Anda di halaman 1dari 17

SASTRA INDONESIA PERIODE 1998 - SEKARANG

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pembelajaran Sejarah Sastra Indonesia Modern

Dosen Pengampu : Atiqotul Fitriyah, S.Pd., M. Hum.

Disusun Oleh:

Kelompok 9C

Najmah Nuraini Zuansyah 11220130000083


Ahmad Fauzan 11220130000089
Azzahra Aulia Yuliadi 11220130000095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad saw.
Makalah yang dibuat dengan judul “Sastra Indonesia Periode 1998 -
Sekarang” ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran
Sejarah Sastra Indonesia Modern. Penyusun menyadari bahwa tersusunnya
makalah ini atas bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak
langsung, maka izinkanlah penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran para pembaca dibutuhkan agar
bermanfaat dalam penulisan makalah berikutnya.

Ciputat, 04 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. Bahasa dan Sastra Periode 1998 - Sekarang...........................................................2
B. Sastrawan Perempuan.............................................................................................2
C. Sejarah dan Latar Belakang Sastra Cyber...............................................................3
D. Krisis Multidimensi................................................................................................5
E. Ciri-Ciri Karya Sastra Angkatan 2000....................................................................5
F. Sastra Indonesia Angkatan 2000............................................................................6
G. Angkatan Reformasi...............................................................................................6
H. Penulis dan Contoh Karya Sastra Angkatan 2000-an..............................................6
I. Peristiwa Besar yang Terjadi Pada Angkatan 2000................................................8
J. Kelebihan dan Kekurangan Sastra Angkatan 2000...............................................10
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUPP.....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra merupakan seni yang memiliki nilai keindahan. Tulisan-tulisan yang


memiliki nilai sastra selalu menggugah emosi pembaca dan pendengarnya. Karya
sastra dikatakan memiliki keindahan apabila keindahan itu dapat memiliki nilai.
Nilai-nilai estetika tersebut meliputi: (1) nilai hedonis, yaitu nilai yang
memberikan kesenangan langsung kepada pembaca dan pendengar; (2) nilai seni,
yaitu apakah suatu karya sastra dapat mewujudkan seni atau keterampilan; (3)
nilai budaya, karya yang mengandung hubungan yang mendalam dengan
masyarakat; (4) nilai-nilai religio-etis, karya sastra yang mengeluarkan ajaran
etika, moral, dan agama; (5) nilai praktis, karya sastra yang memuat hal-hal yang
bersifat praktis dan dapat diterapkan sebagai alat linguistik (Karmini, 2011:2).

Sastra pada hakekatnya bersifat ideologis. Ia menjadi media perekam


berbagai pemikiran dan tujuan hidup sekelompok orang yang diwakili oleh
penulis. Sastra adalah cara mengungkapkan hasil penyadaran terhadap masalah-
masalah orientasi budaya, nilai-nilai sosial, kepercayaan dan sikap dalam
masyarakat. Perjalanan sastra Indonesia adalah sejarah pemikiran ideologis.
Sastra lahir dari sebuah gagasan, kemudian diinkubasi, terjalin dan menyebar
menjadi gagasan tentang kehidupan manusia yang diidealkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka dibuat


rumusan masalah antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana Sejarah Sastra pada Periode 1998-Sekarang?


2. Apa saja peristiwa dalam Sejarah Sastra Periode 1998-Sekarang?
3. Siapa saja tokoh-tokoh yang menghasilkan karya sastra Periode 1998-
Sekarang?
C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan diatas, maka tujuan


penulisan pembuatan makalah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
sastra antara lain:

1. Untuk mengetahui tentang Sejarah Sastra Periode 1998-Sekarang.


2. Untuk mengetahui peristiwa dalam Sejarah Sastra Periode 1998-Sekarang.

1
3. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh sastra yang menghasilkan karya
sastra Periode 1998-Sekarang

BAB II
PEMBAHASAN

A. Bahasa dan Sastra Periode 1998 – Sekarang

Masa ini ditandai dengan maraknya khususnya reformasi karya sastra,


puisi, cerpen, dan novel tentang isu sosial politik,. Misalnya, pada rubrik sastra
harian Republik, rubrik puisi tentang kepedulian terhadap sesama atau reformasi
puisi telah dibuka selama berbulan-bulan. Puisi sosial politik mendominasi
berbagai pementasan pembacaan puisi dan penerbitan buku antologi puisi. Proses
reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 menjadi latar belakang lahirnya
berbagai karya sastra puisi, cerpen, dan novel. Bahkan, para penyair yang
awalnya jauh dari persoalan sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri,
Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat
melalui media daringnya turut memeriahkan suasana dengan puisi-puisi sosial
politik.
Masa perkembangan terakhir perkembangan sastra Indonesia modern
ditandai dengan adanya sastrawan perempuan yang karya-karyanya tidak hanya
dikritik oleh para pemerhati sastra, namun diapresiasi masyarakat karena buku-
bukunya laris terjual. Tema-tema tentang gender dipadukan dengan tema-tema
keislaman ditulis oleh para sastrawan muslim di Forum Lingkar Pena (FLP),
sebuah komunitas sastra yang tidak hanya tersebar di kota-kota Indonesia, tetapi
juga memiliki cabang di luar negeri.
Pesatnya perkembangan teknologi telah menjadikan internet sebagai
sarana ekspresi tanpa batas dan tanpa sensor, sehingga menjadi ruang bagi para
penulis di mana media tulis seperti surat kabar, majalah dan publikasi tidak dapat
ditampung. Hal ini yang menyebabkan munculnya Sastra Cyber di Indonesia.
Kemunculan Sastra Cyber tidak mengesampingkan sastra yang muncul di
media tradisional seperti surat kabar dan majalah dalam perkembangan sastra
telah lama memberikan ruang bagi kehidupan sastra Indonesia. Karya sastra yang
selalu muncul di kolom surat kabar atau majalah adalah cerpen. Keberadaan
cerpen pada masa awal sastra Indonesia tidak dikenal bahkan diabaikan oleh para
sejarawan sastra Indonesia. Fenomena melimpahnya cerpen yang dimuat di surat
kabar dan majalah memperkaya khazanah sastra Indonesia. Tentunya hal ini
harus menjadi catatan penting bagi para penulis sejarah sastra, agar kesalahan
masa lalu tidak terulang kembali.1
B. Sastrawan Perempuan

1
I Made Suarta, Mengenal Lebih Jauh Bahasa dan Sastra Indonesia, (Denpasar; Cakra Media
Utama, 2021), hlm.128-130.

2
Periode ini ditandai dengan munculnya sastrawan muda yang banyak di
antaranya bebas mengeksplorasi bahasa dan tidak membatasi diri pada gender.
Salah satu sastrawan perempuan adalah Djenar Mahesa Ayu. dengan karya
Mereka Bilang, Saya Monyet. Kumpulan cerita pendek (cerpen) berisi 11 cerita
pendek yang ditulis oleh Djenar pada tahun 2001-2002. Sedangkan novel
pertamanya adalah Nayla (2005) yang mengangkat berbagai persoalan
penyimpangan seksual. Kemudian kumpulan cerpen Jangan Main-main dengan
Kelaminmu (2004) yang juga mengangkat isu seksual.
Penulis lainnya adalah Ayu Utami dengan novel Saman yang
memenangkan penghargaan Dewan Kesenian Jakarta 1997 dan telah diterbitkan
sebanyak 22 kali. Novel ini awalnya dibuat sebagai kutipan dari novel fragmen
dari novel pertama Laila Tak Mampir di New York karya Ayu Utami. Saman
(1998) mengambil seting Indonesia pada tahun 80-an dan 90-an, di mana para
tokohnya berinteraksi antara kondisi sosial, politik dan budaya Indonesia saat itu.
Tokoh utamanya adalah Saman (mantan pendeta bernama Athanasius
Wisanggeni) dan empat perempuan yang bersahabat sejak SMP hingga dewasa,
yaitu Yasmin Moningka, Shakuntala, Cokorda dan Laila. Novel kedua Ayu adalah
Larung (2001), juga merupakan novel penting dalam sastra Indonesia.
Kesuksesan Ayu Utami disusul oleh Dewi Lestari, novelnya Supernova:
Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh (2001), saat ini sudah lima kali dicetak, dengan
total 75.000 eksemplar. Novel ini merupakan novel Indonesia pertama yang
menggunakan sains untuk tujuan fiksi. Karakter dalam dialog baru dengan dalam
pengertian ilmiah. Beberapa teori juga disajikan, baik yang disajikan dalam
catatan kaki maupun yang terintegrasi ke dalam deskripsi karakter dan dialog.
Penulis lainnya adalah Fira Basuki, 30 tahun. Setelah menerbitkan trilogi novel
Jendela (2001), Pintu (2002), Atap (2002) dan Biru (2004). 2

C. Sejarah dan Latar Belakang Sastra Cyber

Sebelum lahirnya sastra cyber, dunia sastra Indonesia memiliki beberapa


karakteristik terkait dengan keberadaan teknologi media. Ketika biaya penerbitan
dan juga ketersediaan surat kabar/majalah menjadi lebih mahal, ada perasaan
bahwa mereka sedang membangun hegemoni mereka, datanglah internet.
Komunitas sastra virtual mulai bermunculan. Menggunakan teknologi
seperti milis (mailing list), website, forum diskusi, dan blog, internet
menawarkan suasana kebebasan tanpa sensor. Siapa pun dapat
mempresentasikan karyanya dan siapa pun dapat menilainya.
Masa terakhir dalam perkembangan sastra Indonesia modern ini ditandai
dengan munculnya sastrawan perempuan yang karya-karyanya tidak hanya dipuji
oleh para pemerhati sastra, tetapi juga diapresiasi masyarakat karena banyaknya
2
Ibid., hlm.130-131.

3
buku yang terjual. Topik isu gender beserta topik keislaman ditulis oleh penulis
Muslim di Forum Lingkar Pena (FLP). Pesatnya perkembangan teknologi
menjadikan internet sebagai media ekspresi tanpa batas dan tanpa sensor,
sehingga menjadi ruang bagi para penulis yang tidak dapat ditampung oleh
media tulis seperti surat kabar, majalah, dan publikasi. Hal ini menyebabkan
munculnya sastra dunia maya di Indonesia. Kemunculan sastra siber tidak
mengesampingkan sastra yang muncul di media tradisional seperti majalah dan
surat kabar. Karya sastra yang selalu muncul di kolom surat kabar atau majalah
adalah cerpen. Cybersastra.com adalah situs web sastra yang menjadi cikal bakal
sastra dunia maya di Indonesia. Situs web yang dioperasikan oleh Masyarakat
Sastra Internet (MSI). Karena masalah teknis, situs ini pindah ke domain lain
dan diberi nama cybersastra.net.

Menyapa Narcissus

Kulayakang sepotong papirus ke kamarmu


Sebelum kita terlanjur menata kenangan yang bakal pucat
Adakah papan nama diujung jalanmu, atau mungkin ke Alengka
Atau kesia-siaan lebih berarti bagimu?

Kulayangkan sepotong papirus ke hatimu,


Dan kau boleh menutup pintu.

Puisi di atas adalah karangan Tulus Wijanarko yang diposting 24 April 2001 di
milis penyair@yahoogroups.com. Di bawah ini adalah puisi cyber karya James
Falahudin,

Kapal dan Samudera

Bukannya aku tak lagi suka berada dalam pelukanmu


Bisik sang kapal pada samudera
Tapi dirimu tiada berbatas
Sementara aku tidaklah abadi

Yayasan Multimedia Sastra (YMS) yang diketuai Medy Loekito pengarang


antologi tunggal : “In Solitude”, dan “Jakarta, Senja Hari” dan beberapa antologi
bersama pengarang lain menerbitkan kumpulan puisi cyber, Grafiti Gratitue dan
kumpulan esai tentang sastra Cyber Graffiti. Kedua buku tersebut tidak hanya
merangkum karya penyair cyber tetapi juga memberikan kepada masyarakat
tentang cyber sastra.3

3
Rosida Erowati dan Ahmad Bahtiar, Sejarah Sastra Indonesia, (Ciputat: Lembaga Penelitan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), hlm. 88-89.

4
D. Krisis Multidimensi

Krisis Multidimensi merupakan istilah yang menunjuk pada berbagai


masalah yang melilit kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia setelah
reformasi Mei 1998 sehingga terjadi penurunan segala aspek kehidupan.
Sumbernya adalah krisis ekonomi dan politik yang sekitar tahun 1998 yang
ditulis para ahli.

Krisis dimulai dengan kejolak keuangan yang memburuk pada tahun 1996,
padahal baru saja dipuji oleh bank dunia dan internasional monetary vund (INF).
Nilai tukar rupiah jungkir balik sehingga banyak bank dan perusahaan yang
kolaps. Akibatnya timbul ketidak percayaan masyarakat terhadap pemerintah
dibawah kepempimpinan presiden soeharto tahun1967. Ketidakpuasan
masyarakat terhadap kepemimpinan soeharto sudah terasa pada awal dkd
1990an, Ketika tahun 1993 Soeharto dicalonkan oleh Golkar sebagai Presiden.

Kedudukannya terbilang kukuh karna system politik kala itu tidak membuka
peluang sedikitpun terhadap perbedaan pendapat. Segala aspek kehidupan sosial
politik diantaranya partai,pers,penerbitan,akademi,organisasi kemasyarakatan
yang dibatasi. Apabila timbul gejala-gejala yang dianggap berbeda dengan
kebijakan pemerintah akan diuduh sebagai komunis yang tentu saja terhindari
banyak orang. Namun, disisi lain ada pemerintahan soeharto diakui oleh banyak
pihak yang berhasil mengendalikan kondisi ekonomi nasional yang
menguntungkan rakyat kecil. Perubahan Peta Ekonomi Asia berubah cepat
sehingga pada tahun 1996- 1997 terjadi krisis keuangan yang dampaknya adalah
krisis ekonomi. 4
E. Ciri-Ciri Karya Sastra Angkatan 2000

1. Tema sosial-politik, romantik, masih mewarnai tema karya sastra.


2. Pilihan kata diambil dari bahasa sehari-hari yang disebut bahasa
‘kerakyatjelataan’
3. Revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke
puisi konkret
4. Penggunaan estetika baru yang disebut “antromofisme” (gaya bahasa
berupa penggantian tokoh manusia sebagai ‘aku lirik dengan benda-
benda)
5. Karya-karyanya profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan
menciptakan penggambaran yang lebih konkret melalui alam.
6. Kritik sosial muncul lebih keras.
7. Banyak muncul kaum perempuan
8. Disebut Angkatan modern
9. Karya sastra lebih marak lagi. Termasuk adanya sastra koran, contohnya

4
Yudiono, Pengantar Sejarah Sastra Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2010), hlm. 269-271.

5
dalam H.U. Pikiran Rakyat.
10. Adanya sastra bertema gender, perkelaminan, seks, feminism
11. Banyak muncul karya popular atau mudah dicerna, dipahami pembaca.
12. Munculnya cyber sastra di Internet5
F. Sastra Indonesia Angkatan 2000

Munculnya Angkatan 2000 dalam sastra Indonesia diumumkan oleh korrie


ayun rampan lewat buku Angkatan 200 (Grasindo, 2001). Lebih dari serratus
penyair, cerpenis, novelis, esais, dan kritikus sastra dimasukan korrie kedalam
Angkatan 200, termasuk mereka yang sudah menulis sejak 1980-an dan yang
muncul akhir 1990-an. Korrie menyebut tokoh-tokoh Angkatan 2000 adalah
afrizal malna (bidang puisi), seno Gumira Ajidarma dan Ahmadun Yosi
Herfanda (bidang cerita pendek), serta Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany
(bidang novel). Menurut korrie, Afrizal malna melansir estetik baru yang diganti
dari sifat massal benda-benda dan manusia yang dihubungkan dengan peristiwa
tertentu dan interaksi mssal. Estetik massal I ni merupakan penemuan unik
Afrizal dalam sastra Indonesia. Sementara itu pembaruan Seno Gumira Ajidarma
tampak dari pilihannya terhadap model sastra lisan yang mengembalikan realitas
dongeng. Estetika baru yang dikembangkan secara menarik oleh Seno adalah
perkembaliannya terhadap sastra murni yang tidak memisahkan antara wacana
prosa dan puisi. Adapun pembaharuan fiksional novel dilakukan oleh Ayu Utami
dengan novel saman yang mencirikan Teknik-teknik khas sehingga mampu
melahirkan wawasan estetik baru. Pembaruan itu tampak dari pola kolase yang
meninggalkan sebagai warna yang dilahirkan oleh tokoh maupun peristiwa yang
secara estetik menonjolkan kekuatan-kekuatan literer. Sifat kolase itu
menenpatkan segi-segi komporsitoris dengan wacana fiksional esai dan puisi.

Pengarang lain yang digolongkan ke dalam Angkatan 2000 antara lain Acep
Zamzam Noor, Gus tf Sakai, Isbedi Stiawan Zs, Joni Ariadinata, Radhar Panca
Dahana, Sitok Srengenge, Taufik Ikram Jamil, Wiji Thukul, Joko Pinorbo, Omi
Intan Naomi, Yanusa Nugroho, Nenden Lilis, M. Shoim Anwar, Medy Loekito,
Dewi Lestari, Habiburahman El Shirazy, dan Andrea Hirata.6

G. Angkatan Reformasi
Munculnya Angkatan reformasi ditandai dengan maranya karya-karyasastra, puisi,
cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi.
Sastrawan Angkatan reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi
pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya orde baru. Penyair-penyair seperti
Sudardji Calzoum Bahri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono
Benni Hidayat yang ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
Namun Angkatan reformasi tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru
bicara. 7

5
Rani Siti Fitriani, Ensiklopedi Bahasa dan Sastra: Perkembangan Bahasa Indonesia Dari Waktu
ke Waktu, (Bandung: Talenta Buana, 2017), hlm. 116-117.
6
Irwan H. Prasetya, Jagat Sastra Indonesia, (Tangerang: Loka Aksara, 2019), hlm. 386-387.
7
Lianawati W.S., Menyelami Keindahan Sastra Indonesia, (Jakarta: Bhuana, 2019), hlm.30.

6
H. Penulis dan Contoh Karya Sastra Angkatan 2000-an

Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya
“sastrawan Angkatan 2000-an”. 100 lebih penyair, cerpenis, novelis, esais, dan
politikus sastra dimasukan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang
sudah mulai menulis sejak tahun 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi
Herfanda, dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an seperti
Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany. Berikut contoh karya sastra dan penulis
Angkatan 2000-an:

1. Anwar Fuadi
 Negeri 5 Menara (2009)
 Ranah 3 Warna (2011)
 Rantau 1 Muara (2013)

2. Adrea Hinata
 Laskar Pelangi (2005)
 Sang Pemimpi (2006)
 Edensor (2007)
 Maryamah Karpov (2008)
 Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)

3. Ayu Utami
 Saman (1998)
 Larung (2001)

4. Cucuk Espe
 Mengejar Kereta Mimpi (2001)
 Rembulan Retak (2003)
 Juliet dan Juliet (2004)
 13 Pagi (2010)

5. Dewi Lestari
 Supernova 1: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh (2001)
 Supernova 2: Akar (2002)
 Supernova 3: Petir (2004)
 Supernova 4: Partikel (2012)
 Raudal Tanjung Banua
 Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
 Ziarah Bagi yang Hidup (2004)
 Parang Tak Berulu (2005)
 Gugusan Mata Ibu (2005)

6. Habiburrahman EL Shirazy
 Ayat-Ayat Cinta (2004)

7
 Di Atas Sajaddah Cinta (2004)
 Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
 Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
 Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
 Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
 Dalam Mihrab Cinta (2007)

7. Herlinatiens
 Garis Tepi Seorang Lesbian (2003)
 Dejavu; Sayap yang Pecah (2004)
 Jilbab Britney Spears (2004)
 Malam Untuk Soe Hok Gie (2005)
 Rebonding (2005)
 Yang Pertama (2005)
 Broken Heart, Psikopop Teen Guide (2005)
 Sebuah Cinta yang Menangis (2006)
 Koella (2012)

8. Seno Gumira Ajidarma


 Sepotong Senja untuk Pacarku (2002)
 Biola Tak Berdawai (2004)
 Atas Nama Malam (2005)

9. Adnan Katino
 Menggapai Matahari (2012)
 Anakku Dipotret Malaikat (2013)

Saat ini sastra Indonesia telah memasuki era internet. Banyak karya sastra
(fiksi maupun non fiksi) yang tidak dalam bentuk buku namun tampil didunia
maya memalui website yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi nonprofit
majalah online blog pribadi, dan media sosial. Hal ini ada sisi positif dan
negatifnya. Sungguh menggembirakan karya kita dapat dipublikasikan dengan
mudah dan cepat, serta dijagkau lebih banyak orang. Namun kita juga harus
berhati-hati karena menyebarkan karya sastra di internet apapun bentuknya-
sangat rawan pembajakan.8

I. Peristiwa Besar yang Terjadi pada Angkatan 2000


Berikut adalah momen penting yang terjadi sepanjang periode ini:
(1) 2000: Korrie Layun Rampan mengumumkan adanya sastrawan Angkatan
2000, H.B. Jassin meninggal dunia di Jakarta. Buku Aku Ingin Menjadi
Peluru karya Widji Thukul terbit.
(2) 2001: Mulai 2001, penghargaan Khatulistiwa Literary Award (KLA)
diberikan kepada sastrawan yang menghasilkan karya sastra terbaik.
Mereka pernah mendapatkan penghargaan ini antara lain Goenawan
8
Ibid., hlm. 30-33.

8
Mohammad, Reny sylado, Hamsad rangkuti, Seno Gumira Ajidarma,
Linda Christanty, Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, Gus tf., Acep
Zamzam Noor.
(3) 2002: Majalah Horison menerbitkan buku Horison Sastra Indonesia yang
terdiri dari empat kitab, yakni kitab puisi, cerpen, novel, dan drama.
Dalam buku ini, Hamzah Fansuri yang hidup di abad ke- 17 dimasukan
sebagai sastrawan Indonesia yang pertama.
(4) Terbitnya Jurnal Cerpen (2002) oleh Joni Ariadinata,dkk.
(5) Kongres cerpen yang dilakukan secara berkala 2 tahun sekali.
(6) Cyber sastra.
(7) Lomba Sayembata Menulis Novel, Dewan Kesenian Jakarta (2003)
(8) 2003: Sapardi Djoko Damono dan Ignas Kleden mendapat penghargaan
Ahmad Bakrie Award karena jasanya di bidang kesusastraan dan
pemikiran. sastrawan dan intelektual yang menerima penghargaan yang
sama pada tahun-tahun berikutnya adalah Goenawan Mohamad,
Nurcholish Madjid, Budi Darma, Sartono Kartodirdjo. Frans Magnis
Soeseno yang seharusnya mendapatkan penghargaan tersebut menolak
karena keterkaitan perusahaan Bakrie dengan bacaan Lumpur Lapindo di
Sidoarjo, Jawa Timur.
(9) 2004: Pemilihan presiden secara langsung yang dilakukan pertama kali di
Indonesia. Soesilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden,
mengalahkan Megawati di dunia sastra, para sastrawan muda
mendeklarasikan lahirnya generasi sastrawan cyber. sastra di internet
merupakan terobosan baru bagi para sastrawan untuk berekspresi dan
mempublikasikan karyanya secara bebas. Novel ayat-ayat cinta karya
Habiburrahman El Shirazy tersebut Yayasan lontar mendokumentasikan
biografi sastrawan Indonesia. di antaranya Pramoedya Ananta Toer,
Agam Wispi, Ahmad Tohan, Umar Kayam, Sapardi Djoko Damono,
Sutan Takdir Alisjahbana, Putu Oka Sukanta, dan lain-lain. aktivis Hak
Asasi Manusia (HAM) Munir dibunuh Buku Sastra Indonesia dalam
Enam Pertanyaan karya Ignas Kleden terbit.
(10) 2005: Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terbit. Novel ini
dan novel Ayat-ayat Cinta menjadi novel paling laris (best seller) dalam
sejarah penerbitan novel di Indonesia. Kedua novel ini juga
ditransformasi ke film.
(11) Festival Seni Budaya (2005)
(12) 2006: Yayasan Lontar menerbitkan Antologi Drama Indonesia: 1895-
2000. penerbitan buku dimulai pada 1920, melainkan pada 1895. Anton
Kurnia menerbitkan Ensiklopedi Sastra Dunia
(13) 2007: Novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma terbit. Saut adalah
salah satu sastrawan yang menggerakkan sastra cyber, sastrawan Ode
Kampung, dan majalah Boemipoetra.
(14) 2008: Buku-buku Pramoedya Ananta Toer yang dicetak ulang dan buku-
buku korban tragedi 1965 yang ingin meluruskan sejarah marak di toko-
toko buku dan menjadi buku laris. Misalnya, Suara Perempuan Korban
Tragedi '65' karya Ita F. Nadia.

9
(15) Disebut Angkatan modern;
(16) Karya sastra lebih marak lagi, termasuk adanya sastra koran, contohnya
dalam H.U. Pikiran Rakyat;
(17) Adanya sastra bertema gender, perkelaminan, seks, feminism;
(18) Banyak muncul karya popular atau gampang dicerna, dipahami pembaca;
(19) Muncul cyber sastra di Internet.9

J. Kelebihan dan Kekurangan Sastra Angkatan 2000

1) Kelebihan karya sastra tahun 2000:


a. Pencerminan sebagai karya reformis dimana terjadi revolusi dalam
bentuk;
b. Penggunaan tema yang beragam;
c. Kekuatan narasi yang lancar mengalir;
d. Banyaknya muncul karya sastra pembangun jiwa;
e. Kejadian menarik yang inspiratif banyak digunakan pengarang dalam
menuliskan karyanya.

2) Kekurangan karya sastra tahun 2000:


a. Banyak munculnya sastra perkelaminan yang cenderung merusak
moral bangsa;
b. Adanya lapisan sastrawan muda dengan ekspresinya yang
mneggebu-gebu berkata secara terbuka, bebas dan tidak terlalu
memperhatikan nilai moral yang berembang di masyarakat;10

9
Rismawati, Perkembangan Sejarah Sastra Indonesia, (Banda Aceh: Bina Karya Akademika,
2017), hlm. 141-144.
10
Ibid., hlm.144.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa ini ditandai dengan maraknya khususnya reformasi karya sastra,


puisi, cerpen, dan novel tentang isu sosial politik,. Misalnya, pada rubrik sastra
harian Republik, rubrik puisi tentang kepedulian terhadap sesama atau reformasi
puisi telah dibuka selama berbulan-bulan. Puisi sosial politik mendominasi
berbagai pementasan pembacaan puisi dan penerbitan buku antologi puisi. Proses
reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 menjadi latar belakang lahirnya
berbagai karya sastra puisi, cerpen, dan novel. Pesatnya perkembangan teknologi
telah menjadikan internet sebagai sarana ekspresi tanpa batas dan tanpa sensor,
sehingga menjadi ruang bagi para penulis di mana media tulis seperti surat kabar,
majalah dan publikasi tidak dapat ditampung. Hal ini yang menyebabkan
munculnya Sastra Cyber di Indonesia.
Pengarang lain yang digolongkan ke dalam Angkatan 2000 antara lain
Acep Zamzam Noor, Gus tf Sakai, Isbedi Stiawan Zs, Joni Ariadinata, Radhar
Panca Dahana, Sitok Srengenge, Taufik Ikram Jamil, Wiji Thukul, Joko Pinorbo,
Omi Intan Naomi, Yanusa Nugroho, Nenden Lilis, M. Shoim Anwar, Medy
Loekito, Dewi Lestari, Habiburahman El Shirazy, dan Andrea Hirata

Saat ini sastra Indonesia telah memasuki era internet. Banyak karya sastra
(fiksi maupun non fiksi) yang tidak dalam bentuk buku namun tampil didunia
maya memalui website yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi nonprofit
majalah online blog pribadi, dan media sosial. Hal ini ada sisi positif dan
negatifnya. Sungguh menggembirakan karya kita dapat dipublikasikan dengan
mudah dan cepat, serta dijangkau lebih banyak orang. Namun kita juga harus
berhati-hati karena menyebarkan karya sastra di internet apapun bentuknya-
sangat rawan pembajakan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Djoko Pradopo, Rachmat. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan


Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.
Erawati, Rosida dan Ahmad Bahtiar. Sejarah Sastra Indonesia. Ciputat:
Lembaga Penelitan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.
K.S, Yudiono. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: PT
Grasindo. 2010.
Prasetya, Irwan H. Jagat Sastra Indonesia. Tangerang: Loka Aksara.
2019.
Rismawati. Perkembangan Sejarah Sastra Indonesia. Banda Aceh: Bina
Karya Akademika. 2017.
Siti Fitriani, Rani, dkk. Macam-macam Karya Sastra Modern:
Ensiklopedi Bahasa dan Sastra. Bandung : Talenta Buana. 2016.
Suarta, I Made. Mengenal Lebih Jauh Bahasa dan Sastra Indonesia. Denpasar:
Cakra Media Utama. 2021.
Suarta, I Made. Pengantar Bahasa dan Sastra Indonesia: Sejarah dan
Perkembangannya. Denpasar: Pustaka Larasan. 2022.
W.S Lianawati. Menyelami Keindahan Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit
Bhuana Ilmu Popular. 2019.
Yunus Syam, dkk. Perkembangan Bahasa Indonesia dari Waktu ke Waktu.
Bandung: Talenta Buana. 2017.

12
13

Anda mungkin juga menyukai