DI SUSUN OLEH:
Ni Nyoman Putri Purnamasari (27)
Ni Putu Eliza Pradnya Dewi (30)
GURU PEMBINBING:
Ni Nyoman Sugiarti,S Pd
OM SWASTIASTU
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
asung kerta waranugraha beliaulah penulis dapat diselesaikan tugas karya ilmiah yang
berjudul TARI TELEK dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk membahas mengenai salah satu tarian yang ada di bali,
dengan tujuan dapat memberikan gambaran mengenai tarian ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini. Paper ini sudah diusahakan secara maksimal, tetapi penulis
menyadari sepenuhnya bahwa apa yang penulis sajikan ini jauh dari sempurna, mengingat
kemampuan penulis yang terbatas. Untuk itu semua saran dan kritik yang bertujuan untuk
membangun sangat penulis harapkan. Dan semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN...........................................................................................................2
1.4 MANFAAT PENULISAN.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
2.1 SEJARAH TARI......................................................................................................................4
2.2 PERKEMBANGAN TARI......................................................................................................7
2.3 FUNGSI TARI.........................................................................................................................7
2.4 RAGAM GERAK TARI.........................................................................................................7
2.5 BUSANA/KOSTUM TARI...................................................................................................10
2.6 MUSIK PENGIRING TARI.................................................................................................14
BAB III...............................................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................................16
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................................16
3.2 SARAN...................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sampai saat ini Tari Telek masih ada yang menarikan seperti di desa Jumpai yang
masih menggunakan Tari Telek sebagai pelengkap pada saat melakukan upacara keagamaan.
Namun di daerah-daerah lain jarang terlihat orang-orang yang menarikan tarian ini, karena
seperti yang kita ketahui kini sudah banyak tari kreasi baru yang menghiasi dunia kesenian di
Bali. Tari Telek ini masih memiliki banyak keunikan, namun tidak banyak masyarakat yang
mengetahuinya.
Hal inilah yag melatar belakangi penulis dalam pembuatan paper ini, yang mana
penulis akan mengulas tentang Tari Telek. Yang di dalamnya akan mengulas mengenai
sejarah, perkembangan, fungsi, gerak, kostm, dan musik iringan yang di gunakan dalam
tarian tersebut. Tari Telek Jumpai ini merupakan tari tradisional masyarakat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain
sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah dari Tari Telek?
2. Bagaimana perkembangan tari Telak?
3. Apa saja fungsi dari tari Telek?
4. Apa saja ragam gerak dari tariTelek?
5. Apa saja busana/kostum yang dikenakan pada saat pementasan tari Telek?
6. Apa saja jenis musik yang dipakai untuk mengiringi tari Telek?
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah dari Tari Telek.
2. Untuk mengetahui perkembangan dari dari tari Telek.
3. Untuk mengetahui fungsi dari tari Telek.
4. Untuk mengetahui ragam gerak dari tari Telek.
5. Untuk mengetahui busana/kostum dari tari Telek yang dikenakan pada saat pementasan
tari.
6. Untuk mengetahui musik pengiring dari tari kidang Telek.
Beberapa manfaat yang bisa diambil dari penulisan paper ini adalah :
1. Menambah wawasan siswa mengenai sejarah Tari Telek
2. Menambah wawasan siswa mengenai perkembangan dari Tari Telek
3. Menambah wawasan siswa mengenai fungsi dari Tari Telek
4. Menambah wawasan siswa mengenai ragam gerak dari Tari Telek
5. Menambah wawasan siswa mengenai busana/kostum dari Tari Telek
6. Menambah wawasan siswa mengenai musik pengiring yang mengiringi Tari Telek
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH TARI
Tari Telek yang merupakan salah satu jenis tari tradisional, dimana asal usulnya tidak
diketahui secara pasti, hal ini disebabkan oleh kurangnya data yang mengungkapkan asal
mula tarian ini. Namun saat ini baru Tari Telek Anak Anak di Desa Jumpai yang di ketahui
sejalah terciptanya tarian. Tetapi informasi yang didapat didapat masih akan dibandingkan
dengan sumber-sumber literatur yang ada kaitannya dengan Tari Telek di Bali. Yang nama
sejarah dari Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai itu sendiri adalah di awali dari penemuan
kayu yang terdampar (kampih) oleh I Sweca alias Nang Turun di pantai dan sudah
berbentuk calonan (sebuah kayu yang belum berwujud) Rangda. Sambil membawa pahat
dan temutik (pisau peraut kayu), Nang Turun membawa kayu tersebut sambil menggembala
sapi. Ketika itu, cuaca sangat panas dan ia pun berteduh di Pura Dalem Kekeran. Semasih ia
sadar, ia mendengar suara “tempe kai” (tirulah aku) dan datang suatu bayangan berwujud
Rangda. Dengan segera ia meniru bayangan tersebut, baru selesai wajahnya dan belum
bertelinga, bayangan Rangda itu sudah menghilang, sehingga perwujudan Rangda sampai
sekarang tidak ada telinganya. Oleh karena tapel tersebut dianggap terlalu besar setelah
selesai dibuat oleh Nang Turun dan memiliki kekuatan magis yang terlalu besar (misalnya
saat dipentaskan/mesolah aura magis daritapel tersebut menimbulkan pagar-pagar rumah
masyarakat di sekitar tempat pementasan roboh), atas petunjuk seorang yang kesurupan
dibuatlah tapel yang baru dengan meminta ijin pada penunggu pohon Pole ke setra Akah dan
membawa sesajen. Namun, sebelum itu, pada suatu masa di Desa Jumpai mengalami wabah
penyakit hingga rakyat yang berjumlah 800 orang tinggal 300 orang. Karena banyak yang
mati dan ada pula yang meninggalkan desa mengungsi ke Badung, Seseh, dan
Semawang, banjar menjadi menciut dari 5 banjar menjadi 2 banjar. Saat itu, masyarakat Desa
Jumpai menganggap kejadian tersebut diakibatkan oleh daya magis yang ditimbulkan oleh
Rangda, Barong, dan Telek yang setiap mesolah menggunakan tapel yang dibuat oleh Nang
Turun dari kayu yang ditemukan di tepi pantai. Kemudian, oleh masyarakat Desa
Jumpai tapel-tapel tersebut dihanyut kembali ke pantai. Akan tetapi, tapel-tapel tersebut
datang kembali diusung oleh mahkluk halus (gamang) ditempatkan di pinggir pantai lagi.
Berselang beberapa hari, tapel-tapel tersebut ditemukan oleh sekelompok masyarakat Desa
Jumpai di pinggir pantai. Selanjutnya, masyarakat Desa Jumpai meyakini bahwa tapel-
tapel tersebut memang untuk Desa Jumpai dan masyarakat menyimpannya di Pura Dalem
Penyimpenan (sampai sekarang). Oleh karena tapel tersebut terlalu besar daya magisnya,
maka atas kesepakatan tetua-tetua di Desa Jumpai dibuatkanlah tapel baru lagi dengan fungsi
yang sama, yaitu menghindari Desa Jumpai dari wabah penyakit. Adapun yang
4
membuat tapel-tapel tersebut (Barong, Rangda, dan Telek) bernama Kaki Patik bersama
Tjokorda Puri Satria Kanginan. Upacara pamlaspas dipimpin oleh Ida Pedanda Gde Griya
Batu Aji yang berasal dari Puri Satria dan diselenggarakan di Desa Akah. Pada saat itu pula,
selesai dibuat tapel Barong, Rangda, dan Telek secara bersama untuk di Desa Akah dan untuk
di Desa Muncan dengan warna tapel yang berbeda-beda (Desa Akah warna tapelnya putih,
Desa Muncan berwarna hitam, dan Desa Jumpai berwarna Merah), sehingga kini Bhatara
Gde di Desa Akah dan di Desa Jumpai dianggap mesemeton (bersaudara).
Seperti yang telah diuraikan di atas, maka jelaslah bagaimana proses terjadinya Telek.
Akan tetapi, dalam penjelasan tersebut tidak disebutkan kapan peristiwa itu terjadi. Demikian
pula halnya dengan mula pertama timbulnya Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai yang
sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Informasi yang dapat dikumpulkan selama
penelitian, bahwa Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai sudah ada begitu saja atau sudah
diwarisi secara turun temurun. Tetapi, informasi yang diinginkan adalah sedapat mungkin
diperoleh data menyangkut perkembangan tarian ini. I Wayan Marpa mengatakan, bahwa
Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai diperkirakan mulai berkembang sekitar tahun 1935
sampai sekarang. Tarian ini dipentaskan 15 hari sekali, yaitu setiap rahinan Kajeng Kliwon,
dan setiap ada upacara piodalan di pura yang ada di lingkungan Desa Jumpai. Tari Telek ini
biasanya dibawakan oleh 4 orang penari dan penarinya boleh laki-laki ataupun prempuan,
yang terpenting masih anak-anak. Jenis tari wali ini merupakan warisan leluhur yang pantang
untuk tidak dipentaskan di lingkungan setempat. Warga setempat meyakini pementasan Telek
sebagai sarana untuk memohon keselamatan dunia, khususnya di wilayah desa adat setempat.
Jika Tari Telek tidak dipentaskan oleh masyarakat setempat, dipercaya akan dapat
mengundang datangnya merana (hama-penyakit pada tanaman dan ternak), sasab (wabah
penyakit pada manusia), serta marabahaya lainnya yang dapat mengacaukan keharmonisasian
dunia. Untuk menghindari bencana yang menimpa desa tersebut, maka dengan kesepakatan
masyarakat Desa Jumpai diadakanlah pementasan Tari Telek Anak-Anak dengan Barong Ket
yang merupakan sesuhunan Desa Jumpai. Sejak itu kematian semakin berkurang. Pementasan
Telek di Desa Jumpai sempat terputus beberapa tahun sebelum Gunung Agung meletus
hingga tragedi G-30-S/PKI pecah. Dua tragedi besar itu sempat menghancurkan kedamaian
masyarakat di seluruh Bali. Guna mengembalikan kedamaian tersebut, para tetua di Desa
Jumpai sepakat menggelar serangkaian upacara tolak bala, salah satunya menghidupkan
kembali kesenian Telek yang mereka yakini sebagai sarana memohon keselamatan dunia-
akhirat. Desa Jumpai sekarang, terbagi menjadi 2 banjar, yaitu Banjar Kangin dan Banjar
Kawan. Dua banjar tersebut secara bergiliran mementaskan Tari Telek, namun di masing-
masing banjar memiliki tapel Telek dan para penari Telek. Setiap kali Telek dipentaskan,
seluruh warga dipastikan menyaksikannya sekaligus memohon keselamatan kepada Ida Sang
Hyang Widhi.
5
Tari Telek ini dibawakan oleh empat penari yang boleh ditarikan oleh laki-laki
ataupun wanita yang masih berusia anak-anak sampai memasuki masa truna bunga (akil balik
kira-kira berusia 6 tahun sampai 12 tahun). Keempat penari itu memakai topeng berwarna
putih dengan karakter wajah yang lembut dan tampan serta diiringi Tabuh Bebarongan. Baik
di Banjar Kangin maupun Banjar Kawan, tarian ini tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa
dirangkaikan dengan Tari Jauk, Tari Topeng Penamprat, Bhatara Gede (Barong), Rarung dan
Bhatara Lingsir (Rangda). Seluruh unsur tarian itu berpadu membangun satu-kesatuan cerita
yang utuh dengan durasi sekitar dua jam. Akhir pertunjukan diwarnai dengan
atraksi narat/ngunying yaitu menusukkan keris ke dada yang bersangkutan maupun ke dada
Bhatara Lingsir.
Adapun cerita yang dipergunakan dalam pertunjukan ini, sebagai berikut. Diceritakan
bahwa Bhatari Giri Putri turun ke bumi untuk mencari air susu lembu, untuk suaminya,
Bhatara Çiwa, yang berpura-pura sakit. Bhtara Çiwa ingin menguji keteguhan hati istrinya.
Di bumi Bhatari Giri Putri bertemu dengan seorang pengembala lembu yang sedang memerah
susu, lalu beliau mendekatinya dan meminta air susu lembunya untuk obat suaminya. Si
pengembala akan memberinya apabila Bhatara Giri Putri mau membalas cinta asmaranya dan
Bhatara Giri Putri menyetujuinya. Sebenarya si pengembala tersebut adalah Bhatara Çiwa
sendiri yang ingin menguji kesetiaan istrinya. Setelah air susu lembu diperolehnya, lalu
dihaturkan kepada Bhatara Çiwa, tetapi Bhatara Çiwa ingin menguji air susu tersebut dengan
memasang nujumnya yang dilakukan oleh Bhatara Gana. Ternyata air susu tersebut didapat
dengan jalan mengorbankan dirinya (berbuat serong). Seketika itu juga Bhatara Çiwa marah
dan membakar lontar nujumnya. Bhatara Çiwa lalu mengutuknya menjadi Durga dan tinggal
sebagai penghuni kuburan yang bernama Setra Ganda Mayu dengan hambanya yang bernama
Kalika. Sang Hyang Kumara yang masih kecil ditinggal oleh ibunya, Bhatara Giri Putri,
menangis kehausan. Bhatara Çiwa lalu mengutus Sang Hyang Tiga untuk mencari ibunya ke
bumi. Pertama, turunlah Sang Hyang Wisnu dengan berubah menjadi Telek menyebar ke
empat penjuru, tetapi tidak menemukannya. Kedua, turunlah Sang Hyang Brahma yang
berubah bentuk menjadi Jauk Penamprat yang juga tidak menemukannya. Terakhir, turunlah
Sang Hyang Iswara yang berbentuk Banaspati Raja (Barong). Karena dekat dengan Setra
Ganda Mayu, maka beliau melihat Kalika sedang bersemedi. Kemudian Kalika dikoyak-
koyak maka timbul marahnya, dan terjadilah perang antara Kalika dengan Barong (Bhatara
Iswara). Akhirnya Kalika kalah, lari menuju Bhatara Durga untuk melaporkannya. Pada saat
itu Durga berbentuk Rangda, sehingga terjadilah pertempuran antara Barong dengan Rangda
dan kemenangan ada pada Rangda.
6
2.2 PERKEMBANGAN TARI
Meskipun kita sudah mengetahui bahwa sekarang ini sudah banyak tercipta tari kreasi
baru, namun Tari Telek sendiri yang sudah tercipta cukup lama, hingga sekarang masih ada
juga yang menarikannya. Seperti yang terlihat di Desa Jumpai, Klungkung , sampai
sekarang ini masyarakat di desa tersebut masih mempercayai bahwa Tari Telek itu
sendiri mampu menangkal berbagai wabah penyakit muncul di desa tersebut. Tarian ini
ditarikan setiap 15 sekali dan ditarikan pada setiap rainan Kajeng Kliwon dengan penari yang
berjumlah empat orang anak-anak laki-laki atau perempuan. Dari uraian tersebut dapat
dikatakan bahwa hingga saat ini Tari Telek masih berkembang di daerah-daerah
tertentu,walaupun jarang terlihan dan sedikit orang yang mengetahuinya.
2.3 FUNGSI TARI
Menurut Keputusan Seminar Seni Sakral dan Provan Bidang Seni Tari memutuskan,
bahwa tari-tarian Bali dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, antara lain :
7
Gerakan ini banyak dipergunakan pada tari Telek yaitu pada saat sikap berdiri yang
sesuai dengan karakter yang dibawakan, dan dikenal dengan adanya agem kanan
dan agem kiri. Agem kanan dari Tari Telek adalah posisi tangan kanan sejajar
mata ngepel kipas, sedangkan tangan kiri sirang susu, pandangan ke depan, kaki tapak
sirang renggang kira-kira dua genggam tangan. Begitu pula sebaliknya
dengan agem kiri.
Nyalud :
Gerakan tangan ke samping bawah dengan posisi tangan ngemudra.
Nyeregseg ngembat :
Gerakan kaki dengan langkah ke samping cepat dan bisa digerakan ke segala arah.
Posisi tangan, satu sirang susu dan satu lagi ngembat.
Aras-arasan :
Gerakan leher ke kanan da ke kiri mulai dengan lambat kemudian cepat. Mearas-
arasan menurut I Made Santa selaku koordinator Tari Telek Anak-Anak ini adalah
sama dengan pengipuk, yaitu ekspresi cinta yang diungkapkan melalui tarian atau
gerak tari.
Ngeliput :
Pegangan kipas di ujung jari tangan (nyungsung) dengan gerakan yang bernama utul-
utul, yaitu pergelangan tangan diputar.
Malpal :
Gerakan berjalan menurut mat atau kajar dalam suatu lagu gamelan. Dalam gerakan
ini jatuhnya kaki tetap tapak sirang pada. Begitu pula gerakan malpal yang terdapat
pada Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai.
Ulap-ulap :
Posisi lengan agak menyiku dengan variasi gerak tangan seperti memperhatikan
sesuatu.
Ngumbang :
Gerakan berjalan pada tari dengan jatuhnya kaki menurut matut gending atau
pukulan kajar. Ngumbang ada 2 macam yaitu, ngumbang
ombak segaradan ngumbang luk penyalin. Ngumbang ombak segara adalah
berjalan ke depan, ke belakang dengan posisi badan ngeed (rendah) dan kelihatan
seperti ombak segara. Sedangkan ngumbang luk penyalin adalah berjalan
membentuk seperti garis lengkung kanan dan kiri, kelihatan seperti lengkungan rotan.
Begitu pula dengan ngumbang yang terdapat pada Tari Telek yaitu ada ngumbang
ombak segara dan ngumbang luk penyalin.
Gerakan kambing buang :
8
Gerakan ini seperti gerakan ngitir yaitu, dilakukan lebih cepat dari ngegol, dilakukan
di tempat dengan posisi tangan kiri ngembat, sedangkan tangan kanan ngepel kipas.
Gerakan ini berpusat pada lutut yang bergetar.
Gerakan ngotes oncer gelungan
Gerakan angkih-angkih :
Pepeson (pembukaan)
Setelah diawali dengan tabuh pembukaan, munculah 4 orang penari Telek Anak-Anak
dengan gerakan malpal atau berjalan menyilang, tangan kanan memegang
kipas ngeliput, tangan kiri sirang susu.
Kemudian mengambil tempat masing-masing yaitu dibagian depan 2 orang penari,
dan bagian belakang 2 orang penari, dengan gerakan agem kanan, mengatur nafas,
diikuti kipekan dan sledet, dan dilanjutkan dengan agem kiri yang gerakannya sama
seperti agem kanan. Gerakan ini dilakukan 2 kali berturut-turut.
Pengawak (isi)
Nyregseg bersama-sama ke kanan dan ke kiri 4 kali, agem kanan diteruskan dengan
berjalan kemudian bertukar tempat lalu melakukan gerakan kambing
buang atau ngitir, kemudian nyregseg lagi, dilanjutkan dengan agem kanan.
Mearas-arasan, yaitu 2 orang penari jongkok dan penari lainnya berdiri. Ini dilakukan
secara bergantian.
Pekaad (penutup)
Kemudian para penari Tari Telak Anak Anak ini mencari tempat semula dan duduk
dengan kipas ngeliput. Maka datanglah 2 orang Panamprat, yang melakukan
gerakan agem kanan, agem kiri, opak lantang, berjalan malpal, kemudian penari
Telek bangun Malpal menjadi satu baris menghadap ke belakang
9
Setelah itu, 2 penari Telek nyregseg ke kanan dan 2 orang penari lainnya ke kiri. Ini
dilakukan bergantian dengan gerakan ngeliput, tangan kiri sirang susu, dan penari
atau Penamprat pulang, dan berakhirlah Tari Telek Anak-Anak ini.
2.5 BUSANA/KOSTUM TARI
Kostum atau busana adalah segala perlengkapan pakaian dalan tari Bali. Busana
merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam tari Bali. Secara umum busana
mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut :
Adapun busana yang digunakan oleh penari Telek pada saat pementasannya adalah
antara lain sebagai berikut :
A. Hiasan Kepala
Udeng putih
10
Udeng yang dipakai saat pementasan adalah selembaran kain berwarna putih yang
berukuran 1 meter berbentuk persegi dan berfungsi sebagai penutup kepala.
B. Hiasan Badan
Hiasan badan adalah yang digunakan untuk menutupi badan bagian bawah, yaitu terdiri
dari :
Celana Putih
Celana putih, yaitu celana panjang dengan warna putih yang gunanya untuk menutupi
badan bagian bawah.
Baju Putih
11
Gelang Kana
Gelung kana, hiasan pada pergelangan tangan yang terbuat dari kulit dan dicat prada.
Badong
Badong, hiasan pada leher yang bentuknya bundar, dibuat dari kain beludru yang
dihiasi dengan batu-batu manik (mute).
Awiran
Awiran, hiasan yang berjurai-jurai berwarna-warni dan digantungkan pada badan dan
juga di bawah keris.
12
Lamak
Lamak, hiasan depan yang dibuat dari kain yang berwarna-warni dan dihiasi dengan
bermacam-macam warna mute.
Stewel
Stewel, hiasan untuk membalut celana atau jaler dari bawah lutut samapai pada
pergelangan kaki.
Kipas
Perlengkapan yang dibawa oleh penari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai adalah kipas,
yang terbuat dari kain yang diprada, beruas-ruas dari bambu, yang berfungsi sebagai
properti atau perlengkapan busana.
13
Tapel sana awiran yang sangat sederhana
Tapel, merupakan benda penutup wajah yang disebut juga topeng. Tapel Telek di
Desa Jumpai terbuat dari kayu dan dicat berwarna putih yang banyaknya 4 buah. Tapel
Telek Junpai berbentuk tapel putri halus dengan warna putih untuk menunjukkan karakter
halus.
14
Bebarongan memakai gender rambat sebagai pengganti trompong tersebut.
Instrumentasi Tabuh Bebarongan terdiri dari gender rambat, kempur, gangsa, klenang,
kendang, kemong, penyacah, jegogan, dan rincik. Sedangkan repertoire
dari gamelan Bebarongan mengambil lagu-lagu Semar Pegulingan, seperti Tabuh
Gari, Jagul, Perong, Lasem, Bapang, dan Pelayon. Gamelan Tabuh Barungan yang
mengiringi tari Telek terdiri dari beberapa instrumen, yaitu:
1 buah kempur
1 buah kempiung
1 buah kendang wadon
buah suling bebarongan
Suling berfungsi sebagai pemanis lagu dan dimainkan juga secara improvisasi pada
bagian tertentu struktur bapang barong maupun pada bagian lainnya.
1 buah gong
2 tungguh gangsa
2 tungguh jublag
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa Indonesia adalah Negara
Kepulauan yang memiliki banyak kebudayaan serta kesenian yang beranekaragam yang patut
kita jaga dan kita lestarikan.Tari Telek merupakan tari tradisional yang berasal dari daerah
Bali dan masih berkembang sampai saat ini. Tarian ini ditarikan oleh empat orang anak yang
diperuntukkan sebagai tari Bebali, karena memiliki fungsi sebagai pengiring upacara di pura-
pura serta pada umumnya membawakan lakon. Sejarah tari ini diawali dari penemuan kayu
yang terdampar (kampih) oleh I Sweca alias Nang Turun di pantai dan sudah
berbentuk calonan (sebuah kayu yang belum berwujud) Rangda. Dan dengan pahat dan
temutinya, dibentuklah sebuah topeng yang berbentuk rangda tanpa telinga. Tari Telek
ditarikan setiap 15 hari sekali tepatnya pada rahinan kajeng kliwon, yang diiringi dengan
gamelan tabuh Bebarongan. Busana-busana yang dikenakan pada saat
pementasan berupa gelungan, udeng putih, celana putih, baju putuh, gelang kana, badong,
awiran, lamak, stewel. Tapel awiran sana yang sangat sederhana, dan membawa kipas.
3.2 SARAN
Mengingat sekarang ini semakin banyak kesenian-kesenian yang muncul akibat dari
perkembangan global, maka melalui tulisan ini dapat disarankan :
1. Kita sebagai generasi penerus bangsa wajib menjaga, selalu mengagumi, dan
mempunyai apresiasi serta orientasi tentang karya seni yang telah kita miliki ekarang.
2. Kita harus menjaga serta lebih peduli terhadap kesenian Indonesia, khususnya kesenian
Bali.
3. Pemerintah harus lebih tegas dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan atau
kesenian Indonesia dengan membuat Undang-Undang.
4. Kelangsungan Kebudayaan Indonesia sangat bergantung kepada masyarakat itu
sendiri. Warga Negara bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan budaya
Indonesia agar tetap utuh dan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
17