Anda di halaman 1dari 10

APRESIASI

PROSA FIKSI
ANGKATAN 66

Oleh Kelompok 4

Gina Rizqianie Suwandy 1510631080062


Intan Fazriah 1510631080075
Nur Syitha 1510631080115
Salmah Sri Masturoh 1510631080139
Latar Belakang Lahirnya
Angkatan 66 Penanaman atau pemberian nama Angkatan 66
pertama kali dikemukakan oleh Hans Bague Jassin atau
yang lebih dikenal dengan H.B. Jassin, seseorang yang
diberi gelar sebagai Paus Sastra Indonesia, dalam
artikelnya yang berjudul Angkatan 66; Bangkitnya Satu
Generasi, yang dimuat dalam majalah Horison, Pada
bulan Agustus 1966. Kemudian dimuat kembali dalam
bunga rampainya berjudul Angkatan 66: Prosa dan Puisi.
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison
(majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis. Lahirnya
angkatan ini juga dilatar belakangi oleh aksi yang
dilancarkan para pemuda dan seniman pada tahun 1966
yang protes akan kesewenang-wenangan penguasa, dan
terbitnya majalah sastra horison. Penerbit Pustaka Jaya
sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-
karya sastra pada masa ini.
Ciri-ciri Karya Sastra
Angkatan 66
1. Memiliki konsepsi pancasila;
2. menggemakan protes sosial dan politik;
3. membawa kesadaran nurani manusia yang bertahun-tahun
mengalami kezaliman dan perkosaan terhadap kebenaran dan
rasa keadilan;
4. kesadaran akan moral dan agama.
5. Tema yang diangkat banyak mengenai masalah kegelisahan
batin dan rumah tangga.
6. Adapun menurut buku Sejarah Sastra Indonesia, ciri umumnya
yaitu tema yang menonjol adalah protes sosial dan politik,
serta menggunakan kalimat-kalimat panjang mendekati yang
bentuk prosa.
Tokoh dan karya sastra
Angkatan 66
o W.S. Rendra
Kumpulan puisi Blues untuk Bnie, dan kumpulan puisi Ballada Orang-orang
Tercinta.
o Taufik Ismail
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani Ladang Jagung, Kenalkan, Saya
Hewan, dan Puisi-puisi Langit.
o Sapardi Djoko Damono
Dukamu Abadi dan Mata Pisau.
o Goenawan Mohamad
Parikesit, Interlude, dan Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin
Kundang.
o Umar Kayam
Seribu Kunang-kunang di Manhattan, Sri Sumarah dan Bawuk, Lebaran di
Karet, dan Pada Suatu Saat di Bandar Sangging.
o Sutardji Calzoum Bachri
O, Amuk, dan Kapak.
o A.A. Navis
Robohnya Surau Kami, kumpulan cerpen,
Bianglala, kumpulan cerpen 1963, Hujan Panas, dan
Kemarau.
o Putu Wijaya
Bila Malam Bertambah Malam, Telegram, dan Stasiun.
o NH.Dini
Dua Dunia, kumpulan cerpen, Hati Yang Damai,
novel, Pada Sebuah Kapal, novel.
Satyagraha Hoerip memperkenalkan
istilah angkatan yang dinamakan Angkatan
63 atau Angkatan Manifes. Istilah Angkatan
Manifes (Kebudayaan) tersebut
diperkenalkan pertama kali oleh Satyagraha
Hoerip dalam karangannya di majalah
Horison pada bulan Desember 1966,
Angkatan 66 dalam Kesusastraan Kita.
Menurut Hoerip, apa yang disebut H.B.
Jassin sebagai Angkatan 66 lebih tepat
disebut Angkatan Manifes. Para pengarang
prosa pada angkatan ini seperti N.H. Dini,
Iwan Simatupang, Budi Darma, Wildan
Yatim, Putu Wijaya, Danarto, Umar Kayam,
dan lain-lain.
Apresiasi Prosa Angkatan
66
ROBOHNYA SURAU KAMI
Karya A.A. NAVIS
seorang kakek yang menghabiskan sisa hidupnya
sebagai seorang penjaga surau (garin). Namun karena
suatu peristiwa, kakek penjaga surau itu meninggal, bunuh
diri. Penyebabnya yaitu karena kakek merasa tertekan
kondisi psikologisnya hanya gara-gara bualan dari Ajo Sidi.
Ajo Sidi menceritakan sebuah kejadian di akhirat, yaitu
cerita mengenai seseorang bernama Haji Saleh.
Dalam cerita Ajo Sidi, Haji Saleh adalah seorang yang
taat menjalankan agama ketika hidup di dunia. Namun,
Tuhan tidak memasukkan Haji Saleh ke surga, melainkan
ke neraka. Di neraka, Haji Saleh bertemu juga dengan
teman-temannya di dunia yang ibadahnya juga tidak kurang
dari dirinya.
Akhirnya, karena tidak terima dengan keputusan
Tuhan, orang-orang di neraka yang menganggap dirinya
tidak pantas dimasukkan ke neraka itu melakukan aksi
unjuk rasa kepada Tuhan.
Tuhan menanyakan kepada mereka apa yang telah
mereka lakukan di dunia. Mereka menjawab bahwa
mereka semua adalah warga negara Indonesia yang taat
beragama, namun Tuhan tidak berkenan dengan jawaban
mereka karena selama hidup mereka hanya berdoa dan
menyembah-Nya, tidak mempedulikan keadaan sekitar,
sehingga banyak kekayaan negara mereka sendiri yang
diambil oleh pihak asing, sedangkan anak cucu mereka
sendiri hidupnya kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai