Anda di halaman 1dari 5

MOKSA

A. Jalan Menuju Moksa


Dalam agama Hindu, diajarkan lima prinsip keyakinan yang disebut Panca Sraddha yaitu
meliputi keyakinan tentang adanya Brahman, Atman, Karma Pala, Punarbhawa, dan Moksa.
Moksa adalah kepercayaan tentang adanya kebebasan yaitu bersatunya antara atman dengan
brahman. Moksa dapat juga disebut dengan Mukti artinya mencapai kebebasan jiwatman atau
kebahagian rohani yang langgeng. Bila seseorang sudah mengalami moksa dia akan bebas dari
ikatan keduniawian, bebas dari hukum karma dan bebas dari penjelmaan kembali (reinkarnasi)
serta dapat mengalami atau mewujudkan Sat, Cit, Ananda (kebenaran, kesadaran, kebahagian).
Umat Hindu percaya akan dapat membebaskan dirinya (pikiran dan perasaannya) dari ikatan
keduniawian, pengaruh suka dan duka yang muncul dari tri guna serta dapat mencapai kelepasan
itu.
1. Tingkatan Moksa
Moksa dapat dicapai oleh semua manusia, baik semasih hidup maupun setelah meninggal
dunia. Dalam ajaran Agama Hindu ada disebutkan beberapa tingkatan-tingkatan moksa
berdasarkan keadaan atma yang dihubungkan dengan Brahman. Adapun bagian-bagiannya
dapat dijelaskan sebagai berikut;
1. Jiwamukti
Atmanya tidak lagi terpengaruh oleh gejolak indria dan maya (pengaruh duniawi).
Keadaan atma seperti ini disamakan dengan samipya dan sarupya.
2. Widehamukti
Atmanya telah meninggalkan badan wadagnya (jasadnya), tetapi rohnya masih terkena
pengaruh maya yang tipis. Tingkat keberadaan atma dalam posisi ini disetarakan dengan
Brahman, namun belum dapat menyatu dengan-Nya, sebagai akibat dari pengaruh maya
yang masih ada. Widehamukti dapat disejajarkan dengan salokya.
3. Purnamukti.
Atma keberadaannya telah menyatu dengan Brahman. Setiap orang akan dapat mencapai
posisi ini, apabila yang bersangkutan sungguh-sungguh mampu melepaskan diri dari
keterikatan maya ini. Posisi Purnamukti dapat disamakan dengan Sayujya.
Sesuai uraian di atas tentang keberadaan tingkatan-tingkatan Moksa dapat dibedakan menjadi
empat jenis yaitu:

1. Samipya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai dengan melakukan Yoga Samadhi
dan dapat melepaskan unsur-unsur maya, sehingga dapat mendengar wahyu Tuhan.
Dalam keadaan yang demikian itu atman berada sangat dekat dengan Tuhan.
2. Sarupya (Sadharmya) adalah suatu kebebasan yang didapat karena kelahirannya, di mana
kedudukan Atman merupakan pancaran dari kemahakuasaan Tuhan.
3. Salokya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh Atman, di mana Atman itu
sendiri telah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam keadaan
seperti itu dapat dikatakan Atman telah mencapai tingkatan Deva yang merupakan
manifestasi dari Tuhan itu sendiri.
4. Sayujya adalah suatu tingkat kebebasan yang tertinggi di mana Atman telah dapat bersatu
dengan Tuhan Yang Esa. Dalam keadaan seperti inilah sebutan Brahman Atman Aikyam
yang artinya: Atman dan Brahman sesungguhnya tunggal.
2. Jalan Menuju Moksa
Di dalam ajaran Agama Hindu terdapat berbagai macam jalan yang dapat dilalui untuk
mencapai kesempurnaan Moksa, dengan menghubungkan diri dan memusatkan pikiran
kepada Ida Hyang Widhi Wasa. Cara atau jalan yang demikian itu telah terbiasa disebut
dengan nama Catur Marga/Yoga, terdiri dari:
a. Bhakti Marga Yoga
Proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman, berlandaskan rasa dan cinta
kasih yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
b. Karma Marga/Yoga
Jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan atau moksa dengan perbuatan, bekerja
tanpa terikat oleh hasil atau kebajikan tanpa pamrih.
c. Jnana Marga Yoga
Jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan atau moksa yang dicapai dengan jalan
mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-ikatan
keduniawian.
d. Raja Marga Yoga
Suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai kelepasan atau moksa. Orang yang mencapai
moksa dengan jalan ini diwajibkan mempunyai seorang guru Kerohanian yang sempurna
untuk dapat menuntun dirinya ke arah pemusatan pikiran.
B. Bentuk Penerapan Ajaran Astangga Yoga dalam Mewujudkan Tujuan Hidup Manusia dan
Tujuan Agama Hindu.
Tujuan hidup manusia di dalam Agama Hindu disebut Purusartha. Purusha berarti
manusia, utama, dan artha berarti tujuan. Purusartha berarti tujuan hidup manusia yang utama.

Untuk mewujudkan tujuan hidup manusia dan tujuan agama Hindu, umat sedharma dapat
mencapainya melalui Astanga Yoga. Astangga Yoga adalah delapan tahapan yoga untuk mencapai
Moksa. Adapun bagian-bagian dari ajaran astangga yoga yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Yama : Suatu bentuk larangan atau pengendalian diri yang harus dilakukan oleh seorang dari
segi jasmani, misalnya, dilarang membunuh (ahimsa), dilarang berbohong (satya), pantang
mengingini sesuatu yang bukan miliknya (asteya), pantang melakukan hubungan seksual
(brahmacari) dan tidak menerima pemberian dari orang lain (aparigraha).
2. Nyama : Bentuk pengendalian diri yang lebih bersifat rohani, misalnya Sauca (tetap suci lahir
batin), Santosa (selalu puas dengan apa yang datang), Swadhyaya (mempelajari kitab-kitab
keagamaan) dan Iswara pranidhana (selalu bakti kepada Tuhan).
3. Asana : Sikap duduk yang menyenangkan, teratur dan disiplin (silasana, padmasana,
bajrasana, dan sukhasana).
4. Pranayama : Mengatur pernafasan sehingga menjadi sempurna melalui tiga jalan yaitu
puraka (menarik nafas), kumbhaka (menahan nafas) dan recaka (mengeluarkan nafas).
5. Pratyahara : Mengontrol dan mengendalikan indria dari ikatan objeknya, sehingga orang
dapat melihat hal-hal suci.
6. Dharana : Usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan sasaran yang diinginkan.
7. Dhyana : Pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada suatu objek. Dhyana
dapat dilakukan terhadap Ista Devata.
8. Samadhi : Penyatuan atman (sang diri sejati dengan Brahman). Bila seseorang melakukan
latihan yoga dengan teratur dan sungguh-sungguh ia akan dapat menerima getaran-getaran
suci dan wahyu Tuhan.
C. Tantangan dan Hambatan Dalam Mencapai Moksa Sesuai Dengan Zamannya
Globalisasi
Tantangan untuk mencapai kebahagiaan hidup ini Moksa dapat teratasi dengan baik:
1. Menjauhkan diri dari keterikatan materialistis.
Mengumpulkan harta-benda (material) untuk memenuhi kebutuhan hidup yang berkecukupan
dalam kehidupan ini merupakan hal yang baik, namun apabila kekayaan yang kita kumpulkan
membuat orang lain menjadi menderita adalah tindakan yang kurang terpuji.
2. Mengutamakan aktivitas yang bernuansakan spiritual.
Menjadi orang yang kreatif, rajin, tekun, dan cekatan yang bernafaskan keagamaan dan
kemanusiaan dapat mengantarkan yang bersangkutan mampu mewujudkan kebahagiaan
hidupnya.
3. Jauhkan dan hindarkanlah diri dari tindakan tidak terpuji.
Tindakan manusia terpuji adalah menjauhkan diri dari kebodohan (Punggung), iri hati (Irsya),
dan marah (Krodha) serta sifat-sifat negatif yang lainnya seperti mabuk, berjudi, bermain

wanita, dan bertindak anarkis karena dapat mengantarkan seseorang menjadi insan yang
nista.
Disebutkan ada 7 (tujuh) macam sifat manusia secara kodrati dapat mengantarkan hidup
manusia menjadi awidya, gelap, suram, timira yang dikenal dengan istilah sapta timira. Yang
disebut sapta timira antara lain; surupa; ketampanan/kecantikan, dana; kekayaan, guna;
kepandaian, kulina; kebangsawanan, yowana; keremajaan, sura; minuman keras, dan kasuran;
kemenangan. Ketujuh unsur/sifat alami itulah yang mengantarkan manusia menjadi awidya atau
gelap sebagai akibat dari kebodohannya. Apabila tidak dapat dikendalikan dengan baik akan
menimbulkan berbagai-macam tindakan kejam.
Disebutkan manusia memiliki enam peluang untuk bertindak kejam apabila keberadaan sapta
timira tidak terkendalikan. Enam tindakan kejam itu disebut dengan istilah sad atatayi, yang
terdiri dari: agnid; membakar, wisada; meracun, atharwa; mensihir, astraghna; mengamuk,
dharatikrama; memperkosa, rajapisuna; memfitnah.
Keterikatan adalah moha, kebebasan adalah moksa. Selama kita masih awidya dan terikat
oleh hal-hal duniawi maka, moksa sangat sulit untuk tercapai. Untuk mengendalikan Sad Ripu
tidak mudah, karena membutuhkan kesabaran dan ketekunan untuk selalu melakukan introspeksi
terhadap diri kita sendiri, dan evaluasi diri sejauh mana telah dilakukan latihan-latihan kearah
pengendalian diri yang dimaksud.

Melaksanakan ajaran Catur Marga Yoga juga memang

membutuhkan mental yang tangguh, tidak mudah menyerah, dan harus mengetahui kemampuan
yang dimiliki.
D. Upaya-Upaya dalam Mengatasi Hambatan dan Tantangan Untuk Mencapai Moksa
Menurut Zamannya Globalisasi
Untuk dapat mencapai moksa, seseorang harus memahami, mempedomani, dan mematuhi
persyaratan-persyaratan dalam aktifitas hidupnya, sehingga proses mencapai moksa dapat
berjalan sesuai dengan norma-norma ajaran Agama Hindu. Adapun tanda-tanda atau ciri-ciri
seseorang yang telah mencapai moksa atau mencapai jiwatman mukti adalah;
1. Selalu dalam keadaan tenang secara lahir maupun batin.
2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.
3. Tidak terikat dengan keduniawian.
4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat banyak).
Untuk mencapai moksa, juga disebutkan mempunyai tingkatan-tingkatan yang tergantung
dari karma (perbuatannya) seseorang selama hidupnya, apakah sudah sesuai dengan norma-

norma ajaran Agama Hindu. Tingkatan-tingkatan moksa yang dicapai oleh seseorang dapat
dikategorikan sebagai berikut;
1. Moksa; apabila seorang sudah mampu mencapai kebebasan rohani dengan meninggalkan
2.

badan kasar (jasad).


Adi Moksa; apabila seorang sudah mencapai kebebasan rohani dengan tidak meninggalkan

jasad tetapi meninggalkan bekas-bekas misalnya abu, dan atau tulang.


3. Parama Moksa; apabila orang yang bersangkutan telah mencapai kebebasan rohani dengan
tidak meninggalkan badan kasar (jasad) serta tidak membekas.
Adapun upaya-upaya yang patut dilakukan dalam mengatasi hambatan dan tantangan untuk
mencapai moksa sampai dengan sekarang ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Melaksanakan meditasi.
Mendalami ilmu pengetahuan.
Melaksanakan/mewujudkan Dharma.
Mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa
Menumbuhkembangkan kesucian (Jiwa dan raga)
Mempedomani dan melaksanakan Catur Marga

E. Contoh-Contoh Orang yang Dipandang Mampu Mencapai Moksa


Moka adalah suatu kondisi di mana seseorang mampu melampaui atau lepas bebas dari
segala sesuatu yang ada di dunia. Manusia tidak lagi terikat oleh keindahan dunia. Pandangan ini
sejalan dengan kisah yang dialami banyak tokoh dalam cerita rama-sitha.
Tokoh Rama, yang digambarkan sebagai seorang yang bijaksana dan tidak lagi terikat dengan
hal-hal duniawi. Ketika rama dijemput adiknya dan hendak dijadikan seorang raja namun rama
menolaknya. Tokoh Anoman yang digambarkan selalu taat dan setia menjalankan kewajibannya
(dharma) sebagai duta Rama ketika diutus mencari kabar tentang Devi sitha yang diculik
Rahwana.
Selain kisah rama-sitha ada juga kisah Bhagawan Byasa. Bhagawan Byasa adalah orang suci
Hindu yang pada masa hidupnya selalu mengabdikan dirinya kepada Tuhan demi untuk
kesejahteraan dan kebahagian umat manusia. Beliau adalah putra Bhagawan Parasara sebagai
titisan dari Bhatara Wisnu yang oleh Dewa Brahma disuruh untuk menerima dan mempelajari
veda (catur veda) sebagai wahyu Tuhan bersama empat orang muridnya. Bhagawan Byasa telah
menyatu dengan Tuhan (Brahman) dengan meninggalkan hasil karyanya yang sangat bermanfaat
untuk umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai