Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH SASTRA LAMA

“SASTRA LAMA YANG BERISI KETATANEGARAAN”

Dosen Pengampu :
Zuliyanti, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh :
1. Rachmi Kris Nuraini (2101417083)
2. Safira Rohmah Hass (2101417089)
3. Nufi Azzam Muttaqin (2101417092)
4. Yusnia Lathifatul Muna (2101417100)
5. Arif Wicaksono (2101417105)
6. Hartati (2101417106)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk
mengetahui dan memahami sastra lama Indonesia yang berisi ketatanegaraan. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Zuliyanti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Sejarah Sastra Lama yang telah membimbing kami selama ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat diterima dengan baik dan dapat berguna bagi seluruh pembaca. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Kepada para pembaca kami ucapkan selamat membaca. Manfaatkanlah makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa laporan ini masih memerlukan banyak sekali
perbaikan. Kami berharap kepada para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
bermanfaat untuk bisa menyelesaikan tugas selanjutnya agar lebih baik lagi.

Semarang, 19 Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 5
1.3 Tujuan......................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat....................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kitab Tajussalatina..................................................................................................... 6
2.2 Kitab Bustanussalatina............................................................................................... 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 14
3.2 Saran........................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan Melayu merupakan kebudayaan tertua di wilayah Asia Tenggara. Hal ini terlihat
dengan banyaknya jumlah naskah Melayu yang ada pada saat itu. Tulisan-tulisan tesebut mengandung
pemikiran, pengetahuan, adat istiadat, serta perilaku masyarakat Melayu pada saat itu. Melalui seni tulis
menulis itulah rekam jejak kebudayaan Melayu dapat dipelajari dan diteliti dimasa kini. Aceh telah
mewariskan pusaka khazanah berharga berupa naskah-naskah tulisan tangan sejak beberapa
abad yang lalu. Negeri Serambi Mekkah bagi para ilmuwan filolog dikenal juga sebagai
“Lumbung Naskah”. Puluhan atau bahkan ratusan ribu naskah dipastikan terdapat di Nanggroe
Rencong, yang sebagiannya kini sulit terjamah di negerinya sendiri, sedangkan sebagian
lainnya tersimpan di sejumlah perpustakaan di luar Aceh, seperti Perpustakaan Nasional RI di
Jakarta, Perpustakaan Universitas Leiden dan Universiteitsbibliotheek di Belanda,
Perpustakaan Negara Malaysia (PNM) di Kuala Lumpur.
Banyaknya karya ulama-ulama Aceh terkemuka terutama pada abad ke-16 sampai abad
ke-18 seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumatra’i, Nuruddin al-Raniri, Abdurauf ibn
Ali al-Jawi al-Fansuri, Fakih Jalaludin, Teungku Khatib Langgien, Muhammad Zein, Abbas
Kuta Karang, Teungku Chik di Leupe (Daud Rumi), Jalaluddin Tursany, Jamaluddin ibn
Kamaluddin, Zainuddin, Teungku Chik Pante Kulu, dan banyak tokoh lainnya yang memiliki
karakteristik dan kekhasan serta identik dengan khazanah Islam lokal dan universal.
Diantara kitab terkenal adalah Buṣtān as-Salātīn fī Zikr al-Awwalīn wal Ākhirīn
(Bustanussalatina), yaitu salah satu kitab fenomenal yang disusun pada abad ke-16 tepatnya
pada masa Iskandar Muda (1607-1636) sampai pada masa Sultan Iskandar Tsani (1636-1641),
kitab ini memberikan gambaran tentang Aceh dan kerajaannya pada periode ke-16 dan ke-17
M.
Makalah ini akan membahas tentang kitab-kitab ketatanegaraan yang digunakan pada
zaman dahulu. Kitab tersebut yaitu kitab Tajussalatina dan kitab Bustanussalatina. Kedua kitab
tersebut merupakan cerminan bagi raja-raja berupa pembicaraan-pembicaraan bagaimana
seharusnya perilaku raja yang diidam-idamkan, yang ditakjubi oleh keturunan mereka.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa isi Kitab Tajussalatina?
2. Apa isi Kitab Bustanussalatina?

1.3 Tujuan
1. Memahami isi Kitab Tajussalatina
2. Memahami isi Kitab Bustanussalatina

1.4 Manfaat
Dari penulisan makalah ini, kita dapat mengetahui kitab-kitab ketatanegaraan sebagai cerminan
bagi raja-raja Islam dalam memerintah.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kitab Tajussalatina
Tajussaltina berasal dari dua kata yaitu Taj dan Salatin. Taj dalam bahasa Arab berarti
Mahkota, salatin merupakan bentuk jamak dari sultan, jadi dapat diartikan bahwa Taj al-
salatin adalah mahkota raja-raja. Kitab Tajussalatina ditulis oleh Buchori al-Jauhari. Menurut
Winstedt, Bukhari al-Jauhari adalah seorang penulis parsi yang juga merupakan ahli permata
(al-jauhari) dari Bukhara. Ada juga yang menerangkan Buchari berasal dari Djohor yang
tinggal di Aceh pada zaman sultan Iskandar. Kitab Taj al-Salatin selesai ditulis pada tahun
1603 M, ketika Kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Sayyidil al-Mukammil (1588-1604).
Kitab ini berbahasa melayu yang bernama Mahkota Segala Raja-Raja. Kitab Taj al-Salatin
mempunyai nilai-nilai keagamaan dan merupakan pedoman untuk raja-raja yang memerintah
kerajaan pada waktu itu. Kitab ini besar pengaruhnya di Kepulauan Nusantara, sehingga
sampai abad XIX di kalangan kraton-kraton Jawa Tengah dan Semenanjung Tanah Melayu
masih digunakan. Kitab ini di lestarikan sekitar 20 naskah, selain itu telah diterjemahkan juga
kedalam bahasa jawa. Kitab ini berisi tentang ajaran moral dan tanggung jawab seorang raja,
pejabat pemerintah, dan masyarakat umum. Kandungan filosofis kitab Taj al-Salatin banyak
dikenal di lingkungan masyarakat mulai Sumatera dan Jawa. Serat Taj al-Salatin karya
Yasadipura itu telah dicetak di Semarang tahun 1873 dan 1875, di Surakarta tahun 1905 dan
1922. Serat Tajussalatin mengandung filosofis yang dapat digunakan sebagai perekat
nasionalisme yang ada dikepulauan nusantara. Kitab Taj al-Salatin merupakan sebuah
persembahan untuk raja yang berkuasa masa itu (Sultan Alaudin Riayat Syah), dengan tujuan
untuk dijadikan pedoman dalam menjalankan roda pemerintahan. Selain persoalan
ketatanegaraan kitab ini juga membahas tentang topik-topik lain yang berkaitan dengan
tasawuf, Tarikh(sejarah), ibadah dan ilmu firasat (fisiognomi). Inti pokok pembahasan dalam
kitab ini adalah tentang keadilan.

6
Taj al-Salatin tidak lebih dari sebuah kitab yang mengembangkan dan menjelaskan
bagaimana sebuah masyarakat dibangun atas dasar keadilan. Al-jauhari meyakini bahwa
keadilan dapat membawa kemakmuran, kedamaian dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.

Kitab Tajussalatina ditulis dalam 24 pasal dengan paparan sebagai berikut

 Pasal pertama, merupakan titik tolak pembahasan masalah secara keseluruhan, yaitu
pentingnya pengenalan diri, pengenalan Allah sebagai Pencipta, dan hakikat hidup di
dunia, serta masalah kematian dan diterangkan bagaimana manusia harus mengenal
dirinya, berisi filsafat yang tinggi. Tuhan menjadikan panca indra yang lima kepada
manusia. Manusia terdiri dari empat unsur bertentangan : tanah, air, udara, dan api.
Sifat yang ada dalam keempat barang itu berlawanan, tetapi didalam diri manusia
menjadi berkawan (berkumpul). Diri yang harus dikenal oleh setiap muslim adalah
diri manusia sebagai khalifah Tuhan di Bumi dan sebagai hamba-Nya. Bukhari al-
Jauhari mengemukakan sistem kenegaraan yang ideal dan peranan seorang raja yang
adil dan benar. Orang yang tidak adil, apalagi dia seorang raja, akan menerima
hukuman berat di dunia dan akhirat. Sebaliknya, raja yang baik dan adil, akan
menerima pahala dan tempat di surga, karena ia menjalankan sesuatu berdasarkan
hukum Allah dan Rasul-Nya.
 Pasal kedua, yaitu diterangkan bagaimana manusia harus mengenal Tuhannya.
Dalam Islam ada ajaran “bila orang mengenal dirinya ia akan mengenal Tuhannya
pula”.
 Pasal ketiga, mengajarkan bagaimana caranya manusia mengenal dunia, mempelajari
masyarakat atau pergaulan manusia. Manusia diumpamakan hidup di dunia ini
sebagai perantau atau tamu dan dunia diumapamakan tempat singgah sementara
dalam menuju tempat yang abadi yaitu akhirat.
Pasal keempat, berisi bagaimana pahit getirnya melepaskan nafas yang penghabisan
waktu manusia berhadapan dengan maut. Manusia harus ingat bahwa dia tidak akan terlepas
dari bahaya sakaratul maut. Tuhan telah berfirman Kullu nafsin dzaiqatulmaut yang berarti
“Tiap-tiap orang pasti akan merasakan mati”. Tak ada kecualinya biarpun ia raja, pembesar,
mulia, hina, kaya atau miskin, akan melalui jalan yang sama ketika datang kedunia dan
kembalinya ke akhirat juga melalui jalan yang sama pula. Pada bagian awal kitab
Tajussalatina wujudnya menginsafkan

7
 manusia untuk mengenali dirinya, darimana asalnya dan kemana tujuannya, siapa
yang menjadikannya dan mengapa ia dijadikannya, apa kewajiban hidup di dunia ini.
 Pasal kelima, menerangkan bagaimana kebesaran atau kemuliaan seorang raja,
kekuasaan dan kedaulatan kerajaanya.
 Pasal keenam, Bukhari al-Jauhari membahas keharusan seorang pemimpin berbuat
adil dalam segala hal. Ia mengutip Surat al-Nahl: 90, “Sesungguhnya Allah
memerintahkan berbuat adil dan ihsan.” Menurut Bukhari al-Jauhari, sikap adil ada
dalam perbuatan, perkataan, dan niat yang benar. Adapun ihsan mengandung makna
adanya kebaikan dan kearifan dalam perbuatan, perkataan, dan pekerjaan. Pemimpin
yang adil merupakan rahmat Allah yang diberikan kepada masyarakat yang beriman.
Adapun pemimpin yang zalim merupakan hukuman dan laknat yang diturunkan
kepada masyarakat yang berbuat aniaya.
 Pasal ketujuh, menerangkan bagaimana akhlak atau budi pekerti serta tindakan
seorang raja. Raja harus bersifat bijaksana, ia harus selalu menjaga agar rakyatnya
tidak ditekan dan diperas oleh pembesar-pembesarnya yang jahat.
 Pasal kedelapan, menceritakan raja yang tidak beriman (bukan mukmin) tetapi
bersifat adil, diantaranya diceritakan tentang raja Nusyirwan yang terkenal sangat
adil, karena itu dia dinamai Nusyirwan Adil dengan patihnya yang bijaksana
Burzurdjmihr.
 Pasal kesembilan, menceritakan raja-raja yang zalim dan kepada orang-orang yang
menambahkan peraturan yang telah ditentukan. Nabi Muhammad tidak akan
memberikan syafaat, perlindungan, pertama kepada raja-raja yang zalim dan kepada
orang-orang yang menambah-nambah peraturan yang telah ditentukan.
 Pasal kesepuluh, menjelaskan bagaimana hubungan raja dengan penasihat raja. Bila
seorang raja memiliki penasihat yang ahli dan jujur, maka raja itu dapat memerintah
dengan baik.
 Pasal kesebelas, berisi tentang pekerjaan seorang penulis (pengarang). Dalam zaman
kemajuan pemerintah Islam, jasa penulis sangat dihargai. Ada khalifah yang memberi
uang jasa kepada seorang penulis, ataupun berat naskah itu ditimbang dengan emas.
 Pasal kedua belas, berisi kewajiban utusan-utusan. Seorang utusan menjalankan
sebagian dari pekerjaan seorang nabi. Sekiranya mereka menghilangkan beberapa
kepercayaan maka sesudah diadakan penyelidikan merekapun tidak luput dari
hukuman.

8
 Pasal ketiga belas, berisi tentang sifat-sifat pegawai pemerintah. Seorang raja harus
mengakui bahwa hak Allah berlaku untuk raja, seorang pegawai raja harus menyukai
rajanya, harus lebih takut kepada Allah daripada rajanya, harus menyempurnakan
pekerjaan rajanya, harus mengingatkan rajanya ketika rajanya berbuat aniaya, harus
patuh kepada raja dalam kebaikan dan menolak perintah yang buruk, harus sopan dan
bertata krama ketika menghadap kepada raja.
 Pasal keempat belas, diterangkan bagaimana cara mendidik anak-anak. Pertama,
seorang anak yang lahir ke dunia hendaklah dimandikan dengan air yang bersih lalu
dipakaikan baju. Pada telinga yang sebelah kanan hendaklah dikumandangkan azan
kemudian pada telinga kiri dikumandangkan iqomah. Kedua, pada hari ketujuh
sesudah kelahirannya diadakan acara (selamatan) untuk mencukur rambutnya. Ketiga,
bila ia berumur 7 tahun tempat tidurnya hendaklah dipisahkan dan mulai dibiasakan
mengerjakan sembahyang. Keempat, ketika anak telah berumur 13 tahun hendaklah ia
dibiasakan turut melakukan upacara yang berhubungan dengan agama. Kelima, bila
telah berumur 16 atau 17 tahun dicarikan seorang istri atau suami.
 Pasal kelima belas, menerangkan tentang pimpinan yang bijaksana.
 Pasal keenam belas, berisi tentang akal dan budi pada diri manusia. Antara yang
buruk dan yang baik hanya dapat dibedakan dengan yang berakal.
 Pasal ketujuh belas, berisi tentang undang-undang dasar suatu negara (kerajaan).
 Pasal kedelapan belas, berisi tentang ilmu firasat dan ilmu gerak (alamat). Untuk
mengenali manusia ada empat sebab (jalan) yaitu kenabian, kesucian, kecerdasan, dan
karena ilmu firasat.
 Pasal sembilan belas, berisi tentang tanda-tanda ilmu firasat.
 Pasal kedua puluh, berisi tentang hubungan rakyat yang beragama islam dengan
raja.
 Pasal kedua puluh satu, berisi tentang rakyat yang tidak beriman dengan raja.
 Pasal kedua puluh dua, berisi perihal kedermawanan dan kemurahan hati.
 Pasal kedua puluh tiga, tentang menepati janji dan perjanjian. Yang sangat terpuji
adalah raja yang dapat memenuhi janjinya. Maka rakyatnya pun akan tetap terikat dan
percaya kepadanya.
 Pasal kedua puluh empat, berisi kata penutup. Sesungguhnya buku Tajussalatina itu
dipandang sebagai cermin raja-raja, banyak mengandung nasihat dan petunjuk yang
berharga bagi raja dizaman itu.

9
Bukhari al-Jauhari juga menyebutkan tentang perkara yang menyebabkan sebuah
kerajaan runtuh. Pertama, pemimpin tidak memperoleh informasi yang benar dan
terperinci tentang keadaan negeri dan hanya menerima pendapat dari satu pihak atau
golongan. Kedua, pemimpin melindungi orang jahat. Ketiga, pegawai raja senang
menyampaikan berita bohong, menyebarkan fitnah, dan membuat intrik-intrik yang
membuat timbulnya konflik.

10
2.2 Kitab Bustanussalatina
Kitab Bustanussalatina ditulis di Aceh pada tahun 1638 oleh Syekh Nurudin ar Raniri.
Kitab ini dikarang pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Tani di Aceh. Kitab
Bustanussalatina ini belum pernah dipelajari secara mendalam kecuali oleh Vander Tuuk.
Vander Tuuk adalah seorang ahli ketimuran bangsa Belanda. Ia menyambut kitab
Bustanussalatina ini dengan pujian. Karena menurut dia, orang mendapatkan sesuatu yang
lebih daripada soal-soal keagamaan, maka karena itu orang mendapatkan yang lebih daripada
yang diharapkan.
Kitab Bustanussalatin menjadi salah satu bacaan para kediaman kerajaan Aceh. Secara
prikologis, kitab tersebut memiliki nilai historis yang bernilai tinggi yang menjadi rujukan para
sejarawan dan penelitian dalam melakukan berbagai kajian dari dulu hingga kini. Penggunaan
bahasa Melayu (beraksara Jawi) sebagai bahasa resmi baik dibidang politik, dagang, agama,
dan budaya, di Aceh sejak abad ke-15 telah mendorong perkembangan tradisi tulis dan tradisi
keilmuan yang sangat pesat di wilayah ini hingga abad-abad berikutnya, khususnya abad ke-
16 dan ke-17 ketika kesultanan Aceh menggapai masa keemasannya.
Berdasarkan rekaman sejarah, kitab Bustanussalatina menjadi perintis perdana yang
mengupas tentang historikal kerajaan yang bersifat teologis sekaligus historis. Disebut teologis
sebab mengurai ke-Esaan Tuhan dan segala wujud tentang penciptaan alam semesta dan
kelanjutan proses tersebut, sekaligus disebut historis karena merangkup perjalanan raja-raja
Aceh. Kitab Bustanussalatina ini terfokus pada teologi-historis dimana didalamnya dilukiskan
gambaran dinamis tentang penciptaan alam semesta dan kelanjutan prosesnya, namun tak
terlepas dari etik dan syariat yang diutamakan. Dalam naskah Bustanussalatina ini jelas dan
tegas memasukkan sejarah bangsa Melayu ke dalam sejarah dunia yang dipaparkan
sebelumnya, khususnya perjalanan sejarah Kerajaan Aceh sebagai Dar as-Salam (Darussalam).
Kitab Bustanussalatina lebih bersifat pengetahuan, baik agama, sejarah dan nasehat (etika).
Dalam kitab Bustanussalatina juga digambarkan patriotisme dan peperangan masa
kerajaaan. Dapat dikatakan naskah ini merupakan kitab perdana di dunia Melayu (Nusantara)
yang berbentuk gubahan ensiklopedis yang menggabungkan genre universal historis dengan
cermin didaktis.

11
Kitab Bustanussalatina berisikan pengetahuan agama, sejarah dan nasihat yang terinci
dalam tujuh pasal, yaitu :
 Pasal 1
Pasal ini berisi sejarah terjadinya dunia, Nur Muhammad, asal kejadian malaikat, iblis
atau jin, Sidratul Muntaha, tujuh lapis langit, al qalam, al arasy, bumi, dan asal kejadian
langit menurut kepercayaan orang Islam.
 Pasal 2
Pasal ini berisi riwayat nabi-nabi. Mulai dari Nabi Adam sampai kepada Nabi
Muhammad, dari zaman Raja-raja Persia sampai kepada zaman Umar bin Khatab, dari
zaman kaisar Bizantium sampai kepada Nabi Muhammad, dari zaman Raja-raja Mesir
sampai kepada zaman Iskandar Zulkarnain, dari Raja-raja Arab sebelum Islam sampai
kepada zaman Nadjed dan Hidjaz sampai pula kepada zaman Muhammad.
Pemerintahan zaman Nabi sampai kepada pemerintahan Khalifah ar Rasjidin yang
empat orang jumlahnya, sejarah bangsa Arab dibawah pemerintahan Bani Ummaiyah
dan Abbasiyah, sampai kepada riwayat pangeran-pangeran Islam di Delhi dan sejarah
raja-raja Malaka serta Pahang dan sampai pula kepada riwayat raja-raja Aceh.
 Pasal 3
Pasal ketiga berisi cerita tentang raja yang adil, pembesar yang arif dan bijaksana, dan
juga pegawai yang baik dan jujur.
 Pasal 4
Pasal ini berisi tentang raja-raja yang saleh, orang-orang beriman, orang-orang yang
bertakwa kepada Allah, dan orang-orang keramat (suci). Selain itu juga menceritakan
Sultan Iskandar Zulkarnain.
 Pasal 5
Pasal ini menceritakan raja-raja yang dzalim, pembesar yang bebal, pembesar yang
tidak setia kepada rajanya, dan pegawai yang jahat.
 Pasal 6
Pasal ini berisi tentang orang-orang yang bersifat mulia dan tentang pahlawan-
pahlawan pada perang Uhud dan Badar, serta perang lain yang diikuti Nabi Muhammad
SAW.
 Pasal 7
Pasal ketujuh ini yang juga merupakan pasal terakhir menerangkan tentang kelebihan
akal dan kemuliaan segala macam ilmu pengetahuan termasuk ilmu filsafat dan ilmu
obat-obatan.

12
Selaras dengan perkembangan dunia pernaskahan, pada pertengahan abad ke-19
tepatnya pada awal agresi Belanda ke Aceh pada tahun 1873 M, perang paling terpanjang
dalam catatan sejarah dan penyerangan besar-besaran ke Aceh, telah menjadikan perhatian
ilmuwan dan rakyat Aceh terhadap karya-karya ulama spektakuler terabaikan. Pada saat yang
sama perhatian rakyat Aceh tertuju kepada perjuangan fisik (perang) mengusir penjajah dari
tanah kelahirannya. Situasi ini dimanfaatkan oleh penjajah untuk memboyong karya-karya
ulama ke luar negeri, walau sebagian kecil peran ulama menyelamatkan naskah dengan
mengkaji dan memperbanyak di dayah-dayah sekaligus menjadi benteng perjuangan seperti
apa yang terjadi di Zawiyah Tanoh Abee, Awe Geutah dan di dayah-dayah lainnya.
Kini manuskrip karya ulama-ulama Aceh sangat jarang ditemukan, pada kajian
inventarisir naskah Bustan as-Salatin yang menjadi cikal bakal pengungkapan sejarah
keemaszqan dan kejayaan kerajaan Aceh sudah tidak ditemukan lagi sumber asli, kitab
fenomenal tersebut menjadi misteri di negerinya sendiri.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa pada zaman ketatanegaraan
peranan ulama sangat besar di dalam masyarakat. Begitu besar peran ulama dalam
mengarahkan kehidupan rakyat melalui lisan maupun tulisannya. Karya yang terkenal pada
zaman tersebut adalah kitab Tajussalatina dan Bustanussalatina yang digunakan sebagai
pedoman dalam memerintah.

3.2 Saran
Banyak pesan dan ajaran yang terdapat dalam kitab Tajussalatina dan
Bustanussalatina. Ajaran-ajaran yang baik dalam kedua kitab tersebut sebaiknya kita jadikan
contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan. Besar harapan
kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan
dan referensi, penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi
lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

http://xiohannahanny.blogspot.co.id/2014/12/zaman-ketatanegaraan.html
http://wawasansejarah.com/sejarah-dan-isi-kitab-taj-al-salatin/

Anda mungkin juga menyukai