Anda di halaman 1dari 20

OM Swastyastu

MATERI PELAJARAN

YAJNA DALAM MAHABHARATA

Oleh
I PUTU GIANTARA, S.Ag

SMA N 1 TABANAN

SMASTA
A. Pengertian dan Hakikat Yajna

*Yadnya bila dilihat secara etemologi (dasar kata) dan


secara terminologi (pengertian)

- Secara etemologi kata Yadnya adalah kata dalam bahasa


sansekerta yaitu “yaj” yang artinya memuja,
memepersembahkan, pengorbanan / menjadikan suci.

-Dalam kamus bahasa sansekerta kata yajna diartikan :


upacara korban, orang yang berkorban yang berhubungan dengan
korban (yajna).

- Secara terminologi kata Yadnya adalah segala bentuk


pemujaan atau persembahan dan pengorbanan yang tulus ikhlas
yang timbul dari hati yang suci demi maksud-maksud mulia dan
luhur.
-Sarana (sesajen) yang diperlukan sebagai perlengkapan
sebuah yajna disebut Upakara.

-Tatacara atau rangkaian pelaksanaan suatu Yajna disebut


Upacara.

-Agama Hindu mengajarkan umatnya selalu hidup


harmonis, seimbang, selaras dan saling mendukung.

-Kitab suci Veda mengajarkan umat Hindu dalam


menyampaikan rasa syukur dengan memakai isi alam yakni
bunga, daun, cahaya, air dan buah. Isi alam ini dikemas, ditata
dalam aturan tertentu (yajus) sehingga menjadi sesajen
persembahan (banten).
-Bhagawadgita III.12 menyebutkan, para Dewa akan
memelihara manusia dengan memberikan kebahagiaan. Karena
itu, manusia yang mendapatkan kebahagiaan bila tidak membalas
pemberian itu dengan yadnya pada hakekatnya dia adalah
pencuri.

-Sloka Sri Bhagawan Kresna menyebutkan bahwa orang yang


terlepas dari dosa adalah orang yang makan sisa dari
persembahan atau yadnya. Makanan yang dipersembahkan itu
menjadi Prasadam yang oleh umat hindu dibali disebut
lungsuran.
Didalam melaksanakan Yadnya terdapat tiga unsur yang
saling berkaitan erat, yang disebut dengan istilah “Tri
manggalaning yadnya” yang terdiri dari :

1. Sang Yajamana : orang yang mempunyai atau melaksanakan


kerja atau yadnya tersebut.

2. Sang Widya/Pancagra : Tukang banten (srati)

3. Sang Sdhaka : orang yang memimpin (muput) upacara


tersebut (Sulinggih)
Di lihat dari waktu pelaksanaan Yadnya, maka Yadnya
dapat dibedakan menjadi :

1. Nitya Yadnya adalah Yadnya yang dilaksanakan setiap hari.


contohnya : Tri Sandya, Yadnya sesa (mesaiban/ngejot), jnana
yadnya.

2. Naimitika yadnya adalah yadnya yang dilaksanakan pada waktu-


waktu tertentu yang sudah terjadwal. Berdasarkan perhitungan wara,
wuku dan sasih.

3. Insidental adalah Yadnya yang dilaksanakan atas dasar adanya


peristiwa atau kejadian-kejadian tertentu yang tidak terjadwal dan
dipandang perlu untuk melaksanakan yadnya.
Contohnya seperti upacara ngulapin orang jatuh, yadnya Rsi Gana
Berdasarkan sasaran yang akan diberikan Yajna, maka korban
suci ini di bedakan menjadi lima jenis yaitu ;

A. Dewa Yajna

Yajna jenis ini adalah persembahan suci yang dihaturkan kepada


Sang Hyang Widhi dengan segala manisfestasinya.

-Contoh Dewa Yajna dalam kesehariannya, melaksanakan


puja Tri Sandya.

-Contoh Dewa Yadnya pada hari tertentu adalah


melaksanakan piodalan atau puja wali di pura dan lainnya.
B. Rsi Yajna

Rsi Yajna adalah korban suci yang tulus ikhlas kepada para Rsi.

-Yajna ini dilaksanakan karena para Rsi sudah menuntun


masyarakat dan melakukan puja surya sewana setiap hari,
khusunya dilakukan oleh sulinggih atau pedande atau pendeta
(pandita)
-Upacara Surya Sewana adalah upacara yang dilakukan
pada pagi hari menjelang matahari terbit dengan mengangungkan
nama suci tuhan dalam menyambut matahari terbit.

-Para Rsi adalah orang yang disucikan oleh masyarakat


yang melakukan upacara dwijati disebut Pandita / Pedande,
ekajati disebut Pinandita / Pemangku.
C. Pitra Yajna

Korban suci ini adalah bentuk rasa hormat dan terima


kasih kepada para Pitara atau leluhur karena telah berjasa ketika
masih hidup melindungi kita.
-Contoh upacara dalam bentuk ritual adalah ngaben

-Kata pitra bersinonim dengan pita yang artinya orang


tua.

-Kewajiban setiap orang yang telah dibesarkan leluhur untuk


memberikan persembahan yang terbaik secara tulus ikhlas.

-Betapapun kuat, pintar dan gagahnya seorang anak hendaknya


selalu mampu menunjukkan sujud baktinya kepada orang tua atas
jasanya telah memelihara dan menghidupinya.
D. Manusa Yajna

Manusa yajna adalah pengorbanan untuk manusia, terutama


bagi mereka yang memerlukan bantuan.

-Memahami manusa yajna tidak hanya sebatas


melakukan serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga
membantu orang secara tulus ikhlas juga disebut manusa
yajna.

- Di Bali, upacara manusa yajna tergolong Sarira Samskara


yang artinya peningkatan kualitas manusia.

-Agama Hindu mengajarkan agar dilakukan dari sejak dalam


kandungan seorang ibu.
E. Bhuta Yajna

Upacara Bhuta Yajna adalah korban suci untuk para


Bhuta, yaitu roh yang tidak nampak oleh mata tetapi ada disekitar
kita.
-Tujuan upacara ini ialah untuk mewujudkan bhuta kala
menjadi bhuta hita
-Bhuta Hita artinya mensejahterakan dan melestarikan
alam lingkungan (sarwaprani).

-Upacara Bhuta Yadnya yang lebih cenderung untuk Nyomia atau


mendamaikan atau menetralisir kekuatan-kekuatan negatif agar
tidak mengganggu kehidupan manusia dan bahkan diharapkan
membantu umat manusia.

-Contoh upacaranya adalah mesegeh, macaru, tawur


agung, pancawali krama.
B. Yajna dalam Mahabharata dan Masa Kini

- Pada zaman Mahabharata dikisahkan Panca Pandawa


melaksanakan Yajna Sarpa yang sangat besar pada tingkataan
utamaning utama dan dihadiri seluruh rakyat, Raja negeri tetangga
dan pertapa suci. Seperti biasa setiap tamu dihidangkan berbagai
makanan yang enak-enak. Pada saat Sang Brahmana menyantap
hidangan secara lahap dan tergesa-gesa, berkomentarlah Drupadi
sambil mencela walau jarak nya jauh dengan sang brahmana, namun
bliau dapat mendengarnya, dalam hati Sang brahmana diam, tetapi
batinnya kecewa.
-Dalam ajaran Agama Hindu, disampaikan bahwa apabila
kita melakukan tindakan mencela, maka pahalanya akan dicela dan
dihinakan.
-Drupadi pun menerima penghinaan itu. Terjadinya
penghinaan Drupadi adalah pahala dari perbuatannya yang mencela
Brahmana ketika menikmati hidangan.
-Jadi kalau melaksanakan yajna dimasa kini haruslah tulus
ikhlas, tidak boleh mencela dan tidak boleh ragu-ragu.
C. Syarat-syarat dan aturan dalam pelaksanaan Yajna

1. Sastra : melaksanakan yajna berlandaskan Veda.


2. Sradha : melaksanakan yajna dengan penuh keyakinan.
3. Lascarya : yajna yang dilaksanakan dengan penuh
keikhlasan.
4. Daksina : pelaksanaan yajna dengan sarana upacara (benda,
uang) dan memberikan dana kepada pandita.
5. Mantra, puja dan gita : yajna yang dilaksanakan dengan
melantunkan lagu-lagu suci untuk pemujaan,
wajib ada pandita atau pinandita
6. Nasmita : yajna yang dilaksanakan dengan tujuan bukan
untuk memamerkan kemewahan dan kekayaan
7. Anna Sevanam : yajna yang dilaksanakan dengan
persembahan jamuan makan kepada para tamu yang
menghadiri upacara (atiti yajna)
- Bhagavad Gita XVII.11,12 dan 13 menyebutkan ada tiga kualitas
Yajna yaitu :
1. Satwika Yajna

Satwika Yajna adalah yajna yang dilaksanakan sudah


memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, seperti :
A. Yajna harus berdasarkan sastra dan tradisi yang hidup dan
berkembang dimasyarakat. Yajna harus melalui perhitungan baik dan
buruk.
B. Yajna harus berdasarkan keikhlasan.
Jangan sampai melaksanakan Yajna ragu-ragu dan mengambil
keuntungan dari kegiatan yajna, apabila dilakukan, maka kualitasnya
bukan lagi sattwika namanya.
C. Yajna harus menghadirkan sulinggih yang disesuaikan dengan besar
kecilnya Yajna.
D. Dalam setiap upacara yajna, sang yajamana harus mengeluarkan
Daksina. Daksina adalah dana uang kepada sulinggih atau pinandita
yang muput yajna.
E. Yajna juga sebaiknya menghadirkan suara genta, gong atau
dharmagita. Namun gong dan dharmagita boleh ditiadakan apabila
2. Rajasika Yajna

Rajasika Yajna adalah Yajna yang dilakukan dengan penuh


harapan akan asilnya dan dilakukan untuk pamer saja.

-Apabila Sang Yajamana ada niat untuk memperlihatkan kekayaan


dan kesuksessannya, maka nilai yajna itu menjadi rendah.
( diceritakan dalam Siwa Purana, bahwa Raja Kurewa
melaksanakan yajna hanya untuk memamerkan kekayaannya, dan
beliau mengundang dewa siwa untuk memberkahi yajna tersebut.
Dewa siwa mengetahui niat dari yajna tersebut dan mengutus
anaknya yaitu dewa Gana untuk menghadirinya. Dewa gana pun
memberi pelajaran dengan menghabiskan semua harta benda dan
makanan Raja kuwera tersebut. Raja kuwera pun memohon ampun
atas kesombongannya tersebut. )
-Janganlah melaksanakan yajna berdasarkan niat untuk
memamerkan kekayaan, selain membuat para undangan kurang
nyaman, juga nilai kualitas yajna tersebut menjadi lebih rendah
3. Tamasika Yajna

Tamasika Yajna adalah Yajna yang dilakukan tanpa


mengindahkan petunjuk-petunjuk sastranya, tanpa mantra, tanpa
ada kidung suci, tanpa ada daksina, tanpa disadari oleh
kepercayaan.

-Tamasika Yajna dilaksanakan dengan motivasi agar


mendapatkan untung.
D. Mempraktikan Yajna menurut kitab Mahabharata dalam
kehidupan

Beryadnya bagi umat Hindu adalah wajib hukumnya


walau bagaimana dan dimanapun mereka berada.

-Sesuatu yang dilaksanakannya dengan dilandasi oleh


yajna adalah utama.

-Kasih sayang adalah sikap yang utama bagi yang


melaksanakan ajaran dharma. Dengan membiasaakan hidup
selalu bersahabat sesama makhluk, terbebas dari keakuan dan
keangkuhan, sama dalam suka dan duka serta pemberi maaf.
Daksina dan Pemimpin Yajna

-Daksina ialah sesajen yang dibuat untuk tujuan kesaksian


spiritual.
-Daksina adalah lambang Hyang Guru (Dewa Siwa) dan
karena itu digunakan sebagai saksi Dewata.

-Makna kata Daksina secara umum adalah suatu penghormatan


dalam bentuk upacara dan harta benda atau uang kepadaa pendeta /
pemimpin upacara.
-Persembahan Daksina ini sangat penting dan merupakan salah satu
syarat mutlak agar yajna yang diselenggarakan berkualitas (satwika
yajna).
Ini dikisahkan dalam Mahabharata setelah perang bharatayuda,
pandawa menyelenggarakan upacara Aswamedha yajna yaitu
upacara korban kuda yang berfungsi untuk menyucikan secara ritual
dan spiritual karena dipandang leteh (kotor) sehabis perang. Dan
disana harus ada Daksina untuk yaajna tersebut.
SUKSEMA

Semoga paparan materi Yajna Dalam Mahabharata ini


ada manfaatnya bagi kita semua.
Om santih, santih, santih om

Anda mungkin juga menyukai