Anda di halaman 1dari 4

Sinopsis Cerita

Ibu Gupris selalu siap-siap untuk belanja ke pasar jam tiga pagi. Namun, Gupris
semakin membenci ibunya yang selalu membawa pulang keranjang kosong. Ini
karena dia pergi sebagai pekerja seks, berbohong kepada Gupris. Maka Gupris
selalu pergi ke pangkalan setiap jam setengah tiga.

Lima anak tanggung yang jarang mandi lompat turun dari kabin truk yang biasa
mereka tumpangi. Saat Gupris bersiap-siap dangdutan, ia berhenti melihat sebuah
papan pengumuman: “Barang siapa mengemis dan mengamen dipidana kurungan.”

Hanya Gupris yang bisa membacanya meski lambat, tapi dia tidak tahu apa artinya
'dipidana'. Gupris kesal karena teman-temannya hanya tertawa kebingungan,
namun mereka berlima kemudian dipertemukan dengan Hansip Karidun yang
menegur mereka, ‘anak-anak liar’, untuk membaca papannya.

Gupris dan teman-temannya iseng-iseng banyak bertanya kepada Hansip Karidun


mengenai kebingungan mereka, dan petugas sekuriti menjawab dengan galak.

Akhirnya, Gupris mengakali Hansip Karidun, yang teralihkan oleh HP-nya, dengan
meloncat naik truk besar ke kota demi kota lain untuk mengemis di sana, melarikan
diri dari aturan hukum yang tidak efektif.

Latar

Waktu ● Jam tiga pagi


● Pagi menuju siang

Tempat ● Warung
● Rumah Gupris
● Perempatan Karangasu

Suasana ● Tenang
● Intens
● Bingung
Penokohan

Gupris Empat teman laki-laki

Mendapat pendidikan Bodoh


Hanya dia yang bisa membaca aturan yang Saat ditanya Gupris apa artinya ‘dipidana’,
tertulis di papan, meski tidak sepenuhnya teman-temannya hanya ketawa dan
memahaminya. Ini karena dia pergi ke menggeleng kepala, saling pandang. Tidak
sekolah meskipun hanya sebentar ada dari mereka yang pernah bersekolah

Usil/penuh keingintahuan Miskin


Mencurigakan apa yang sebenarnya Keempatnya, dengan Gupris, jarang mandi,
dilakukan ibunya saat keluar malam hari dan lebih jarang lagi berganti pakaian.
untuk ‘berbelanja ke pasar’ Mereka sering lapar dan tidur di lantai emper
warung yang sudah tutup
Gupris terus menerus melontarkan
pertanyaan saat dihadang oleh Hansip
Karidun, tak terpengaruh oleh keganasannya

Hansip Karidun Ibu Gupris

Sok tahu/galak Peduli


Hansip Karidun, yang sedikit tidak Diam-diam menjual diri bekerja sebagai
berpendidikan, menggunakan keganasannya pelacur untuk mencari uang menopang
saat menghadapi Gupris yang tidak berdaya. penghidupan dirinya dan Gupris

Amanat
Dia sering melihat emaknya dini hari sudah mandi, berdandan, pakai bedak, dan bergincau.
Lalu mengambil keranjang tenteng dan bilang mau belanja ke pasar... Tapi kemudian [Gupris]
jadi benci karena emaknya selalu pulang dengan keranjang kosong. (hlm. 2)

👍 Berbohong putih bisa menjadi pilihan terbaik ketika kita memikirkan kepentingan orang
lain. Seperti dalam situasi ini, Gupris tidak perlu mengetahui pekerjaan eksplisit ibunya, yang
sebenarnya bekerja sebagai pelacur untuk mengumpulkan uang untuk mata pencahariannya.

👎 Kita harus transparan dengan keluarga kita, jika tidak, kebencian akan terbentuk karena
ketidakpercayaan.
Nilai Sosial
Dia sering melihat emaknya dini hari sudah mandi, berdandan, pakai bedak, dan bergincau.
Lalu mengambil keranjang tenteng dan bilang mau belanja ke pasar. (hlm. 2)

Konteks Ibu Gupris diam-diam menjual diri bekerja sebagai pelacur untuk mencari uang
menopang penghidupan dirinya dan Gupris

Masalah Orang-orang miskin merasa kepaksa hanya bisa cari uang lewat bekerja sebagai
pelacur atau pekerjaan lain yang membutuhkan penjualan diri

Solusi Orang miskin harus memiliki akses yang lebih mudah ke pekerjaan layanan etis
untuk menghasilkan uang, daripada menjual diri mereka sendiri

Gupris biasanya nyanyi dangdutan, tapi kali ini dia lebih suka asyik dengan HP-nya. Dia
sudah suka nonton gambar cabul. (hlm. 2)

Konteks Gupris suka menonton video pornografi di HP-nya

Masalah Anak-anak memiliki akses mudah ke pornografi

Solusi Pemerintah harus menerapkan pembatasan dan verifikasi usia yang tepat di situs
web yang tidak pantas diakses anak-anak

“Ba-ran-g si-a-pa me-nge-mis dan me-ng-a-men… di-pi-da-na… ku-ru-ng-an…” (hlm. 5)

Konteks Gupris sedang membaca papan pengumuman yang bertulis aturan aturan
tentang bagaimana siapapun yang mengemis akan menghadapi konsekuensi,
baik itu dipidana atau dipenjara. Namun, Gupris mengakali sistem tersebut

Masalah Upaya pemerintah mengatasi masalah pengamen dan pengemis tidak efektif

“Nah, baca itu! Kalian anak-anak liar yang kerjanya keluyuran, harus baca itu. Harus!” (hlm. 5)

Konteks Hansip Karidun sedang menegur Gupris dan teman-temannya untuk membaca
papan pengumuman

Masalah Anak-anak miskin merasa kepaksa mengemis dan mengamen di jalanan sebagai
satu-satunya cara mereka mengumpulkan uang

Solusi Pemerintah harus menerapkan sekolah gratis untuk anak-anak, karena


pendidikan adalah hak untuk semua orang. Anak-anak perlu belajar dengan baik
agar mereka dapat menerima pekerjaan yang layak.

“Nah, baca itu! Kalian anak-anak liar yang kerjanya keluyuran, harus baca itu. Harus!” (hlm. 5)

Konteks Hansip Karidun sedang menegur Gupris dan teman-temannya untuk membaca
papan pengumuman

Masalah Anak-anak miskin merasa kepaksa mengemis dan mengamen sebagai


satu-satunya cara mereka mengumpulkan uang
Resensi

Kelebihan Kekurangan

Mengkritik dan memberi perhatian pada Menurut saya, alur ceritanya sulit untuk diikuti
banyak situasi sosial yang terabaikan, karena ada beberapa lompatan dari satu latar
seperti kemiskinan dan akses ke pendidikan ke latar lainnya, baik itu tempat atau waktu

Menggunakan bahasa yang sederhana Dialog antara Gupris dan Hansip Karidun terasa
dalam penyampaian tema cerita sehingga terlalu bertele-tele, yang membuat percakapan
mudah dipahami oleh para pembacanya mereka membosankan untuk diikuti

Rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai