Anda di halaman 1dari 9

Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No.

2, September 2017 63

Interferensi Fonologis Bahasa Arab “Analisis Kontrastif


Fonem Bahasa Arab Terhadap Fonem Bahasa Indonesia
Pada Mahasiswa Universitas Al Azhar Bukan Jurusan
Sastra Arab”
Thoyib I.M1, Hasanatul Hamidah2
1, 2
Program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Al Azhar Indonesia, Kompleks Masjid
Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru,Jakarta Selatan 12110

Penulis untuk Korespondensi/Email: hamidahhanif@yahoo.com

Abstrak - Peristiwa gangguan fonologis dapat terjadi karena kontak dua bahasa. Interaksi Arab
dan Indonesia memungkinkan kontak bahasa yang dapat menyebabkan pengguna bahasa asing
mengalami gangguan fonologis dan gramatikal. Penelitian ini difokuskan pada gangguan
fonologis pada siswa non-Arab Universitas Al-Azhar Indonesia. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memberikan informasi tentang gangguan fonemik pada pelajar pemula bahasa
Arab. Studi ini juga memberikan manfaat bagi guru bahasa Arab di Indonesia untuk
menemukan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai. Metode deskriptif dan metode
kontrasif digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
rekaman suara pada 12 siswa dari 6 fakultas dengan cara membaca fonem bahasa Arab.
Berdasarkan rekaman, ditemukan 14 gangguan nada konsonan: / ġ / direalisasikan sebagai [g],
/ q / direalisasikan sebagai [k], / ś / direalisasikan sebagai [s], / ʕ / direalisasikan sebagai [?], / ŧ /
disadari sebagai [ṣ], / ṣ / direalisasikan sebagai [s], / x / direalisasikan sebagai [h] dan [ħ] / ħ /
direalisasikan sebagai [h], / đ / direalisasikan sebagai [d] dan [ð], / ð / direalisasikan sebagai [z],
/ θ / direalisasikan sebagai [s], / ż / direalisasikan sebagai [z] dan [ð], / h / direalisasikan sebagai
[ħ]. Intervensi vokal ditemukan dalam 4 vokal: pendek / a / vokal yang direalisasikan sebagai
[ɔ], long / a: / vokal yang direalisasikan sebagai [o], / i: / disadari sebagai [i] dan / u: / disadari
sebagai [u] . Penyimpangan yang paling sering ditemukan dalam konsonan / ż / direalisasikan
sebagai [z] dan konsonan / θ / direalisasikan sebanyak 29,76%. Tingkat gangguan masing-
masing responden dipengaruhi oleh dua hal: durasi belajar dan frekuensi penggunaan bahasa
sehari-hari.

Kata Kunci – Gangguan, Konsonan, Vokal, Artikulasi

Abstract - Phonological interference events may occur due to two-language contacts. An Arab
and Indonesian interaction allows a language contact that can lead foreign language users to
experience phonological and grammatical interferences. This study is focused on phonological
interferences on non-Arabic students of the Al-Azhar University of Indonesia. The objective of
this study is to provide information on phonemic interferences in novice Arabic learners. This
study also gives merits to Arabic teachers in Indonesia to find appropriate learning methods
and strategies. Descriptive method and contrastive method were employed in this study. Data
collection was conducted using sound recordings on 12 students of 6 faculties by way of reading
of Arabic phonemes. Based on the recordings, 14 consonant-tone interferences were found: /ġ/
realized as [g], /q/ realized as [k], /ś/ realized as [s], /ʕ/ realized as [?], /ŧ/ realized as [t], /z/
realized as [ṣ], /ṣ/ realized as [s], /x/ realized as [h] and [ħ]/ħ/ realized as [h], /đ/ realized as [d]
and [ð], /ð/ realized as [z], /θ/ realized as [s], /ż/ realized as [z] and [ð], /h/ realized as [ħ]. Vowel
interferences were found in 4 vowels: short /a/ vowel realized as [ɔ], long /a:/ vowel realized as
[o], /i:/ realized as [i] and /u:/ realized as [u]. The most frequent deviations were found in
consonant /ż/ realized as [z] and consonant /θ/ realized as [s] as much as 29.76%. The
64 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 2, September 2017

interference level of each respondent was influenced by two things: the duration of learning and
the frequency of day-to-day language use.

Keywords - Interference, Consonants, Vowels, Articulation

PENDAHULUAN Interferensi adalah kekeliruan yang disebabkan


adanya kecenderungan serta kebiasaan

P erkembangan saat ini memungkinkam


setiap anggota masyarakat bahasa
berinteraksi dengan anggota masyarakat bahasa
pengucapan suatu bahasa terhadap bahasa lain,
mencakup pengucapan satuan bunyi, tata
bahasa, kosa kata, dan makna bahkan budaya
lainnya dengan media internet maupun terutama dalam mempelajari bahasa kedua. Hal
berinteraksi secara langsung. Kontak antar dua ini menggambarkan bahwa interferensi dapat
masyarakat bahasa atau lebih ini menuntut terjadi pada semua tataran bahasa ketika
kemampuan seseorang menguasai bahasa seseorang melakukan komunikasi baik lisan
Asing agar bisa berinteraksi. Menurut Chaer maupun tulisan.
dan Agustina (2010:84) mengatakan proses
penggunaan dua bahasa oleh seseorang disebut Peristiwa interferensi atau peristiwa
kedwibahasaan. Penggunaan bahasa secara digunakannya unsur-unsur bahasa lain dalam
bergantian membuat kontak antar bahasa yang menggunakan suatu bahasa dianggap sebagai
digunakan seorang pengguna bahasa dapat suatu kesalahan karena menyimpang dari
saling mempengaruhi. Semakin sering kaidah atau aturan bahasa yang digunakan
seseorang menggunakan dua bahasa atau lebih dikarenakan tidak ada padanannya dalam
maka semakin intensif pula kontak antar bahasa bahasa pertama, sehingga menimbulkan
yang digunakan. Menurut Weinreich (1979) gangguan. Sesuai dengan pendapat Tobing
berpendapat bahwa kontak bahasa dapat terjadi (2012: 20-21) yang menyatakan bahwa penutur
karena adanya penggunaan dua bahasa atau bahasa yang menggunakan dua bahasa atau
lebih, sehingga terjadi persentuhan antara lebih cenderung mencampur unsur bahasa yang
bahasa-bahasa yang memungkinkan pergantian satu ke dalam bahasa lain. Jika tidak terjadi
pemakaian bahasa-bahasa yang digunakan dislokasi struktur pada bahasa penerima, hal itu
penutur dalam konteks sosialnya. Sedangkan akan memperkaya bahasa penerima tanpa
Chaer dan Agustina (2010: 64) berpendapat merugikan bahasa sumber. Namun, apabila
bahwa peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi dislokasi struktur pada bahasa sumber,
terjadi sebagai akibat adanya peristiwa akan terjadi perusakan bahasa pada saat
bilingualism adalah diglosia, alih kode, campur penutur menggunakan bahasa tersebut.
kode, interferensi, integrasi, konvergensi dan Perusakan bahasa melalui lisan maupun tulisan
pergeseran bahasa. akibat dari penggunaan bahasa secara
bergantian disebut interferensi. Peristiwa
Pembahasan penelitian ini lebih difokuskan interfensi biasa terjadi pada masyarakat dengan
pada interfersensi sebagai akibat dari pengguna dua bahasa atau lebih. Namun,
bilingualism. Peristiwa interferensi terjadi pada peristiwa interferensi fonologis ini akan
orang Indonesia yang juga sebagai pengguna menjadi hal yang riskan jika terjadi antara
bahasa Arab. Hal tersebut tidak dapat bahasa pertama (indonesia atau daerah) dengan
dipungkiri karena adanya kontak antara bahasa bahasa Arab ketika membaca Al-Qur’an. Al-
ibu (Indonesia) dangan bahasa Arab, maupun Qur’an sebagai kitab suci umat Islam
bahasa daerah dengan bahasa Arab. Kontak merupakan landasan kehidupan umat Islam,
bahasa Indonesia dengan bahasa Arab salah Sehingga pembacaan yang salah akan
satu fakor utamanya adalah faktor agama. mengakibatkan keotentikan Al-Qur’an sebagai
Sebagaimana diketahui bahwa mayoritas kitab suci umat Islam akan terganggu bahakan
masyarakat Indonesia beragama Islam dan ternodai.
semua dasar-dasar agama Islam ditulis dalam
bahasa Arab. Universitas Al-Azhar Indonesia sebagai
universitas yang menanamkan nilai-nilai
relegius menempatkan bahasa Arab sebagai
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 2, September 2017 65

mata kuliah umum yang wajib di ambil seluruh interferensi merupakan peristiwa sebagai akibat
mahasiswa. Namun, mahasiswa bukan jurusan terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa
sastra Arab maupun mahasiswa yang tidak ibu atau dialek dalam bahasa atau dialek
memiliki latar belakang pesantren dan tidak kedua. Interferensi dalam bahasa dapat terjadi
terbiasa dengan bahasa Arab menemukan dalam berbagai aspek kebahasaan, seperti yang
banyak kesulitan. Salah satu kesulitan yang diungkapkan oleh Wayan Jendra (1991: 109)
dialami oleh para pemula pembelajar bahasa mengemukakan bahwa aspek-aspek yang
Arab adalah hal pengucapan fonem-fonem menjadi bidang interferensi meliputi berbagai
Arab. Hal tersebut terjadi karena tidak semua macam aspek kebahasaan, bidang tata bunyi
fonem-fonem Arab memiliki padanan dalam (fonologi), tata bentukan kata (morfologi), tata
bahasa Indonesia. Maka dari itu, penelitian ini kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon), dan
menjadi krusial dilakukan untuk menemukan tata makna (semantik). Selanjutnya secara
letak fonem-fonem Arab yang terjadi detail Abdul Chaer dan Agustina (2010:122-
interferensi. Sehingga ditemukan solusi dan 126) mengidentifikasi interferensi bahasa
membenahan bahan ajar serta motode menjadi lima macam:
pembelajar dalam mata kuliah umum bahasa a. Interferensi pada bidang fonologi yaitu
Arab untuk mahasiswa bukan jurusan sastra perbedaan antara ujaran-ujaran (bunyi
Arab. Penelitian ini akan membahas tentang bahasa) dalam penggunaan bahasa yang
beberapa hal yaitu: digunakan oleh penutur.
b. Interferensi pada bidang morfologi
1. Interferensi bunyi vokal dan bunyi Interferensi dalam bidang morfologis
konsonan B1 (bahasa Indonesia dan terdapat dalam pembentukan kata dengan
bahasaDaerah) ke B2 (bahasa Arab) afiks. Afiks-afiks suatu bahasa digunakan
mahasiswa bukan jurusan sastra Arab untuk membentuk kata dalam bahasa lain.
2. Frekuensi bunyi vokal dan bunyi c. Interferensi pada bidang Sintaksis
konsonan yang mengalami interferensi Interferensi, dalam bidang sintaksis terjadi
fonologis mahasiswa non jurusan sastra apabila dalam bahasa terdapat struktur
Arab? kalimat.
3. Tingkat interferensi bunyi vokal dan d. Interferensi pada bidang leksikal Makna
bunyi konsonan B1 (bahasa Indonesia leksikal adalah makna yang dimiliki atau
dan bahasaDaerah) ke B2 (bahasa Arab) ada pada leksem meskipun tanpa konteks
mahasiswa non jurusan sastra Arab? apapun.

Perbandingan Vokal dan Konsonan Bahasa


TINJAUAN PUSTAKA Arab dan Indonesia
Letmiros (1996) mengungkapkan bahwa dari
Pengertian Interferensi perbandingan konsonan bahasa Arab dan
Interferensi merupakan bagian dari kajian konsonan bahasa Indonesia di atas dapat
sosiolinguistik. Istilah interferensi pertama kali diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
dikenalkan oleh Weinrich pada tahun 1979 a. Konsonan yang terdapat dalam bahasa
dalam bukunya berjudul Language in Contacts: Indonesia dan bahasa Arab sebanyak18,
Finding and Problems. Interferensi digunakan yaitu /b/, /t/, /d/, /j/, /k/, /?/, /f/, /s/, /z/, /ʃ/,
Weinrich untuk menyebut adanya perubahan /x/, /h/, /m/, /n/, /r/, /q/, /w/, dan/y/.
sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya b. Konsonan yang hanya terdapat dalam
persentuhan bahasa tersebut dengan unsur- bahasa Indonesia sebanyak 5, yaitu /p/,/c/,
unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur /g/, /ɲ/, dan /ɳ/.
yang bilingual. Interferensi mengacu pada c. Konsonan yang hanya terdapat dalam
adanya penyimpangan dalam menggunakan bahasa Arab sebanyak 11, yaitu /ŧ/,/đ/, /ś/,
suatu bahasa dengan memasukkan sistem /ż/, /x/, /ṣ/, /θ/, /ð/, /ʕ/, /ġ/, dan /ħ/.
bahasa lain. Serpihan-serpihan klausa dari d. Konsonan /t/ dan /d/ bahasa Indonesia dan
bahasa lain dalam suatu kalimat bahasa lain /t/ dan /d/ bahasa Arab berbeda titik
juga dapat dianggap sebagai peristiwa artikulasi. Kedua konsonan tersebut dalam
interferensi. Selanjutnya oleh David Crystal bahasa Indonesia bertitik artikulasipada
(2008) dalam kamusnya Dictionary of alveolum, sedangkan dalam bahasa Arab
Linguistics and Phonetics mengartikan, bertitik artikulasi pada dental
66 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 2, September 2017

e. Konsonan /j/ bahasa Indonesia bertitik METODE PENELITIAN


artikulasi pada palatum, sedangkan
konsonan /j/ bahasa Arab bertitik artikulasi Penelitian ini menggunakan metode diskriptif
pada alveo-palatum. Demikian juga, titik serta metode perbandingan (kontrasif). metode
artikulasi konsonan /ʃ/ bahasa Indonesia perbandingan digunakan untuk
pada palatum, sedangkan untuk bahasa membandingkan fonem-fonem dalam B1 dan
Arab pada alveo-palatum. B2. data yang digunakan berupa fonem-fonem
Arab dari hasil rekaman suara responden.
Pengertian Analisis Kontrastif Responden berjumalah 12 orang dari enam
Menurut Richards (2010) kata kontranstif fakultas dan tiap fakultas diambil sample dua
adalah menempatkan secara berhadap-hadapan orang responden. Responden bukan bersaal dari
dengan tujuan memperlihatkan ketidaksamaan jurusan sastra Arab dan tidak pernah
dan membandingkan dengan cara mengamati menyenyam pendidikan pesantren maupun
perbedaan-perbedaan. jadi linguistik kontrastif sekolah formal/non formal berbasis Islam,
merupakan model analisis bahasa dengan namun mengetahui huruf hijaiyah.
asumsi bahwa bahasa-bahasa dapat
diperbandingkan secara sinkronis. Analisis Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
bahasa dengan metode kontrastif bertujuan dijelaskan sebelumnya, penulis akan
mengidentifikasi segi-segi perbedaan atau melakukan wawancara secara langsung yang
ketidaksamaan yang kontras (mencolok) antara bersifat kualitatif, yaitu wawancara mahasiswa.
dua bahasa atau lebih yang diperbandingkan, Perekaman dilakukan secara dua kali berturut-
sedangkan kesamaan-kesamaannya tidak turut. Perekaman berupa pengulangan beberapa
diperhatikan, karena kesamaan-kesamaan kosa kata Arab oleh responden yang dilakukan
dalam bahasa merupakan hal yang biasa atau oleh peneliti yang juga dosen sastra Arab. Kosa
hal yang umum saja. Berdasarkan sejarah, kata yang di ucapkan merupakan kata-kata
munculnya analisis kontrastif didasari pada yang sudah memenuhi semua vokal dan
masalah kesulitan pengajaran bahasa Asing. konsonan dalam bahasa Arab.
Kesalahan dalam segi fonologi, semantik serta
gramatikal pada pembelajaran bahasa Asing Dalam penelitian ini analisis data yang
pada peserta didik karena pengaruh bahasa ibu digunakan adalah analisis kualitatif kontrastif.
memicu pengajar untuk melakukan perbaikan Paradigma kualitatif menuntut analisis data
pengaran dengan melakukan analisis kontrastif dilakukan secara terus menerus selama proses
pada dua bahasa tersebut. menurut Lado (1951) penelitian, sehingga setiap langkah saling
dalam Tajuddin (2016) menyebutkan bahwa berhubungan. Setelah berhasil mengumpulkan
unsur-unsuryang sama dalam bahasa ibu dan data primer dan sekunder, tahap selanjutnya
bahasa kedua sangat menunjang dalam adalah mengolah data tersebut, data yang
pembelajaran bahasa kedua. Sebaliknya, unsur- diperolah tersebut dianalisis dengan teori
unsur yang berbeda dalam bahasa ibu dan kontrastif anatara BI (bahasa Arab) dengan B2
bahasa kedua menimbulkan kesulitan belajar (bahasa Indonesia). Adapaun secara detail
bagi peserta didik. Kesulitan belajar inilah yang runtutan analisis penelitian ini sebagai berikut:
menjadi salah satu sumber kesalahan berbahasa 1. Mengumpulkan data melalui perekaman
kedua. Kesulitan belajar dan kesalahan suara secara langsungke pada responden.
berbahasa Inggris misalnya, tidak sama pada Perekaman dilakukan dengan memberikan
siswa yang berbahasa ibu bahasa Indonesia beberapa kosa kata bahasa Arab.
dengan siswa yang berbahasa ibu bahasa Arab. Kemudian, penulis merekam proses
Jadi, kesulitan yang dihadapi pembelajar pembacaan tersebut.
bahasa Inggris sangat relatif tergantung dari 2. Menemukan jumlah interferensi yang
gejala tata bahasa ibu yang dimiliki oleh terjadi pada proses pembacaan tersebut.
peserta didik. Jadi, menurut hipotesis linguistik 3. Menganalisis interferensi dengan teori
kontrastif adalah dengan adanya persamaan- sistem fonologi, teori analisis kontrastif
persamaan bahasa maka proses belajar bahasa vokal dan konsonan.
kedua akan lancar dan lebih mudah, sedangkan 4. Menemukan besaran interferensi tersebut.
dengan adanya perbedaan-perbedaan bahasa 5. Menghitung jumlah dan frekuensi
maka proses belajar berjalan lambat dan interferensi yang terjadi dan membuat
terhambat. irisan dari kedua sistem fonologi.
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 2, September 2017 67

6. Memberikan kesimpulan sehingga Dalam penyimpangan bunyi vokal, terdapat


mendapat jawaban dari rumusan masalah. empat bunyi vokal yang mengalami interferensi
vokalis, yaitu bunyi vokal /a/, /a:/, /i:/ dan /u:/.
Penelitian ini membuktikan bahwa bunyi vokal
HASIL DAN PEMBAHASAN /a/ yang disisipkan pada konsonan tertentu,
direalisasikan menjadi bunyi vokal [ɔ]. Bunyi
Penyimpangan Bunyi Konsonan dan Vokal vokal [ɔ] merupakan salah bunyi vokal yang
Berdasarkan hasil rekaman responden yang terdapat dalam bahasa Indonesia dan tidak
berjumlah 12 orang yang membaca teks terdapat dalam bahasa Arab. Secara teknis,
instrument berupa kosa kata bahasa Arab yang bunyi vokal [ɔ] merupakan vokal sedang
terdapat 84 bunyi fonem Arab, maka total belakang. Vokal ini dihasilkan dengan cara
keseluruhan data rekaman resaponden membentuk bibir dalam kondisi bundar. Sejajar
sebanyak 840 bunyi. Berdasarkan hasil dengan teknik bunyi ujar konsonan yang
rekaman tersebut dari total konsonan Arab membentuk bibir dalam kondisi bundar,
yang berjumlah dua puluh delapan, terdapat penutur bahasa Indonesia cenderung
empat belas penyimpangan konsonan dan mengujarkan bunyi vokal /a/ dengan bunyi
empat penyimpangan vokal yang terjadi. vokal [ɔ]. Pada titik inilah interferensi vokalis
Konsonan tersebut adalah /f/,/ġ/, /q/, /ś/, /ʕ/, terjadi. Lebih rinci lagi, realisasi bunyi vokal
/ŧ/,/z/,/ṣ/, /x/ /ħ/, /đ/, /ð/, /θ/, /ż/, dan /h/. [ɔ] pada kasus di atas tidak terjadi pada semua
Sementara pada bunyivokal, terjadi bunyi konsonan, melainkan hanya beberapa
penyimpangan pada vokal /a/ pendek dan vokal konsonan saja, yaitu bunyikonsonan /ġ/, /ż/, /q/,
/a:/ , /i:/, dan /u:/. Secara keseluruhan dan /r/.
penyimpangan konsonan Arab berserta titik
artikulasinya dijelaskan dalam tabel berikut; Penyimpangan vokal panjang terjadi pda setiap
vokal pendek yang dibaca panjang. Hal tersebut
Tabel 1. Penyimpangan Konsonan Arab Beserta dimungkinkan karena dalam sistem vokal
Titik Artikulsinya. bahasa Indonesia tidak terdapat vokal panjang,
Konsonan Daerah Realisasi Daerah keseluruhan vokal bahasa indonesia adalah
Asal artikulasi artikulasi
pendek. Sebernarya para informan sudah
/ġ/ Velar [g] Velar
frikatif hambat
mengetahui tentang vokal panjang dalam
/q/ Dorso [k] Velar bahasa Arab namun secara aplikasinya mereka
uvular banyak melakukan interferensi. Vokal pendek
/ś/ Apico [s] Apico /a:/ direalisasikan dengan [o:], vokal /u:/
avelar alveolar direalisasikan dengan [u] dan vokal /i:/
/ʕ/ Pharingeal [?] Laringal direalisasikan dengan vokal [i].
/ŧ/ Apico [t] Apico
dental dental Frekuensi Penyimpangan Fonem Arab
alveolar Berdasarkan data bunyi yang diperoleh,
/ħ/ Pharingeal [h] Laringal
masing-masing konsonan dan vokal yang
/đ/ Apico [d] Apico
dental dental
mengalami interferensi dilihat dari segi
alveolar [ð] alveolar frekuensi responden mengucapkannya. Masing-
Interdental masing konsonan dan vokal berbeda frekuensi
/ð/ Interdental [z] Apico interferensinya dipengaruhi distribusi
alveolar konsonan tersebut pada sebuah kata.
/θ/ interdental [s] Apico Selanjutnya, menghitung frekuensi serta
alveolar prosentase kemunculan interferensi fonologis
/ż/ interdental [z] Apico pada tiap fonem, penulis menggunakan teknik
alveolar hitung dengan cara memberikan bandingan
[ð] Interdental
jumlah responden yang melakukan interferensi
/h/ laringal [ħ] Pharingeal
/z/ Apico [ṣ] Pronto
fonologis dengan jumlah seluruh responden.
alveolar palatal Rumus menentukan prosentase menggunakan
/ṣ/ Pronto [s] Apico rumus yang digunakan Toyib (1994:62)
palatal alveolar sebagai berikut;
/x/ velar [h] Laringal
[ħ] Pharingeal S = (jb/js) x 100
68 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 2, September 2017

S : Prosentase penyimpangan hambat velar takbersuara. Konsonan /q/


Jb : bunyi yang mengalami penyimpangan seharusnya dibunyikan hambat uvular tak
berjumlah 84 fonem beraspirasi dan tak bersuara. Kesulitan
Js : bunyi keseluruhan responden terhadap bunyi ini terjadi ketika
100 : angka tetap fonem /q/ berada di tengah dan akhir hal ini
yaitu sebanyak 7 kali.
Berdasarkan hasil rekaman fonem yang paling
banyak mengalami interferensi ketika berada di Konsonan /ŧ/ hambat velarisasi dental bersuara
awal suku kata adalah fonem /θ/. Kemudian sering direalisasikan tanpa velarisasi,menjadi
fonem yang paling banyak mengalami bunyi [t] hambat dental takbersuara. Kasus ini
penyimpangan fonologis ketika didistribusikan sering terjadi pada bunyi konsonan bahasa
di tengah suku kata adalah fonem /ś/ dan /ż/. Arab yang seharusnya mendapatkan velarisasi.
selanjutnya fonem yang mengalami interferensi Penyebab interferensi adalah tidak adanya
terbanyak adalah fonem /θ/. Fonem yang paling bunyi /ŧ/ pada bahasa Indonesia. Secara
banyak mengalami penyimpangan fonologis keseluruhan, sebanyak 18 kali penyimpangan
adalah fonem /θ/ dan /ż/. Secara lebih detail yang dilakukan oleh responden, penyimpangan
disajikan dalam table berikut: yang paling banyak terjadi pada awal suku
kata.
Tabel 2. Hasil Rekaman Fonem Yang Mengalami
Penyimpangan Fonologis Sementara itu, fonem /ż/ dengan direalisasikan
Konsonan Frekuensi Prosentase fonem [z], konsonan direalisasikan menjadi
Kemunculan bunyi [z] frikatif alveolar bersuara. Bunyi /ż/
Interferensi termasuk bunyi yang sukar diucapkan karena
I II III Total (Jb/js) x konsonan /ż/ adalah bunyi frikatif interdental
100 velarisasi takbersuara yang tidak memiliki
/ġ/ 3 5 3 12 14.28 % padanan dalam bahasa Indonesia. Bunyi /ż/
/q/ 3 5 7 15 17.86 % merupakan hasil velarisasi bunyi /θ/ yang juga
/ś/ 7 10 7 24 28.57 % tidak memiliki padanan dalam bahasa
/ʕ/ 5 5 6 16 19.05 % Indonesia. Secara keseluruhan, sebanyak 25
/ŧ/ 7 5 6 18 21.43 % kali penyimpangan yang terjadi pada fonem /ż/
/ħ/ 3 3 3 9 10.71 % dan yang paling banyak ketika fonem tersebut
/đ/ 8 8 5 21 25 % berada ditengah suku kata.
/ð/ 6 7 6 17 20.24 %
/θ/ 9 8 8 25 29.76 % Kemudian, bunyi fonem /ħ/ dengan
/ż/ 8 10 7 25 29.76 % direalisasikan dengan fonem [h]. Konsonan /ħ/
/h/ - 9 - 9 10.71 % direalisasikan menjadi bunyi [h], karena bagi
/z/ - 4 3 7 8.33 % penutur bahasaIndonesia, bunyi frikatif glotal
/ṣ/ 5 6 5 16 19.05 % tak bersuara [h] lebih familiar dibandingkan
/x/ 5 4 3 12 14.28 % denganbunyi frikatif faringal bersuara pada
konsonan /ħ/. Secara keseluruhan,
Berdasarkana tabel tersebut dapat dijabarkan penyimpangan pada fonem ini sebanyak 9 kali.
bahwa konsonan /ġ/ direalisasikan dengan
bunyi [g] sebagai bunyi hambat velar bersuara Sementara itu, Konsonan /θ/ direalisasikan
dan bunyi [k] sebagai bunyi hambat velar menjadi bunyi [s] frikatif alveolar takbersuara.
bersuara. Bunyi frikatif velar bersuara /ġ/ tidak Bunyi /θ/termasuk bunyi yang sukar diucapkan
mempunyai kesepadanan bunyi dalam sistem karena konsonan /θ/ adalah bunyi frikatif
konsonan bahasa Indonesia sehingga interdental bersuara yang tidak memiliki
prosentase penyimpangan konsonan tersebut padanan dalam bahasa Indonesia. Secara
14.28 %. Sebanyak 12 informan melakukan keseluruhan, fonem /θ/ mengalami 25 kali
penyimpangan sebanyak 12 kali pada konsonan penyimpangan pengucapan. Informan kesulitan
/ġ/ dan yang terbanyak adalah interferensi /ġ/ mengucapkan fonem /θ/ ketika berada di
ketika berada di tengah suku kata. depan. Interferensi fonem ini mencapai 29.76%
sama banyaknya dengan fonem /ż/.
Sedangkan Konsonan /q/ direalisasikan
menjadi bunyi [k] yang merupakan bunyi
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 2, September 2017 69

Selanjutnya konsonan /ʕ/ bunyi frikatif faringal fonem /x/ juga banyak mengalami
bersuara sering direalisasikan sebagai bunyi penyimpangan yaitu sebanyak 14.28 %. Bunyi
vocal [a] yang dibunyikan tanpa persentuhan fonem /x/ direalisasikan dengan fonem [h] dan
artikulator aktif dan artikulator pasif. [ħ] . penyimpangan ini terjadi baik di awal,
Kadangkala bunyi /ʕ/ direalisasikan dengan tengah maupun akhir suku kata. Terakhir,
bunyi hambat glotal [?] jika terdapat ditengah fonem /ṣ/ yang direalisasikan dengan fonem
suku kata. Mengingat konsonan /ʕ/ merupakan [s]. penyimpangan kondonan ini juga termasuk
bunyi frikatif faringal bersuara yang hanya besar yaitu sebanyak 19.05 %yang terjadi baik
terdapat pada bahasa Arab dan Ibrani, maka di awal, tengah maupun akhir suku kata.
untuk penutur asli bahasa Indonesia, bunyi
tersebut sukar untuk diucapkan. Secara Irisan Interferensi Fonologis
keseluruhan, fonem ini mengalami interferensi Dari dua puluh delapan konsonan bahasa Arab,
sebanyak19.05 %. terdapat sebelas konsonan yang berada di luar
wilayah irisan. Artinya, konsonan tersebut
Sementara itu, Konsonan /ś/ direalisasikan merupakan konsonan yang tidak dapat
menjadi bunyi [s] yang merupakan bunyi diujarkan secara tepat oleh penutur bahasa
frikatif alveolar takbersuara. Konsonan /ś/ Indonesia, sehingga terjadi interferensi.
merupakan bunyi frikatif velarisasi alveolar Konsonan tersebut adalah /ġ/, /ṣ/, /ś/, /ʕ/, /ŧ/, /ħ/,
bersuara yang sulit diucapkan, mengingat /đ/, /ð/, /θ/, /x/ dan /ż/. Pada dasarnya, seluruh
dalam bahasa Indonesia bunyi hasil dari konsonan ini tidak terdapat bunyi ujarannya
artikulasi sekunder seperti velarisasi tidak pada sistem fonologis bahasa Indonesia,
ditemukan. Secara keseluruhan, sebanyak28.57 sehingga deteksi interferensi dapat dilakukan
% penyimpangan yang terjadi pada fonem ini. pada konsonan ini. Sehingga dalam irisan
kesebelas konsosnan ini berada diluar irisan.
Kemudian, konsonan /đ/ hambat velarisasi
dental bersuara direalisasikan menjadi bunyi Kemudian dalam sistem fonologis bahasa
hambat alveolar [d] dikarenakan bunyi-bunyi Indonesia, terdapat lima konsonan yang tidak
tersebut sering tertukar dengan konsonan/đ/ terdapat pada sistem fonologis bahasa Arab.
yang dibunyikan ganda, akibat dari adanya Konsonan tersebut adalah /p/,/c/, /g/, /ɲ/, dan
penanda geminasi. Selain itu,tertukarnya ketiga /ɳ/, Artinya, kelima konsonan ini tidak
bunyi tersebut dikarenakan oleh pengucapan mungkin terdapat bahasa Arab. Selain itu,
bunyi [d], dan /đ/menggunakan cara yang upaya lain untuk membuktikan bahwa kelima
sama, yakni hambat. Secara keseluruhan, konsonan ini tidak terdapat pada sistem
sebanyak 25 % penyimpangan yang terjadi fonologis bahasa Arab dapat dilakukan melalui
pada fonem /đ/. penelitian lebih lanjut yang melibatkan penutur
bahasa Arab sebagai respondennya. Sedangkan
Sementara itu, konsonan /ð/ direalisasikan fonem-fonem yang sama dalam bahasa Arab
menjadi bunyi [z] frikatif alveolar bersuara. dan bahasa Indonesia terdapat 18 fonem yaitu
Bunyi /ð/termasuk bunyi yang sukar diucapkan b/,/t/,/d/,/j/,/k/,/?/,/f/,/s/,/z/,/ʃ/,/h/,/m/,/n/,/r/,/q/,/
karena konsonan /ð/ adalah bunyi frikatif w/ dan /y/.
interdental bersuara yang tidak memiliki
padanan dalam bahasa Indonesia. Secara Namun, walaupun terdapat dalam sistem
keseluruhan, sebanyak 20.24% penyimpangan fonetis bahasa Indonesia tapi masih juga
yang terjadi padafonem /ð/. terdapat fonem Bahasa Arab yang mengalami
interferensi yaitu fonem /q/, /z/ dan /h/.
Selanjutnya konsonan /z/ dan /h/ juga interferensi tersebut karena perbedaan titik
mengalami penyimpangan. Namun, artikulasi konsonan tersebut dalam bahasa Arab
penyimpangan tersebut tidak terjadi pada pada titik artikulasi bahasa Indonesia.
seluruh suku kata. Fonem /z/ direalisasikan
dengan [ṣ] dan [j] ketika berada ditengah dan Tingkat Interferensi fonologis fonem Arab
akhir. Prosentasi penyimpangan konsonan/z/ Pengukuran tingkat interferensi dilakukan
sebanyak 8.33 %. Sedangkan konsonan /h/ dengan cara melihat lama belajar bahasa Arab
direalisasikan dengan konsonan [ħ] ketika dan juga lama penggunaan bahasa Arab.
berada di tengah suku kata. Penyimpangan Berdasarkan 12 responden dapat di dapatkan
konsonan ini sebanyak 10.71%. Kemudian rangkuman sebagai berikut,
70 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 2, September 2017

1. 2 orang responden telah mempelajari bahasa namun mengalami interferensi yang


bahasa Arab sejak SD sampai SMA, cukup tinggi yaitu 10.18 %.
namun tidak menggunakan bahasa Arab
dalam percakapan.
2. 3 orang responden mempelajari dan KESIMPULAN
mengetahui bahasa Arab ketika SD sampai
SMP saja. Namun tidak menggunakan Berdasarkan hasil dari deskripsi data penelitian
dalam percakapan sehari hari. dapat disimpulkan bahwa interferensi terjadi
3. 5 orang tidak mempelajari bahasa Arab karena faktor kesulitan mengucapkan fonem-
dalam sekolah formal namun fonem yang tidak terdapat padanannya dalam
mempergunakan dalam membaca Al- bahasa Indonesia. Interferensi juga terjadi pada
Qur’an fonem-fonem yang dalam bahasa Indonesia
4. 2 orang mempelajari bahasa Arab ketika jarang sekali penggunaannya dalam sebuah
SMA saja dan tidak menggunakan dalam kata. Interferensi terjadi pada responden karena
percakapan sehari-hari responden merupakan pembelajar pemula
bahasa Arab sehingga masih dalam tahapan
Berdasarkan analisis dapat ditemukan bahwa prooses belajar bahasa Arab.
responden yang paling banyak melakukan
interferensi adalah yang tidak mendapatkan
pembelajaran bahasa Arab namun dapat UCAPAN TERIMA KASIH
membaca Al-qur’an. Sebanyak 13.27 %.
Namun, dari table juga didapatkan bahwa KAMI UCAPAKAN TERIMA KASIH
responden yang belajar bahsa arab hanya sejak KEPADA ALLAH SWT YANG TELAH
SD juga mengalami interferensi yang besar MEMBERIKAN KELANCARAN DAN
sejumlah 11.06 %. KEMUDAHAN DALAM MELAKUKAN
PENELITIAN DAN MENULISKAN
Kemudian tingkat interferensi juga dapat di LAPORAN. UCAPAN TERIMA KASIH
ukur dari banyaknya bahasa yang digunakan JUGA PATUT KAMI SAMPAIKAN
dalam sehari hari responden. Berdasarkan KEPADA PARA RESPONDEN, YAITU
wawancara dan profil responden dapat MAHASISWA DARI BERBAGAI
dirangkumkan sebagai berikut, FAKULTAS YANG TELAH
MELUANGKAN WAKTUNYA DAN
1. 3 orang reponden mengetahui dan sering BERDISKUSI KETIKA PENGAMBILAN
menggunakan dalam sehari-hari 3 bahasa, REKAMAN SUARA. KAMI SAMPAIKAN
yaitu bahsa indonesia, bahasa Indonesia, TERIMA KASIH JUGA KEPADA SMEUA
bahasa Daerah dan Bahasa Asing (inggris) PIHAK JURUSAN SASTRA ARAB YANG
2. 5 orang responden mengetahui dan sering IKUT MEMBANTU KELANCARAN
menggunakan 2 bahasa dalam sehari hari- PENELITIAN INI.
hari, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Daerah
3. Seorang responden mengetahui dan sering DAFTAR PUSTAKA
menggunakan 4 bahasa dalam sehari-hari,
yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan [1] Chaer. Abdul et. al.2010. Sosiolinguistik
dua bahasa Asing (inggris dan jepang) suatu Pengantar. Rineka Cipta: Jakarta.
4. 3 orang responden mengetahui dan [2] Crystal. David, A Dictionary of
menggunakan hanya satu bahasa dalam Linguistic and Phonetics, Blackwell
sehari hari yaitu bahasa Indonesia. Publishing, UK, 2008
[3] Jendra I Wayan. 1991. Dasar – Dasar
Berdasarkan penggunaan bahasa, maka dapat Sosiolinguistik. Denpasar: Ikayana
disimpulkan bahwa penggunaan bahasa lebih [4] Letmiros. Tesis, Fakultas Sastra,
banyak juga mempengaruhi tingkat Universitas Indonesia, Indonesia, 1996.
penyimpangan fonem Arab. Responden yang patent
menggunakan 4 bahasa mengalami [5] Nur. Tajuddin, analisis kontrastif dalam
penyimpangan 13.27 %. namun ada juga studi bahasa arab. Journal of Arabic
responden yang hanya menggunakan satu Studies 1 (2), p64-74,2016
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol. 4, No. 2, September 2017 71

[6] Richards. Jack C, Scmidt. Richard, Budaya Universitas Gadjah Mada,


Dictionary of Language Teaching and Yogyakarta, 2012,Patent
Applied Linguistics, Routledge, New [8] Weinreich. Uriel.1979. Language in
York, 2010 Contacts: Finding and Problems.Mouton
[7] Tobing, Roswita Lumban. Tesis, Publishe: Paris
Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu

Anda mungkin juga menyukai