Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Veda

Veda berasal dari bahasa Sanskerta, berasal dari kata “Vid” yang artinya ilmu
pengetahuan. Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta,
Nama sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata
Bahasa Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku
pedoman pokok dalam mempelajari Sansekerta.
Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam
Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis
penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh

Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh

Rsi Wararuci.

Weda sumber hukum hindu dilihat dari beberapa sudut pandang

1. Weda sebagai sumber hukum dalam arti sejarah


Sumber hukum hindu dalam arti sejarah adalah sumber hukum hindu yang digunakan
oleh para ahli Hindulogi dalam peninjauan dan penulisannya mengenai pertumbuhan
serta kejadiannya. Menurut catatan sejarah perkembangan hukum Hindu, dibedakan
menjadi:
a. Pada zaman Krta Yuga berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang
ditulis oleh Manu
b. Pada zaman Treta Yuga berlaku hukum hindu (Manawa Dharmasastra) yang
ditulis oleh Gautama
c. Pada zaman Dwapara Yuga berlaku hukum hindu (Manawa Dharmasastra)
yang ditulis oleh Samkhalikhita
d. Pada zaman Kali Yuga berlaku hukum hindu (Manawa Dharmasastra) yang
ditulis oleh Parasara
Selanjutnya sejarah pertumbuhan hukum hindu lebih jauh ditandai oleh adanya
madzab, yaitu:
1. Aliran Yajnyawalkya oleh Yajnyawalkya
2. Aliran Mitaksara oleh Yajnaneswara
3. Dayabhaga oleh Jimutawahana

2. Weda sebagai sumber hukum dalam arti sosiologi


Masyarakat adalah kelompok manusia pada daerah tertentu yang telah mempunyai
aturan yang melembaga baik berdasarkan tradisi maupun pengaruh-pengaruh baru
lainnya. Pemikiran tentang berbagai kaidah hukum tidak terlepas dari
pandangan-pandangan masyarakat setempat.

3. Weda sebagai sumber hukum dalam arti formal


Dapat kita lihat susunan sumber hukum dalam arti formal sebagai undang-undang,
kebiasaan dan adat, traktat, yurisprudensi, dan pendapat ahli hukum yang terkenal.

4. Weda sebagai sumber hukum dalam arti filsafat


Sumber hukum dalam arti filsafat merupakas aspek rasional dari agama dan
merupakan satu bagian yang tak terpisahkan atau integral dari agama. Filsafat adalah
ilmu pikir dan juga merupakan pencairan rasional ke dalam sifat kebenaran yang juga
memberikan pemecahan yang jelas dalam mengemukakan permasalahan.

Sumber hukum hindu menurut kitab Manawa dharmasastra

1. Weda (Sruti)
Dalam ajaran agama Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti.Weda diyakini
sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini.
Setelah tulisan ditemukan, para Rsi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk
tulisan.
2. Smrti (Dharmasastra)
Smrti (Dharmasastra) adalah Weda juga, karena kedudukannya dipersamakan dengan
Weda.
3. Sila (tingkah laku orang suci).
4. Acara (Sadacara).
Sadacara berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata Sat dan Acara. Sat
adalah Satya yang berarti kebenaran Weda dan Acara artinya tradisi yang baik.
5. Atmatusti (Amanastuti).
Atmanastusti adalah tercapainya kepuasan diri dan kebahagiaan rohani baik dalam
upacara yadnya maupun dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Implementasi
Atmanastusti dalam kehidupan masyarakat Bali, misalnya dalam sebuah paruman
desa adat.

WEDA SRUTI
Weda Sruti adalah kelompok Weda yang ditulis oleh para Maha Rsi
melalui pendengaran langsung dari wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kelompok
Weda Sruti menurut Bhagawan Manu merupakan Weda yang sebenarnya atau weda
orisinil. Menurut sifat isinya, weda sruti dibagi menjadi tiga bagian antara lain :
1. Bagian mantra (Mantra Samhita)
Kitab Mantra atau Mantra Samhita umurnya sangat tua dan merupakan dokumen
umat manusia tertulis yang tertua dan masih ada sampai sekarang. Kitab ini ditulis
dalam bentuk syair atau prosa liris, bahasanya bahasa Sansekerta Weda. Syair-syair
tersebut terkumpul dalam empat himpunan mantra yang masing-masing disebut
samhita. Keempat samhita tersebut disebut Catur Weda Samhita yang terdiri dari :
Rg. Weda atau Rg. Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang
memuat ajaran-ajaran umum dalam bentuk pujaan. Rg. weda terdiri dari 10.552
mantra, isinya syair-syair pujaaan. Kitab ini merupakan Weda yang tertua dan yang
terpenting, isinya terdiri dari 10 mandala.Pendeta penyajinya disebut Hort (Horti).

Sama Weda atau Sama Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra


yang memuat ajaran umum mengenai lagu-lagu pujaan atau saman yang dinyanyikan
waktu upacara. Sama Weda terdiri dari 1.875 mantra. Kata sama berarti irama atau
melodi. Pendeta penyajinya disebut Udgatr (Udgatri). Sama Weda terdiri dari dua
bagian, yaitu :
Bagian Arcika terdiri dari mantra-mantra pujaan yang bersumber pada Rg. Weda.
Bagian Uttararcika, yaitu himpunan mantra-mantra yang bersifat tambahan. Kitab
ini terdiri dari beberapa buku nyanyian pujaan (gana). Dari kitab-kitab yang ada,
yang masih dapat dijumpai antara lain Ranayaniya, Kutama, dan Jaiminiya
(Talawakara).
Yajur Weda atau Yajur Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang
memuat doa-doa pujaan atau pokok-pokok yadnya, yang terdiri dari 1.975 mantra.
Pendeta penyajinya disebut Adwaryu. Kitab ini terdiri atas dua aliran, yaitu :
Yajur Weda Hitam (Kresna Yajur Weda) yang terdiri atas beberapa resensi yaitu
Katakhassamhita, Mapisthalakathasamhita, Maitrayamisamhita, dan
Taithiriyasamhita (terdiri dari dua aliran, yaitu Apastamba dan Hiranyakesin).
Yajur Weda Putih (Sukla Yajur Weda juga dikenal Wajasaneyi Samhita). Kitab ini
terdiri dari dua resensi, yaitu Kanwa dan Madhayandina.
Perbedaan pokok antara kedua Yajur Weda ini terletak pada penggunaan mantra.
Mantra pada yajur weda putih diucapkan sebagai doa-doa dalam suatu upacara,
sedangkan mantra pada Yajur Weda Hitam menguraikan tentang arti dari upacara itu
sendiri.
Atharwa Weda atau Atharwa Weda Samhita terdiri dari 5.987 mantra. Diantara
mantra-mantra itu banyak yang berbentuk prosa. Isinya adalah tuntunan hidup
sehari-hari yang berhubungan dengan hidup keduniawian. Banyak mantranya bersifat
magis (Atharwan). Pendeta penyajianya disebut Brahmana. Kitab ini terdiri dari
Resensi Saunaka dan Paipplada.

2. Bagian Brahmana (Karma Kanda)


Kitab-Kitab Brahmana memuat ajaran tentang kewajiban-kewajiban hidup beragama.
Kewajiban-kewajiban ini antara lain kewajiban untuk melakukan upacara korban atau
yadnya. Setiap Kitab Suci Weda memilki kitab Brahmananya sendiri-sendiri. Kitab
Reg Weda memiliki dua buah kitab Brahmana yaitu: Aetareya Brahmana dan
Kausitaki Brahmana yang juga disebut Sankhyana Brahmana. Kitab yang pertama
terbagi atas 40 bab, sedangkan kitab yang kedua terdiri dari 30 bab. Kitab Sama
Weda memiliki beberapa kitab brahmana yaitu: Tandya Brahmana (Panca Wirusa),
Sadwirusa Brahmana, Adbhuta Brahmana. Kitab Yajur Weda memiliki dua kitab
brahmana yaitu: Taittiriya Brahmana (milik Sukla Yajur Weda). Kitab Atharwa Weda
memiliki kitab Gopatha Brahmana.

3. Bagian Upanisad/Aranyaka (Jnana Kanda)

Kata Upanisad berarti duduk dibawah dekat seorang guru untuk menerima

ajaran-ajaran yang bersifat rahasia. Kitab ini merupakan pedoman bagi orang yang
sudah melaksanakan Wanasprasta. Kitab ini isinya interpretasi upacara-upacara
keagamaan. Kitab ini disebut rahasya Jnana karena isinya bersifat rahasia.
Kitab-kitab Aranyaka yaitu: Aetareya Aranyaka (milik Reg Weda). Tandra Aranyaka
(Milik Sama Weda), Satapatha Aranyaka (milik Atharwa Weda). setiap Weda dari
Catur Weda memilki kitab Upanisad sebagai berikut:
Upanisad yang termasuk Reg Weda berjumlah 10 Upanisad yaitu: Aetareya,
Kausitaki, Nada-Bindu, Atmaprabedha, Nirwana, Mudgala, Aksamalika, Tripura,
Saubhaya, dan Brahwrca Upanisad.
Upanisad yang termasuk Sama Weda berjumlah 16 Upanisad yaitu: Kena,
Chandogya, Aruni, Maitrayani, Maitreyi, Wajrasucika, Yogacudamani, Wasudewa,
Mahat, Sanyasa, Awyakta, Kondika, Sawitri, Rudraksajabala, Darsana dan Jabali
Upanisad.
Upanisad yang termasuk Yajur Weda:
Yajur Weda Hitam berjumlah 32 Upanisad: Kanthawali, Taittiriyaka, brahma,
Kaiwalya, Swetaswatara, Garbha, Narayana, Amrtabindu, Asartanada, Katagnirudra,
Kausika, Sukharahasya, Tejebindu, Dyanabindu, Brahmawidya,
Yogatattwa, Daksinamurti, Skanda, Sariraka, Yoga Sikha, Ekasara, Aksi, Awadhuta,
Katha, Rudrahredaya, Yogakundalini, Pancabrahma, Pranagnihotra, Wahara,
Kalisandraha, Ratnakhata dan Saraswatirasya Upanisad.
Yajur Weda Putih berjumlah 19 Upanisad: Isawasya, Brhadaranyaka, Jabala, Hamsa,
Paramahamsa, Subata, Mantrika, Niralambha, Trisikhibrahmana, Turiyatitah,
Adwanyataraka, Pinggala, Bhiksu, Adhyatma, Tarasara, Yadnyawalkya, Satyayani,
Muktika dan Mandala brahmanaa Upanisad.
Upanisad yang termasuk Atharwa Weda Berjumlah 31 Upanisad: Prasna, Mundaka,
Mandhuka, Atharwasria, Atharwasikha, Brhaajjabala, Nrsimhatapini,
Naradapariwrrjaka, Sita, Mahanarayana, Ramarahasya, Ramatapini, Sandilya,
Paramahamsa, Annapurna, Surya, Atma, Pasupata, Parabrahma, Tripuratapini, Dewi,
bhawana, Brahma, Ganapati, Mahawakaya, Gopalatapini, Krsna, Hayagriwa,
Dattatreya, Garuda, Sarabha.

WEDA SMRTI
Kitab Weda Smrti adalah kitab yang ditulis berdasarkan ingatan yang bersumber
kepada Weda Sruti. Kitab ini dianggap sebagai kitab Hukum Hindu yang didalamnya
memuat tentang sariat Hindu yang disebut Dharma. Kerena itu Kitab Smrti ini
dinyatakan sebagai Kitab Dharmasastra. Dharma berarti hukum dan Sastra berarti
ilmu. Smrti dapat digolongkan kedalam dua kelompok:

1. Kelompok Wedangga
Dilihat dari arti kata, Wedangga terdiri dari dua kata yaitu Weda adalah Kitab Suci
dan Angga artinya badan (batang tubuh). Jadi, Wedangga artinya batang tubuh (badan)
Weda. Kitab Wedangga tidak terpisah dari weda, karena isi dan idenya lahir dari
Weda. Kitab ini akan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang ada dalam Weda
(badan Weda). Kelompok Wedangga terdiri dari 6 bagian yang disebut Sad Wedangga,
yang terdiri dari:
1 Siksa (Phonetika)
Isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang tata cara yang tepat dalam pengucapan
mantra serta tinggi rendahnya tekanan suara. Buku-buku siksa ini disebut Pratisakhya
yang dihubungkan dengan berbagai resensi Weda Sruti.
2 Wyakarana (Tata Bahasa)
Wyakarana sebagai suplemen batang tubuh Weda dianggap sangat penting dan
menentukan karena untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti, tidak mungkin tanpa
bantuan pengertian dan bahasa yang benar. Asal mula teori pengajaran Wyakarana,
bersumber pada kitab Pratisakhya.
3 Chanda (Lagu)
Chanda adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang
disebut lagu. Peranan Chanda di dalam sejarah penulisan Weda karena dengan
Chanda semua ayat-ayat itu dapat dipelihara turun temurun seperti nyanyian yang
mudah diingat. Diantara berbagai jenis kitab Chanda, yang masih terdapat dewasa ini
adalah dua buah buku, antara lain Nidana sutra dan Chandra sutra. Kitab terakhir itu
dihimpun oleh Bhagawan Pinggala.
4 Nirukta (Sinonim dan Antonym)
Kelompok jenis kitab Nirukta isinya terutama memuat berbagai penafsiran otentik
mengenai kata-kata yang terdapat di dalam Weda. Kitab tertua dari jenis ini dihimpun
oleh Begawan Yaska bernama Nirukta, ditulis pada tahun 800 SM. Kitab ini
membahas tiga masalah yaitu:
1. Naighantukakanda, memuat kata-kata yang sama artinya.
2. Naidhamakanda (Aikapadika), memuat kata-kata yang berarti ganda.
3. Daiwatakanda menghimpun nama Dewa-Dewa yang ada di angkasa, bumi
dan surga.
5 Jyotisa (Astronomi)
Kelompok Jyostisa merupakan pelengkap Weda yang isinya memuat pokok-pokok
ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam melakukan Yadnya. Isinya
yang penting membahas peredaran tata surya, bulan dan benda angkasa lainnya yang
dianggap mempunyai pengaruh dalam pelaksanaan Yadnya. Satu-satunya buku
Jyotisa yang masih kita jumpai ialah Jyostisa Wedangga yang penulisanyan sendiri
tidak dikenal.
6 Kalpa (Ritual)
Kelompok kalpa ini merupakan kelompok Wedangga yang terbesar dan yang
terpenting. Kitab kalpa adalah jenis kitab Smrti (Wedangga) yang isinya berhubungan
dengan kitab Brahmanda dan kitab-kitab mantra. Kalpa terdiri empat kitab yang
kebanyakan isinya berhubungan dengan kitab-kitab Brahmana. Dan hanya sebagian
kecil yang berhubungan dengan kitab-kitab mantra.

2. Kelompok UpaWeda
Upa berarti dekat/sekitar dan Weda dapat diartikan pengetahuan suci/kitab suci. Upa
Weda juga diartikan sebagai weda yang lebih kecil. Kitab Upa Weda memiliki fungsi
sama pentingnya dengan kitab-kitab Smrti yang lainnya. Kitab Upa Weda terdiri dari
beberapa cabang ilmu, antara lain sebagai berikut :

1 Itihasa
Itihasa adalah karya sastra yang bersifat spiritual, dimana ceritanya penuh filsafat,
roman, kewiraan, dan mitologi sehingga memberi sifat kekhasan sebagai sastra
spiritual. Idealisme yang ada dalam kitab itihasa itu berpegang teguh kepada Dharma,
sifat-sifat kepemimpinan dengan asas Astabrata. Kitab Itihasa secara tradisional
terdiri dari kitab Ramayana (terdiri dari 7 kanda) dan Mahabharata (terdiri dari 18
parwa). Kedua kitab ini sangat terkenal di dunia dan digubah kedalam sastra jawa
kuno yang sangat indah. Ceritanya banyak diambil dalam bentuk drama,
pewayangan,seni pahat, seni lukis dan sebagainya.
Ramayana ditulis oleh Mpu Walmiki. Menurut tradisi, kejadian yang dilukiskan
didalam Ramayana menggambarkan kehidupan pada zaman Tretayuga, tetapi
menurut para ahli lainnya, Ramayana telah selesai ditulis sebelum tahun 500SM.
Diduga ceritanya telah populer sejak 3100SM. Ramayana merupakan epos yang
ditulis dalam bentuk stansa meliputi 24.000 buah stansa. Seluruh isi dikelompokkan
kedalam tujuh kanda yaitu Bala Kanda, Ayodnya Kanda, Aranya Kanda, Kiskindha
Kanda, Sundara Kanda, Yudha Kanda dan Uttara Kanda. Kitab ini dikenal sebagai
adikawya, sedangkan dalam berbagai bentuk versi baru, seperti Ramayana Tatwa
Padika ditulis oleh Maheswaratirtha, Amrtakataka oleh Sri Rama, dan Kekawin
Ramayana oleh Mpu Yogiswara.
Mahabharata yang sering disebut dengan istilah "wiracarita" terdiri atas 100.000
ribu sloka dan dibagi menjadi 18 parwa, sehingga disebut asta dasa parwa. Menurut
tradisi, kejadian Bharatayudha diperkirakan pada permulaan zaman Kaliyuga. Kitab
Mahabharata menceritakan kehidupan keluarga bharata dan isinya menggambarkan
pecahnya perang saudara antara pandawa dengan korawa. Kitab ini meliputi 18 buah
parwa, yaitu Adi Parwa, Sabha Parwa, Wana Parwa, Wirata Parwa, Udyoga Parwa,
Bhisma Parwa, Drona Parwa, Karna Parwa, Satya Parwa, Sampti kaparwa, Stri
Parwa, Santri Parwa, Amsasana Parwa, Aswamedhi Kaparwa, Asramawasi Kaparwa,
Mausala Parwa, Mohaprasthani Kaparwa, Swargarohana Parwa. Parwa ke-12
merupakan parwa terpanjang yang meliputi 14.000 stana. Mahabharata ditulis oleh
Bhagawan Wyasa.

2 Purana
Kitab Purana adalah bagian dari kitab-kitab Upaweda. Kitab Purana memuat ajaran
suci dalam cerita-cerita kuno dan perumpamaan untuk memudahkan penerapan dan
pengertian yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari serta bagi mereka yang
tingkat pikirannya belum tinggi. Juga menceritakan tentang "Case Low" pembuktian
hukum yang pernah dijalankan. Sejarah penulisan Purana dimulai pada tahun 500 SM.
Dan mencapai kesempurnaan pada tahun 600 SM, ketika Maharaja Harsa Wardana
yang memerintah Negara Aryawarta.
Kitab-kitab purana sangat penting karena bermanfaat untuk memahami garis-garis
besar isi Weda. Menurut Wisnu Purana III.6.24, suatu purana yang lengkap dan baik
memuat lima macam pokok isi, meliputi hal-hal sebagai berikut :
cerita tentang penciptaan dunia.
cerita tentang bagaimana tanda dan terjadinya pralaya.
cerita yang menjelaskan silsilah dewa-dewa dan bhatara.
cerita mengenai zaman manu atau manwantara.
cerita mengenai silsilah keturunan dan perkembangan dinasti surya wangsa dan
candra wangsa.

Isi kitab-kitab purana lainnya memuat pokok-pokok pemikiran yang menguraikan


doa-doa dan mantra untuk sembahyang, cara melakukan puasa, tata cara upacara
keagamaan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara bertirtayatra ke tempat-tempat suci.
Adapun peranan penting dari purana ialah karena kitab-kitab ini memuat
pokok-pokok ajaran mengenai ketuhanan.

3 Artha Sastra
Kitab Artha Sastra berisikan tentang pokok-pokok pemikiran bidang ilmu politik atau
ilmu pemerintahaan negara. Artha Sastra sebagai bagian dari kitab Upa Weda, ditulis
oleh Bhagawan Brhaspati

4 Ayur Weda
Kitab Ayur Weda adalah kelompok kitab Upa Weda yang isinya menguraikan tentang
bidang ilmu kedokteran atau kesehatan baik rohani maupun jasmani. Adapun nama
kitab yang termasuk kelompok kitab ayur weda adalah kitab Caraka Samhita, Susruta
Samhita, Kasyapa Samhita, Astanggahrdaya, Yogasara, dan Kama Sutra.
Berdasarkan materi yang terdapat dalam kitab Ayur Weda maka isi kitab Ayur Weda
meliputi delapan bidang ajaran umum, yaitu sebagai berikut :
1. Salya adalah ajaran mengenai ilmu bedah.
2. Salkya adalah ajaran mengenai ilmu penyakit.
3. Kayakitsa adalah ajaran mengenai ilmu obat-obatan.
4. Bhuta Widya adalah ajaran mengenai ilmu psikoterapi.
5. Kaumara Bhrtya adalah ajaran mengenai ilmu pendidikan anak-anak dan
merupakan dasar bagi ilmu jiwa anak-anak.
6. Agada Tantra adalah ajaran mengenai ilmu toksikologi.
7. Rasayamatantra adalah ajaran mengenai ilmu muhjizat.
8. Wajikarana Tantra adalah ajaran mengenai ilmu jiwa remaja.

5 Gandharwa Weda
Kitab Gandharwa Weda merupakan bagian dari kitab-kitab Upa Weda. Gandharwa
Weda sebagai kitab Smrti, juga memiliki beberapa bagian kitab, seperti: Natya Sastra,
Natya Wedagama, Dewa Dasa Sahasri, Rasarnawa, dan Rasaratnasamucaya. Kitab
Gandharwa Weda isinya menguraikan tentang berbagai aspek cabang ilmu seni.

6 Kama Sastra
Kama Sastra sebagai bagian dari jenis kitab Upa Weda isinya menguraikan tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan asmara, seni atau rasa indah. Didalam
upaya untuk mewujudkan salah satu tujuan hidup, umat Hindu dipandang perlu untuk
membangkitkan rasa indah tersebut. Kebangkitan dari rasa indah manusia terbentuk
untuk berbakti kepada Sang Hayng Widhi, hendaknya dipedomani oleh Kama Sastra.
Karena dengan demikian asmara dan rasa indah yang muncul itu tentu
terarah/bernilai positif adanya. Diantara kitab-kitab Kama Sastra yang terkenal adalah
karya dari Bhagawan Watsyayana.

Agama
Kitab agama itu baru ada setelah agama hindu ada dan berkembang di dunia. menurut
Weda, agama Hindu dapat dipelajari ole seluruh umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai