Anda di halaman 1dari 7

TANTANGAN DAN HAMBATAN DALAM MENCAPAI MOKSA

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Moksa

Dasar pokok keyakinan (kepercayaan Agama Hindu atau Hindu Dharma)


ialah Moksa, Kata Moksa berasal dari bahasa Sanskerta, dari urat (akar)
kata Muc, yang berarti: membebaskan, memerdekakan, melepaskan,
mengeluarkan. Dari akar kata Muc, ini. menjadi Mukta (Mukti), Moksa.
Kata Moksa dapat diartikan: kelepasan, kebebasan, kemerdekaan. Pengertian
selanjutnya mengenai Moksa ialah: Kebebasan jiwatma yang mutlak,
kebahagiaan yang kekal abadi tanpa wali duka, kebebasan dari ikatan Karma
dan Samsara, bersatunya antara Atma dengan Brahman (Parama Atma, Sang
Hyang Widdhi).

Ajaran Tutur, Kamoksan ini, sering juga disebut dengan: Kaparamartnan,


Kadhyatmikan, Kalepasan, Kacunyatan. Istilah Moksa disebut juga dengan
beberapa istilah lainnya: Mukti, Moktah, Nirwana (Nibbhana menurut ajaran
Buddha), Mur (Murccha).
Dalam ajaran yang termuat dalam Kitab Suci Hindu antara lain tersebut:
"la yang melihat Aku di mana-mana, dan melihat semua di dalam Aku,
Aku tidak hilang dari dia, dia pun tidak hilang dari Aku". (Bhagawad Gita Bab
IV.30). "Kalau memang dengan keputusan hatinya ia tidak memperdulikan
ikatan-ikatan benda duniawi, ia menikmati kebahagiaan abadi di dunia ini
maupun di dunia baka." (Weda Smreti VI. 80).
Pada kitab suci Weda maupun Smerti terdapat beberapa ungkapan yang
menjelaskan tujuan tertinggi serta terakhir ajaran Hindu. "Moksartham
jagadhitaya ca iti dharmah, yang artinya: Tujuan ajaran Agama Hindu ialah
untuk mencapai Moksa dan kebahagiaan jagat. Ungkapan ini

1
2.2 tingkatan moksa

Moksa dibedakan atas empat jenis, yaitu :


1. Samipya : kebebasan yang dicapai semasa hidupnya di dunia ini karena
beliau telah dapat melepaskan diri dari pengaruh maya, sehingga saat
meditasi beliau mamapu mendengar Wahyu Tuhan. Contoh : Para Yogi dan
Para Rsi
2. Sarupya (Sadharmya): kebebasan yang dicapai semasa hidup, karena
kelahirannya. Kedududkan Atma merupakan pancaran kemaha kuasaan
Tuhan, seperti halnya :Sri rama , Buddha Gautama, Sri Kresna. Walaupun
Atma lelah mengambil suatu perwujudan tertentu namun ia tidak terikat oleh
maya.
3. Salokya : kebebasan yang dicapai oleh Atma, dimana Atma itu sendiri telah
berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Atma telah ,
mencapai tingkatan Dewa yang merupakan menifestasi dari Tuhan.
4.  Syaujya  : kebebasan yang tertinggi dimana Atma telah dapat bersatu
dengan Tuhan, sehigga terwujud “Brahman Atman Aikyam ”, yang artinya
Atma dan Brahman sesungguhnya tunggal.

Istilah lain yang dipergunakan untuk mengklasifikasikan tingkat-tingkat Moksa,


yaitu :

1. Jiwa Mukti : kebebasan hidup di dunia , yang mana Atma tidak terpengaruh
oleh indriya dan maya. Dengan demikian jiwa mukti = Surupya
(Sadharmya).
2. Wideha Mukti (Karma Mukti) : kebebasan semasa hidup. Atma telah
meninggalkan badan kasar, dan wasana dari unsur maya tidak kuat lagi
mengikat Atma itu. Kesadaran Atma setara dengan Tuhan, tetapi belum
dapat bersatu karena masih ada imbas dari unsur maya. Dengan demikian
Wideha Mukti = Salokya.
3. Purna Mukti : kebebasan yang tertinggi, dimana Atma telah dapat bersatu
dengan Tuhan. Dengan demikian Purna Mukti = Sayujya.

2
Perbedaan orang yang telah mencapai Jiwa Mukti dengan kalangan masyarakat
biasa adalah : orang yang telah mencapai jiwa mukti dalam hidupnya tidak lagi
terikat pada gelombang kehidupan di dunia ini. Baginya  bekerja adalah sebagai
pemujaan kepada Tuhan dan  semua hasilnya diserahkan kepada Tuhan. Meraka
memiliki pandangan yang sama  terhadap  keberhasilan dan kegagalan, terhadap
suka dan duka, cnita kasih kepada seisi alam ini. Sedangkan orang yang biasa
sebaliknya.

2.3 Jalan Menuju Moksa

 Catur Marga Yoga : empat jalan/cara untuk menghubungkan diri dan


pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi demi tercapai moksa,
yakni:

1. Bhakti Marga Yoga : menghubungkan diri dengan jalan sujud bhakti dan
cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa
raganya sebagai yajna kepada Ida Sang Hyang Widhi.

2. Karma Marga Yoga : adalah jalan/cara untuk mencapai Moksa dengan


melakukan perbuatan atau kebajikan tanpa pamrih.

3. Jnana Marga Yoga : cara untuk mencapai yoga dengan jalan mempelajari
ilmu pengetahuan dan falsafah pembebasan dari ikatan duniawi .

4. Raja Marga Yoga : jalan mistik (rohani) untuk mencapai moksa. Melalui
jalan ini orang akan lebih cepat mencapai moksa, tetapi tantangan yang
dihadapinyapun semakin berat, yaitu melakukan Tapa dan Brata yang
merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada
dalam diri kita kearah yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci

3
 Bagian bagian dari ajaran astangga yoga

1. Yama : larangan dalam bentuk jasmani :


1. Ahimsa : dilarang membunuh
2. Satya : dilarang berbohong
3. Asteya : dilarang mencuri
4. Brahmacari : dilarang berhubungan sexual
5. Aparigraha : dilarang menerima pemberian orang lain (korupsi)

2. Nyama : larangan yang lebih bersifat rohani, yakni :


1. Sauca : suci lahir batin
2. Santosa : puas dengan apa yang datang
3. Swadhyaya : mempelejari kitab-kitab keagamaan
4. Iswara Pranidhana : selalu bakti kepada Tuhan
5. Tapa : tahan uji

3. Asana : sikap duduk yang menyenangkan, teratur dan disiplin.


4. Pranayama : pengaturan nafas.
5. Pratyahara : mengontrol dan mengendalikan indria.
6. Dharana : berusaha menyatukan pikiran dengan sasaran yang diinginkan.
7. Dhyana : pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada satu
objek.
8. Samadhi : penyatuan Sang Atma dengan Brahman.

4
2.4 Hambatan – Hambatan Mencapai Moksa

Mencapai moksa sungguh tidaklah mudah, banyak terdapat


hambatan dan rintangan diantaranya :
1. Masih melekatnya karma wesana dalam jiwatman.
2. Karena terbelenggu oleh Awidya / kebodohan
3. Karena ikatan subha dan asubha karma
4. Karena guna, rajas dan tamas selalu lebih dominan
5. Citta, Budhi, Manah dan Ahamkara tidak seimbang
6. Belum dapat melaksanakan ajaran-ajaran Catur Asrama
dengan baik dan benar.

Selain itu menjalankan Spiritual dalam kehidupan sehari hari


sering mengalami kendala, banyak pertanyaan yang timbul terutama
generasi muda, apakah kita melakukan kegiatan spiritual harus
mengurangi kegiatan untuk mencari harta yaitu bekerja (karma). Ada
juga yang berpendapat bahwa melakukan kegiatan spiritual sebaiknya
dilakukan setelah MPP (masa persiapan pensiun) disamping banyak
waktu juga tanggung jawab atau kewajiban sudah berkurang. Pada saat
bekerja aktif dimana ada suatu jabatan tidak memungkinkan untuk
melakukan kegiatan spiritual karena disibukkan dengan pekerjaan yang
kadang menyimpang dari Dharma akibat tugas yang membutuhkan
untuk mengambil keputusan sesuai dengan kebutuhan atasan
(manajemen. Pada hal pada saat menjabatlah memanfaatkan kesempatan
untuk menegakkan Dharma yaitu kebenaran, setiap keputusan yang
diambil harus menguntungkan masyarakat banyak. Kadang banyak
orang yang tidak sabar dalam mengumpulkan harta dalam bidang
pekerjaannya dengan mengambil jalan pintas yaitu KKN (korupsi,
kolusi, nepotisme), pada hal dalam mengumpulkan harta tidak harus ber
KKN banyak jalan atau cara yang ditempuh asal mau sabar dan tetap
berlandaskan Dharma.

5
BAB III
PENUTUP

4.1Simpulan

1. Dari pembahasan yang sudah dilakukan didapatkan simpulan


sebagai berikut:

Moksa adalah tujuan akhir umat Hindu. Moksa merupakan


akhir dari punarbhawa, akhir dari lahir dan mati, bersatunya atma
dengan paramatma, kebebasan yang kekal abadi. Bersatunya Atma
dengan Brahman berarti Atma telah mencapai keadaan “Sat Cit
Ananda”, yaitu kebahagiaan yang kekal abadi/ “sukha tan pawali
dukha”.

2. Berdasarkan atas keadaan Atma dalam hubungannya dengan


Paramatma, maka moksa dapat dibedakan menjadi 4 macam
yaitu:
1. Samipya/Jiwan Mukti
2. Sarupya/Sadarmya
3. Salokya/Karma Mukti
4.  Sayugya/Purna Mukti

3. Berdasarkan tingkatannya moksa dapat di bagi menjadi empat


yaitu
1.  Moksa
2.  Adi Moksa
3.  Parama Moksa

Berdasarkan jenisnya moksa dapat di bagi menjadi dua


yaitu;
1.  Wideha Mukta ( Moksa setelah mati )
2.  Jiwa Mukta ( Moksa saat hidup )
6
5. Cara mencapai moksa

1. Dharma
2. Mendekatkan diri dengan Ida Shang Hyang Widhi
Wasa
3. Kesucian
4. Catur Marga

6. Hambatan Mencapai Moksa

1.  Masih melekatnya karma wesana dalam jiwatman.


2.  Karena terbelenggu oleh Awidya / kebodohan
3. Karena ikatan subha dan asubha karma
4. Karena guna, rajas dan tamas selalu lebih dominan
5.  Citta, Budhi, Manah dan Ahamkara tidak seimbang
6. Belum dapat melaksanakan ajaran-ajaran Catur
Asrama dengan baik dan benar.

3.2  Saran
Keterikatan adalah Moha, kebebasan adalah Moksa,
selama kita masih menderita keterikatan, Moksa tidak mungkin
dapat dicapai. Kadang kita agak sulit melepaskan keterikatan dan
ini memerlukan latihan secara rutin. Untuk mengendalikan Sad
Ripu saja tidak mudah, membutuhkan kesabaran dan ketekunan
dan kita selalu melakukan introspeksi terhadap diri kita sendiri
sampai dimana kita telah melakukan latihan. Apalagi kita akan
melakuan Catur Marga Yoga memang membutuhkan mental yang
tangguh tidak mudah menyerah dan kita harus tahu kemampuan
kita terutama bakat yang dikarunia oleh Yang Widhi Wasa
sehingga dalam melaksanakan salah satu Catur Marga kita tidak
mendapat halangan atau kendala sehingga dengan waktu yang
relatif singkat kita sudah dapat melakukan dengan sempurna
walaupun belum mencapai Moksa tetapi kita sudah rasakan
hasilnya
7

Anda mungkin juga menyukai