Anda di halaman 1dari 9

1.

Tujuh Rsi Penerima Wahyu

Tujuh Rsi ini merupakan Rsi-rsi yang paling banyak disebutkan namanya. baik
sebagai Nabi maupun sastrawan. Ketujuh itu merupakan kelompok-kelompok
keluarga. Adapun ketujuh Maha Resi itu adalah:
 Grtsamada
 Wiswamitra
 Wamadewa
 Atri
 Bharadwaja
 Wasistha
 Kanwa

GRTSAMADA
Maha Rsi Grtsamada adalah Maha Rsi yang dihubungkan turunnya sloka-sloka
Weda, Rg. Weda, terutama mandala II. Hanya sayangnya sejarah kehidupan
Maha Resi Grtsamada tidak banyak diketahui. Dari beberapa cukilan kita
ketahui bahwa beliau adalah keturunan dari Sunahotra dari keluarga Angira.
Anehnya didalam catatan lainnya kita jumpai bahwa Grtsamada lahir dari
keluarga Bhrgu sehingga dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa nama
Grtsamada sejarahnya tidak dapat diketahui dengan pasti. Beliau dikatakan putra
Senaka, salah seorang Maha Resi terkenal pula pada zaman itu. Bahkan didalam
kitab Mahabharata terdapat cerita yang menyebutkan bagaimana Maha Resi
Senaka merupakan Maha Resi terhormat dalam sejarah Hindu. Grtsamada
adalah keturunan dari Senaka yang terkenal ini.

Adapun Sunahotra dikatakan juga kelompok keluarga Bharadwaja keluarga


mana juga terkenal sebagai Maha Resi penerima Wahyu.

Dari uraian ini ada tanda-tanda yang membuktikan bahwa Grtsamada adalah
anggota keluarga yang sama dengan Maha Resi Bharadwaja yang kemudian
banyak dihubungkan dengan nama-nama Bhagawan Bhrgu. Keluarga Bhrgu ini
adalah keluarga yang namanya banyak disebut-sebut. Dari Grtsamada lahir putra
bernama Kurma. Lebih dari pada itu tentang cerita keluarga ini tidak banyak
diketahui kecuali dikatakan bahwa ada pula terdapat sloka-sloka yang
diturunkan melalui Putra-putra beliau.

WISWAMITRA
Wiswamitra adalah Maha Resi yang kedua yang banyak disebut-sebut. Dan
catatan yang ada diduga beliau menerima Wahyu yang kemudian dihimpun
dalam Weda. Seluruh mandala III diduga berasal dari keluarga Maha Resi
Wiswamitra.
Kitab mandala III ini terdiri atas yang terdiri atas beberapa pasal. Ada pula yang
mengatakan bahwa diantara pasal-pasal itu diturunkan melalui Kusika putra dan
Maha Rsi Isiratha. Cerita lain mengemukakan bahwa Wiswamitra adalah putra
Musika. Karena itu dapat diduga bahwa sloka-sloka Weda mandala II ini ada
yang diturunkan sebelum Wiswamitra yang kemudian oleh Wiswamitra
menggabungkannya dengan sloka-sloka yang diterima olehnya dalam satu
mandala.

Hubungan antara ketiga nama ini menunjukkan bahwa antara Isiratha dan
Wiswamitra adalah satu keluarga.

Ada pembuktian lain yang menunjukkan adanya sloka-sloka yang telah


diturunkan melalui Prajapati sedangkan Prajapati dikatakan putra dan
Wiswamitra. Sayangnya seluruh sloka-sloka keluarga Wiswamitra tidak banyak
diketahui. Kalau kita perhatikan dua sukta terakhir ada petunjuk yang
menunjukkan bahwa mantra-mantra itu diturunkan melalui Maha Resi
Yamadagni, sedangkan hubungan antara Maha Resi Yamadagni dengan maha
Resi Wiswamitra tidak banyak diketahui, sehingga sulit untuk memastikannya.
Hal lain yang perlu diketahui tentang Wiswamitra ialah sehubungan dengan
kedudukan Wiswamitra bukan sebagai Brahmana, tetapi sebagài Kesatria atau
golongan penguaasa yang kemudian terkenal sebagai Maha Resi. Dalam sejarah
agama Hindu nama Wiswamitra banyak disebut-sebut.
WAMADEWA
Wamadewa dihubungkan dengan sloka-sloka dalam Mandala IV didalam sloka-
sloka Rg. Weda itu. Hanya sayang riwayat hidup Wamadewa banyak diketahui.
Hampir semua mantra-mantra yang terdapat dimandala IV dikatakan diterin oleh
Wamadewa. Hanya dinyatakan salah satu dari pada mantra yang terpenting yaitu
Gayatri tidak terdapat didalam mandala IV tetapi diletakkan di Mandala III.

Didalam cerita dikatakan bahwa Malia Resi Wamadewa telah mencapai


penerangan sempurna sejak masih berada dalam kandungan ibunya.
Diceriterakan bahwa semasih dalam kandungan Wamadewa berdialog dengan
malaekat Indra dan Aditi. Rupanya ceritera tentang dialog ini dihubungkan
dengan kedudukan Wamadewa yang telah dianggap mencapai kesucian,
sehingga Wamadewa dilahirkan tidak melalui saluran biasa. Hanya itulah
ceritera yang kita peroleh tentang Wamadewa sebagai Maha Resi.

ATRI

Maha Resi Atri banyak dirangkaikan dengan turunnya sloka-sloka yang


dihimpun dalam Mandala V. Tetapi sebagai Maha Resi, Atri tidak banyak
dikenal. Ada banyak dugaan yang membuktikan bahwa nama Atri dan
keluarganya banyak dirangkaikan dengan turunnya wahyu-wahyu. Nama Atri
juga dihubungkan dengan keluarga Angira.

Nama-nama yang banyak disebutkan didalam Mandala ini adalah, Dharuna,


Prabhuwasu, Samwarana, Ghaurawiti. Putra Sakti dan Samwarana, putra
Prájapati. Didalam mandala ini terdapat 87 Sukta. Däri 87 ini 14 sukta
diturunkan melalui Atri sedangkan Lainnya diturunkan melalui keluara Atri
Dalam catatan yang ada, anggota keluarga Atri yang dianggap sebagai penerima
Wahyu.

BHARADWAJA
Mandala VI tergolong himpunan sloka-sloka yang diturunkan melalui Maha
Resi Bharadawja. Buku ini memuat 75 sukta.

Menurut otensitasnya tampaknya lebih tua dari buku yang ke V, tetapi dalam
urutan ditetapkan sesudah buku ke V.

Hampir seluruh isi mandala VI ini dikatakan kumpulan dari Bharadwaja, hanya
sedikit saja yang diduga turun dari keluarganya, antara lain disebut nama Sahotra
dan Sarahotra.

Nama-nama lainnya seperti Nara, Gargarjiswa, yang merupakan keluarga dari


Bharadwaja termasuk pula sebagai penerima wahyu.
Diceriterakan Bharadwaja adalah putra Brhaspati. Akan tetapi kebenaran tentang
cerita ini belum dapat dipastikan, karena disamping nama Bharadwaja terdapat
pula nama Samyu yang dianggap sebagai putra Brhaspati, sedangkan hubungan
antara Samyu dan Bharadwaja tidak diketahui.

WASISTA
Seluruh buku ke VII dianggap merupakan himpunan yang diturunkan melalui
Maha Resi Wasista, atau keluarganya. Putra Maha Resi Wasista bernama Sakti.
Dari catatan yang ada seperempat dari mandala VII diturunkan melalui putranya.
Tentang keluarga Wasista tidak banyak kita kenal. Didalam Mahabharata nama
Wasista sama terkenalnya dengan Wiswamitra. Didalam ceritera itu Maha Resi
Wasista bertempat tinggal di hutan, “KAMYAKA” ditepi sungai Saraswati.

KANWA
Maha Resi Kanwa merupakan Maha Resi yang ke 7 yang banyak disebut-sebut
namanya. Maha Resi ini dianggap penerima wahyu yang dihimpun kemudian
yang merupakan buku yang ke VIII yang isinya macam-macam.

Buku ke VIII ini sebagian besar memuat sloka-sloka yang diturunkan melalui
keluarga Kanwa sedangkan Maha Resi Kanwa sendiri menerima sebagian kecil
saja. Maha Resi Kanwa inilah yang ceriteranya hanyak disebut-sebut didalam
kisah cintanya Sakuntala, sebagaimana diceriterakan sastrawan Kalidasa.
Disamping nama Kanwa terdapat pula Bhagawan Kasyapa putra Maha Resi
Marici. Maha Resi Kanwa sendiri berputra Praskanwa. Disamping sloka-sloka
yang seolah-olah tiap-tiap mandala itu merupakan kelompok sendiri, yang sulit
ditentukan adalah mandala-mandalanya. Disamping itu masih ada banyak nama-
nama yang dihubungkan dengan Mandala VIII ini seperti Gosukti, Aswasukti,
Pustigu, Bhrgu, Manu Waiwasa Nipatithi dsbnya.

2. Weda Sruti
Weda Sruti adalah kelompok Weda yang ditulis oleh para Maha Rsi melalui
pendengaran langsung dari wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kelompok
Weda Sruti menurut Bhagawan Manu merupakan Weda yang sebenarnya atau
weda orisinil. Menurut sifat isinya, weda sruti dibagi menjadi tiga bagian antara
lain :
1. Bagian mantra (Mantra Samhita)
Kitab Mantra atau Mantra Samhita umurnya sangat tua dan merupakan dokumen
umat manusia tertulis yang tertua dan masih ada sampai sekarang. Kitab ini
ditulis dalam bentuk syair atau prosa liris, bahasanya bahasa Sansekerta Weda
(Wedic Sanskrit). Syair-syair tersebut terkumpul dalam empat himpunan mantra
yang masing-masing disebut samhita. Keempat samhita tersebut disebut Catur
Weda Samhita yang terdiri dari :
a. Rg. Weda atau Rg. Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang
memuat ajaran-ajaran umum dalam bentuk pujaan (Rc atau Rcas) Arc =
memuja. Rg. weda terdiri dari 10.552 mantra, isinya syair-syair pujaaan. Kitab
ini merupakan Weda yang tertua dan yang terpenting, isinya terdiri dari 10
mandala. Dan mandala yang ke-10 adalah mandala yang terpenting karena
menunjukkan kebenaran yang mutlak. Pendeta penyajinya disebut Hort (Horti).
Kitab Rg. Weda dikumpulkan dalam berbagai jenis resensi, seperti resensi
Sakala, Baskala, Aswalayana, Sankhyayana, dan Madukeya. Dari lima macam
resensi ini, yang masih terpelihara adalah resensi sakala, sedangkan resensi-
resensi lainnya banyak yang tidak sempurna lagi karena mantra-mantranya
hilang. Rg.Weda terbagi atas 10 mandala yang tidak sama panjangnya
b. Sama Weda atau Sama Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-
mantra yang memuat ajaran umum mengenai lagu-lagu pujaan atau saman yang
dinyanyikan waktu upacara. Sama Weda terdiri dari 1.875 mantra. Kata sama
berarti irama atau melodi. Pendeta penyajinya disebut Udgatr (Udgatri). Sama
Weda terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Bagian Arcika terdiri dari mantra-mantra pujaan yang bersumber pada Rg.
Weda.
2. Bagian Uttararcika, yaitu himpunan mantra-mantra yang bersifat tambahan.
Kitab ini terdiri dari beberapa buku nyanyian pujaan (gana). Dari kitab-kitab
yang ada, yang masih dapat dijumpai antara lain Ranayaniya, Kutama, dan
Jaiminiya (Talawakara).
c. Yajur Weda atau Yajur Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-
mantra yang memuat doa-doa pujaan atau pokok-pokok yadnya, yang terdiri dari
1.975 mantra. Pendeta penyajinya disebut Adwaryu. Yajur Weda terdiri dari
mantra-mantra yang sebagian besar berasal dari Rg. Weda, ditambah dengan
beberapa mantra tambahan baru. Tambahan ini umumnya berbentuk prosa.
Menurut Bhagawan Patanjali, kitab ini terdiri dari 101 resensi yang sebagian
besar sudah lenyap. Kitab ini terdiri atas dua aliran, yaitu :
1. Yajur Weda Hitam (Kresna Yajur Weda) yang terdiri atas beberapa resensi
yaitu Katakhassamhita, Mapisthalakathasamhita, Maitrayamisamhita, dan
Taithiriyasamhita (terdiri dari dua aliran, yaitu Apastamba dan Hiranyakesin).
2. Yajur Weda Putih (Sukla Yajur Weda juga dikenal Wajasaneyi Samhita).
Kitab ini terdiri dari dua resensi, yaitu Kanwa dan Madhayandina.
Perbedaan pokok antara kedua Yajur Weda ini terletak pada penggunaan mantra.
Mantra pada yajur weda putih diucapkan sebagai doa-doa dalam suatu upacara,
sedangkan mantra pada Yajur Weda Hitam menguraikan tentang arti dari upacara
itu sendiri.
d. Atharwa Weda atau Atharwa Weda Samhita terdiri dari 5.987 mantra.
Diantara mantra-mantra itu banyak yang berbentuk prosa. Isinya adalah tuntunan
hidup sehari-hari yang berhubungan dengan hidup keduniawian. Banyak
mantranya bersifat magis (Atharwan). Pendeta penyajianya disebut Brahmana.
Kitab ini terdiri dari Resensi Saunaka dan Paipplada.
Dari keempat kelompok Weda itu, tiga kelompok pertama sering disebut sebagai
mantra yang berdiri sendiri. Oleh karena itu disebut Trayi weda atau Tri Weda.
2. Bagian Brahmana (Karma Kanda)
Kitab-Kitab Brahmana memuat ajaran tentang kewajiban-kewajiban hidup
beragama. Kewajiban-kewajiban ini antara lain kewajiban untuk melakukan
upacara korban atau yadnya. Setiap Kitab Suci Weda memilki kitab
Brahmananya sendiri-sendiri. Kitab Reg Weda memiliki dua buah kitab
Brahmana yaitu: Aetareya Brahmana dan Kausitaki Brahmana yang juga disebut
Sankhyana Brahmana. Kitab yang pertama terbagi atas 40 bab, sedangkan kitab
yang kedua terdiri dari 30 bab. Kitab Sama Weda memiliki beberapa kitab
brahmana yaitu: Tandya Brahmana (Panca Wirusa), Sadwirusa Brahmana,
Adbhuta Brahmana. Kitab Yajur Weda memiliki dua kitab brahmana yaitu:
Taittiriya Brahmana (milik Sukla Yajur Weda). Kitab Atharwa Weda memiliki
kitab Gopatha Brahmana.
3. Bagian Upanisad/Aranyaka (Jnana Kanda)
Kata Upanisad berarti duduk dibawah dekat seorang guru untuk menerima ajaran-
ajaran yang bersifat rahasia. Pokok ajaran Upanisad berkisar pada dua asas yaitu
Brahman dan Atman.Brahman adalah asas alam semesta, dan Atma adalah asas
manusia. Upanisad-upanisad yang dipandang paling penting, yaitu: Isa
Upanisad, Kena Upanisad, Katha upanisad, Aetareya Upanisad, Taiitiriya
Upanisad, Kausitaki Upanisad dan Swetaswatara Upanisad.
Kitab Aranyaka merupakan kelanjutan dari kitab Brahmana. Kitab ini merupakan
pedoman bagi orang yang sudah melaksanakan Wanasprasta. Kitab ini isinya
interpretasi upacara-upacara keagamaan. Kitab ini disebut rahasya Jnana
karena isinya bersifat rahasia. Kitab-kitab Aranyaka yaitu: Aetareya Aranyaka
(milik Reg Weda). Tandra Aranyaka (Milik Sama Weda), Satapatha Aranyaka
(milik Atharwa Weda). Menurut DR.G Sriniwasa Murti bahwa tiap-tiap sakha
yaitu cabang ilmu dari kitab suci Weda merupakan satu Upanisad. Dalam
penelitian beliau dinyatakan bahwa kitab Catur Weda Samhita memiki 1.180
sakha yang perinciannya sebagai berikut: Reg Weda memiliki 21 sakha, Sama
Weda memiliki 1.000 sakha, yajur Weda memilki 109 sakha dan Atarwa Weda
memiliki 50 sakha. Jadi semestinya ada 1.180 sakha, namun berdasarkan catatan
Muktikopanisad jumlah upanisad yang ada sebanyak 108 buah buku, setiap
Weda dari Catur Weda memilki kitab Upanisad sebagai berikut:
a. Upanisad yang termasuk Reg Weda berjumlah 10 Upanisad yaitu: Aetareya,
Kausitaki, Nada-Bindu, Atmaprabedha, Nirwana, Mudgala, Aksamalika, Tripura,
Saubhaya, dan Brahwrca Upanisad.
b. Upanisad yang termasuk Sama Weda berjumlah 16 Upanisad yaitu: Kena,
Chandogya, Aruni, Maitrayani, Maitreyi, Wajrasucika, Yogacudamani,
Wasudewa, Mahat, Sanyasa, Awyakta, Kondika, Sawitri, Rudraksajabala,
Darsana dan Jabali Upanisad.
c. Upanisad yang termasuk Yajur Weda:
- Yajur Weda Hitam berjumlah 32 Upanisad: Kanthawali, Taittiriyaka,
brahma, Kaiwalya, Swetaswatara, Garbha, Narayana, Amrtabindu, Asartanada,
Katagnirudra, Kausika, Sukharahasya, Tejebindu, Dyanabindu, Brahmawidya,
Yogatattwa, Daksinamurti, Skanda, Sariraka, Yoga Sikha, Ekasara, Aksi,
Awadhuta, Katha, Rudrahredaya, Yogakundalini, Pancabrahma, Pranagnihotra,
Wahara, Kalisandraha, Ratnakhata dan Saraswatirasya Upanisad.
- Yajur Weda Putih berjumlah 19 Upanisad: Isawasya, Brhadaranyaka,
Jabala, Hamsa, Paramahamsa, Subata, Mantrika, Niralambha, Trisikhibrahmana,
Turiyatitah, Adwanyataraka, Pinggala, Bhiksu, Adhyatma, Tarasara,
Yadnyawalkya, Satyayani, Muktika dan Mandala brahmanaa Upanisad.
d. Upanisad yang termasuk Atharwa Weda Berjumlah 31 Upanisad: Prasna,
Mundaka, Mandhuka, Atharwasria, Atharwasikha, Brhaajjabala, Nrsimhatapini,
Naradapariwrrjaka, Sita, Mahanarayana, Ramarahasya, Ramatapini, Sandilya,
Paramahamsa, Annapurna, Surya, Atma, Pasupata, Parabrahma, Tripuratapini,
Dewi, bhawana, Brahma, Ganapati, Mahawakaya, Gopalatapini, Krsna,
Hayagriwa, Dattatreya, Garuda, Sarabha.

Anda mungkin juga menyukai