SMA N 1 GIANYAR
GIANYAR
TAHUN 2022/2023
2
Pulau Bali memiliki aneka raga jenis kesenian, mulai seni pertunjukan
hingga seni yang bersifat sakral. Di Pulau Bali juga terdapat berbagai macam
destinasi yang dapat dikunjungi, salah satunya adalah Nusa Lembongan di
Kabupaten Klungkung. Nusa Lembongan ini tidak hanya terkenal dengan wisata
baharinya yang memukau. Tetapi juga keseniannya yang unik, dan selalu menjadi
incaran wisatawan hingga mancanegara. Satu kesenian yang sangat terkenal di
Nusa Lembongan adalah Tari Sanghyang Jaran. Namun sayangnya tidak semua
masyarakat setempat mengetahui sejarah ataupun asal usul keberadaan tarian ini.
Bahkan Sebagian masyarakat setempat kadang kala hanya menyaksikan dan
menikmati pementasan tari ini tanpa tau maknanya tersendiri.
kerauhan ini ditarikan di dalam keadaan tidak sadarkan diri (intrance), dan hanya
diiringi dengan nyanyian-nyanyian atau vocal saja.
Tarian ini merupakan suatu tarian sakral yang berfungsi sebagai pelengkap
upacara untuk mengusir wabah penyakit yang sedang melanda suatu desa atau
daerah. Menurut saya pribadi selaku penulis essay ini, saya mempercayaai
pernyataan tersebut, karena meningat tarian ini merupakan tarian sakral dan
masyarakat kita pun mempercayai kebenarannya. Bagaimana tidak, ini merupakan
tradisi dan sekaligu sebuah peninggalan yang memang seharusnya kita jaga dan
lestarikan. Selain untuk mengusir wabah penyakit, tarian ini juga digunakan
sebagai sarana pelindung terhadap ancaman dari kekuatan magi hitam (black
magic). Tari Sanghyang jaran juga merupakan warisan budaya Pra-Hindu yang
dimaksudkan sebagai penolak bahaya, yaitu dengan membuka komunikasi
spiritual dari warga masyarakat dengan alam gaib. Tarian ini dibawakan oleh
penari putri maupun putra dengan iringan paduan suara pria dan wanita yang
menyanyikan tembang-tembang pemujaan.
Dikisahkan, Ida Pedanda Gede Punia yang berasal dari Kabupaten Bangli
tidak diharapkan berada di tanah kelahirannya tersebut. Raja Bangli membuang
Ida Pedanda Gede Punia ke Pulau Nusa Penida. Namun setibanya di Nusa Penida,
Ida Pedanda Gene Punia ini ternyata tidak diterima di Pulau Nusa Gede (penida),
ia pun lalu berlayar hingga ke Pulau Nusa Lembongan.
Tari Sanghyang Jaran di Nusa Lembongan agak berbeda dari tarian serupa
di wilayah lain Pulau Bali. Tidak menggunakan gamelan yang dinamis seperti tari
Bali pada umumnya. Penari pun menari diiringi oleh kidung. Semakin cepat
kidung dialunkan, maka semakin cepat pula gerakan para penari. Para penari ini
menunggangi properti menyerupai kuda, lengkap dengan lonceng di kaki mereka.
Para penari biasanya menari dengan mata terpejam. Seperti orang kesurupan
(Trance), mereka menari sembari menginjak serabut kelapa yang dibakar.
5
Setelah adanya persebaran akan tari Sanghyang Jaran ini, nampaknya tidak
semua dapat dilestarikan dengan baik. Bagaimana tidak, covid 19 menjadi salah
satu alasan utama dalam ketidakpenerapaanya, karena di beberapa wilayah hasil
persebaran tarian ini, tidak dapat melaksanakan atau melanjutkan tarian ini akibat
maraknya covid 19 dan ketatnya PPKM. Menurut saya sendiri dengan adanya
tujuan dari ditarikannya tarian ini yaitu pengusir wabah penyakit, seharusnya tari
Sanghyang Jaran tetap bisa dilaksanakan. Tetapi pemerintah tetap tidak
memberikan izin atas pelaksanaan tarian ini. Berbeda dengan sekarang, di
beberapa wilayah lainnya justru sudah mulai untuk membangkitkan kembali
kebudayaan kita satu ini terkhususnya oleh beberapa kelompok seniman dan
budayawan di Bali. Mereka terus berusaha untuk mempromosikan dan
mengambangkan tarian ini agar tetap hidup dan bisa dinikmati oleh generasi
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Antara, W. (2022). Sejarah Tari Sanghyang Jaran Khas Nusa Lembongan Bali. Gianyar:
IDN TIMES .
Suputra, E. M. (2019). Sang Hyang Jaran Sebagai Sesari, Ada Sejak 1894 Masehi.
Semarapura: TRIBUN-BALI.COM.