Anda di halaman 1dari 6

SASTRA ANGKATAN 50

Disusun oleh :
1. Ocfitasari A A310170153
2. Danu Dendry S A310170172
3. Septiani Intan S A310170181
4. Dinar Febrianti A310170182
5. Ema Priyandini A310170190
SEJARAH ANGKATAN 50
Slamet Muljono pernah menyebut bahwa sastrawan Ang
katan ‘50 hanyalah pelanjut (successor) saja, dari angkatan
sebelumnya (’45).
Tinjauan yang mendalam dan menyeluruh membuktikan
bahwa masa ini pun memperlihatkan ciri-cirinya, yaitu:
 Berisi kebebasan sastrawan yang lebih luas di atas kebiasaan
(tradisi) yang diletakan pada tahun 1945.
 Masa ‘50 memberikan pernyataan tentang
aspirasi.Periode ‘50 tidak hanya pengekor (epigon) dari ang
katan ‘45, melainkan merupakan survival, setelah melalui
masa-masa kegonjangan.
Adapun ciri-cirinya yang lebih rinci adalah
sebagai berikut:
 Pusat kegiatan sastra makin banyak jumlahnya dan
makin meluas daerahnya hampir di seluruh
Indonesia, tidak hanya berpusat di Jakarta dan
Yogyakarta.
 Terdapat pengungkapan yang lebih mendalam terh
adap kebudayaan daerah dalam menuju perwujudan
sastra nasional Indonesia.
 Penilaian keindahan dalam sastra tidak lagi didasarkan
kepada kekuasaan asing, tetapi
lebih kepada peleburan (kristalisasi) antara ilmu d
an pengetahuan asing dengan perasaan dan ukuran
nasional.
CIRI-CIRI ANGKATAN 50
 Umumnya karya sastrawan sekitar tahun 1950-1960-
an;
 Sampai tahun 1950-1955, sastrawan angkatan ‘45
juga masih menerbitkan karyanya;
 Corak karya cukup beragam, karena pengaruh faktor
politik/idiologi partai;
 Terjadi peristiwa G 30 S/PKI sehingga sastrawan
Lekra disingkirkan.
SASTRAWAN ANGKTAN 50
 WS Rendra  A.A Navis
I. Balada orang-orang I. Robohnya surau kami
tercinta (1957) (1956)
II. Empat (kumpulan sajak, II. Bianglala (1963)
1961) III. Hujan panas (1963)
III. Ia sudah bertualang  Trisnojuwono
(1963) I. Angin laut (1958)
 Ajip Rosidi II. Di Medan Perang (1962)
I. Tahun-tahun Kematian III. Madu (1962)
(1955),
 N.H. Dini
II. Pesta (1956),
III. Di Tengah Keluarga
I. Dua Dunia (1956)
(1956), II. Hati jang Damai (1961)
IV. Sebuah Rumah Buat  Dan seterusnya
Hari Tua (1968),da lain
sebagainya
BERAKHIRNYA ANGKATAN 50
Angkatan 50an berakhir karena pada angkatan ini
muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan yang
bergabung dalam Lembaga Kebudayaan
Rakyat (Lekra), yang berkonsep sastra realisme-
sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang
berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di
Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan
mandegnya perkembangan sastra karena masuk
kedalam politik praktis dan berakhir pada
tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai