ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kekerabatan bahasa Muna dengan
bahasa Moronene berdasarkan kajian Lingustik Historis Komparatif. Tujua
penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan tingkat kekerabatan bahasa Muna
dengan bahasa Morenene dan untuk mendeskripsikan berapa lama waktu pisah
antara bahasa Muna dengan bahasa Moronene. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang diharapakan dapat
memberikan keterangan yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah.
Berdasarkan analisis data, peneliti menemukan tingkat kekerabatan kedua
bahasa ini sebesar 36% dengan kriteria kosakata 13 pasang kata yang mirip
secara identik, 42 pasangan kata yang mirip secara fonemis, dan 17 pasangan
kata yang memiliki satu fonem berbeda. Dengan kata lain, jumlah pasangan kata
yang berkerabat antara bahasa Muna dengan bahasa Moronene adalah 72
kosakata. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa bahasa Muna dengan bahasa
Moronene mulai berpisah antara 2.627 tahun yang lalu atau sekitar 607 SM
dihitung dari waktu sekarang (2020). Pembahasan dalam penelitian ini akan
lebih difokuskan pada pendekatan kuantitatif dengan menggunakan 200
kosakata Morris Swades revisi R.A Blust.
ABSTRACT
This study discusses the kinship of Muna language with Moronene language
based on comparative historical linguistic studies. The purpose of this study is to describe
the level of kinship between Muna language and Moronene language and to describe how
long the separation time between Muna language and Moronene language. In this study,
researchers use quantitative descriptive methods that are expected to provide the
1
information needed to answer the problem formulation. Based on data analysis,
researchers found a kinship rate of 36% between the two languages with vocabulary
criteria of 13 pairs of identically similar words, 42 phonemistically similar word pairs,
and 17 pairs of words that have on different phoneme. In other words, the number of word
pairs related to Muna and Moronene is 72. The results also show that the Muna
language and the Moronene language began to split between 2,627 years ago or around
607 BC calculated from the present time (2020). The discussion in this study will be more
focused on quantitative approaches using 200 Morris Swades vocabulary revised by R.A
Blust.
PENDAULUAN
Bangsa indonesia terdiri atas berbagai suku yang mendiami pulau-
pulau nusantara dari Sabang sampai Marauke. Suku-suku bangsa ini
mempunyai bahasa-bahasa daerah yang berbeda-beda, sehingga masing-
masing daerah memiliki keanekaragaman bahasa sebagai salah satu ciri
kemajemukan masyarakat Indonesia. Keadaan itu tentunya menunjukan
suatu keadaan atau kondisi yang akan berbeda di setiap masyarakat.
Bahasa-bahasa daerah merupakan salah satu unsur kebudayaan
Indonesia yang perlu terus dipelihara dan dilestarikan. Oleh itu, negara
wajib memelihara, mengembangkan, dan melestarikan bahasa-bahasa
daerah agar nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya tetap utuh
dan memainkan peranya sebagai salah satu aset kebudayaan nasional.
Yang terkandung didalamnya tetap utuh dan memainkan peranya sebagai
salah satu aset kebudayaan nasional,
Sulawesi khususnya Sulawesi Tenggara memiliki banyak corak
budaya berbahasa berdasarkan hasil penelitian terbaru yang dilakukan
oleh tim peneliti dari Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara (Sultra). Dari hasil
penelitian tersebut, tercatat bahasa daerah yang ada di Sulawesi Tenggara
terbagi menjadi dua sub rumpun, yakni sub rumpun Bungku-Tolaki dan
sub rumpun Muna-Buton. Untuk batasan sub rumpun Bungku-Tolaki
tersebut diantaranya, Bahasa Tolaki, Moronene. Kulisusu, dan
Culambacu. Sedangkan untuk sub rumpun Muna-Buton terbagi atas
Bahasa Wakatobi, Muna, Cia-cia, Lasalimu-Kamaru, dan yang paling
terbaru ditemukan yakni Bahasan Busoa (http://zonasultra.com).
Sulawesi Tenggara, selain memiliki banyak corak budaya
berbahasa juga memiliki hubungan kekerabatan antara bahasa yang satu
dengan bahasa yang lainya. Hubungan kekerabatan bahasa tersebut salah
satunya dapat dilihat pada bahasa Muna dengan Bahasa Moronene yang
memiliki persamaan dan perbedaan bahasa. Adapun data sementara
2
mengenai persamaan dan perbedaan kosakata bahasa Muna dengan
Bahasa Moronene yaitu:
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kuantitatif yang diharapkan dapat memberikan keterangan
yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah. Metode ini
digunakan terutama untuk penelitian yang berhubungan langsung
dengan pengumpulan data, pengkajian data dengan tujuan memberi
deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data, sifat dan hubungan
dari fenomena yang diteliti (Djajasudarma,1993:8)
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, Dikatakan lapangan
karena peneliti turun langsung ke lokasi penelitian demi mendapatkan
informasi yang jelas serta data yang benar-benar akurat dan sesuai
dengan masalah penelitian desa Kusambi Kabupaten Muna serta didesa
Watu-watu Kabupaten Bombana.
Data dalam penelitian ini berupa kosakata dari bahasa Muna dan
bahasa Moronene yang menjadi padanan kata-kata yang dirumuskan oleh
3
Morris Swadesh yang berjumlah 200 kosakata tersebut diberikan kepada
informan selanjutnya diucapkan dalam bahasa Muna dan Moronene.
Sumber data dalam penelitian ini adalah penutur asli bahasa Muna
dan bahasa Moronene merujuk pada 200 kosakata yang dirumuskan oleh
Morris Swadesh. Ini dilakukan karena teori Swadesh banyak dijadikan
sebagai dasar penentuan kekerabatan bahasa-bahasa di dunia.
Kosakata dari kedua bahasa yang diteliti diperoleh dari empat
orang informan yang terdiri dua orang informan Bmu dan dua orang
informan Bmo. Untuk mendapatkan data yang valid dan represesntatif,
maka informan yang dipilih dengan kriteria sebagai berikut:
1. Sehat jasamani dan rohani
2. Tidak memiliki cacat artikulasi
3. Berumur antara 40-70 tahun
4. Penutur asli bahasa yang diteliti
5. Aktif dalam berbahasa daerah
6. Menguasai bahasa Muna dan bahasa Moronene
7. Berdomisili dilokasi penelitian
8. Memiliki kesediaan untuk dimintai informasi, atau merujuk pada
pendapat ahli yakni informan bersedia diwawancarai dan waktu yang
cukup (Keraf, 1996:157)
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berisi daftar
200 kosakata yang dikemukakan oleh Morris Swadesh (Revisi R.A. Blust).
Daftar kosakata tersebut diberikan kepada informan unruk
diterjemahkan. Selain itu, digunakan alat lain berupa alat rekam untuk
proses pengumpulan data.
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Tehnik Angket: Menurut Arikunto (2006 : 151), angket adalah
penyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan pribadi atau hal-hak yang ia
ketahui.
2. Teknik Rekam: tehnik rekam yaitu tehnik pengumpulan data yang
digunakan dengan cara merekam ucapan informan yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Menganalisis data, peneliti menggunakan tehnik leksikostatistik.
Metode kuantitatif dengan tehnik leksikostatistik digunakan untuk
kepentingan mencari silsilah kekerabatan suatu bahasa. Penelitian
kuantitatif menggunakan tehnik analisis leksikostatistik bertujuan untuk
4
mencari presentase kekerabatan dari sejumlah (100-200) kata dasar
Swadesh.
Leksikostatistik sering disebut juga glotokronologi yaitu tehnik
pengelompokan bahasa dengan cara melihat kata-kata (leksikon) secara
statistik. Kemudian pengelompokan bahasa berdasarkan presentase
perbedaan dan persamaan yang muncul.
Menurut Keraf (1984: 123) asumsi dasar yang muncul pada
leksikostatistik atau glotokronologi ada 4 yaitu :
1. Sebagian kosakata suatu bahasa merupakan kosakata yang
sulit diubah yaitu yang sering disebut dengan kosakata
dasar.
2. Daya tahan atau retensi kosakata dasar itu umumnya relatif
lama, yaitu 1000 tahun.
3. Presentase kehilangan kosakata untuk setiap bahasa adalah
sama, yaitu sekitar 9,5% dalam 1000 tahun. Dengan kata lain
ketahananya sekitar 80-81%
4. Dalam keadaan normal, bahasa-bahasa tersebut dapat
dihitung kapan saja terlepas induknya.
Untuk mengetahui keempat asumsi dasar tersebut, Keraf (1984:126)
menyatakan bahwa ada beberapa langkah yang sangat diperlukan, yaitu:
1. Mengumpulkan kata-kata dan bahasa-bahasa
2. Menempatkan pasangan kata yang merupakan kata kerabat
3. Menghitung usia atau waktu pisah antara kedua bahasa
4. Menghitung jangka-jangka kesalahan untuk menempatkan
kemungkinan waktu pisah yang lebih tepat atau waktu
pisah baru
Adapun rumus yang digunakan dalam menganalisis data dalam
penelitian ini mengacu kepada Keraf (1996: 127-132), sebagai berikut :
Keterangan:
C = Presentase kekerabatan
J = Jumlah kata kerabat
n = Jumlah kata yang diperbandingkan
5
2. Waktu pisah antara dua bahasa kerabat yang sudah diketahui
presentase kata kerabatnya, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
log c
W=
log r
Keterangan:
= Waktu perpisahan dalam (milinium)
W
Tahun
r = Retensi (Presentase 1000 tahun)
C = Presentase kerabat
log = logaritma dari
S=
√
c (1−c)
n
Keterangan:
= Kesalahan standar dalam presentase kata
S
kerabat
c = Presentase kata kerabat
n = Jumlah kata yang diperbandingkan (baik
kerabat maupun non kerabat).
4. Untuk mendapatkan waktu pisah yang baru digunakan rumus
sebagai berikut:
log c 1
W 1=
2 log r
Keterangan:
W1 = Waktu pisah baru
r
= Retensi (Presentase 1000 tahun)
C1
= Presentase kerabat baru
log
= logaritma dari
5. Untuk menghitung waktu pisahnya bahasa dari protonya,
6
digunakan rumus sebagai berikut:
W +(W −W 1)
Hasil Penelitian
7
12 155 lemak taba taba
13 189 bulan wula wula
8
29 153 tikus walawo wola
30 159 kutu otu kutu
31 165 akar paraka haka
32 166 bunga wuna buŋa
33 170 debu harabu awu
34 172 batu kontu watu
35 174 air oe eɁe
36 180 bintang kolipopo olimpopo
37 183 hujan ḡuse usa
38 188 dingin rindi morindi
39 199 api ifi api
40 191 abu ḡabu awu
41 197 atap ḡato atoɁ
42 200 kayu sau keu
9
17 199 jarum deu seu
10
gau m-o-n-a-h-u m/, /
monahu ɵ/-/o/, /
ɵ/-/n/, /ɵ/-/h/
bermimpi m-o-n-i-f-i /n/-/Ɂ/, /f/-/p/
11 monifi m-o-Ɂ-i-p-i
moɁipi
menembak ɵ-ɵ-t-e-m-b-a /ɵ/-/m/, /ɵ/-/e/
12 temba m-e-t-e-m-b-a
metemba
menikam ɵ-ɵ-ɵ-t-o-b-o-ɵ /ɵ/-/
tobo m-o-n-t-o-b-o-Ɂ m/, /
13
montoboɁ ɵ/-/o/, /
ɵ/-/n/, /ɵ/-/Ɂ/
memeras ɵ-ɵ-ɵ-f-i-o /ɵ/-/
fio m-o-m-p-i-o m/, /
14
mompio ɵ/-/o/, /ɵ/-/m/,
/f/-/p/
membeli ḡ-o-ɵ-l-i /ḡ/-/m/, /ɵ/-/o/
15 ḡoli m-o-o-l-i
mooli
membakar ɵ-ɵ-ɵ-t-u-n-u /ɵ/-/
16 tunu m-o-n-t-u-n-u m/, /ɵ/-/o/, /ɵ/-/n/
montunu
sembunyi f-e-b-u-n-i /f/-/m/, /b/-/w/
17 febuni m-e-w-u-n-i
mewuni
apa ɵ-a-p-a /ɵ/-/h/, /f/-/p/
18 afa h-a-p-a
hapa
didalam w-e-ɵ-l-a-l-o /w/-/h/,
19 we lalo h-a-i-l-a-r-o /e/-/a/, /ɵ/-/i/,
hai laro /l/-/r/
diatas t-e-ɵ-w-a-w-o /t/-/h/,
20 te wawo h-a-i-w-a-w-o /e/-/a/, /ɵ/-/i/
hai wawo
kanan s-u-a-n-a /s/-/m/, /u/-/o/
21 suana m-o-a-n-a
moana
22 satu ɵ-ɵ-ɵ-i-s-e /ɵ/-/
11
ise m-e-Ɂ-a-s-a m/, /
meɁasa ɵ/-/e/, /ɵ/-/Ɂ/,
/i/-/a/, /e/-/a/
berat ɵ-ɵ-b-i-e-ɵ /ɵ/-/m/, /ɵ/-/o/,
23 bie m-o-b-ɵ-e-a /i/-/ɵ/, /ɵ/-/a/
mobea
panjang w-a-n-t-a-ɵ /w/-/m/,
24 wanta m-e-n-t-a-a /a/-/e/, /ɵ/-/a/
mentaa
tipis ɵ-ɵ-n-i-f-i /ɵ/-/m/, /ɵ/-/o/,
25 nifi m-o-n-i-p-i /f/-/p/
monipi
tebal ɵ-ɵ-ɵ-k-a-p-a /ɵ/-/
26 kapa m-o-ŋ-k-a-p-a m/, /ɵ/-/o/, /ɵ/-/ŋ/
moŋkapa
tua k-a-m-o-k-u-l-a /k/-/ɵ/, /a/-/ɵ/,
27 kamokula ɵ-ɵ-m-o-t-u-Ɂ-a /k/-/t/, /l/-/Ɂ/
motuɁa
kuning ɵ-ɵ-k-u-n-i /ɵ/-/m/, /ɵ/-/o/
28 kuni m-o-k-u-n-i
mokuni
tikus w-a-l-a-w-o /w/-/w/,
29 walawo w-o-l-a-ɵ-ɵ /a/-/o/, /b/-/ɵ/,
wola /o/-/ɵ/
kutu ɵ-o-t-u /ɵ/-/k/, /o/-/u/
30 otu k-u-t-u
kutu
akar p-a-r-a-k-a /p/-/h/, /r/-/ɵ/,
31 paraka h-a-ɵ-ɵ-k-a /a/-/ɵ/
haka
bunga w-u-n-a /w/-/b/, /n/-/ŋ/
32 wuna b-u-ŋ-a
buŋa
debu h-a-r-a-b-u /h/-/ɵ/, /r/-/ɵ/,
33 harabu ɵ-a-ɵ-ɵ-w-u /a/-/ɵ/, /b/-/w/
awu
batu k-o-n-t-u /k/-/w/, /o/-/a/,
34 kontu w-a-ɵ-t-u /n/-/ɵ/
watu
12
Air o-ɵ-e /o/-/e/, /ɵ/-/Ɂ/
35 oe e-Ɂ-e
eɁe
bintang k-o-l-i-ɵ-p-o-p-o /k/-/ɵ/, /ɵ/-/m/
36 kolipopo ɵ-o-l-i-m-p-o-p-o
olimpopo
hujan ḡ-u-s-e /ḡ/-/ɵ/, /e/-/a/
37 ḡuse ɵ-u-s-a
usa
dingin ɵ-ɵ-r-i-n-d-i /ɵ/-/m/, /ɵ/-/o/
38 rindi m-o-r-i-n-d-i
morindi
api i-f-i /i/-/a/, /f/-/p/
39 ifi a-p-i
api
abu ḡ-a-b-u /ḡ/-/ɵ/, /b/-/w/
40 ḡabu ɵ-a-w-u
awu
atap ḡ-a-t-o-ɵ /ḡ/-/ɵ/, /ɵ/-/Ɂ/
41 ḡato ɵ-a-t-o-Ɂ
atoɁ
kayu s-a-u /s/-/k/, /a/-/e/
42 sau k-e-u
keu
13
C1 = Presentase kerabat baru
log = logaritma dari
Diketahui: C = 36% (0,36)
r = 81% (0,81)
Ditanya: W =.....?
Penyelesaian: log c 1
W=
2 log r
log 0,393
W=
2 log 0 , 81
−0,443
W=
−0,183
W = 2,420 ribuan tahun yang lalu
W = 2,420 x 1000 = 2.420 tahun yang lalu
Menghitung Jangka Kesalahan
Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya digunakan
kesalahan 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar
diperhitungkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
S=
√ c (1−c)
n
14
Jadi, hasil kesalahan standar adalah 0,033. Nilai ini kemudian
digunakan untuk mengetahui persentase kata kerabat baru atau C1.
C1 = C+S
C1 = 0,36+0,033
C1 = 0,393
Jadi, persentase kata kerabat yang baru atau C1 yaitu 0,393.
Menghitung Waktu Pisah Baru Kedua Bahasa
Waktu pisah antara dua bahasa yang telah diketahui tingkat
persentase kata kerabat, dapat dihitung menggunakan rumus:
log c 1
W 1=
2 log r
15
Berdasarkan analisis data di atas, peneliti menemukan 72 pasangan
kata berkerabat antara baasa Muna dan bahasa Moronene. Dari 72
pasangan kata kerabat tersebut terdapat 13 pasangan kata identik, 42
pasangan kata mirip secara fonemis, 5 pasangan kata mirip secara fonetis,
dan 17 pasangan kata satu fonem berbeda. Persentase hasil perhitungan
bahasa Muna dengan bahasa Moronene yaitu 36%, maka kedua bahasa
tersebut termasuk dalam klasifikasi sub keluarga.
16
DAFTAR PUSTAKA
Alijah, Sitti. 2015. “Kekerabatan Bahasa Bugis Dengan Bahasa Muna”.
Dimuat dalam Jurnal Humanika No.16, Vol.1, Maret 2016, ISSN :
1979-8296. Kendari. Universitas Halu Oleo
Keraf, Gorys. 1996. Lingustik Bandinagan Historis, Cet. Ke. III, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka.