Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Sastra Banding

Sapardi Djoko Damono (2005: 2) menyatakan bahwa sastra bandingan meruakan pendekatan dalam
ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri.

Menurut Remak (1990, 1) Sastra bandingan adalah kajian sastra di luar baas-batas sebuah negara
dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan yang lain seperti seni
(misalnya, seni lukis, seni uir, seni binda dan seni musik), filsasfat, sejarah, dan sains sosial (misal politik,
ekonomi, sosiologi) sain, agama, dll.

Menurut Nada (1999,9), sastra bandingan adalah suatu studi atau kajian sastra suatu banggsa yang
mempunyai kaitan kesejarahan dengan sastra bangsa lain, bagaimana terjalin proses saling
mempengaruhi antara satu dengan lainnya, apa yan telah diambil sautu sastra, dan apa pua yan telah
disumbangkanya.

Benedecto Crose (Giffo, 1995:1) study sastra banding adalah kajian yang berupa eksplorasi perubahan,
penggantian, pengembangan, dan perbedaan timbal balik antara diantara dua karya atau lebih.

Sastra banding adalah wilayah keilmuan sastra yang mempelajari keterkaitan antara sastra dan
perbandingan sastra dengan bidang lain.Sastra banding adalah sebuah teks across cultural.

Metode Penelitian Sastra Banding

Sastra banding adalah salah satu metode study sastra. Dan karena metode-metode bagian sastra banyak
dan berhubungan satu sama lain dan ini membantu menjelaskan kedudukan sastra banding di antara
metode-metode yang menetapkan masing-masing kepentingannya :

1. Sudut Pandang Sastra adalah merupakan metode yang membahas mengenai sejarah munculnya
dan perkembangan sastra dari masa ke masa.

2. Kritik Sastra adalah merupakan metode yang membahas karya-karya sastra, misalnya sebuah novel
atau puisi, dengan mempergunakan teori-teori kritik sastra.

3. Sejarah Sastra adalah merupakan metode yang berusaha mengungkapkan latar belakang, dan
perkembangan berbagai aspek sastra, misalnya karya sastra, bentuk sastra, aliran sastra, ataupun teori
sastra.Ketiga metode ini tidak selalu berdiri sendiri karena kadang-kadang ada kaitan satu sama lainnya
dan perbedaan diantara metode-metode ini berdasarkan sudut pandang yang kita lihat dari sastra itu
sendiri

Metode sastra banding tidak jauh beda dengan metode kritik sastra, yang objeknya lebih dari satu karya.
Pada dasarnya metode sastra banding dapat dikelompokkan menjadi dua golongan :

Metode perbandingan diakronik, untuk membandingkan dua karya sastra atau lebih yang berbeda
periode penciptaan.
Metode seperti ini sebenarnya lebih kearah hal ikhwal yang harus dibandingkan, lebih menitik beratkan
tentang objek-objek seperti apa yang patut dibandingkan. Sedangkan baaimana perbandingan itu harus
dilakukan, sebenarnya sangat longgar, artinya sastra banding belum memiliki tradisi khusus. Metode
penmgumpulan data, menganalisa, menafsirkan, dan menilai adalah cara yang tepat untuk ini.

Metode sastra bandingan tidak jauh berbeda dengan metode kritik sastra, yang obyeknya lebih darti
satu karya. Penekanan sastra bandingan adalah pada aspek kesejarahan teks. Itulah sebabnya sastra
bandingan bersifat positivistik. Kajiannya bercorak binari (duaan) dan bertumpu pada rapport defaits,
artinya perhubungan faktual antara dua buah teks yang diteliti secara pasti. Kegiatan yang dilakukan
juga menganalisis, menafsirkan dan menilai karena obyeknya lebih dari satu, setiap obyek harus
ditelaah, barulah hasil telaah tersebut diperbandingkan. Bisa saja, peneliti melakukan analisis struktural
kedua karya, baru diperbandingkan. Dengan cara ini akan mempermudah peneliti melakukan
bandingan. Setidaknya akan mudah ditemukan unsur persamaan dan perbedaan setiap karya sastra.

Diakronik

Pengertian Diakronik, secara bahasa berasal dari bahasa latin yaitu “Diachronicus” yang terdiri dari dua
kata yaitu “Dia” dan “Chronicus” yang mana “Dia” artinya adalah Melalui / Melampaui, sedangkan
“Chronicus” artinya adalah Waktu.

Tadi adalah arti secara bahasa, sedangkan untuk arti Diakronik adalah sejarah maksudnya yaitu
Memanjang dalam waktu tetapi menyempit dalam ruang .

Berpikir diakronik disebut juga dengan berpikir kronologis (urutan). Berbeda dengan berpikir secara
sinkronik, berpikir diakronik yaitu, kita menganalisa sebuah peristiwa dimulai dari awal mula peristiwa
tersebut terjadi hingga akhir peristiwa itu sendiri.

Contohnya ;

Menjelaskan mengenai peristiwa pertempuran 5 hari disemarang mulai dari awal mula bagaimana /
mengapa peristiwa itu terjadi hingga akhir.

Menceritakan kisah hidup seseorang dimulai dari ia dilahirkan sampai dengan saat ini.

Jadi berpikir secara diakronik atau kronologis, kita akan bisa mempelajari proses dari sebuah peristiwa
bersejarah.

Penelitian sastra bandingan dengan metode diakronis merupakan penelitian resepsi sastra yang
dilakukan terhadap tanggapan-tanggapan pembaca dalam beberapa periode. Namun, periode waktu
yang dimaksud masih berada dalam satu rentang waktu.

Penelitian resepsi diakronis ini dilakukan atas tanggapan-tanggapan pembaca dalam beberapa periode
yang berupa kritik sastra atas karya sastra yang dibacanya, maupun dari teks-teks yang muncul setelah
karya sastra yang dimaksud. Umumnya penelitian resepsi diakronis dilakukan atas tanggapan pembaca
yang berupa kritik sastra, baik yang termuat dalam media massa maupun dalam jurnal ilmiah.
Kajian penelitian sastra bandingan yaitu:

1. Penelitian bersifat Komparatif

Penelitian bersifat komparatif menitikberatkan pada penelaahan teks karya sastra yang dibandingkan,
seperti studi pengaruh dan afinitas. Penelitian bersifat komparatif merupakan titik awal munculnya
sastra bandingan. Penelitian ini dipandang sebagai Penelitian terpenting dalam sastra bandingan.
Penelitian bersifat komparatif dapat berbentuk kajian pengaruh maupun kajian kesamaan. Penelitian
yang bersifat komparatif juga dapat mencakup kajian mengenai tema maupun kajian genre.

2. Penelitian bersifat historis

Penelitian bersifat historis memusatkan perhatian pada nilai-nilai historis yang melatarbelakangi antara
karya sastra dengan karya sastra lainnya atau antar satu kesusastraan dengan kesusastraan lain, atau
suatu karya sastra dengan masalah sosial dan filsafat. Penelitian ini dapat berupa masuknya suatu
pemikiran, aliran, teori kritik sastra, ataupun genre masuknya genre sastra dari suatu negara ke negara
lain.

3. Penelitian bersifat teoretis

Penelitian bersifat teoretis adalah kajian pada bidang konsep, kriteria, batasan, atau aturan-aturan
dalam berbagai bidang kesusastraan. Misalnya konsep mengenai aliran, genre, bentuk, teori, ataupun
kritik sastra. Penelitian bersifat teoretis tidak menyentuh kajian sastra darimana pun.

4. Penelitian bersifat antar disiplin

Di dalam Penelitian yang bersifat antar disiplin merupakan kajian yang cenderung berfokus pada aliran
Amerika. Penelitian ini membandingkan antara karya sastra dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan,
agama, dan seni yang lain. Karena luasnya ruang lingkup kajian ini, diperlukan pengetahuan yang luas
pula untuk melakukan kajian. Fokus pembicaraan tetap pada karya sastra. Materi non sastra sebagai
pembanding dipakai sebagai bantuan untuk memperjelas makna dari suatu karya sastra atau untuk
mengetahui dasar pemikiran penulisnya.

Karya Sastra Diakronis (cerpen Malin Kundang 2000 dan Cerita rakyat Malin Kundang)

Alasan mengapa saya mengambilkarya sastra tersebut karena, kedua karya sastra itu lahir pada periode
yang berbeda. Selain itu karya sastra tersebut memilki persamaan dan perbedaan.

· persamaan

Cerpen “Malin Kundang 2000” karya Irwansyah Budiar Putra dan cerita Malin Kundang sama-sama
mengungkap masalah-masalah pertentangan adat-istiadat berupa kutukan dan berkutat pada masalah
kedaerahan.

Cerpen “Malin Kundang 2000” memiliki persamaan alur cerita yaitu sama-sama menceritakan sikap
Malin Kundang yang tetap angkuh, keras hati dan tinggi hati, dalam cerpen “Malin Kundang 2000”
diceritakan batu Malin Kundang hilang dan kembali menjadi manusia, namun sikapnya tetap saja sama
angkuhnya seperti pada cerita “Malin Kundang”. Malin tidak menunjukkan rasa bersalah, bahkan
mengelak dari kesalahan-kesalahannya yang membuat ibunya sakit hati.

· Perbedaan

Cerpen “Malin Kundang 2000” menyuguhkan sajian menarik atas cerita masa lampau, yang dengan
sendirinya menimbulkan kualitas estetis. Selain itu, karya sastra ini merupakan arus kesinambungan
sepanjang masa sebagai struktur yang dinamik. Cerpen “Malin Kundang 2000” memberi kejutan bahwa
batu Malin Kundang hilang. Masyarakat tak henti-hentinya membicarakan batu Malin Kundang dan
terkejut dengan berita Malin Kundang yang kembali jadi manusia.

Pada cerita Malin Kundang dikisahkan kehidupan Malin Kundang yang durhaka pada ibunya dan dikutuk
menjadi batu. Jadi, cerita Malin Kundang adalah kisah kutukan anak durhaka menjadi batu, sedangkan
cerpen “Malin Kundang 2000” dapat dikatakan sebagai respon kisah cerita Malin Kundang. Dalam hal ini,
respon yang ditunjukkan adalah cerita lanjutan atas konsep cerita Malin Kundang.

Referensi :

http://oktad.blogspot.com/2014/01/sastra-banding.html?m=1

https://yuksinau.co.id/perbedaan-diakronik-dan-sinkronik/

Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitan Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat

Bahasa.

http://vidyamonoarfa.blogspot.com/2018/02/pengkajian-intertekstual-dalam-sastra.html?m=0

Anda mungkin juga menyukai