arti
kajian atau ilmu. Kata "style" berasal dari akar kata "stilus" yang mengandung arti alat berujung runcing
yang digunakan menulis di atas bidang berlapis lilin. Dalam bahasa Perancis, Stilistika berarti "style de
langue" sedangkan dalam bahasa Spanyol disebut "estilo de lenguaje" yakni gaya berbahasa. Dapat
disimpulkan bahwa kata "Stylistics" memiliki pengertian "The Study of Language Style" atau ilmu yang
mengkaji, menganalisis, dan, menelaah gaya bahasa. Penjelasan lebih lanjut akan diuraikan pada sub
bab defenisi stilistika.

C Stilistika Para Ahli dan Kamus

Kebangkitan kajian stilistika, tidak terlepas dari peranan para ahli yang

memberikan pemaknaan dan pemahaman berbeda terhadap studi bahasa

Perbedaan dan persamaan konsep mereka justru memberikan awan cerah bagi

eksistensi kajian terebut. Terutama pada penggunaan kajian stilistika pada ranah

kesusastraan. Berikut formulasi defenisi stilistila dari perspektif para ahli

1 Kridalaksana. 1) Ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam

karya sastra; ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan 2)

Penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa (Kamus Linguistike,

1982:159)

2. Ratna. Stilistika merupakan ilmu yang menyelidildi pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan
mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya. Selain itu, stilistila juga berdefenisikan

a) Ilmu tentang gaya bahasa

b) Ilmu interdisipliner antara linguistik dengan sastra.

c) Ilmu tentang penerapan kaidah-kaidah linguistik dalam penelitian gaya bahasa

d) Ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra (Estetika Sastra dan Budaya, 2007:326)

3. Mulyana. Stilistika adalah pengetahuan tentang kata yang berjiwa. (Peristiwa Bahan dan Peristiwa
Sastra 1956:4)
4. Jassin. Ilmu bahasa yang yang menyelidiki gaya bahasa disebut stilistika atau ilmu gaya, biasa orang
menyebut gaya bahasa apa yang disebut Stol dalam bahasa Belanda, Style dalam bahasa Inggris

Selain pendapat para ahli di atas, berikut ini akan diurai sekilas pengertian stilistika dalam beberapa
kamus Indonesia. Pertama, Kamus Istilah

Sastra, Sudjimar (1990:79) menyatakan stilistika (Stylistics). ilmu yang menyelidiki penggunaan bahasa
dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Kedua,

Kamus Istilah Sastra, Zaidan dkk (1994:194) menuliskan stilistika ilmu yang meneliti penggunaan bahasa
dan gaya bahasa dalam karya sastra.

Ketiga, Leksikon Sastra, Yusuf (1995:277) menuliskan stilistika (Stylistics), ilmu yang menyelidiki bahasa
yang digunakan dalam karya sastra, perpaduan ilmu linguistik dan sastra.

Keempat, Kamus Dewan (1996:1305), Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, Stilistik:

1) Kajian tentang penggunaan gaya bahasa secara berkesan dalam penulisan.

2) Berkaitan dengan stail atau gaya, terutama gaya bahasa penulisan

C. Defenisi Stilistika

Dari penjelasan para ahli, Istilah, dan kamus di atas, jelaslah gambaran seperti apa stilistika tersebut.
Stilistika merupakan studi teks yang berhubungan langsung dengan bahasa dan Sastra, stilistila
dipandang utuh sebagai kajian terhadap suatu objek, yakni gaya bahasa atau berbahasa dengan gaya
tertentu yang meliputi cara pengungkapan, nada-nada, letupan idiom, sistem tanda yang apik, dan
berpola khusus

Sejalan dengan pendapat di atas, Sukada (1987: 87) mendefenisikan gaya bahasa dalam sejumlah butir
pernyataan:

a. Gaya bahasa adalah bahasa itu sendiri.

b. Yang dipilih berdasarkan struktur tertentu.

Digunakan dengan cara yang wajar.

d. Tetapi tetap memiliki ciri personal

Sehingga tetap memiliki ciri-ciri personal

e. Sebab lahir dari diri pribadi penulisnya, diungkapkan dengan jujur.

f. Disusun secara sengaja agar menimbulkan efek tertentu dalam diri pembaca

h. Dan isinya adalah persatuan antara keindahan dan kebenaran


Gaya bertekstual harus tersalurkan dalam bahasa, karena bahasa merupakan sarana komunikasi primer
sehari-hari yang setiap penuturnya bebas menggunakan kondisi struktural maupun konvensional
komtemporer Artinya setiap penutur bahasa bebas berekspresi melalui bahasa, terlepas dari bahasa itu
bersusun secara kaidah ataupun kesepakatan modernitas sebagaimana sal satu ciri bahasa yaitu bersifat
produktif.

Dalam sastra misalnya, variasi, nada, dan gaya peletupan bahasa tertentu akan membentuk karakter
dan idealisasi seorang penulis penyair, dan pelakok sastra.

D. Tujuan Stilistika

Sesuai dengan defenisi stilistika yang ditujukan terhadap berbagai penggunaan bahasa, yang dalam hal
ini tidak hanya terbatas pada bahasa sastra, namun juga pada penggunaan gaya bahasa dalam
kehidupan sehari-hari, yang meliputi kegiatan berorasi, berargumen, dan kegiatan berpolitik yang
menggunakan bahasa sebagai media. Dalam kegiatan retorika misalnya, seorang penutur akan
menggunakan berbagai variasi bahasa dengan gaya tertentu dan mewakili ciri khas serta selalu
berorientasi pada keberhasilan pencapaian. Hal ini yang biasa kita saksikan di media, ketika para
politikus lazim menggunakan bahasa dan gaya bahasa masing-masing yang cenderung terjadi pencitraan
diri, walau terkadang terkesan pula kebohongan bahasa. Senada pendapat di atas,

Tarigan (1985: 5) berpendapat, gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata
dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca.

Kontras terjadi pada bahasa karya sastra yang justru tampil jujur, apa adanya, dan merupakan
representasi dari kehidupan nyata. Walaupun terdapat gaya emotif, motif, figuratif, dan citraan, tidak
khayal berfungsi sebagai nilai tambah estetis keutuhan nilai dari bahasa sastra tersebut. Implikasi sastra
dalam susastra ialah ajaran moral, sastra yang baik menampilkan gaya bahasa penceritaan dan
pencitraan yang jujur, indah dan bermanfaat. Sastra yang baik memiliki fungsi dulce et utile. Bahwa
sastra berfungsi ganda, ia tidak hanya menghibur (dulce) karena menampilkan keindahaan, tetapi juga
memberikan makna (utie) terhadap kehidupan

E. Manfaat Stilistika

Selain memiliki defenisi dan tujuan yang kompleks, manfaat stilistika juga sangat besar bagi dunia
kesusastraan dalam aktivitas pengkajiannya. Setiap peneliti sastra yang menelaah sastra dengan
stilistika, akan dapat menemukan dan merangkum ciri kekhasan penyair dan ciri keuniversalan sebuah
teks sastra yang baik atau buruk, dan yang layak atau tidak layak.

Berikut akan diuraikan manfaat kajian stilistika bagi para penelaah sastra,

1. Mengidentifikasi dan menemukan fakta dari setiap keestetikaan karya sastra.

2. Mengidentifikasi letak ciri kekhassan secara luas pada masing-masing sastrawan yang terlihat jelas
dalam perbedaan karya.
3. Menjadi sumber pengetahuan akan perbedaan bahasa, dinamika gaya, dan letupan imajiner seorang
sastrawan.

4. Dalam proses telaahannya, menjadi nilai tersendiri dari penelaah tentang aktivitas alam liar sastrawan
yang meliputi gejolak psikosis dan bentuk rasa

5. Mengemukakan pada massa dalam bentuk makalah sastra tentang korelasi yang tersusun baik antara
penggunaan bahasa dalam karya sastra.

6. Membantu dunia kesusastraan untuk segera memperbaiki problematika karya dengan peningkatkan
mutu menjadi lebih baik.

7. Menjadikan hubungan yang harmonis antara penelaah dengan kegiatan penelaahan selanjutnya.

BAB II SEJARAH STILISTIKA

A. stilistika di Barat

Tertulis dalam sejarah, stilistika muncul semenjak zaman Yunani kunc dengan tiga konsep utama nilai
bahasa sastra, yaitu Rhetoric, Poetics, dar Dialectics. Salah satu diantara ketiga nilai ini, yang paling
mencolok karya

Aristoteles (384-322 SM) yaitu Poetics. Ketiga nilai utama ini yang menjadikan awal kelahiran kritik
sastra.

Pada perkembangan selanjutnya, di Roma, sekitar 300 tahun kemudian terdapat dua style yang berbeda
dikemukakan oleh Caesar dan Cicero. Stilistika berkembang pada zaman pertengahan dengan dua
konsep utama yang dikenal form (bentuk) dan content (isi). Perkembangan selanjutnya pada masa

Romanticism, style dilekatkan pada bentuk bahasa tertulis, tidak pada bahasa lisan dan dikenal dengan
sebutan stylos.

Perkembangan stilistika di dunia barat, tidak terlepas dari peran serta tokoh-tokoh dunia yang
menyumbangkan gagasan dan pemikirannya. Seperti

Ferdinand de Saussure, Jakopsan, Chomsky, Charles Bally. Sebagai kajian yang berhubungan langsung
dengan linguisitk, Saussure membedakan bahasa menjadi dua aspek, diakronis dan sinkronis, langue dan
parole. Diakronis mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan aspek kesejahteraan, sedangkan
sinkronis hanya pada kurun waktu tertentu sebagai analisis intrinsik. Langue merupakan kode, bahasa
umum, sebaliknya parole adalah bahasa individu. Tahun 1923. Jakopsan menulis tentang puisi Ceko yang
menerapkan kriteria semantik modern dalam pengkajian struktur dan pola puisi. Menurut Abrams
(1981: 192 - 193) stilisitika baru tampak tahun 1950 untuk menggantikan ciri-ciri subjektif dan impresif
dengan ciri-ciri objektif saintifik dalam analisis teks sastra. Tahun 1957. Chomsky menulis buku yang
berjudul
Syntactic Structures yang memberikan banyak manfaat pada dunia kesusastraan. Lain halnya Carles
Bally. Sebelum mengalami perkembangan dan perluasan seperti saat ini, pada awalnya stilistika bukan
merupakan kajian terhadap sastra, tetapi terfokus pada bagaimana penggunaan bahasa dalam konteks
sosial. Hal ini senada dengan pendapat Ali Imron (2008: 15), awal mula kemunculan, Bally tidak
memasukkan stilistika sebagai studi gaya sastra, melainkan untuk studi bahasa yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi tujuan hidup.

Menurut Bally, stilistika adalah studi tentang efek-efek ekspresif dan mekanisme dalam semua bahasa-
bahasa. Baginya stilistika merupakan sumber sumber ekspresif bahasa dan mengeluarkannya dari
dalamnya studi bahasa sastra yang diorganisasikan untuk tujuan estetik. Pada apresiasi sastra, analisis
kajian stilistika digunakan untuk memudahkan menikmati, memahami, dan menghayati sistem tanda
yang digunakan dalam karya sastra dan berfungsi untuk mengetahui ungkapan ekspresif yang ingin
diungkapan oleh penyair atau penulis.

B. Stilistika di Indonesia

Tahap perkembangan stilistika di Indonesian pertama sekali dilakukan oleh Slamet Mulyana pada tahun
1956. Melalui penerbit Ganato Bandung, bukunya yang diberi judul Peristiwa Bahan dan Peristiwa
Sastra. Dalam buku ini

Mulyana memandang hakikat pultika dari sudut filsafat. Sebagian besar hasil pimikirannya dalam buku
tersebut berkaitan dengan bahasa sastra, khusunya

puisi, yang disebut sebagai "kata berjiwa', bahasa kontesktual, yang dibedakan dengan bahasa kamus,
bahasa dengan arti tetap sebagai bahasa bebas konteks.

Stilistika bagi Slmet Mulyana adalah kata-kata berjiwa, mewujudkan pengalaman jiwa berupa cita dan
rasa.

Tahun 1978, Jassin juga menulis buku yang diberi judul Tifa Penyair dan

Daerahnya. Dalam bukunya, Jassin mengungkapkan cara penyelidikan gaya bahasa yang tepat adalah
melalui studi stilistika. Menurutnya, gaya bahasa bermaksud cara menggunakan bahasa dan di dalamnya
tercakup gaya bercerita.

Cara seseorang dalam berkomunikasi verbal bukan hanya dari caranya menyampaikan bahasa, tetapi
aspek gaya bercerita juga harus dipertimbangkan yang di didalamnya terliput keselarasan gabungan isi
dan bentuk

Tahun 1979, Mengantar Simanjuntak mulai memfokuskan bahasan pada kajian stilistika. Simanjuntak
menulis makalah yang berjudul Aplikasi Linguistik dolam Pengkajian dan Penulisan Karya Sastra. Dia
menggunakan teori linguistik

Transformatif Generatif untuk menganalisis teks sastra Perkembangan kajian stilistika di Indonesia
berikutnya, terjadi pada tahun 1980. Ketika itu, Teew menulis buku Tergantung pada Kata menganalisis
sepuluh puisi dari sepuluh penyair terkenal, sehingga dapat mewakili ciri pemakaian bahasa dan ciri
pribadi penyairnya. Dari sepuluh penyair terkenal, ada nama Chairil Anwar. Hasil analisis Teew
mengungkapkan bahwa karya Chairil

Anwarlah yang berhasil merenovasi bahasa dari sistem sastra tradisional menjadi sistem sastra baru.
Pada akhirnya mampu menjadi inspirasi sekaligus motivasi bagi perkembangan dunia sasira Indonesia

Sekitar tahun 1980-an, Stilistika sebagai studi kritik sastra mulai dikenal, hal ini terlihat dengan
dijadikannya stilistika sebagai disiplin ilmu di bangku perkuliahan. Tahun 1982. Sudjiman menerbitkan
buku Bunga Rampai Stilistika yang sebelumnya diangkat dari Diktat Mata Kuliah Sulistika, Program S1

Universitas Indonesia. Sudjiman secara gamblang menjelaskan fungsi puitika suatu bahasa dan ciri khas
penggunaan bahasa dalam wacana sastra.

Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1984, namun sedikit berbeda dengan para pakar bahasa
lainnya. Buku yang diberi judul Diksi dan Gaya

Bahasa karangan Gorys Keraf ini justru sama sekali tidak mengenalkan istilah stilistika. Namun, bila
dilihat secara keseluruhan konteks verbal materi buku tersebut, jelaslah mengarah pada pemahaman
stilistika. Dalam bukunya, yang dikaitkan dengan judul, Keral mempunyai misi untuk memberikan
tekanan pada tiap-tiap pilihan kata dan gaya berbahasa, hal ini terlihat pada semua bab yang
membicarakan tentang gaya berbahasa. Menurutnya gaya berbahasa berkaitan dengan seni berorasi
atau lazim disebut retorika. Oleh sebab itu pada bab awal, seluruh pembahasan difokuskan pada bidang
retorika.

Sama halnya dengan perkembangan stilistika di Indonesia, seorang pakar stilistika asal Malaysia pernah
menulis buku berjudul Stilistik Satu Pengantar.

Bernama Umar Junus dan terbit pada tahun 1989 dengan nama penerbit Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementerian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur. Buku

Junus ini terbagi atas dua bagian, pertama merupakan bagian pemahaman tentang gaya, meliputi
defenisi, gaya sebagai ciri-ciri personal, gaya sebagai penyimpangan, dan gaya dalam kaitannya dengan
wacana. Sedangkan bagian kedua, berisikan tentang gaya sebagai mekanisme stilistika dan tanda,
seperti gaya bahasa sebagai variasi, gaya bahasa sebagai manipulasi, gaya bahasa dalam kaitannya
dengan interpretasi dan ideologi.

Kelebihan buku

Pembaca dapat mengetahui Asal-Ususl Stilistika beserta para ahlinya

Buku Stilistika membantu pembaca membuktikan ciri-ciri keindahan bahasa yang universal dari segi
bahasa karya sastra.
Buku Stilistika menerangkan secara baik keindahan sastra dengan menunjukkan keselarasan
penggunaan ciri-ciri keindahan bahasa dalam sastra.

Buku Stilistika Ini buku yang bermanfaat bagi Mahasiswa dalam membedah kajian stilistika.

Sang penulis mampu membawakan inti dari buku ini dengan bahasa yang tidak sulit untuk dipahami

Kekurangan Buku

Buku ini memiliki cover yang sangat sederhana sederhana .

Buku Stilistika memiliki tampilan yang kurang menarik sehingga pembaca umum tidak tertarik untuk
membaca

Terdapat kata-kata yang sulit dipahami karena menggunakan bahasa asing.

Anda mungkin juga menyukai