Disusun oleh:
Kelompok 3
Irawati (1851040005)
Thalia Anggie Angelina (1851040006)
Muhammad Nur ‘Alim (1851041001)
Erianti (1851041007)
Husnul Fatimah (1851042003)
Ita Purnama Sari (1851042045)
PBSI A 2018
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Sampul................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Analisis Prosa Fiksi Angkatan 20 (Balai Pustaka)..................................3
B. Analisis Prosa Fiksi Angkatan 30 (Pujangga Baru)................................8
BAB III PENUTUP...........................................................................................16
A. Simpulan..................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................16
Daftar Pustaka...................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai sejarah perkembangan sastra, tidak dapat dilepaskan
dari pembicaraan mengenai upaya penyusunan periodisasi sejarah sastra
sebagai salah satu kegiatan dalam pengkajian sejarah sastra. Periodisasi sastra
adalah penggolongan sastra baik berupa karya sastra itu sendiri maupun
pengarangnya. Penggolongan sastra tentunya didasarkan pada waktu
kemunculan karya sastra tersebut, sehingga menghasilkan karya yang sesuai
dengan kondisi sosial maupun budaya yang ada pada saat itu.
Sastra Indonesia berarti sastra berbahasa Indonesia yang sudah
berkembang sejak awal abad ke-20 sebagaimana tampak pada penerbitan pers
(surat kabar, majalah) baik dari usaha kalangan swasta maupun pemerintahan
Kolonial Belanda. Dan selanjutnya berkembang marak bersama sastra daerah
(Melayu, Sunda, Jawa, Bali, dan lain-lain). Dimana tradisi Indonesia pada
tahun 1920-an erat hubungannya dengan penerbit Balai Pustaka yang
merupakan hasil kebijakan politik pemerintahan kolonial Belanda di bidang
pengajaran. Dan perkembangan sastra itu pastilah tidak dapat dilepaskan dari
faktor-faktor politik, ekonomi, dan sosial. Sedangkan novel atau roman
Indonesia sudah dimulai pada tahun 1920-an dengan terbitnya Azab dan
Sengsara karangan Merari Siregar. Inilah karya pertama yang diterbitkan oleh
Balai Pustaka. Dan masalah-masalah yang bermunculan dalam setiap masa itu
tertumpu pada peristiwa-peristiwa historis yang sudah dikenal atau populer di
kalangan publik sastra Indonesia, seperti Pergerakan Nasional, Balai Pustaka,
Pujangga Baru dan sebagainya.
Munculnya angkatan Balai Pustaka maka telah membuka hati para penulis
untuk mau memperlihatkan hasil karyanya yang dulunya menggunakan bahasa
daerah kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia sebagai ungkapan
rasa bangga berbangsa Indonesia. Selain itu, dengan munculnya angkatan
Balai Pustaka maka telah membuka semangat dan kesadaran para penulis
1
untuk mempersatukan daerah-daerahnya demi keutuhan bangsa Indonesia.
Disisi lain Balai Pustaka juga dikenal sebagai nama suatu penerbit besar yang
berdiri pada sekitar tahun 1920an yang pada tahun tersebut beriringan dengan
munculnya angkatan Balai Pustaka. Munculnya angkatan Balai Pustaka
memang disesuaikan dengan karya-karya besar yang terkenal pada waktu itu
yang sebagian besar diterbitkan dari penerbit Balai Pustaka Jakarta. Pada
waktu itu para pemuda indonesia mulai menyatakan perasaan dan ide yang
berbeda dengan masyarakat setempat. Perasan itu dituangkan dalam bentuk
sastra namun menyimpang dari bentuk sastra melayu, jawa, dan sastra-sastra
lain sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis Prosa Fiksi Angkatan 20 (Balai Pustaka)?
2. Bagaimana analisis Prosa Fiksi Angkatan 30 (Pujangga Baru)?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai ialah:
1. Untuk mengetahui analisis Prosa Fiksi Angkatan 20 (Balai Pustaka)
2. Untuk mengetahui analisis Prosa Fiksi Angkatan 30 (Pujangga Baru)
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dalam Djumingin, 2007: 110, menuliskan beberapa pengarang
dalam angkatan 20 (balai pustaka) diantaranya, Marah Rusli, Merari
Siregar, Abdul Muis, M. Kasim, dan Nur Sutan Iskandar.
a. Marah Rusli
Marah Roesli bernama lengkap Marah Rusli bin Abu Bakar. Ia
dilahirkan di Padang pada tanggal 7 Agustus 1889. Dalam sejarah
sastra Indonesia, Marah Roesli tercatat sebagai pengarang roman yang
pertama dan diberi gelar oleh H.B Jassin sebagai bapak Roman
Modern Indonesia. Sebelum muncul bentuk roman di Indonesia,
bentuk prosa yang biasanya digunakan adalah hikayat.
Karya-karyanya yang terkenal antara lain:
- Sitti Nurbaya, Jakarta: Balai Pustaka. 1920 mendapat hadiah dari
pemerintah RI tahun 1969.
- La Hami, Jakarta: Balai Pustaka. 1924.
- Anak dan Kemenakan, Jakarta: Balai Pustaka.1956.
b. Merari Siregar
Merari Siregar (lahir di Sipirok, Sumatera Utara pada 13 Juli 1896 dan
wafat di Kalianget, Madura, Jawa Timur pada 23 April 1941) adalah
sastrawan Indonesia angkatan Balai Pustaka.
Karya-karya yang terkenal, antara lain:
- Azab dan Sengsara, Jakarta: Balai Pustaka. Cet 1 tahun.
- Binasa Karena Gadis Priangan, Jakarta: Balai Pustaka 1931
- Si Jamin dan Si Johan, Jakarta: Balai Pustaka 1981
c. Abdul Muis
Abdul Muis Abdul Muis (lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera
Barat, 3 Juli 1883 - wafat di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada
umur 75 tahun) adalah seorang sastrawan dan wartawan Indonesia.
Pendidikan terakhirnya adalah di Stovia (sekolah kedokteran,
4
sekarang Fakultas Kedokteran Indonesia), Jakarta akan tetapi tidak
tamat. la juga pernah menjadi anggota Volksraad yang didirikan pada
tahun 1916 oleh pemerintah penjajahan Belanda.
Karya-karyanya yang terkenal:
- Salah Asuhan (novel,1928, difilmkan Asrul Sani, 1972)
- Pertemuan Jodoh (novel,1933)
- Surapati (novel, 1950)
- Robert Anak Surapati (novel, 1953)
b. Alur
5
Di Kota Padang pada awal abad ke-20, Samsul bahri dan Sitti
Nurbaya anak dari bangsawan Sutan Mahmud Syah dan Baginda
Sulaiman adalah tetangga dan teman kelas yang masih remaja menjalin
kasih. Datanglah Datuk Meringgih yang merusak segalanya, sampai Siti
Nurbaya meniggal dan akhirnya Samsul Bahri pura-pura meninggal karena
ingin menuntut balas kepada Datuk Meringgih yang Licik itu.
Alur dalam novel ini close plot karena tokoh-tokoh utamanya
dimatikan dan alur nya maju atau kronologis.
c. Tokoh
Didalam kajian ini akan diungkapkan tokoh-tokoh yang
menggugah hati nurani pembacanya,
- Sitti Nurbaya: Sitti Nurbaya adalah salah satu tokoh protagonis
utama dan tokoh utama, Nurbaya merupakan tokoh yang dapat
mengambil keputusan sendiri untuk segala hal tentang nasib nya
tersebut, anak dari baginda Sulaiman seorang saudagar kaya di
Padang. Nurbaya biasa dipanggilnya ia anak yang cantik rupa,
kulakuan, dan adatnya tertib dan sopan baik hatinya. Akan tetapi
malang nasibnya mulai dari ia menikah dengan datuk Meringgih
sampai dirinya sendiri meninggal karena memakan lemak beracun.
- Samsul Bahri : Samsul Bahri adalah salah satu tokoh Tambahan
utama yang sangat berperan dalam kehidupan Siti Nurbaya, ia
sesosok tokoh protagonis. Orang nya pandai sahaja, tingkah
lakunya baik tertib, sopan, santun dan halus budi bahasanya.
- DatukMeringgih : Datuk Meringgih adalah salah satu tokoh
tambahan Utama, sosoknya antagonis. Ia adalah seorang saudagar
Padang yang amat sangat kikir, kasar , gila akan harta dan bengis .
- Sutan Mahmud Syah : Sutan Mahmud Syah adalah salah satu
tokoh tambahan ayah dari Samsul Bahri Penghulu di Padang , yang
bersifat baik, pengasih penyayang dan adil . akan tetapi kesalahan
6
anaknya yang hanya sedikit membuatnya murka terhadap Samsul
Bahri.
- Arifin dan Bakhtiar : Arifin dan Bakhtiar adalah sahabat dari Siti
Nurbaya dan Samsul Bahri yang mencerminkan tokoh protagonis,
setia pada sahabatnya.
- Baginda Sulaiman : Baginda sulaiman adalah tokoh Protagonis
ayah dari Siti Nurbaya.
- Pak Ali : Pak Ali adalah tokoh protagonis yang lurus hatinya dan
baik budi , ia setia menjaga Siti Nurbaya dengan Samsul Bahri.
- Rukiah : Rukiah adalah kemenakan Sutan Mahmud Syah, anak
dari Putri Rukiah saudara Sutan Mahmud.
- Putri Rubiah : Putri Rubiah adalah saudara dari Sutan Mahmud
sosok yang antagonis yang membenci istri Sutan Mahmud Syah.
- Siti Maryam : Siti Maryam adalah ibu dari Samsul Bahri yang
baik dan penyayang berperan tokoh protagonis.
- Nyonya Van Der Stier : Nyonya van der stier adalah guru hitung
di sekolah
- Alimah : Alimah adalah saudara Siti Nurbaya salah satu tokoh
protagonis yang telah bercerai dengan suaminya, dan ia menjadi
janda.
- Ahmad Maulana dan Fatimah : Ahmad maulana Ayah Alimah
dan Fatimah ibu Alimah.
d. Latar
- Latar Tempat : Kampung Jawa dalam, Ranah Padang Jakarta
- Latar Waktu : Pagi, siang, sore dan malam , dan ketika Rusuh
perkara Belasting
- Latar Lingkungan : Sosial Budaya adat Melayu kuno
Menggunakan bahasa melayu.
e. Sudut Pandang
7
Sudut pandang yang digunakan yaitu sudut pandang orang ke-3
serba tahu.
f. Gaya Bahasa
Bahasa yang digunakan yaitu bahasa Melayu, bahasa Indonesia.
g. Judul
Malangnya sepasang kekasih yang terpisah oleh takdir.
h. Amanat
Berkorban untuk orang tua adalah hal yang baik, pengorbanan
untuk kekasih haruslah di usahakan semaksial mungkin dan kejahatan
sebaiknya diberantas diperbaiki untuk lebih baik.
Unsur Ektrinsik
a. Nilai ekonomi:Bangkrut nya baginda Sulaiman membuat Siti
Nurbaya mengorbankan menjadi Istri Datuk Meringgih.
b. Nilai social :Adanya kepedulian tehadap sesama.
c. Nilai Moral :Adanya asmara kedua pasangan yang saling mencintai dan
dipisahkan dengan kedatangan Datuk yang licik.
8
setelah angkatan Balai Pustaka dan mendahului kelahiran angkatan 45. Tetapi,
kita lihat pembagian sejarah sastra Indonesia dalam angkatan-angkatan ini,
tidaklah disertai dengan alasan-alasan yang bisa kita terima. Tidak sedikit pula
para sastrawan yang menolak atau tidak mau dimasukan dalam sesuatu angkatan,
mereka memilih masuk angkatan yang disukainya. Misalnya Achdiat K. Mihardja
pernah menyatakan bahwa la lebih suka digolongkan kepada angkatan Pujangga
Baru, padahal para ahli telah menggolongkannya kepada angkatan '45.
(Wicaksono, 2017: 31).
9
e. Pilihan kata-katanya diwarnai dengan kata-kata yang indah-indah
seperti dewangga, nan, kelam, mentari, nian, kandil, nirmala, beta,
pualam, manikam, juwita, bonda, dan sebagainya. (Waluyo, 1987: 57)
b. Armijn Pane
Armijn Pane (lahir di Muara Sipongi, Tapanuli Selatan, Sumatera
Utara, 18 Agustus 1908 – wafat di Jakarta, 16 Februari 1970 pada
umur 61 tahun) adalah penulis yang terkenal keterlibatannya dengan
majalah Pujangga Baru. Selain menulis puisi dan novel, Armijn Pane
juga menulis kritik sastra.
Karya-karyanya antara lain:
- Jiwa Berjiwa Ggamelan Djiwa-kumpulan sajak (1960)
- Djinak-djinak Merpati-sandiwara (1950)
c. Sanusi Pane
Sanusi Pane (lahir di Muara Sipongi, Sumatera Utara, 14 November
1905, wafat di Jakarta, 2 januari 1968 pada umur 62 tahun) adalah
seorang sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru yang karya-
karyanya banyak diterbitkan antara 1920-an sampai dengan 1940-an.
Karya-karyanya adalah:
10
- Pancaran Cinta (1926)
- Puspa mega (1927)
- Sandhykala Ning Majapahit (1933)
- Kertajaya (1932)
b. Amanat
Amanat yang dapat di petik dari novel layar terkembang karya
Sutan Takdir Alisjahbana yaitu : Perempuan harus memiliki pengetahuan
11
yang luas sehingga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar didalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan demikian perempuan dapat
lebih dihargai kedudukannya di masyarakat.
c. Alur/ Plot
Alur yang terdapat dalam novel tersebut adalah ALUR MAJU.
Karena dalam cerita tidak ada menceritakan kemasa lampau.
- Perkenalan: Kisah bermulai dari sosok kakak beradik yang
berpengarai berbeda, tuti dan maria.tuti seorang kakak yang selalu
serius dan aktif dalam berbagai kegiatan wanita.ia bahkan aktif
dalam memberikan orasi-orasi tentang persamaan hak kaum
wanita. Pada saat itu, semangat kaum wanita sedang bergelora
sehingga mereka mulai menuntut persamaan dengan kaum pria.
Sedangkan maria adalah adik yang lincah dan periang.
- Konflik : Di tengah-tengah dua dara jelita ini, muncullah yusuf,
seorang mahasiswa kedokteran,yang pada masa itu lebih dikenal
dengan sebutan sekolah tabib tinggi. Sejak pertemuannya yang
pertama di gedung akuarium pasar ikan, antara maria dan yusuf
timbul kontak batin sehingga mereka menjadi sepasang kekasih.
sementara itu, tuti yang melihat hubungan cinta kasih adiknya
sebenarnya berkeinginan pula untuk memiliki seorang
kekasih.apalagi setelah ia menerima surat cinta dari supomo,
seorang pemuda terpelajar yang baik hati dan berbudi luhur.
- Klimaks : Namun, karena pemuda itu bukanlah idamannya, ia
menolak cintanya. Sejak itu hari-harinya semakin disibukkan
dengan kegiatan organisasi dan melakukan kegemarannya
membaca buku sehingga ia sedikit melupakan angan-angannya
tentang seorang kekasih.
- Antiklimaks : Setelah melalui tahap-tahap perkenalan,
pertemuan dengan keluarga, dan kunjungan oleh yusuf,
diadakanlah ikatan pertunangan antara maria dan yusuf. Tetapi
12
sayang,ketika menjelang hari pernikahan, maria jatuh sakit.
Penyakitnya parah, malaria dan tbc, sehingga harus dirawat di
sanatorium pacet. Tidak lama kemudian, maria
Menghembuskan nafasnya yang terakhir.
- Penyelesaian : Sebelum ajal datang, maria berpesan agar tuti,
kakaknya bersedia menerima yusuf. Tuti tidak menolak dan
dimulailah pertunangan antara tuti dan yusuf.akhirnya tak
lama kemudian keduanya menikah dan hidup selamanya.
13
e. Latar/ Setting
- Latar Tempat: Pasar ikan, di bawah pohon mangga, kamar,
gedung permufakatan, dekat pohon asam yang rindang, serambi
depan rumah, Danau Ranau, poliklinik, ruang tengah, C.B.Z
(Rumah Sakit), dan tempat pemakaman umum
- Latar Waktu: Pagi hari, sore hari, dan malam hari.
- Latar Suasana: Keramaian, tegang, hikmad, tenang, kalut, dan
haru.
f. Gaya Bahasa
Didalam novel ini banyak menggunakan bahasa Melayu
sehingga terlihat agak sulit dimengerti.
- Personifikasi (melukiskan benda mati sebagai makhluk hidup/
manusia)
- Litotes (ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan
merendahkan diri)
- Hiperbola (pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan yang
ada)
g. Sudut Pandang
Orang ketiga yang ditandai dengan menggunakan nama dalam
menyebutkan tokoh-tokohnya, dan penulis bebas mengungkapkan apa
yang ada di pikiran serta perasaan para tokoh.
Unsur Ekstrinsik
- Nilai Sosial : Kasih sayang dan perhatian seorang ayah pada
anaknya dan seorang bibi pada keponakannya.
- Nilai Budaya : Menggunakan bahasa Belanda, pada tokoh Tuti
tercermin sosok yang menganut budaya Barat akan tetapi tidak
meninggalkan budaya sendiri dilihat dari cara berpakaian Tuti yang
14
memakai kain panjang dan kebaya akan tetapi pemikirannya
menganut budaya Barat sehingga sangat kritis.
- Nilai Agama : Religius, ketaatan akan agama, di sini S.T
Alisyahbana mencerminkan agama pada zaman itu yang seakan
percaya dengan takhayul, di sini Sutan ingin menyadarkan bahwa
percaya pada suatu takhayul akan mematikan jiwa dan iman
seseorang. Serta ia menjelaskan bahwa Agama bukan hanya
sekadaran warisan dari orang tua kita akan tetapi agama haruslah
sejalan dengan hati kita yang sebenar-benarnya dalam hati dan
harus sesuai dengan perbuatan kita agar agama yang kita anut tidak
sia-sia.
- Nilai Moral : Keikhlasan dan ketulusan serta kemandirian dan
ketegasan.
h.
15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920-1930 dipelopori oleh penerbit
Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek), drama, dan puisi mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam, dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka didirikan untuk mencegah
pengaruh buruk dari bacaan luar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang
dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga
bahasa, yaitu bahasa Melayu Tinggi, bahasa Jawa, dan bahasa Sunda; dan dalam
jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura
(Wicaksono, 2014: 24).
Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik, dan elistik. Buku
Pujangga Baru, Prosa dan Puisi yang disusun oleh H.B Jassin adalah sebuah
bunga rampai (antologia) dari pengarang dan penyair yang oleh para ke
digolongkan penyusunnya dalam Angkatan Pujangga Baru. Seperti diketahui, oleh
para ahli dan para penyusun buku-buku pelajaran sastra Indonesia.
Perkembangan sastra Indonesia dibagi-bagi menjadi angkatan- angkatan.
Angkatan Pujangga Baru biasanya ditempatkan sebagai angkatan kedua, yaitu
setelah angkatan Balai Pustaka dan mendahului kelahiran angkatan 45. Tetapi,
kita lihat pembagian sejarah sastra Indonesia dalam angkatan-angkatan ini,
tidaklah disertai dengan alasan-alasan yang bisa kita terima. Tidak sedikit pula
para sastrawan yang menolak atau tidak mau dimasukan dalam sesuatu angkatan,
mereka memilih masuk angkatan yang disukainya.
B. Saran
Bagi para pembaca yang sudah membaca makalah ini diharapkan
membaca sumber lain yang berhubungan dengan materi angkatan balai Pustaka
dan Pujangga Baru. Khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
17