Risma Dewi
rismad039@gmail.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara bahasa
Sunda (Pamijahan) dan bahasa Jawa (Purbalingga). Kedua bahasa ini dipilih karena merupakan
bahasa daerah mayoritas yang digunakan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Barat. Data yang
diambil dalam penelitian ini adalah dalam bentuk wawancara secara langsung dan wawancara
via daring/media WhatsApp yang mana narasumber dari kedua bahasa yang diteliti adalah
penutur asli dari masing-masing wilayah dengan bahasa yang diteliti. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik leksikostatistik yakni metode perbandingan
bahasa yang mempergunakan perbandingan kosakata dasar universal sebagai objek analisisnya
dan teknik glotokronologi yakni untuk menentukan atau mengetahui masa pisah dari kedua
bahasa yang diteliti yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa.
Dalam penelitian antara bahasa Sunda dengan bahasa Jawa ditemukan banyak kesamaan
kata secara fonemis. Itu disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya yaitu
perpindahan tempat dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga bahasa itu bisa tercampur dan
tersebar luas. Faktor lainnya antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa diantaranya yaitu salah satu
bahasa dengan penutur terbanyak di Indonesia.
Maka, hasil yang diperoleh antara bahasa Sunda dengan bahasa Jawa memiliki persentase
sebesar 72% yang merupakan kategori bahasa dalam subrumpun. Lalu, dalam tingkat bahasa
yaitu dalam kategori keluarga (family).
Kata Kunci : Leksikostatistik, Glotokronologi, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa.
PENDAHULUAN
Dalam James P. Spradley (1997:23) dinyatakan bahwa bahasa lebih dari sekedar alat
untuk komunikasi realitas, bahasa merupakan alat untuk menyusun realitas. Bahasa yang berbeda
itu mengategorikan realitas yang berbeda. Spradley ini lebih menekankan bahwa bahasa dapat
juga digunakan untuk menyusun suatu etnografi yang merupakan kekayaan budaya kita.
Bahasa merupakan sebuah sistem, yang artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Serta bahasa itu merupakan
lambang bunyi yang arbitrer, yang mana digunakan oleh semua orang untuk berinteraksi. Serta
bisa dinilai dalam tingkah laku yang baik sesuai dengan bahasa yang diucapkan.
Dalam penelitian ini mengambil bahasa Jawa yang merupakan bahasa ibu yang
digunakan oleh masyarakat khususnya yang berasal dari Jawa Tengah. Meluasnya wilayah yang
geografis mengakibatkan bahasa Jawa memiliki dialek-dialek yang bermacam-macam
(Kridalaksana,2001). Meskipun bahasa Jawa memiliki dialek yang berbeda-beda tetapi bahasa
Jawa ini mempunyai ciri khas daerah masing-masing yang terdapat pada bahasa Jawa
(Purbalingga) atau disebut dengan bahasa Jawa Banyumasan yang memiliki dialek /O/ dan
medok.
Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa yang dijadikan alat untuk
berinteraksi/berkomunikasi maka peranannya bahasa Jawa ini sangat penting bagi pengguna
bahasa Jawa. Dapat dilihat dari pengguna bahasa Jawa adalah bahasa dengan penutur terbanyak
dibandingkan bahasa yang lainnya bisa dikatakan lebih dari 150 juta (2016) jiwa pengguna
bahasa Jawa yang tinggal di daerah Pulau Jawa dan ada pula yang tinggal diluar Pulau Jawa tetap
menggunakan bahasa Jawa. Bahkan dalam melestarikan budaya bahasa Jawa meskipun ia tinggal
diluar wilayah Indonesia/luar negeri tetap menggunakan bahasa Jawa ketika bertemu dengan
orang yang bertempat tinggal di daerah Jawa. Inilah ciri khas pengguna bahasa Jawa agar bahasa
itu tetap ada dilestarikan dan tidak punah dari zaman ke zaman.
Sedangkan bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam
rumpun bahasa Austronesia. Bahasa sunda dengan penutur terbanyak kedua setelah bahasa Jawa
yaitu dituturkan oleh setidaknya 42 juta orang di Indonesia. Khususnya daerah Jawa Barat seperti
daerah Banten, Bogor, Tasikmalaya, Bandung, Garut, dsb yang berada di daerah Jawa Barat.
Lalu, di sebagian kawasan Jakarta, serta seluruh provinsi di Indonesia dan luar negeri yang
menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda.
Dengan demikian, dari kedua bahasa tersebut bahasa Jawa adalah bahasa dengan penutur
terbanyak lalu bahasa Sunda dengan penutur terbanyak kedua setelah bahasa Jawa. Maka dengan
diambilnya penelitian kedua bahasa ini yaitu bahasa Jawa dengan bahasa Sunda dilakukan secara
metode kuantitatif dengan teknik leksikostatistik dan teknik glotokronologi yang akan
menentukan hubungan kekerabatan diantara kedua bahasa yang diteliti tersebut yakni bahasa
Sunda dan bahasa Jawa.
KAJIAN TEORI
Bahasa Banyumasan/bahasa Ngapak yaitu bahasa yang dimiliki oleh masyarakat yang
tinggal di wilayah Banyumasan, diantaranya Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap,
dsb. Bahasa Banyumasan itu sendiri adalah bahasa Jawa yang mana logat bahasanya sedikit
berbeda dibandingkan bahasa Jawa lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh masuknya kerajaan
Mataram di pulau Jawa sehingga bahasa Jawa yang dimiliki di wilayah Banyumasan berbeda
dengan bahasa Jawa lainnya.
Bahasa Jawa memiliki beberapa dialek bahasa diantara dialek bahasa jawa Banyumasan
ini yaitu dialek yang mendekati dialek standart Jawa. Karena masuknya kerajaan Mataram ke
pulau Jawa kisaran pada abad ke -17 lambat laun bahasa Banyumasan ini pelafalan yang semula
berdialek A (Hanacaraka) Menjadi dialek O (Honocoroko).
Lalu, bahasa Sunda yang merupakan bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun
bahasa Austronesia. Bahasa ini dengan penutur terbanyak kedua setelah bahasa Jawa. Akan
tetapi bahasa Sunda juga karena dipengaruhi budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan
Mataram-Islam. Bahasa sunda terutama didaerah Parahyangan mengenal undak usuk atau
tingkatan berbahasa, yakni bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar.
Sedangkan, untuk daerah bahasa Sunda yang diteliti tepatnya itu daerah Pamijahan
mengenai bahasa Sunda yang mempunyai undak usuk atau tingkatan berbahasa bisa dikatakan
derah Pamijahan ini termasuk kedalam bahasa loma/lancaran. Karena dalam pelafalan
berbahasanya itu kasar tidak halus tidak jadi bisa dikatakan sedang saja. Ini dikarenakan faktor
dari migrasi yang mana orang-orang berpindah tempat dari suatu tempat ke tempat lainnya itu
akan membawa bahasa baru dan akan mempengaruhi adanya percampuran bahasa khususnya di
daerah Pamijahan ini. Dengan demikian, bahasa Sunda yang berada di daerah Pamijahan itu
dikatakan bahasa Sundanya loma/lancaran, lalu hanya orang-orang yang tidak pernah berpindah
tempat tinggal sehingga bahasa itu akan tetap terjaga dan utuh.
Jadi, untuk kedua bahasa yang diteliti yakni bahasa Sunda dan bahasa Jawa yang mana
keduanya memiliki penutur bahasa yang terbanyak dibandingkan bahasa lainnya. Sehingga
bahasa ini mudah dikenal dan mudah ditemukan di daerah pulau Jawa.
METODE PENELITIAN
Untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa, peneliti
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik leksikostatistik dan teknik
glotokronologi. Data penelitian diperoleh dari hasil wawancara kepada penutur asli tiap bahasa.
Narasumber bahasa Sunda yaitu bernama Ibu Siti Khuroh dari daerah Pamijahan, Bogor, Jawa
Barat. Lalu, untuk Narasumber bahasa Jawa yaitu bernama Miswati/Mba Wati dari daerah
Purbalingga, Jawa Tengah. Teknik wawancara kepada Narasumber bahasa sunda yaitu dilakukan
secara langsung/tatap muka. Sedangkan, teknik wawancara kepada Narasumber bahasa Jawa
yaitu dilakukan secara via daring/media WhatsApp.
1. Mengumpulkan kosa kata universal dari kedua bahasa yang di teliti sebanyak 50 kosakata
a. Kata sama : yaitu kata yang diteliti dari kedua bahasa tersebut sama dalam
penulisannya ataupun pengucapannya
b. Kata mirip : yaitu terdapat kemiripan baik fonologi maupun morfologi dalam bahasa
yang diteliti
c. Jumlah Kata : yaitu seluruh kosakata universal
5. Setelah persentase kekerabatan antara kedua bahasa selanjutnya dihitung masa pisah
dengan menggunakan teknik dari rumus glotokronologi :
t = log c
2 log r
Keterangan :
t = masa pisah
log = logaritma
c = persentase kekerabatan
r = retensi/konstanta
s = C (1-C)
Keterangan :
S = jangka kesalahan
C = tingkat kekerabatan
7. Setelah jangka kesalahan didapat, maka dihitung masa pisah setelah digabung dengan
jangka kesalahan, dengan rumus berikut :
t1 = log √ (c+s)
2 log r
Keterangan :
t1 = masa pisah II
log = logaritma
c = persentase kekerabatan
r = retensi konstanta
S = jangka kesalahan
C = tingkat kekerabatan
1. Hasil
Hasil dari hubungan kekerabatan antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa dapat ditemukan dan
dikelompokan sebagai berikut :
Yaitu pasangan kata yang sama persis dalam hal penulisan. Pada kategori ini terdapat 26
kosakata dari pasangan kedua Bahasa.
Yaitu pasangan kata yang memiliki perubahan fonemis yang terjadi secara timbal balik dan
teratur. Pada kategori ini terdapat 10 kosakata dari kedua bahasa yang diteliti.
(Pamijahan) (Purbalingga)
Yaitu pasangan kata yang masih berkerabat namun berbeda satu fonem dalam hal penulisan.
Namun, pada kategori ini tidak terdapat kosakata yang berbeda satu fonem.
Yaitu pasangan yang ciri-ciri fonemisnya harus cukup serupa sehingga dapat dianggap sebagai
alofon. Pada kategori ini terdapat 2 kategori dari kedua bahasa yang diteliti.
(Pamijahan) (Purbalingga)
Dari hasil perbandingan diatas disimpulkan hasil klasifikasi pada tabel berikut.
Rumus Leksikostatistik :
50
Jadi, persentase kekerabatan antara bahasa Sunda dengan bahasa Jawa yaitu 72% pada kategori
kekerabatan Bahasa dalam Subrumpun.
Rumus Glotokronologi :
t = log c
2 log r
Diketahui :
c = 72% = 0,72
r = 0,81
t = log 0,72
2 log 0,81
= - 0,142
- 0, 183
Jadi, hasil dari masa pisah yang menggunakan rumus glotokronologi dapat diketahui 775 tahun
masa pisah.
Rumus :
s = √ C (1-C)
Diketahui :
= √0,72 (1-0,72)
50
= √0,72 (0,28)
50
= √0,2016
50
Jadi, jangka kesalahannya yaitu 0,06. Yang mana jangka kesalahan ini akan digunakan untuk
penghitungan masa pisah II dengan nilai C.
Rumus :
t1 = log (c+s)
2 log r
Diketahui :
c = 72% = 0,72
s = 0,06
r = 0,81
t1 = log (c+s)
2 log r
2 log 0,81
= -0,107
-0,183
= 0,5846
= 0,585
t1 = 585 tahun
Dalam penelitian ini menggukan metode kuantitatif dengan teknik leksikostatistik dan
teknik glotokronologi untuk mengetahui hubungan kekerabatan diantara bahasa keduanya.
Pengumpulan data kosakata sebanyak 50 kosakata universal. Lalu, kosakata universal diambil
dari peralatan rumah tangga.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap bahasa Sunda dan bahasa Jawa yang
merupakan kedua bahasa ini sama-sama memiliki penutur terbanyak di Indonesia, maka dapat
disimpulkan :
1. Nilai kekerabatan antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa yaitu 72% yang termasuk dalam
kategori Bahasa dalam Subrumpun dan termasuk sebagai keluarga (family).
2. Masa pisah yang diketahui dari bahasa Sunda dan bahasa Jawa yaitu 190 tahun.
3. Bahasa Jawa adalah penutur bahasa terbanyak dengan kisaran 150 juta jiwa tinggal di
berbagai tempat di Pulau Jawa dan beberapa berada di luar pulau Jawa.
4. Bahasa Sunda adalah bahasa dengan penutur terbanyak kedua setelah bahasa Jawa
kisaran 42 juta orang.
REFERENSI
Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta. PT. Tiara Wacana Yogya.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Wiwara Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Ahmad Tohari, 2018. Penulis Ronggeng Dukuh Paruk dan Budayawan Banyumasan.