Sastra lama adalah sastra yang lahir dan tumbuh pada masa lampau atau pada masyarakat
Indonesia lama. Sastra lama juga biasa disebut sebagai sastra klasik. Sastra lama tumbuh dan
berkembang seiring dengan kondisi masyarakat pada zamannya. Oleh karena itu sastra lama
mempunyai nuansa kebudayaan yang kental dan memiliki corak yang lekat dengan nilai dan adat
istiadat yang berlaku di dalam suatu daerah atau masyarakat tertentu. Indonesia adalah bangsa
yang majemuk baik adat-istiadat, budaya maupun bahasa. Setiap suku atau daerah di Indonesia
memiliki ciri khas dan cita rasa sastranya masing-masing. Prularisme ini tentu sangat
menpengaruhi dan memperkaya khazanah kesusastraan Indonesia.
1.Puisi Lama
Berdasarkan waktunya, salah satu jenis puisi yang kita kenal adalah puisi lama. Menurut Uned
(2010:36) puisi lama adalah puisi Indonesia yang belum terpengaruh puisi barat. Puisi lama
adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan tertentu. Puisi yang lahir sebelum masa penjajahan
Belanda. Sifat masyarakat lama yang statis dan objektif, melahirkan bentuk puisi yang statis
pula, yaitu sangat terikat pada aturan tertentu. Aturan-aturan yang mengikat tersebut antara lain:
d. Irama, yaitu alunan yang tercipta oleh kalimat, panjang pendek, dan kemerduan bunyi;
e. Banyak suku kata tiap baris.
a. Mantra
Menurut Uned (2010:37) mantra adalah puisi yang berisi ucapan-ucapan yang dianggap
mengandung kekuatan gaib dan biasanya diucapkan oleh seorang atau beberapa orang pawang.
Mantra adalah kata atau ucapan yang mengandung hikmah dan kekuatan gaib. Kekuatan mantra
dianggap dapat menyembuhkan atau mendatangkan celaka. Keberadaan mantra dalam
masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan
dengan adat kepercayaan. Hanya orang yang ahli yang boleh mengucapkan mantera, misalnya
pawang atau dukun.
Ciri-ciri mantra:
3) Adanya perulangan
5) Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
6) Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan
Contoh:
b. Pantun
Pantun adalah sajak pendek, tiap-tiap kolet biasanya empat baris ab ab dan dua baris yang dahulu
biasanya untuk tumpuan saja (Ali, 2006:288) Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang
sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik
(atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-
b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga
pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian, yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris
pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat
pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan
maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang
merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Ciri-ciri pantun:
4) Bersajak a – b – a – b
Contoh :
c. Sajak
Menurut H.B. Jassin sajak itu adalah suara hati penyairnya, sajak lahir daripada jiwa dan
perasaan tetapi sajak yang baik bukanlah hanya permainan kata semata-mata. Sajak yang baik
membawa gagasan serta pemikiran yang dapat menjadi renungan masyarakat .Sedangkan Abdul
Hadi W.M. menjelaskan bahwa sajak itu ditulis untuk mencari kebenaran. Katanya lagi, "dalam
sajak terdapat tanggapan terhadap hidup secara batiniah". Oleh karena itu, di dalam sajak harus
ada gagasan dan keyakinan penyair terhadap kehidupan, atau lebih tepat lagi, nilai kemanusiaan.
Ciri-ciri sajak antara lain berasal dari perkataan Arab “saj” yang bermaksud karangan puisi,
sebagai puisi modern, bentuknya bebas dari pada puisi dan syair, pemilihan kata-kata yang
indah.
Contoh:
"Sebatang Lisong"
Penyair-penyair salon
d. Syair
Menurut Uned (2010:37) syair adalah puisi lama yang terdiri atas 4 (empat) baris yang
berakhir dengan bunyi yang sama (berirama aaaa). Puisi lama yang berasal dari Arab, yang
memiliki ciri-ciri setiap bait terdiri dari 4 baris dan semua baris merupakan isi, jadi tidak
memiliki sampiran, setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata yang biasanya berisi nasehat, dongeng
ataupun cerita.
Contoh:
e. Karmina
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
Ciri-ciri:
4) Bersajak a-a
Contoh:
f. Talibun
Menurut Ali (2006:486) talibun adalah sajak yang lebih dari empat baris, biasanya terdiri dari 6
atau 20 baris yang bersamaan bunyi akhirnya. Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan
seterusnya.
Ciri-ciri:
1) Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan
seterusnya.
2) Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
3) Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Contoh:
g. Seloka
Seloka adalah sajak yang mengandung ajaran, sindiran, dan sebagainya (Ali, 2006:405). Seloka
adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan
jalinan atas beberapa bait. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
terkadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
Ciri-ciri:
Contoh :
Lurusjalan ke Payakumbuh,
h. Gurindam
Menurut Uned (2010:37) gurindam adalah sajak dua baris yang mengandung petuah atau
nasehat. Gurindam adalah satu bentuk puisi yang berasal dari Tamil (India) yang terdiri dari dua
baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris
pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya
atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Ciri-ciri:
2) Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris
pertama tadi.
Contoh:
i. Bidal
Menurut Ali (2006:40) bidal adalah pribahasa atau pepatah yang mengandung nasehat. Bidal
merupakan jenis peribahasa yang memiliki arti lugas, memiliki rima dan irama, sehingga
digolongkan ke dalam bentuk puisi. Dalam kesustraan Melayu, bidal yang mengandung kiasan,
sindiran atau pengertian tertentu ini termasuk salah satu bentuk sastra tertua. Ciri-ciri bidal yaitu
bidal biasanya berupa kalimat singkat yang memiliki makna kiasan atau figuratif yang bertujuan
menangkis, menyanggah, dan menyindir. Pengungkapan pikiran dan perasaan demikian tidak
secara langsung, tetapi dengan sindiran, ibarat, dan perbandingan. Dalam tataran teori makna
bidal sering disamakan dengan ungkapan atau pepatah. Kategori bidal yaitu ungkapan,
peribahasa, perumpamaan, tamsil, pepatah, dan pameo:
2) Peribahasa yaitu bahasa kiasan atau figuratif yang bisa berupa kalimat atau kelompok kata
yang tetap susunannya.
Contoh: Bagai kucing lepas senja artinya sangat senang hingga lupa pulang.
4) Tamsil yaitu seperti perumpamaan yang diikuti bagian kalimat yang menjelaskan.
Contoh: Hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang jua, artinya budi baik seseorang itu
jangan dilupakan.
Contoh: Gantungkan cita-citamu setinggi langit artinya agar kita tidak pesimis dan berusaha
untuk mencapai cita-cita itu.
2.Prosa Lama
Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau
kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan,
disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Prosa lama memiliki ciri-ciri diantaranya
sebagai berikut:
Bersifat Statis
Prosa lama memiliki bentuk sama, pola-pola kalimatnya sama, banyak kalimat dan
ungkapan yang sama, tema ceritanya sama sesuai dengan perkembangan masyarakat
yang lambat.
Diferensiasi sedikit
Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena
perhubungan beberapa unsur kuat sekali.
Bersifat tradisional
Prosa lama bersifat tradisional, kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang sama
terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita juga sering
diulang.
Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat (anonim)
Prosa lama merupakan milik bersama yaitumenggambarkan tradisi masyarakat yang lebih
menonjolkan kekolektifan daripada keindividualan.
Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
Sejarah menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal usul raja dan kaum
bangsawan dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa memperhatikan perurutan waktu
dan kejadian-kejadiannya (tidak kronologis) sehingga alur cerita sulit dipahami
Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional
Bahasanya bersifat klise, bahasanya dipengaruhi oleh kesustraan Budha dan Hindu yang
sulit untuk dipahami dan dipengaruhi bahasa melayu.
Sifatnya fantasis tau khayal
Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca dibawa ke dalam
khayal dan fantasi.