Anda di halaman 1dari 2

dharmawacana Siwaratri

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Shang
Hyang Widhi Wasa karena berkat asung kerta warawnugraha beliau kita semua dapat
berkumpul bersama untuk merayakan hari raya Sivaratri. Saya juga mengucapkan
terimakasih kepada guru-guru dan teman-teman atas kesempatannya saya diberikan
kesempatan untuk berbicara sedikit mengenai hari Sivaratri. Tapi sebelum saya mulai
bercerita ijinkan saya untuk mengaturkan pangajali umat Om Swastiastu.

Baik saya akan memulainya dengan makna kata Sivaratri, kata ratri berarti malam
karena itu Sivaratri berarti malam Siva. Kalau ditinjau dari asal katanya, Siva berarti
baik hati, suka memaafkan, memberi harapan dan membahagiakan. Dalam hal ini
dimaksudkan sebagai gelar kehormatan Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya
sebagai pelebur segala yang patut dilebur untuk mencapai kesucian atau kesadaran
diri. Dengan demikian Sivaratri adalah malam untuk melebur kegelapan hati menuju
jalan yang terang. Ada sebuah cerita yang berkaitan dengan hari Sivaratri, cerita
tersebut terdapat pada Kakawin Sivaratri Kalpa yang dikarang oleh Epu Tanakung.
Mengenai cerita tersebut saya rasa semuanya pasti sudah tau bagaimana cerita
tersebut jadi saya tidak akan menceritakanya kembali,tapi saya akan membahas
mengenai beberapa filosofi yang ada pada cerita tersebut.
1 Makna kata Lubdhaka: kata Lubdaka dalam bahasa sansekerta berarti pemburu.
Bukankah semua orang dikatakan pemburu? Ada yang berburu dharma ada yang
berburu artha, dan ada pula yang berburu kama. Secara umum pemburu dikataka
sebagai orang selalu mengejar buruan, yaitu binatang(sattwa). Kata sattwa berasal dari
kata sat yang artinya inti yang mulia atau hakekat, sedangkan twa berarti sifat. Sattwa
berarti sifat inti atu hakekat, Dengan demikian nama Lubdhaka melukiskan orang
yang selalu mengejar atau mencari inti hakekat yang mulia.
2 Makna binatang buruan: binatang yang diburu Lubdhaka,meliputi gajah, badak, dan
babi hutan. Gajah dalam bahasa sansekerta berarti asti, yang mengandung makna
astiti bhakti. Badak atau warak mengandung makna tujuan sedangkan babi atau
waraha mengandung makna wara nugraha. Dengan demikian ketiga binatang buruan
tersebut mengandung makna bahwa si Lubdhaka dengan pikirannya yang dijiwai oleh
budhi sattwam senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang didasari astiti bhakti
dengan tujuan untuk mendapatkan waranugraha dari Sang Hyang Siva.
3 Makna takut jatuh dan memetik daun bila: secara filosofis takut jatuh diartikan takut
mengalami renkarnasi. Menurut konsepsi reinkarnasi, kehidupan terjadi dari
kejatuhan sorgacyuta atau dari nerakacyuta. Kedua model kejatuhan ini akan
menentukan kwalitas hidup manusia yang terlahir. Atas dasar itu, neraka atau sorga
bukanlah tujuan akhir dari atma. Tapi yang menjadi tujuann adalah moksa. Daun bila
yang dilempaarkan oleh si Lubdhaka mempunyai makna tujuan. Dengan memetik dan
melemparkan dau bila sebanyak 108 lembar mengandung makna bahwa kegiatan
introspeksi dilakukan telah mencapai puncak, yaitu bersatu dengan Nya yang
dilambangkan dengan daun bila terjatuh mengenai Siva Lingga.
4 Makna perang Yamabala dan Ganabala: secara filosofis badan manusia dipandang
sebagai medan pertempuran. Badan adalah tempat perjuangan antara sifat keraksasaan
yang dilambangkan dengan Kingkarabala dengan kedewataan yang dilambangkan
dengan Ganabala. Kesadarn diri akan diperoleh jika kita bisa memenangkan sifat-sifat
kedewataan. Keadaan ini akan menjadikan badan sebagai Sivalingga dia akan berubah
dari Manawa menjadi madhawa dan tidak terjerumus menjadi danawa.setelah pasukan
Gana memenangkan pertempuran, roh si Lubdhaka usung oleh para widyadara-
widyadari menuju alam sorga. Kata widya berasal dari kata wid yang berarti
berpengetahuan. Dengan demikian yang menyelamatkan roh si Lubdhaka sebenarnya
adalah ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Demikianlah sedikit cerita yang saya dapat sampaikan. Saya mohon maaf jika ada
kata-kata saya yang salah. Baik saya akhiri dengan paramasanthi Om santhi santhi
santhi Om.

Anda mungkin juga menyukai