Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AGAMA HINDU

BUDHA

OLEH
NAMA : LUH PUTU DEVI KARTIKA
NIM : P07134014006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2014

A. PENDAHULUAN
Dalam agama Hindu secara garis besar filsafat weda dapat dibedakan menjadi aliran filsafat
Astika dan Nastika yang secara keseluruhan disebut Nawa Darsana. Filsafat Astika adalah
filsafat yang menerima weda sebagai kitab suci agama Hindu. Sementara itu filsafat Nastika
benar-benar bertolak belakang dengan filsafat Astika, yaitu paham yang menolak weda sebagai
kitab suci agama Hindu. Dalam kelompok Astika yang juga disebut Sad Darsana, kata Darsana
berasal dari akar kata drs yang bermakna "melihat", menjadi kata darsana yang berarti
"penglihatan" atau "pandangan". Dalam ajaran filsafat Hindu, Darsana berarti pandangan tentang
kebenaran. Jadi Sad Darsana berarti enam pandangan tentang kebenaran, yang merupakan dasar
dari Filsafat Hindu.
Adapun bagian bagian dari Sad Darsana ini ialah :
a.
Nyaya
b.
Waisesika
c.
Mimamsa
d.
Samkhya
e.
Yoga
f.
Wedanta
Sedangkan Kelompok Nastika merupakan kelompok yang sangat berbeda dan bertentangan
dengan kelompok Astika. Kelompok ini lahir ketika Hindu masih berbentuk ajaran Weda dan
kitab Weda belum tergenapi dan Hindu baru muncul setelah adanya kelompok Astika.
Kelompok yang tergolong Kelompok Nastika ialah :
a. Buddha
b. Carvaka
c. Jaina,
Dalam kelompok Astika sebenarnya tidak semuanya mengikuti inti ajaran Weda walaupun
mereka mengakui kewenangan Weda misalnya seperti Samkhya dan Mimamsa yang hanya
mengikuti empat aspek kebenaran dari lima hakekat yang dikemukakan Weda, hakekat yang
dimaksud itu adalah lima aspek besar dalam keyakinan Hindu yaitu percaya kebenaran Brahman,
kebenaran Atman, kebenaran karma, kebenaran Punarbawa dan kebenaran Moksa. Lima dasar
inilah yang saat ini dikenal dan disebut degan nama atau ajaran Panca Sradha yang memiliki arti
lima dasar keyakinan agama Hindu. Sedangkan Nyaya, Waisasika, Yoga dan Vedanta
sepenuhnya mengakui lima hakekat dari Weda kecuali carvaka yang tidak mengakui semua
hakekat tersebut kelompok Carvaka menganggap bahwa kehidupan di dunia tidak langeng dan
penuh pederitaan. Lahir berulang-ulang kali atau punarbawa itu sesungguhnya penderitaan.
Moksa atau kelepasan merupakan paramartha yaitu tujuan hidup tertinggi maka maksudnya
bahwa menganggap di dunia ini penuh dengan penderitaan. Kelompok Carvaka penekanan
ajarannya pada aspek material sebagai tujuan hidup tertinggi dan tidak percaya terhadap
kehidupan akhirat, berbeda dengan kelompok Nastika yang lainnya yaitu Jaina yang mengakui
adanya Atman, Karma, Punarbawa dan Moksa tetapi tidak mengakui adanya Brahman (Tuhan)
tetapi mengakui adanya jiwa-jiwa yang bebas disebut dengan Sidhas yang ajarannya sangat
menekankan pada Ahimsa dan Karma. Sedangkan Budha mengakui tiga aspek yaitu kebenaran
Karma, Punarbawa dan Moksa tetapi tidak mengakui kebenaran Brahman dan Atman.

B. PEMBAHASAN
Filsafat Buddha lahir dari ajaran-ajaran Buddha Gautama, pada abad 567 SM, ajarannya
dapat dikatakan bersifat atheisme dan spiritual. Kata Buddha merupakan sebutan yang diberikan
kepada orang yang telah mendapatkan pengetahuan langsung mengenai kodrat sejati dari segala
hal. Di mana kata Buddha berasal dari kata Bud yang artinya mengetahui, bangun, sadar dan
Dha yang artinya yang sempurna. Jadi Buddha merupakan sebutan yang diberikan sebagai
tanda bagi pencapaian spiritual tertinggi dan kebahagiaan abadi.
Ajaran Buddha menekankan pada etika, cinta kasih, persaudaraan, dan menolak sistem
kasta yang tentunya menyimpang dari sistem catur warna, serta menolak kitab suci Weda dan
pelaksanaan yadnya. Tujuan akhir perjalanan hidup manusia adalah nirwana, bukan sebagai
karunia Tuhan dan Dewa-Dewa, namun diperoleh melalui usaha diri sendiri.
Ajaran Buddha sering pula disebut dengan jalan tengah yaitu madhyama marga, ajaran-ajaran
pokoknya dibukukan dalam tiga kitab suci yaitu Tripitaka yang berarti tiga keranjang
pengetahuan, yang terdiri dari Vinayapitaka yang membahas tata laksana bagi masyarakat
umum, Suttapitaka yang membahas upacara-upacara dan dialog berkaitan dengan etika seperti
wejangan dan percakapan sang Buddha, dan Abhidhammapitaka yang berisi pemaparan teoriteori filsafat Buddha.
Adapun sejarah kelahiran Sang Budha yaitu Pangeran Siddharta mempunyai Ayah yang
bernama Sri Baginda Raja Suddhodana dari Suku Sakya dan ibunya adalah Sri Ratu Maha Maya
Dewi. Ibunda Ratu meninggal Dunia tujuh hari setelah melahirkan Sang Pangeran. Setelah
meninggal, beliau terlahir di alam Tusita, yaitu alam sorga luhur. Sejak itu maka yang merawat
Pangeran Siddharta adalah Maha Pajapati, bibinya yang juga menjadi istri Raja Suddhodana.
Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini, saat Ratu Maha Maya
berdiri memegang dahan pohon sal. Pada saat ia lahir, dua arus kecil jatuh dari langit, yang satu
dingin sedangkan yang lainnya angat. Arus tersebut membasuh tubuh Siddhartha. Siddhartha
lahir dalam keadaan bersih tanpa noda, berdiri tegak dan langsung dapat melangkah ke arah
utara, tempat yang dipijakinya tumbuh bunga teratai. Oleh para pertapa di bawah pimpinan Asita
Kaladewala diramalkan bahwa Pangeran Siddharta kelak akan menjadi Maharaja Diraja atau
akan menjadi seorang Buddha. Hanya pertapa Kondana yang dengan pasti meramalkan bahwa
Sang Pangeran kelak akan menjadi Buddha. Mendengar ramalan tersebut Sri Baginda menjadi
cemas, karena apabila Sang Pangeran menjadi Buddha, tidak ada yang akan mewarisi tahta
kerajaannya. Oleh pertanyaanya Sang Raja, para pertapa itu menjelaskan agar Sang Pangeran
jangan sampai melihat empat macam peristiwa, atau ia akan menjadi pertapa dan menjadi
Buddha. Empat macam peristiwa itu adalah Orang tua, Orang sakit, Orang mati, dan Seorang
pertapa.
Ajaran Filsafat Buddha meliputi Catur Arya Satyani yaitu empat kebenaran mulia
meliputi Dukha yaitu Hidup adalah penderitaan, Tresna yaitu ada yang menyebabkan
penderitaan, Nireda yaitu ada jalan untuk mengatasinya, serta Asta Marga yang artinya jalan itu.
Dan Pratitya Samut adalah dua belas hal yang menyebabkan penderitaan, yaitu Awidya
(kebodohan), Samkara (kesan di masa lalu), Wijnana (kesadaran awal), Nama (rupa, pikiran dan
badan), Sadayatana (enam anggapan), Sparsa (kontak hubungan dengan obyek), Vedana,
(pengalaman yang lalu), Tresna (haus akan kenikmatan). Upadana (perhatian yang lebih), Bhaya
(keinginan supaya terjadi), Jati (kelahiran) dan Jara Marana (umur tua dan kenikmatan).

Cinta Kasih dan Kasih Sayang seorang Buddha tidak terbatas oleh waktu dan selalu
abadi, karena telah ada sejak manusia pertama kali lahir dalam lingkaran hidup atau roda
samsara yang disebabkan oleh ketidaktahuan atau kebodohan batinnya. Jalan untuk mencapai
Kebuddhaan ialah dengan melenyapkan ketidaktahuan atau kebodohan batin yang dimiliki oleh
manusia. Cinta kasih dan kasih sayang seorang Buddha adalah cinta kasih untuk kebahagiaan
semua makhluk seperti orang tua mencintai anak-anaknya. Namun bagi mereka yang menderita
atau dalam keadaan batin yang gelap, Sang Buddha akan memberikan perhatian khusus dengan
Kasih Sayang-Nya, Sang Buddha menganjurkan supaya mereka berjalan di atas jalan yang benar
dan mereka akan dibimbing dalam melawan kejahatan, hingga tercapai "Pencerahan Sempurna".
Sang Buddha adalah ayah dalam kasih sayang dan ibu dalam cinta kasih.
Sebagai Buddha yang abadi, Beliau telah mengenal semua orang dan dengan
menggunakan berbagai cara Beliau telah berusaha untuk meringankan penderitaan semua
makhluk. Buddha Gautama mengetahui sepenuhnya hakekat dunia, namun Beliau tidak pernah
mau mengatakan bahwa dunia ini asli atau palsu, baik atau buruk. Beliau hanya menunjukkan
tentang keadaan dunia sebagaimana adanya. Buddha Gautama mengajarkan agar setiap orang
memelihara kebijaksanaan sesuai dengan watak, perbuatan dan kepercayaan masing-masing.
Beliau tidak saja mengajarkan melalui ucapan, akan tetapi juga melalui perbuatan.
Seorang Buddha memiliki sifat-sifat luhur sebagai berikut:
1) Bertingkah laku baik;
2) Berpandangan hidup luhur;
3) Memiliki kebijaksanaan sempurna;
4) Memiliki kepandaian mengajar yang tiada bandingnya;
5) Memiliki cara menuntun dan membimbing manusia dalam mengamalkan Dharma.
Buddha Gautama selalu memelihara sifat yang tenang dan damai dengan melaksanakan
meditasi. Sang Buddha membersihkan pikirannya dari kekotoran batin dan menganugerahkan
kebahagiaan yang sempurna. Jangkauan pikiran Sang Buddha melampaui jangkauan pikiran
manusia biasa. Dengan kebijaksanaan yang sempurna, Buddha Gautama dapat menghindarkan
diri dari sikap-sikap ekstrim dan prasangka,buruk serta memiliki kesederhanaan. Oleh karena itu
Beliau dapat mengetahui dan mengerti pikiran dan perasaan semua orang dan dapat melihat yang
ada dan yang terjadi di dunia dalam sekejap, sehingga mendapatkan julukan seorang yang telah
Mencapai Pencerahan Sempurna dan Yang Maha Tahu.
Pengabdian Buddha Gautama telah membuat diri-Nya mampu mengatasi berbagai
masalah di dalam berbagai kesempatan. Sang Buddha adalah pelambang dari kesucian, yang
tersuci dari semua yang suci. Karena itu, Sang Buddha adalah Raja Dharma yang agung. Beliau
dapat berkhotbah kepada semua orang, kapanpun dikehendaki-Nya. Sang Buddha
mengkhotbahkan Dharma, akan tetapi sering terdapat telinga orang yang bodoh karena
keserakahannya dan kebenciannya, tidak mau memperhatikan dan mendengarkan khotbah-Nya.
Bagi mereka yang mendengarkan khotbah-Nya, yang dapat mengerti dan menghayati serta
mengamalkan Sifat Agung Sang Buddha akan terbebas dari penderitaan hidup.

Pada awalnya Buddha merupakan pembaharu dan guru etika serta bukan ahli metafisika.
Bila seseorang menanyakan masalah metafisika bahwa apakah roh itu berbeda dengan badan,
apakah yang mengatasi kematian, apakah dunia ini terbatas ataukah tak terbatas, abadi atau tidak,
dan sebagainya. Beliau menghindari untuk membahasnya. Bagi Buddha pembahasan tentang
permasalahan guna pemecahan yang tidak cukup bukti hanya akan membawa pada pandangan
sebagian. Buddha mengatakan pandangan metafisika semacam itu yang dikemukakan oleh para
pemikir menunjukkan bahwa semua itu tidak cukup karena didasarkan atas pengalaman indria
yang tidak pasti, ketagihan, harapan dan ketakutan. Spekulasi semacam itu harusnya dihilangkan
karena tidak akan dapat mengantarkan manusia mendekat pada tujuannya yang
bagi Buddha disebut dengan kearhatan atau vimutti, yaitu keadaan bebas dari segala penderitaan.
Bagi mereka yang melibatkan diri yang selalu mempertanyakan tentang roh dan dunia bagaikan
orang bodoh yang mengahabiskan waktunya pada hal yang tak berguna.
Bagi Buddha ketimbang membicarakan pertanyaan metafisika yang secara etis tak ada
gunanya dan secara intelektual tak ada kepastiannya, lebih baik mencoba menjelaskan
pertanyaan-pertanyaan yang paling penting tentang penderitaan, asalnya, penghentiannya, dan
jalan yang menghantar pada penghentian itu. Dan jawaban dari keempat inti pertanyaan tersebut
kemudian membentuk inti dari pencerahan dari Buddha, yang kemudian dikenal sebagai empat
kebenaran mulia (catvari atyasatyani), yaitu:
1)
Kebenaran bahwa ada penderitaan.
2)
Kebenaran bahwa ada penyebab penderitaan.
3)
Kebenaran bahwa ada penghentian penderitaan.
4)
Kebenaran bahwa ada jalan yang menghantarkan pada penghentian penderitaan.
Dalam ajaran Buddha pembebasan dari kesengsaraan dapat dicapai dalam kehidupan ini
juga apabila kondisi tertentu dapat terpenuhi. Bila pengendallian nafsu sudah terkendali dan
berkesinambungan tentang kebenaran akan membawa seseorang pada kebijaksanaan sempurna,
ia tidak lagi terpengaruh oleh keterikatan duniawi dan selanjutnya ia dikatatakan telah menjadi
seorang Arhat (orang mulia). Keadaan demikian sering disebut dengan nirvana, yaitu
pemusnahan nafsu dan kesengsaraan. Namun perlu diingat bagi kaum Buddha pencapaian
keadaan ini tidak harus dengan jalan keadaan yang tidak aktif dalam artian orang harus menjauh
dari dunia luar. Dengan melihat ajaran dari contoh kehidupan Buddha sendiri dapat dikatakan
bahwa nirvana tidak memperkenalkan para asrhat untuk menjauhkan diri dari kegiatan,
sebaliknya, kasih sayang dan simpati pada semua makhluk bertambah dengan pencerahan dan
meyakinkan orang-orang sempurna untuk membagi kebijaksanaannya dengan mereka dan
bekerja guna meningkatkan moral mereka.
Sang Buddha meminta para pengikutnya agar menghindari kejahatan, melakukan
kebaikan, dan memurnikan pikiran dengan menyingkirkan pemikiran yang senonoh. Masuk
dalam kosentrasi dan meditasi, mempercayai Dharma dan setia terhadap etika yang merupakan
kunci-kunci ajaran sang Buddha. Sungguh penting menyediakan waktu setiap hari untuk
merenung dengan tenang. Untuk membawa harmoni dan keseimbagan bagi kehidupan. Sungguh
mudah untuk terpedaya oleh masukan-masukan indria. Meditasi dan perenungan melatih
umat Buddha untuk membangun dan waspada terhadap kecenderungan yang bersifat buruk.

C. SIMPULAN
Filsafat Buddha lahir dari ajaran-ajaran Buddha Gautama, pada abad 567 SM,
Buddha merupakan sebutan yang diberikan sebagai tanda bagi pencapaian spiritual tertinggi dan
kebahagiaan abadi. Ajaran Buddha menekankan pada etika, cinta kasih, persaudaraan, dan
menolak sistem kasta yang tentunya menyimpang dari sistem catur warna, serta menolak kitab
suci Weda dan pelaksanaan yadnya. ajaran-ajaran pokoknya dibukukan dalam tiga kitab suci
yaitu Tripitaka yang berarti tiga keranjang pengetahuan, yang terdiri dari Vinayapitaka yang
membahas tata laksana bagi masyarakat umum, Suttapitaka yang membahas upacara-upacara
dan dialog berkaitan dengan etika seperti wejangan dan percakapan sang Buddha,
dan Abhidhammapitaka yang berisi pemaparan teori-teori filsafat Buddha. Ajaran Filsafat
Buddha meliputi Catur Arya Satyani yaitu empat kebenaran mulia meliputi Dukha yaitu Hidup
adalah penderitaan, Tresna yaitu ada yang menyebabkan penderitaan, Nireda yaitu ada jalan
untuk mengatasinya, serta Asta Marga yang artinya jalan itu.

D. DAFTAR PUSTAKA
Nawa Darsana.[online].tersedia:http://perjalananhindu.blogspot.com/2013/09/filsafat-nawadarsana-ajaran-panca.html.[diakses:18 September 2014.20:10]
Perjalanan hindu. 2013.filsafat nawa darsana.(online).tersedia:
http://perjalananhindu.blogspot.com/2013/09/filsafat-nawa-darsana-ajaran-panca.html.
[diakses: 18 September 2014.20:08]
Krishna, wika.2013.filsafat nastika.
[online].tersedia:http://wikakrishna.wordpress.com/2013/10/30/sekilas-filsafat-nastikacarwaka-jaina-buddha/.[diakses:19 September 2014: 21.18]
Megawati.2013.Tugas Darsana(filsafat samkya dan filsafat Visitadvaita).
[online].tersedia:http://wmegawati.blogspot.com/2013/12/tugas-darsana.html.[diakses:19
September 2014.21:25]

Anda mungkin juga menyukai