Anda di halaman 1dari 4

Modul Stilistika SASTRA INDONESIA

PERTEMUAN KE-4: SEJARAH STILISTIKA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai ialah sebagai berikut:
1.1. Mampu menjelaskan sejarah stilistika dan perkembangannya

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Mampu menjelaskan sejarah stilistika dan perkembangannya.

Pada mulanya stilistika berasal dari Yunani Kuno sejak zaman


Plato (427-317 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) yang saat itu lebih
dikenal dengan kajian linguistik tentang proses proaktif dalam
kesusastraan. Tahun 1916 terbit sebuah kata hasil kerjasama sastrawan
dan bahasa berakhiran Formolisme Rusia dengan buku yang berjudul The
Studi in Theory of Puitics Language. Pada 1923, Roman Jakobsan
menulis tentang puisi Ceko yang menerapkan kriteria semantik modern
dalam pengkajian struktur dan pola puisi. Pada 1957, Chomsky membuka
pandangan baru dalam linguistik dalam penerbitan bukunya Syntactic
Structures. Dengan demikian, dunia kesusastraan merasakan dampak
pandangan baru itu.
Pada awalnya, sastrawan dan kritikus sastra memfungsikan
manfaat pengkajian linguistik terhadap karya sastra. Berbagai anggapan
menyatakan bahwa pengkajian demikian akan merusak keindahan seni
karya sastra itu. Semakin lama semakin disadari bahwa pendekatan
linguistik merupakan salah satu pendekatan yang dapat ditempuh untuk
menemukan makna karya sastra. Analisis stilistika berupaya mengganti
subyektif dan impressionisme yang digunakan kritikus sastra sebagai
pedoman dalam mengkaji karya sastra dengan suatu pengkajian yang
relatif lebih objektif dan ilmiah.2
Di Indonesia sendiri, stilistika mengalami perkembangannya.
Tahun 1956, Slamet Mulyana menerbitkan buku Peristiwa Bahasa dan

S1 Sastra Indonesia Universitas Pamulang 10


Modul Stilistika SASTRA INDONESIA

Peristiwa Budaya, penerbit Ganaco, Bandung. Buku ini berisi


pemandangan tentang “poesi” juga biasa disebut “puitika”. Pandangan
puitika tidak terlepas dari persoalan poetika yang hakikatnya adalah
persoalan filsafat. Dengan demikian, peristiwa sastra dihubungkan
dengan peristiwa bahasa Indonesia. Hal ini ada hubungannya dengan
pengajaran bahasa. Kekurangan penyelidikan bahasa dan sastra Indonesia
terasa sekali oleh pengajar di sekolah, yaitu sifat pembelajaran tidak lagi
merupakan perluasan, tetapi pendalaman. Bahasa Indonesia merupakan
salah satu fenomena yang berhubungan adat dengan manusia Indonesia.
Istilah stilistika kemudian dikembangkan oleh H.B. Jassin. Ia
menguraikan bahwa ilmu bahasa yang menyelidiki gaya bahasa disebut
stilistika atau ilmu gaya biasa orang menyebut gaya bahasa apa yang
disebut stijl dalam bahasa Belanda, style dalam bahasa Ingggris, dan
Perancis, stil dalam bahasa Jerman. Selanjutnya, Jassin mengemukakan
bahwa kata gaya bahasa bermakna cara menggunakan bahasa. Di
dalamnya tercakup gaya bercerita. Secara umum membicarakan tentang
stil seseorang pengarang, yang dimaksud bukan saja gayanya dalam
mempergunakan bahasa, melainkan juga gayanya bercerita. Seorang
stilistikus atau ahli gaya bahasa menjawab pertanyaan mengapa seorang
pembicara atau pengarang menyatakan pikiran dan perasaan seperti yang
dilakukan dan tidak dalam bentuk lain atau bagaimana keharmonisan
gabungan isi dan bentuk.2
Menambah perkembangan baru, tahun 1982, Sudjiman membuat
Diktat Mata Kuliah Stilistika, Program S1, Universitas Indonesia.
Kemudian ia menerbitkan buku Bunga Rampai Stilistika, penerbit
Grafiti, Jakarta 1993. Istilah stilistika sejak 1980-an ini mulai dikenal di
dunia akademik sebab telah menjadi satu disiplin ilmu. Hal ini
dilatarbelakangi oleh kenyataan selama ini bahwa dalam usaha
memahami karya sastra para kritikus sastra menggunakan pendekatan
intrinsik dan ekstrisik, bahkan ada yang menggunakan beberapa
pendekatan sekaligus. Semua itu ada hukum untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang alasan pengarang menciptakan karya

S1 Sastra Indonesia Universitas Pamulang 11


Modul Stilistika SASTRA INDONESIA

tertulis, gagasan yang hendak disampaikan ataupun hal-hal yang


mempengaruhi cara penyampaiannya semua itu dilakukan untuk merebut
makna yang terkandung dalam karya sastra serta menikmati
keindahannya.
Medium yang digunakan oleh pengarang adalah bahasa. Dengan
demikian, bahasa pasti akan mengungkapkan hal-hal yang membantu kita
menafsirkan makna suatu karya sastra atau bagian-bagiannya untuk
selanjutnya memahami dan menikmatinya. Pengkajian ini disebut
pengkajian stilistika. Dalam pengkajian ini tampak relevansi linguistik
atau ilmu bahasa terhadap studi sastra. Dengan stilistika dapat dijelaskan
interaksi yang rumit antara bentuk dan makna yang sering luput dari
perhatian dan pengamatan para kritikus sastra (Sudjiman via Rahayu,
2015).1
Pada 1986, Natawidjaja menerbitkan buku Apresiasi Stilistika,
Intermasa, Yogyakarta. Dalam buku ini diuraikan penggunaan bahasa
suatu karya sastra melalui aspek bahasa misalnya peribahasa, ungkapan,
gaya bahasa dalam karya sastra. Buku ini sangat bermanfaat bagi siswa
SMA dan mahasiswa yang ingin meningkatkan pemahaman mengenai
stilistika bahasa Indonesia.
Di Universitas Gadjah Mada, penelitian skripsi sarjana juga
membahas masalah stilistika. Hal ini sudah dilaksanakan sejak 1958
sampai sekarang, misalnya, Budi S telah membuat skripsi tentang
“Bahasa Danarto dalam Godiob: Kajian Stilistika Cerpen-cerpen
Danarto, 1990”. Ia memberi penekanan analisis terhadap kosa kata,
majas (bahasa kiasan), sarana retorika, struktur sintesis, interaksi bahasa
dan humor dari mantra sesuai dengan konsepnya Puleh.
Pada 1993, Lukman Hakim membahas stilistika judul makalahnya
“Tinjauan Stilistika Terhadap Robohnya Surau Kami”, (AA. Navis). Ia
membahas cerita pendek ini dari sisi gaya bahasa/stil, pengarangnya
terutama yang berhubungan dengan 1) struktur kalimat yang
dihubungkan dengan gaya bercerita, 2) pemilihan leksikal yang dikaitkan
dengan pemakaian majas (Depdikbud via Rahayu, 2015)1

S1 Sastra Indonesia Universitas Pamulang 12


Modul Stilistika SASTRA INDONESIA

Disusul Aminuddin yang menerbitkan bukunya Stilistika


Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra, IKIP Semarang,
Press, Semarang pada tahun 1995. Kajian stilistika dalam buku ini terdiri
dari enam bab. Bab 1 Pengertian Gaya dalam Perspektif Kesejarahan.
Bab 2 Studi Stilistika dalam Konteks Kajian Sastra. Bab 3 Bentuk
Ekspresi sebagai Pangkal Kajian Stilistika. Bab 4 Aspek Bunyi dalam
Teks Sastra. Bab 5 Bentuk Simbolik dalam Karya Sastra. Bab 6 Bentuk
Bahasa Kias dalam Karya Sastra.
Memasuki tahun 2000-an, Tirto Suwondo melakukan penelitian
terhadap cerpen dengan pandangan stilistika, judul makalahnya “Cerpen
Dinding Waktu, karya Danarto, Studi Stilistika” dimuat dalam bukunya
Studi Sastra Beberapa Alternatif, Hanindita, Yogyakarta, 2003. Suwondo
menyimpulkan bahwa cerpen “Dinding Waktu” karya Danarto kaya akan
gaya bahasa, baik gaya bahasa berdasarkan struktur kata dan kalimat
maupun berdasarkan langsung atau tidaknya makna. Tidak berhenti
sampai di sini, berbagai penelitian tentang stilistika telah bermunculan
dengan berbagai aspek bahasan juga. Dengan demikian, sudi stilistika
mengalami perkembangan yang pesat sejak kemunculannya hingga
sekarang, khususnya dalam dunia kesusastraan dan linguistik.

C. LATIHAN SOAL / TUGAS


Susunlah periodisasi mengenai sejarah perkembangan stilistika sejak
munculnya hingga perkembangan terakhir!

D. DAFTAR PUSTAKA
Links
1
http://rahayufitri18.blogspot.co.id/2015/06/materi-perkuliahan-
stilistika.html diakses pada tanggal 5 September 2016 pukul
16.31WIB.
2
https://www.scribd.com/doc/210164455/Stilistika-Sastra-Indonesia
diakses pada tanggal 23 Maret 2013 pukul 06.30 WIB.

S1 Sastra Indonesia Universitas Pamulang 13

Anda mungkin juga menyukai