Anda di halaman 1dari 12

Bahasa Pendalungan yang Tercipta

dari Akulturasi Bahasa


Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas ujian akhir semester

Celsya Martina Anjali


190110201053

UNIVERSITAS JEMBER
2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, akulturasi merupakan
percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling
memengaruhi, sedangkan bahasa merupakan perantara yang digunakan manusia
untuk berkomunikasi antarsesama. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat
berekspresi dan berkomunikasi secara bebas.
Bahasa tidak hanya berbentuk lisan, melainkan bisa melalui sebuah isyarat
seperti sebuah gerakan. Dalam perkembangannya, perubahan bahasa bersifat tak
terhindarkan, normal, dan alami. Misalnya saja dalam bahasa Indonesia yang
mengalami perkembangan dalam kosakata bahasa Indonesia.
Bisa dilihat bahwa pada Kamus Umum Bahasa Indonesia karya
Poerwardaminta, cetakan pertama pada tahun 1952, mengalami cetak ulang dan
revisi pada tahun 1976. Dalam 45 tahun, semula yang berjumlah 20.000 entri kini
menjadi 75.000 entri dalam Kamus Bahasa Indonesia Besar karya Tim Penyusun
Pusat Bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami perkembangan
setiap waktu.
Selain perkembangan dalam jumlah kata, bahasa pun bisa tercipta dari
perpaduan bahasa lain. Misalnya saja bahasa Pendalungan. Secara umum,
pengertian bahasa Pendalungan masih kurang jelas dikarenakan istilah ini masih
belum diketahui sejak kapan digunakan. Namun, menurut Yuswadi (2005)
membuat definisi terkait Pendalungan, yaitu (1) percampuran antara budaya Jawa
dan Madura dan (2) masyarakat Madura yang lahir di wilayah Jawa dan
beradaptasi dengan budaya Jawa. Singkatnya saja, bahasa Pendalungan
merupakan hasil akulturasi bahasa Jawa dan bahasa Madura. Bahasa ini
merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di masyarakat bagian timur Jawa
Timur.
Di Jember, ada dua bahasa daerah yang sering digunakan yaitu bahasa
Jawa dan bahasa Madura. Untuk bahasa Jawa, sebagian besar digunakan di daerah
Jember Selatan dan Jember Barat. Sedangkan bahasa Madura, di daerah Jember
Utara dan Jember Timur. Untuk Jember bagian tengah, penggunaan bahasa Jawa
dan Madura hampir sama, dari sinilah pemakaian dua bahasa sering digunakan.
Karena pemakaian dua bahasa tersebut, terjadilah akulturasi budaya
sehingga menimbulkan variasi bahasa. Adanya variasi bahasa, terjadi bukan
hanya disebabkan oleh penutur berbeda, melainkan juga karena interaksi sosial
yang dilakukan sangat beragam. Dalam interaksi sosial masyarakat Pendalungan,
terkadang terjadi fenomena bahasa seperti campur kode. Campur kode terjadi
karena adanya hubungan timbal balik antara peranan penutur, bentuk bahasa, dan
fungsi bahasa (Kitu, 2014:24). Campur kode ini dilakukan secara tidak sengaja.
1.1 Rumusan Masalah
Secara umum, rumusan masalah pada makalah “Bahasa Pendalungan yang
Tercipta dari Akulturasi Bahasa” ini dapat dirumuskan seperti pada
pertanyaan berikut.
1.1.1 Mengapa akulturasi bahasa bisa tercipta?
1.1.2 Apa yang terjadi apabila bahasa Pendalungan digunakan dalam
berkomunikasi sehari-hari?
1.1.3 Bagaimana penggunaan kosakata bahasa Pendalungan di daerah
Jember?
1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Untuk menjelaskan terciptanya akulturasi bahasa;
1.2.2 Untuk menjelaskan akibat yang terjadi apabila akulturasi bahasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jember; dan
1.2.3 Untuk menjelaskan penggunaan bahasa Pendalungan sebagai
bahasa sehari-hari masyarakat Jember.
1.3 Manfaat
1.4.1 Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca tentang terciptanya
akulturasi bahasa;
1.4.2 Meningkatkan pengetahuan pembaca tentang akibat penggunaan
akulturasi bahasa; dan
1.4.3 Meningkatkan pengetahuan pembaca bagaimana bisa akulturasi
bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Tinjauan Pustaka
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, akulturasi merupakan
percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling
memengaruhi, sedangkan bahasa merupakan perantara yang digunakan
manusia untuk berkomunikasi antarsesama.
Menurut Noam Chomsky bahasa terbentuk 60.000- 100.000 tahun
yang lalu dengan kemampuan manusia yang sudah bisa berkomunikasi
menggunakan gerak tubuh dan suara yang dihasilkan oleh mulut. Noam
Chomsky berpendapat bahwa bahasa adalah spesifikasi genetik yang
terletak di otak manusia dan manusia dirancang secara spesifik untuk
berbahasa.
Selain itu, Arifin (2006) mengemukakan pendapat bahwa
Pendalungan merupakan budaya bentuk akulturasi dari budaya Jawa dan
Madura, di wilayah kota Jember karena perpindahan penduduk di era
penjajahan.
Adapun Sutarto (dalam Hadi 2017) menjelaskan Pendalungan
sebagai masyarakat berbudaya baru hasil percampuran dua budaya yaitu
etnis Jawa dan etnis Madura berbagai hal seperti bahasa, adat-istiadat, dan
kesehariannya pun berbeda. Pada intinya kedua ahli ini berpendapat bahwa
budaya Pendalungan tidak hanya milik satu kebudayaan dominan. Budaya
Pendalungan Jember memfokuskan pada pada percampuran dua
kebudayaan yaitu Jawa dan Madura.
1.5 Kerangka Teoritis
Akulturasi merupakan percampuran dua kebudayaan atau lebih
yang saling bertemu dan saling memengaruhi, sedangkan bahasa
merupakan perantara yang digunakan manusia untuk berkomunikasi
antarsesama.
Akulturasi bahasa adalah percampuran bahasa yang saling bertemu
dan saling memengaruhi sehingga tercipta bahasa yang baru.
Pendalungan adalah istilah untuk menyebut kebudayaan hasil
asimilasi antara budaya Jawa dan Madura. Asimilasi ini membentuk suatu
komunitas yang tersebar di pesisir Pantai Utara Jawa Timur (sebagian
Tuban, Lamongan, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, hingga Situbondo) dan
sebagian Pesisir Selatan Jawa Timur bagian timur (Lumajang, Jember, dan
sebagian Banyuwangi).
BAB II METODE

Kajian ini bertujuan untuk memaparkan tentang Bahasa


Pendalungan yang Tercipta Dari Akulturasi Bahasa dengan melakukan
riset melalui berbagai sumber dari jurnal-jurnal yang ada.
Sumber-sumber yang diterapkan dalam makalah ini terdiri dari
sumber primer dan sekunder. Sumber primer diambil dari jurnal-jurnal
yang mengandung teori-teori bersangkutan dengan judul makalah, jurnal-
jurnal sebagai sumber data ini diambil dari media internet. Sumber
sekunder diambil dari artikel-artikel yang juga tersebar di internet.
Teknik pengumpulan data dari makalah ini dengan melakukan
evaluasi dan analisis terhadap sumber-sumber yang telah dipertimbangkan
dan membandingkan dengan keadaan yang terjadi di lingkungan Jember.
BAB III PEMBAHASAN

1. Pengertian
Akulturasi bahasa adalah percampuran bahasa yang saling bertemu
dan saling memengaruhi sehingga tercipta bahasa yang baru.
Pendalungan merupakan istilah untuk menyebut kebudayaan hasil
pembauran antara budaya Jawa dan Madura. Pembauran ini membentuk
suatu kelompok sosial yang tersebar di pesisir Pantai Utara Jawa Timur
dan sebagian Pesisir Selatan Jawa Timur bagian timur.

2. Terciptanya Akulturasi Bahasa


Bahasa bersifat variatif karena bahasa ditentukan oleh faktor
situasional dari pembicara, budaya, dan sosial. Bahasa yang ditentukan
oleh faktor situasional dari pembicara, berkaitan juga dengan faktor
budaya masyarakat sekitar pembicara. Sehingga, bisa dikatakan
keberagaman bahasa berarti berkaitan juga dengan keberagaman budaya.
Karena bahasa juga beriringan dengan budaya, maka ketika terjadi
kontak bahasa dengan penutur lain, kontak budaya ikut mengiringi. Jika
kebudayaan kelompok yang berbeda bersentuhan terus menerus, perlahan-
lahan akan terjadi yang namanya akulturasi budaya.
Akulturasi budaya ini terjadi karena salah satu perantaranya adalah
bahasa. Misalnya saja penggunaan bahasa dari masyarakat satu dengan
masyarakat lain yang berbeda dalam pengunaan bahasanya, tanpa disadari
tercipta sebuah akulturasi budaya.
Kelompok masyarakat dengan akulturasi budaya dan bahasa berarti
kelompok tersebut telah melakukan interaksi dengan kurun waktu yang
relatif lama. Sehingga, fenomena ini dapat ditandai bahwa kelompok satu
sudah beradaptasi dengan kelompok lain.
Karena pemakaian dua bahasa dari kelompok tersebut, terjadilah
sebuah akulturasi bahasa sehingga menimbulkan variasi bahasa yang baru.
3. Akibat yang terjadi apabila akulturasi bahasa digunakan
Dalam berinteraksi, seringkali masyarakat menggunakan bahasa
ibu daripada bahasa Indonesia. Bahasa ibu sendiri merupakan istilah lain
dari bahasa daerah. Setiap daerah, memiliki bahasa sendiri tergantung
dengan letak geografis daerah tersebut.
Namun, eksistensi bahasa daerah kini sudah mulai memiliki variasi
baru yang mana tidak lagi murni bahasanya. Variasi baru ini terlahir dari
akulturasi bahasa satu dengan bahasa lainnya. Misalnya saja bahasa
Pendalungan yang terbentuk karena percampuran bahasa Jawa dengan
bahasa Madura. Percampuran kedua bahasa ini menjadikan sebuah ciri
khas dan identitas bagi daerah di sekitar pesisir Pantai Utara dan Timur,
Jawa Timur.
Berfokus pada daerah Jember, proses percampuran bahasa Jawa
dan Madura dilakukan secara tidak sengaja dikarenakan mayoritas
penduduk Jember yang bersuku Jawa dan Madura hidup berdampingan
satu sama lain. Dari sinilah, karena kedua bahasa tersebut digunakan
dalam berinteraksi sehari-hari, secara perlahan saling memengaruhi dan
akhirnya terciptalah bahasa Pendalungan.
Namun, karena sudah terbiasa menggunakan bahasa Pendalungan
dalam berinteraksi, menjadikan masyarakat Jember seperti kehilangan jati
diri. Kehilangan jati diri memiliki maksud tidak paham dengan suku dan
bahasa asli yang dianut.
Misalnya di daerah Jember Barat yang penggunaan bahasanya
menggunakan bahasa Jawa yang sudah tidak murni lagi dalam penggunaan
kosakatanya karena sudah terpengaruh dengan bahasa Madura. Hal inilah
yang menjadikan masyarakat khususnya anak-anak yang masih belum
paham betul dengan bahasa Jawa murni malah terkontaminasi dengan
bahasa lain.
Cara interaksi orangtua dengan anak-anak ataupun remaja sudah
memiliki perbedaan yang signifkan. Orangtua mampu menguasai bahasa
Jawa dengan baik karena sedari kecil sudah berada dalam kawasan orang
Jawa sehingga sudah terlatih dari dulu. Sedangkan anak sekarang, karena
pesatnya perkembangan zaman, bahasa yang digunakan semakin kacau.
Jika tidak dibarengi dengan pembelajaran, maka semakin lama
akan semakin pudar keaslian bahasa Jawa karena sudah tercampur dengan
bahasa lain. Selain itu, terkadang penggunaan bahasa Indonesia pun
digabung dengan bahasa Pendalungan dalam berinteraksi. Hal ini bisa
menyebabkan kekacauan susunan bahasa.

4. Penggunaan bahasa Pendalungan


Dalam berinteraksi, seringkali masyarakat Jember berbicara
dengan bahasa Jawa atau bahasa Madura saja apabila berada di lingkungan
yang mendukung penggunaan bahasa tersebut.
Namun, dengan berfokus pada cara berinteraksi anak muda
ataupun anak-anak yang masih berstatus di bangku sekolah dasar, terlihat
perbedaan yang jauh dalam penggunaan bahasanya.
Anak-anak masih belum mampu membedakan mana bahasa Jawa
dan mana bahasa Madura, sehingga mereka menggunakan bahasa
Pendalungan yang sudah membaur di lingkungan mereka.
Tidak sampai itu saja, bahkan mereka memadukan dengan bahasa
Indonesia dalam berinteraksi dengan sesama sehingga terdengar aneh bagi
siapa saja yang masih belum mengenal.
Untuk mengetahui lebih jelasnya, berikut beberapa ucapan yang
sering digunakan oleh anak-anak dalam berinteraksi.
Bahasa Pendalungan+Indonesia Arti

“Mak iso gitu ya.” “Kok bisa gitu ya.”


“Jek aku loh gak ngerti.” “Orang aku loh enggak paham.”
“Cek cantiknya arek iku.” “Sangat cantiknya anak itu.”

Dari data di atas, bisa ditinjau bahwa tata bahasa yang digunakan
masih berantakan. Penggabungan dari bahasa Jawa, Madura, dan
Indonesia terkesan aneh untuk didengar. Namun, hal ini cukup lumrah di
lingkungan sekitar dikarenakan sudah menjadi kebiasaan dalam berbahasa.
Dengan demikian, penggunaan bahasa Pendalungan seperti
memiliki tingkatan berdasarkan usia seseorang. Tingkatan yang dimaksud
ialah perbedaan penggunaan bahasa Pendalungan.
Anak-anak cenderung menggunakan bahasa yang dipadupadankan
tidak sesuai dengan tata bahasa. Sedangkan orang dewasa sudah mampu
menggunakan bahasa dengan memposisikan diri pada lingkungan sekitar.
Misalnya, di lingkungan Jawa menggunakan bahasa Jawa dan di
lingkungan Madura menggunakan bahasa Madura. Apabila tidak
memahami bahasa salah satunya, menggunakan bahasa Pendalungan
karena bahasa ini sudah lumrah dan menjadi bahasa keseharian di
lingkungan Jember.
BAB IV
PENUTUP

SIMPULAN

Bahasa Pendalungan merupakan hasil akulturasi bahasa Jawa dan bahasa


Madura. Bahasa ini merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di masyarakat
bagian timur Jawa Timur.
Bahasa Pendalungan tercipta karena adanya akulturasi bahasa. Fenomena
ini dapat ditandai bahwa kelompok satu yang sudah beradaptasi dengan
kelompok lain dengan pemakaian dari dua bahasa kelompok tersebut,
terjadilah sebuah akulturasi bahasa sehingga menimbulkan variasi bahasa
yang baru.
Namun, karena sudah terbiasa menggunakan bahasa Pendalungan
dalam berinteraksi, menjadikan masyarakat Jember seperti kehilangan jati
diri. Kehilangan jati diri memiliki maksud tidak paham dengan suku dan
bahasa asli yang dianut.
Penggunaan bahasa ini yang merupakan dari gabungan dua bahasa
menjadikan bahasa ini memiliki keunikan tersendiri karena terbentuk
dengan cara yang tidak sengaja.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31725694/Budaya_Pendalungan_Rekonstrruksi
_Makna_Budaya_Multietnis_di_Wilayah_Tapal_Kuda Diakses 30
November 2019
http://docplayer.info/52799869-Pengaruh-bahasa-madura-dan-bahasa-
jawa-terhadap-bahasa-masyarakat-kabupaten-jember.html Diakses 30
November 2019
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/download/12749/69
20/ Diakses 30
November 2019
https://s3pbi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/Adenasry-
Avereus-Rahman.pdf Diakses 3
Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai