BAB II
PEMBAHASAN
1
2.2 tingkatan moksa
1. Jiwa Mukti : kebebasan hidup di dunia , yang mana Atma tidak terpengaruh
oleh indriya dan maya. Dengan demikian jiwa mukti = Surupya
(Sadharmya).
2. Wideha Mukti (Karma Mukti) : kebebasan semasa hidup. Atma telah
meninggalkan badan kasar, dan wasana dari unsur maya tidak kuat lagi
mengikat Atma itu. Kesadaran Atma setara dengan Tuhan, tetapi belum
dapat bersatu karena masih ada imbas dari unsur maya. Dengan demikian
Wideha Mukti = Salokya.
3. Purna Mukti : kebebasan yang tertinggi, dimana Atma telah dapat bersatu
dengan Tuhan. Dengan demikian Purna Mukti = Sayujya.
2
Perbedaan orang yang telah mencapai Jiwa Mukti dengan kalangan masyarakat
biasa adalah : orang yang telah mencapai jiwa mukti dalam hidupnya tidak lagi
terikat pada gelombang kehidupan di dunia ini. Baginya bekerja adalah sebagai
pemujaan kepada Tuhan dan semua hasilnya diserahkan kepada Tuhan. Meraka
memiliki pandangan yang sama terhadap keberhasilan dan kegagalan, terhadap
suka dan duka, cnita kasih kepada seisi alam ini. Sedangkan orang yang biasa
sebaliknya.
1. Bhakti Marga Yoga : menghubungkan diri dengan jalan sujud bhakti dan
cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa
raganya sebagai yajna kepada Ida Sang Hyang Widhi.
3. Jnana Marga Yoga : cara untuk mencapai yoga dengan jalan mempelajari
ilmu pengetahuan dan falsafah pembebasan dari ikatan duniawi .
4. Raja Marga Yoga : jalan mistik (rohani) untuk mencapai moksa. Melalui
jalan ini orang akan lebih cepat mencapai moksa, tetapi tantangan yang
dihadapinyapun semakin berat, yaitu melakukan Tapa dan Brata yang
merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada
dalam diri kita kearah yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci
3
Bagian bagian dari ajaran astangga yoga
4
2.4 Hambatan – Hambatan Mencapai Moksa
5
BAB III
PENUTUP
4.1Simpulan
1. Dharma
2. Mendekatkan diri dengan Ida Shang Hyang Widhi
Wasa
3. Kesucian
4. Catur Marga
3.2 Saran
Keterikatan adalah Moha, kebebasan adalah Moksa,
selama kita masih menderita keterikatan, Moksa tidak mungkin
dapat dicapai. Kadang kita agak sulit melepaskan keterikatan dan
ini memerlukan latihan secara rutin. Untuk mengendalikan Sad
Ripu saja tidak mudah, membutuhkan kesabaran dan ketekunan
dan kita selalu melakukan introspeksi terhadap diri kita sendiri
sampai dimana kita telah melakukan latihan. Apalagi kita akan
melakuan Catur Marga Yoga memang membutuhkan mental yang
tangguh tidak mudah menyerah dan kita harus tahu kemampuan
kita terutama bakat yang dikarunia oleh Yang Widhi Wasa
sehingga dalam melaksanakan salah satu Catur Marga kita tidak
mendapat halangan atau kendala sehingga dengan waktu yang
relatif singkat kita sudah dapat melakukan dengan sempurna
walaupun belum mencapai Moksa tetapi kita sudah rasakan
hasilnya
7