Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah sesuatu yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia tentu
mengalami perkembangan. Perkembangan berarti perubahan. Perubahan itu
terjadi karena bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tak pernah lepas
dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat. Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia itulah yang
mengakibatkan bahasa itu menjadi tidak statis, atau dengan kata lain bahasa itu
bersifat dinamis.

Perubahan menyangkut mengenai bahasa sebagai kode, dimana sesuai dengan


salah satu sifatnya yang dinamis, dan sebagi akibat persentuhan dengan kode-
kode lain. Maka, bahasa itu berubah. Pergeseran bahasa menyangkut masalah
mobitas penutur,sebagai akibat dari perpindahan penutur atau para penutur itu
sendiri yang menyebabkan terjadinya pergeseran itu. Sedangkan pemertahanan
bahasa lebih menyangkut masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa,
untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa-bahasa
lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perubahan, pergeseran dan pemertahanan bahasa?
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya perubahan, pergeseran dan pemertahanan
bahasa?
3. Apa saja contoh bentuk-bentuk perubahan, pergeseran dan pemertahanan
bahasa?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perubahan, pergeseran dan pemertahanan
bahasa.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab terjadinya perubahan, pergeseran
dan pemertahanan bahasa.
3. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk perubahan, pergeseran dan
pemertahanan bahasa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perubahan, Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa


1. Perubahan Bahasa
Perubahan bahasa menyangkut soal bahasa sebagai kode, dimana
sesuai dengan sifatnya yang dinamis, dan sebagai akibat persentuhan dengan
kode lain, bahasa itu bisa berubah.Perubahan bahasa lazim diartikan sebagai
adanya perubahan kaidah, entah kaidahnya itu direvisi, kaidahnya
menghilang, atau munculnya kaidah baru dan semuanya itu dapat terjadi pada
semua tataran linguistik: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun
leksikon. Pada bahasa-bahasa yang sudah mempunyai sejarah panjang tentu
perubahan-perubahan itu sudah terjadi berangsur dan bertahap. Di sini karena
tujuan kita bukan untuk membicarakan perubahan itu secara terperinci,
melainkann hanya untuk menunjukan adanya bukti perubahan, maka hanya
akan dibicararakan adanya perubahan itu dalam satu tingkat saja, tanpa
memperhatikan kapan perubahan itu terjadi.
2. Pergeseran Bahasa
Pergeseran bahasa (language shifting) yakni penggunaan bahasa oleh
seorang penutur atau sekelompok penutur yang terjadi akibat perpindahan dari
satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur yang lain. Pergeseran bahasa
umumnya mengacu pada proses penggantian satu bahasa dengan bahasa lain
dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, pergeseran bahasa mengacu pada
hasil proses penggantian satu bahasa dengan bahasa lain (Ibrahim, 2003).
3. Pemertahanan Bahasa
Secara umum pemertahanan bahasa dedefinisikan sebagai keputusan
untuk tetap melanjutkan pengunaan bahasa secara kolektif oleh sebuah
komunitas yang telah menggunakan bahasa tersebut sebelumnya (Fasold:
1984). Lebih lanjut, Fasold juga menyatakan bahwa pemertahanan bahasa ini

3
merupakan kebalikan atau sisi yang berlainan dari pergeseran bahasa; yaitu di
mana sebuah komunitas memutuskan untuk mengganti bahasa yang telah
digunakannya atau memilih bahasa lain sebagai ganti bahasa yang telah
digunakannya.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan, Pergeseran Dan Pemertahanan


Bahasa.
1. Perubahan Bahasa
Terjadinya perubahan bahasa menurut para ahli tidak dapat diamati,
hal ini karena proses perubahan terjadi berlangsung dalam waktu yang relatif
lama, sehingga tidak mungkin diobservasi oleh peneliti. Namun demikian,
bukti adanya perubahan bahasa itu, dapat diketahui. Terutama pada bahasa-
bahasa yang telah memiliki tradisi tulis dan mempunyai dokumen tertulis dari
masa lampau (Chaer, 2004: 134).
Perubahan bahasa lazim diartikan sebagai adanya perubahan kaidah,
entah kaidahnya itu direvisi, kaidahnya menghilang, atau munculnya kaidah
baru, dan semuanya itu dapat terjadi pada semua tataran linguistik, seperti:
fonologi, morfologi, sintaksis, kosakata, semantik, maupun
leksikon. Perubahan bahasa juga dapat terjadi akibat terjadinya proses
penyerapan (ke dalam bahasa Indonesia). Akibat masuknya kata-kata asing
menyebabkan terjadinya dua macam perubahan, yakni perubahan bentuk kata-
kata yang masuk dalam rangka penyesuaian dengan kaidah bahasa penerima,
dan perubahan kaidah bahasa penerima, dalam rangka menampung unsur
yang datang dari luar itu.
2. Pergeseran Bahasa
Faktor kedwibahasaan bukanlah satu-satunya faktor penyebab
terjadinya pergeseran bahasa. Terdapat beberapa faktor lain yang juga

4
merupakan penyebab yang sangat rentan terhadap peristiwa pergeseran bahasa
seperti:
a. Perpindahan penduduk,
b. faktor ekonomi.
c. Sekolah.
3. Pemertahanan Bahasa
Kasus pemertahanan bahasa juga terjadi pada masyarakat Loloan yang
berada di Bali. Kasus pemertahanan bahasa Melayu Loloan ini disampaikan
oleh Sumarsono (Chaer, 2004:147). Menurut Sumarsono, penduduk desa
Loloan yang berjumlah sekitar tiga ribu orang itu tidak menggunakan bahasa
Bali, tetapi menggunakan sejenis bahasa Melayu yang disebut bahasa Melayu
Loloan sejak abad ke-18 yang lalu ketika leluhur mereka yang berasal dari
Bugis dan Pontianak tiba di tempat itu. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan mereka tetap mempertahankan bahasa Melayu Loloan.
a. Wilayah Pemukiman
Mereka terkonsentrasi pada satu tempat yang secara geografis tak
terpisah dari wilayah pemukiman masyarakat Bali.
b. Adanya toleransi dari masyarakat mayoritas Bali untuk menggunakan bahasa
Melayu Loloan dalam berinteraksi dengan golongan minoritas Loloan
meskipun dalam interaksi itu kadang-kadang digunakan juga bahasa Bali.
c. Anggota masyarakat Lolan mempunyai sikpa keislaman yang tidak
akomodatif terhadap masyarakat, budaya, bahasa Bali.
Pandangan seperti ini dan ditambah dengan terkonsentrasinya
masyarakat Lolan ini menyebabkan minimnya interaksi fisik antara masyakat
Loloan yang minoritas dan masyarakat Bali yang mayoritas. Akibatnya pula
menjadi tidak digunakannya bahasa Bali dalam berinteraksi intrakelompok
dalam masyarakat Loloan.

5
d. Adanya loyalitas yang tinggi dari masyarakat Melayu Loloan sebagai
konsekuaensi kedudukan atau status bahasa ini yang menjadi lambang
identitas diri masyarakat Loloan yang beragama Islam; sedangkan bahasa Bali
dianggap sebagai lambang identitas masyarakat Bali yang beragama Hindu.
Oleh karena itu, penggunaan bahasa Bali ditolak untuk kegiatan-kegiatan
intrakelompok terutama dalam ranah agama.
e. Adanya kesinambungan pengalihan bahasa Melayu Loloan dari generasi
terdahulu ke genarasi berikutnya.

C. Contoh Bentuk-Bentuk Perubahan, Pergeseran Dan Pemertahanan


Bahasa.
1. Perubahan Bahasa
a. Perubahan Fonologi
a) “Guten Morgen” menjadi “Guete Morge” yang artinya selamat pagi
b) “Guten Tag” Menjadi “Guete Daag” yang artinya selamat siang.
c) “ Guten Abend menjadi “ Gueten Oobe” yang artinya selamat malam.
d) “Bis Spӓter menjadi “Bis Spӧter” yang artinya sampai jumpa.
b. Perubahan Morfologi
a) Stehen „berdiri‟, bila ditambahkan prefiks bisa melahirkan banyak kata
baru seperti verstehen „paham‟, bestehen „lulus‟, dan aufstehen „bangun‟.
b) Kommen „datang‟, menjadi bekommen „mendapatkan‟, mitkommen „ikut‟
ankommen „tiba‟
c) Stellen „berdiri‟, menjadi (sich) vorstellen „memperkenalkan‟, dan
bestellen „memesan‟
c. Perubahan Sintaksis
a) Der Student macht eine Untersuchung (Mahasiswa itu membuat
penelitian).
b) Sie liebt ihren Freund nicht mehr. (Dia tidak lagi mencintai pacarnya).

6
2. Pergeseran Bahasa
Togar dan Sahat dua orang mahasiswa di Malang yang berasal dari
Sumatera Utara. Ketika pertama datang di Malang mereka sedikit pun tidak
mengerti bahasa Jawa. Maka keduanya terpaksa menggunakan bahasa
Indonesia untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya, teman-
teman kuliah, sepemondokan, dan tetangga-tetangga, serta orang-orang lain
berbahasa Jawa, keduanya pun mencoba sedikit demi sedikit belajar
berbahasa Jawa.
Pada mulanya mereka berbicara bahasa Jawa dengan aksen Batak,
tetapi lama-kelamaan aksen Bataknya semakin berkurang. Maka sesudah dua
tahun berada di Malang, keduanya lebih biasa berbahasa Jawa dalam setiap
keperluan, kecuali di mana diperlukan menggunakan bahasa Indonesia.
Akhirnya, mereka berdua pun hampir tidak pernah lagi menggunakan bahasa
ibu mereka, lebih-lebih di tempat umum. Maka di sini telah terjadi pergeseran
bahasa. Kedudukan bahasa Madailing mereka, meskipun bahasa pertama,
telah tergeser oleh bahasa Jawa, dan bahasa Indonesia. Bahasa Jawa
digunakan dalam situasi tidak formal, sedangkan bahasa Indonesia digunakan
dalam situasi formal.

3. Pemertahanan Bahasa
Sekelompok masyarakat etnik Jawa yang pindah dan menetap di Bali,
apabila mereka tetap menggunakan bahasa Jawa (B1) ditengah-tengah
masyarakat mayoritas (masyarakat Bali), maka dapat dikatakan meraka telah
melakukan upaya pemertahanan bahasa. Namun, apabila mereka mulai
terpengaruh untuk menggunakan bahasa mayoritas (bahasa Bali), maka dapat
dikatakan mereka telah mengalami perubahan bahasa. Apabila hal ini terus
berlanjut dalam kurun waktu yang lama, maka kemungkinan terjadi peralihan

7
bahasa, dari bahasa Jawa menjadi bahasa Bali. Peralihan bahasa ini akan
menyebabkan terjadinya kematian bahasa, karena penduduk etnik Jawa sudah
sama sekali tidak menggunakan bahasa Jawa, melainkan sudah total
menggunakan bahasa Bali.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terjadinya perubahan bahasa itu tentunya tidak dapat diamati, sebab
perubahan itu yang sudah menjadi sifat hakiki bahasa, berlangsung dalam
masa waktu yang relatif lama, sehingga tidak mungkin diobservasi oleh
seseorang yang mempunyai waktu yang relatif terbatas.
Pergeseran bahasa menunjukkan adanya suatu bahasa yang benar-
benar ditinggalkan oleh komunitas penuturnya. Hal ini berarti bahwa ketika
pergeseran bahasa terjadi, anggota suatu komunitas bahasa secara kolektif
lebih memilih menggunakan bahasa baru daripada bahasa lama yang secara
tradisional biasa dipakai.
Begitu pula dengan pemertahanan bahasa yaitu sebagai bentuk untuk
tetap melanjutkan pengunaan bahasa secara kolektif oleh sebuah komunitas
yang telah menggunakan bahasa tersebut sebelumnya (Fasold: 1984).
B. Saran
Penulis sangat menyadari jika dalam makalah sederhana ini masih
banyak kekurangan. Karena itu, penulis membuka diri untuk menerima kritik
yang membangun guna tersempurnanya makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai