*Yadnya bila dilihat secara etemologi (dasar kata) dan
secara terminologi (pengertian)
- Secara etemologi kata Yadnya adalah kata dalam bahasa
sansekerta yaitu “yaj” yang artinya memuja, memepersembahkan, pengorbanan / menjadikan suci.
-Dalam kamus bahasa sansekerta kata yajna diartikan :
upacara korban, orang yang berkorban yang berhubungan dengan korban (yajna).
- Secara terminologi kata Yadnya adalah segala bentuk
pemujaan atau persembahan dan pengorbanan yang tulus ikhlas yang timbul dari hati yang suci demi maksud-maksud mulia dan luhur. -Sarana (sesajen) yang diperlukan sebagai perlengkapan sebuah yajna disebut Upakara.
-Tatacara atau rangkaian pelaksanaan suatu Yajna disebut
Upacara.
-Agama Hindu mengajarkan umatnya selalu hidup
harmonis, seimbang, selaras dan saling mendukung.
-Kitab suci Veda mengajarkan umat Hindu dalam
menyampaikan rasa syukur dengan memakai isi alam yakni bunga, daun, cahaya, air dan buah. Isi alam ini dikemas, ditata dalam aturan tertentu (yajus) sehingga menjadi sesajen persembahan (banten). -Bhagawadgita III.12 menyebutkan, para Dewa akan memelihara manusia dengan memberikan kebahagiaan. Karena itu, manusia yang mendapatkan kebahagiaan bila tidak membalas pemberian itu dengan yadnya pada hakekatnya dia adalah pencuri.
-Sloka Sri Bhagawan Kresna menyebutkan bahwa orang yang
terlepas dari dosa adalah orang yang makan sisa dari persembahan atau yadnya. Makanan yang dipersembahkan itu menjadi Prasadam yang oleh umat hindu dibali disebut lungsuran. Didalam melaksanakan Yadnya terdapat tiga unsur yang saling berkaitan erat, yang disebut dengan istilah “Tri manggalaning yadnya” yang terdiri dari :
1. Sang Yajamana : orang yang mempunyai atau melaksanakan
kerja atau yadnya tersebut.
2. Sang Widya/Pancagra : Tukang banten (srati)
3. Sang Sdhaka : orang yang memimpin (muput) upacara
tersebut (Sulinggih) Di lihat dari waktu pelaksanaan Yadnya, maka Yadnya dapat dibedakan menjadi :
1. Nitya Yadnya adalah Yadnya yang dilaksanakan setiap hari.
contohnya : Tri Sandya, Yadnya sesa (mesaiban/ngejot), jnana yadnya.
2. Naimitika yadnya adalah yadnya yang dilaksanakan pada waktu-
waktu tertentu yang sudah terjadwal. Berdasarkan perhitungan wara, wuku dan sasih.
3. Insidental adalah Yadnya yang dilaksanakan atas dasar adanya
peristiwa atau kejadian-kejadian tertentu yang tidak terjadwal dan dipandang perlu untuk melaksanakan yadnya. Contohnya seperti upacara ngulapin orang jatuh, yadnya Rsi Gana Berdasarkan sasaran yang akan diberikan Yajna, maka korban suci ini di bedakan menjadi lima jenis yaitu ;
A. Dewa Yajna
Yajna jenis ini adalah persembahan suci yang dihaturkan kepada
Sang Hyang Widhi dengan segala manisfestasinya.
-Contoh Dewa Yajna dalam kesehariannya, melaksanakan
puja Tri Sandya.
-Contoh Dewa Yadnya pada hari tertentu adalah
melaksanakan piodalan atau puja wali di pura dan lainnya. B. Rsi Yajna
Rsi Yajna adalah korban suci yang tulus ikhlas kepada para Rsi.
-Yajna ini dilaksanakan karena para Rsi sudah menuntun
masyarakat dan melakukan puja surya sewana setiap hari, khusunya dilakukan oleh sulinggih atau pedande atau pendeta (pandita) -Upacara Surya Sewana adalah upacara yang dilakukan pada pagi hari menjelang matahari terbit dengan mengangungkan nama suci tuhan dalam menyambut matahari terbit.
-Para Rsi adalah orang yang disucikan oleh masyarakat
yang melakukan upacara dwijati disebut Pandita / Pedande, ekajati disebut Pinandita / Pemangku. C. Pitra Yajna
Korban suci ini adalah bentuk rasa hormat dan terima
kasih kepada para Pitara atau leluhur karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita. -Contoh upacara dalam bentuk ritual adalah ngaben
-Kata pitra bersinonim dengan pita yang artinya orang
tua.
-Kewajiban setiap orang yang telah dibesarkan leluhur untuk
memberikan persembahan yang terbaik secara tulus ikhlas.
-Betapapun kuat, pintar dan gagahnya seorang anak hendaknya
selalu mampu menunjukkan sujud baktinya kepada orang tua atas jasanya telah memelihara dan menghidupinya. D. Manusa Yajna
Manusa yajna adalah pengorbanan untuk manusia, terutama
bagi mereka yang memerlukan bantuan.
-Memahami manusa yajna tidak hanya sebatas
melakukan serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga membantu orang secara tulus ikhlas juga disebut manusa yajna.
- Di Bali, upacara manusa yajna tergolong Sarira Samskara
yang artinya peningkatan kualitas manusia.
-Agama Hindu mengajarkan agar dilakukan dari sejak dalam
kandungan seorang ibu. E. Bhuta Yajna
Upacara Bhuta Yajna adalah korban suci untuk para
Bhuta, yaitu roh yang tidak nampak oleh mata tetapi ada disekitar kita. -Tujuan upacara ini ialah untuk mewujudkan bhuta kala menjadi bhuta hita -Bhuta Hita artinya mensejahterakan dan melestarikan alam lingkungan (sarwaprani).
-Upacara Bhuta Yadnya yang lebih cenderung untuk Nyomia atau
mendamaikan atau menetralisir kekuatan-kekuatan negatif agar tidak mengganggu kehidupan manusia dan bahkan diharapkan membantu umat manusia.
-Contoh upacaranya adalah mesegeh, macaru, tawur
agung, pancawali krama. B. Yajna dalam Mahabharata dan Masa Kini
- Pada zaman Mahabharata dikisahkan Panca Pandawa
melaksanakan Yajna Sarpa yang sangat besar pada tingkataan utamaning utama dan dihadiri seluruh rakyat, Raja negeri tetangga dan pertapa suci. Seperti biasa setiap tamu dihidangkan berbagai makanan yang enak-enak. Pada saat Sang Brahmana menyantap hidangan secara lahap dan tergesa-gesa, berkomentarlah Drupadi sambil mencela walau jarak nya jauh dengan sang brahmana, namun bliau dapat mendengarnya, dalam hati Sang brahmana diam, tetapi batinnya kecewa. -Dalam ajaran Agama Hindu, disampaikan bahwa apabila kita melakukan tindakan mencela, maka pahalanya akan dicela dan dihinakan. -Drupadi pun menerima penghinaan itu. Terjadinya penghinaan Drupadi adalah pahala dari perbuatannya yang mencela Brahmana ketika menikmati hidangan. -Jadi kalau melaksanakan yajna dimasa kini haruslah tulus ikhlas, tidak boleh mencela dan tidak boleh ragu-ragu. C. Syarat-syarat dan aturan dalam pelaksanaan Yajna
1. Sastra : melaksanakan yajna berlandaskan Veda.
2. Sradha : melaksanakan yajna dengan penuh keyakinan. 3. Lascarya : yajna yang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan. 4. Daksina : pelaksanaan yajna dengan sarana upacara (benda, uang) dan memberikan dana kepada pandita. 5. Mantra, puja dan gita : yajna yang dilaksanakan dengan melantunkan lagu-lagu suci untuk pemujaan, wajib ada pandita atau pinandita 6. Nasmita : yajna yang dilaksanakan dengan tujuan bukan untuk memamerkan kemewahan dan kekayaan 7. Anna Sevanam : yajna yang dilaksanakan dengan persembahan jamuan makan kepada para tamu yang menghadiri upacara (atiti yajna) - Bhagavad Gita XVII.11,12 dan 13 menyebutkan ada tiga kualitas Yajna yaitu : 1. Satwika Yajna
Satwika Yajna adalah yajna yang dilaksanakan sudah
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, seperti : A. Yajna harus berdasarkan sastra dan tradisi yang hidup dan berkembang dimasyarakat. Yajna harus melalui perhitungan baik dan buruk. B. Yajna harus berdasarkan keikhlasan. Jangan sampai melaksanakan Yajna ragu-ragu dan mengambil keuntungan dari kegiatan yajna, apabila dilakukan, maka kualitasnya bukan lagi sattwika namanya. C. Yajna harus menghadirkan sulinggih yang disesuaikan dengan besar kecilnya Yajna. D. Dalam setiap upacara yajna, sang yajamana harus mengeluarkan Daksina. Daksina adalah dana uang kepada sulinggih atau pinandita yang muput yajna. E. Yajna juga sebaiknya menghadirkan suara genta, gong atau dharmagita. Namun gong dan dharmagita boleh ditiadakan apabila 2. Rajasika Yajna
Rajasika Yajna adalah Yajna yang dilakukan dengan penuh
harapan akan asilnya dan dilakukan untuk pamer saja.
-Apabila Sang Yajamana ada niat untuk memperlihatkan kekayaan
dan kesuksessannya, maka nilai yajna itu menjadi rendah. ( diceritakan dalam Siwa Purana, bahwa Raja Kurewa melaksanakan yajna hanya untuk memamerkan kekayaannya, dan beliau mengundang dewa siwa untuk memberkahi yajna tersebut. Dewa siwa mengetahui niat dari yajna tersebut dan mengutus anaknya yaitu dewa Gana untuk menghadirinya. Dewa gana pun memberi pelajaran dengan menghabiskan semua harta benda dan makanan Raja kuwera tersebut. Raja kuwera pun memohon ampun atas kesombongannya tersebut. ) -Janganlah melaksanakan yajna berdasarkan niat untuk memamerkan kekayaan, selain membuat para undangan kurang nyaman, juga nilai kualitas yajna tersebut menjadi lebih rendah 3. Tamasika Yajna
Tamasika Yajna adalah Yajna yang dilakukan tanpa
mengindahkan petunjuk-petunjuk sastranya, tanpa mantra, tanpa ada kidung suci, tanpa ada daksina, tanpa disadari oleh kepercayaan.
-Tamasika Yajna dilaksanakan dengan motivasi agar
mendapatkan untung. D. Mempraktikan Yajna menurut kitab Mahabharata dalam kehidupan
Beryadnya bagi umat Hindu adalah wajib hukumnya
walau bagaimana dan dimanapun mereka berada.
-Sesuatu yang dilaksanakannya dengan dilandasi oleh
yajna adalah utama.
-Kasih sayang adalah sikap yang utama bagi yang
melaksanakan ajaran dharma. Dengan membiasaakan hidup selalu bersahabat sesama makhluk, terbebas dari keakuan dan keangkuhan, sama dalam suka dan duka serta pemberi maaf. Daksina dan Pemimpin Yajna
-Daksina ialah sesajen yang dibuat untuk tujuan kesaksian
spiritual. -Daksina adalah lambang Hyang Guru (Dewa Siwa) dan karena itu digunakan sebagai saksi Dewata.
-Makna kata Daksina secara umum adalah suatu penghormatan
dalam bentuk upacara dan harta benda atau uang kepadaa pendeta / pemimpin upacara. -Persembahan Daksina ini sangat penting dan merupakan salah satu syarat mutlak agar yajna yang diselenggarakan berkualitas (satwika yajna). Ini dikisahkan dalam Mahabharata setelah perang bharatayuda, pandawa menyelenggarakan upacara Aswamedha yajna yaitu upacara korban kuda yang berfungsi untuk menyucikan secara ritual dan spiritual karena dipandang leteh (kotor) sehabis perang. Dan disana harus ada Daksina untuk yaajna tersebut. SUKSEMA
Semoga paparan materi Yajna Dalam Mahabharata ini
ada manfaatnya bagi kita semua. Om santih, santih, santih om