C
Karya ini dipersembahkan kembali kepada Prabu Sri
Wyasa, Bhagawan Jagat Guru Shankaraacharya
dan kepada Srimad Appaya Dikshitar
Diterjemahkan Oleh :
Mohan M. S.
Diedit Oleh :
Suratsih
www.shantiwangi.com
berbagai Upanishad (Siras), yang dianggap sebagai intisari penting
berbagai Wedas.
www.shantiwangi.com
Sariraka Bhashya dan perguruannya disebut Kewala Adwaita.
Bhashyanya Sri Ramanuja menghasilkan perguruan
Wisishtadwaita, ajarannya disebut Sri Bhashya. Kemudian
ajaran-ajaran Sri Nimbakarcharya dikenal sebagai Wedanta
parijata-saurabha. Sri Wallabhacharya mengajarkan filosofi
Suddhadwaita (Monisme murni) dan ajaran-ajarannya yang
berdasarkan Brahma-sutra ini dikenal sebagai Anu Bhashya.
www.shantiwangi.com
pikirannya seperti : “Aku cerdas, aku bodoh”, “Aku marah, aku
sakit”, dsb. Objek atau tujuan dari Brahma-sutras ini adalah untuk
menyingkirkan kesalahan-kesalahan identifikasi manusia ini dengan
berbagai aspek-aspek raganya. Hal ini berhubungan dengan
kesalahan atau kekurang-fahaman (kebodohan) dan disebut
awidya.
www.shantiwangi.com
Sedangkan menurut Sri Ramanuja, Brahman dengan berbagai
atribut-atribut-Nya disebut Sawisesha. Beliau menyandang
berbagai sifat-sifat. Beliau bukanlah intelegensia, namun
intelegensia adalah sifat yang utama. Beliau ini berisikan seluruh
jagat-raya dan isinya, yang bersifat nyata. Benda (Achit) dan jiwa
(Chit) adalah raga-Nya, ia disebut Hyang Narayana yang adalah
Penguasa Dalam (Antaryamin). Berbagai wujud-wujud benda dan
jiwa adalah Prakara-prakara (mode-mode)-Nya. Para jiwa-jiwa
tidak akan menyatu dengan Hyang Brahman. Menurut Resi
Ramanuja, Sang Brahman bukan satu atau homogeneous. Pada
saat pralaya, para jiwa akan berkontraksi. Mereka berekspansi lagi,
sewaktu semesta diciptakan lagi (kembali). Brahmannya Sri
Ramanuja ini disebut Sakara Brahman, yaitu Tuhan yang memiliki
wujud. Para jiwa adalah individu-individu benar, dan akan tetap
hadir sebagai manusia. Sang Maha Jiwa bersemayam di
Waikuntha-loka sebagai Ishwara atau Hyang Narayana. Bhakti
dan bukan Jnana adalah jalan moksha. Sri Ramanuja di dalam
ajaran Bhashyanya berpedoman kepada Resi Boghayana.
www.shantiwangi.com
merupakan anak-anak tangga, yang meniti kita sampai suatu saat
kita benar-benar mampu memahami ajaran Sri Shankara yang
disebut Kewaladwaita. Sri Shankara sangat anti dengan ritual-ritual
yang konsumtif dan berkepanjangan, bagi beliau bhakti semacam
ini sia-sia belaka, sebaliknya gyana atau pengetahuan akan Yang
Maha Esa secara hakiki adalah lebih utama, namun begitu resi
agung ini setuju dengan Nishkama Karma Yoga (Yoga tanpa
pamrih). Ajaran Shankara dan Wyasa bersifat sangat identik. Para
sishya perguruan ini harus mempelajari Sariraka Bhashyanya Sri
Shankara Acharya karena filosofi Adwaita ini dianggap yang paling
utama di antara ajaran dan tafsir-tafsir Hindhu Dharma.
www.shantiwangi.com
Puja-puji bagi Sri Wyasa Bhagawan, putra Resi Parasara,
yang telah menulis berbagai Puranas dan memilah-milah berbagai
Weda-Weda. Semoga karunia sang resi yang agung dan suci ini
beserta kita semua
www.shantiwangi.com
DHYANA-SLOKAS
Kami bersujud kepada Guru, Sang Eksistensi, yang jauh dan
lepas dari berbagai gunas, Yang Maha Tak Terjabarkan, Sang
Shaksi dari berbagai fungsi pikiran, Yang Maha Murni dan tak
berubah-ubah, Yang Maha Abadi, Yang melampaui kedua
unsur Dwandas, Yang Maha Luas, Yang dapat diutarakan
melalui kata-kata : “Dikau adalah ITU”, Karunia Brahman,
Yang Maha Pemberi Kebahagiaan Utama, Kebijakan Yang
Maha Hakiki”.
www.shantiwangi.com
Sri Sankardesikashtam
Puja-puji ke Sri Shankara Acharya yang telah menafsirkan
Brahma-sutras karya Resi Wyasa ini
(Oleh : Hastamalaka)
www.shantiwangi.com
8. Sejauh ini aku belum berhasil mendapatkan harta-karun
selain Dirimu, Wahai Guru. Sudilah memaafkan daku sesuai
dengan sifat-sifatmu, wahai Shankara, sudilah menuntunku.
OM TAT SAT
www.shantiwangi.com
BAB I
SAMANWAYA ADHYAYA
www.shantiwangi.com
Di seluruh Wedanta Sutras, Brahman adalah tema utama
diskusi ini. Tidak ada interpretasi yang tidak lepas dari Sang
Brahman. Setiap bab memiliki topiknya yang tersendiri, dan setiap
penjelasan diartikan secara konsisten dengan topik di bab tersebut.
Terdapat hubungan yang tegas antara Adhikaranas atau topik-topik
ini. Satu Adhikarana berhubungan dengan Adhikarana yang lainnya
melalui asosiasi berbagai ide. Di dalam satu Pada (bagian)
terdapat banyak Adhikaranas dan kesemuanya ini tidak diletakkan
secara kebetulan.
Sinopsis
Bagian ini secara singkat menerangkan subjek-subjek yang
berhubungan dengan Brahma-sutras yaitu sifat sejati Brahman
Yang Maha Kuasa atau Jati Diri Yang Maha Tinggi; subjek-subjek
yang berhubungan dengan jiwa-jiwa individu dan jagat-raya, dan
hubungan antar subjek-subjek tersebut. Juga terdapat petunjuk
mengenai meditasi ke Brahman.
www.shantiwangi.com
Adhikarana VII : Sutras 20 dan 21, menunjukkan bahwa manusia
emas yang disaksikan di matahari dan di dalam mata adalah
Brahman atau Sang Jati Diri (Atman).
www.shantiwangi.com
Bagian 1. Jijnasadhikaranam :
Topik 1. Pertanyaan akan Brahman dan berbagai aspek-aspek-
Nya.
Athato Brahmajijnasa
1.1.1 (1)
Bagian 1. Janmadyadhikaranam :
Topik 2. Definisi Sang Brahman.
Janmadyasya Yatah
1.1.2 (2)
www.shantiwangi.com
namun melalui pemahaman langsung (Aparakosha-anubhuthi).
Yang mengarahkan seseorang ke intuisi ini adalah Srawana (studi
akan Srutis), Manana (refleksi) dan Nididhyasana (meditasi yang
berkesinambungan, melalui tuntunan seorang guru yang telah
faham akan kebenaran “Tat Twam Asi” Mahawakya).
Bagian 1. Sastrayonitwadhikaranam :
Topik 5. Brahman hanya dapat direalisasikan melalui skripsi-
skripsi suci.
Sastrayonitwat
1.1.3 (3)
Bagian 1. Samanwayadhikaranam :
Topik 4. Brahman adalah Tujuan dari semua skripsi suci.
Tattu Samanwayat
1.1.4 (4)
www.shantiwangi.com
Bagian 1. Ikshatyadyadhikaranam :
Topik 5. Brahman (Prinsip Intelegensia) adalah Penyebab Yang
Pertama.
Ikshaternasabdham
1.1.5 (5)
Gaunaschet na Atmasabdat
1.1.6 (6)
www.shantiwangi.com
Tannishthasya mokshopadesat
1.1.7 (7)
Heyatwawachanaccha
1.1.8 (8)
Swapyayat
1.1.9 (9)
www.shantiwangi.com
Gatisamanyat
1.1.10 (10)
www.shantiwangi.com
Srutatwaccha
1.1.11 (11)
Bagian 1. Anandamayadhikaranam :
Topik 6. Anandamaya adalah Para Brahman
Anandamayo’bhyasat
1.1.12 (12)
www.shantiwangi.com
Wikarasabdanneti chet na prachuryat
1.1.13 (13)
Taddhetuwyapadesaccha
1.1.14 (14)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Brahman senantiasa dijabarkan di dalam Mantras
(Satyam Jnanam Anantam Brahman), dan juga di dalam
Brahmanas sebagai Anandamaya. Mantras dan Brahmanas adalah
bagian-bagian dari berbagai Weda.
Netaro’nupapatteh
1.1.16 (16)
Bhedawyapadesaccha
1.1.17 (17)
Kamachcha Nanumanapeksha
1.1.18 (18)
www.shantiwangi.com
(Brahman) maka yang dihasilkan adalah Karunia Ilahi (Moksha).
Itulah sebabnya dinyatakan dengan tegas bahwa Anandamaya
tersebut bukanlah Pradhana (Prakriti, Maya).
Bagian 1. Antaradhikaranam :
Topik 7. Yang terlihat di surya dan di mata adalah Brahman.
Antastaddharmopadesat
1.1.20 (20)
Bhedawyapadesachchanyah
1.1.21 (21)
“Dan ada yang lainnya yang berbeda, yaitu Tuhan yang berbeda
dengan yang disaksikan di surya, dsb.
berdasarkan pernyataan”.
www.shantiwangi.com
Bagian 1. Akasadhikaranam :
Topik 8. Kata Akasa seyogyanya difahami sebagai Brahman.
Akasastallingat
1.1.22 (22)
Bagian 1. Pranadhikaranam :
Topik 9. Kata Prana seyogyanya difahami sebagai Brahman.
Bagian 1. Jyotischaranandhikaranam :
Topik 10. Cahaya adalah Brahman.
Jyotischaranabhidhanat
1.1.24 (24)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Sruti menyatakan : “Cahaya yang bersinar di atas
loka-loka lebih tinggi dari setiap unsur, di dunia yang tertinggi, di
mana tidak hadir loka-loka lainnya...... cahaya yang sama ini juga
hadir di dalam diri manusia”. Demikianlah kata Jyoti (Cahaya atau
Nur Ilahi) menunjuk ke Brahman bukan ke cahaya surya, dsb.
Bhutadipadawyapadesopapatteschalwam
1.1.26 (26)
www.shantiwangi.com
Upadesabhedanneti chet na
ubhayasaminnapyawirodhat
1.1.27 (27)
Bagian 1. Pratadhanadhikaranam :
Topik 11. Prana adalah Brahman.
Prasnastathanugamat
1.1.28 (28)
www.shantiwangi.com
Up. III.8. menyatakan: “Prana tersebut sebenarnya adalah Sang
Jati Diri yang bersifat intelijen, Karunia, senantiasa abadi dan tidak
dapat binasa”.
Na wakturatmopadesaditi chet
Adhyatma sambhandhabhuma hyasmin
1.1.29 (29)
www.shantiwangi.com
Jiwamukhyapranalinganneti chet na upasatraiwidhyat
asritatwadiha tadyogat
1.1.31 (31)
www.shantiwangi.com
Bagian kedua : Introduksi
Pada bagian kesatu, Sang Brahman telah dijelaskan sebagai
Penyebab dari asal mula, sebagai Pemelihara dan sebagai Pralaya
alam semesta ini. Juga diajarkan agar kita mencari dan memahami-
Nya, yang bersifat Maha Abadi, Maha Hadir dan Maha Kuasa. Beliau
juga telah dijelaskan sebagai Anandamaya, Jyoti, Prana, Akasa,
dsb.
Sinopsis :
Di bagian ini dibuktikan bahwa berbagai ekspresi akan Sang
Brahman di berbagai Srutis ternyata mengarah dan
mengindikasikan Sang Brahman, Yang Maha Abadi.
Di ajaran Sandilya Widya yang terdapat di Chhandogya
Upanishad, dikatakan bahwa masa depan seorang manusia
ditentukan oleh pikiran-pikirannya di masa kini, oleh sebab itu
dianjurkan agar kita senantiasa menghasratkan dan memfokuskan
diri dan pikiran kita ke Brahman yang adalah Sat-Chit-Ananda,
yang serba Maha di dalam segala aspek-aspek-Nya, dengan
memahami hakikat-Nya kita akan identik dengan-Nya.
www.shantiwangi.com
Adhikarana IV (Sutra 13-17), menjelaskan akan fenomena yang
hadir di mata adalah Brahman semata, dan bukan refleksi ataupun
sang jiwa.
www.shantiwangi.com
Bagian 2. Sarwatra Prasiddhyadhikaranam :
Topik 1. Manomaya adalah Brahman.
Sarwatra prasiddhopadesat
1.2.1. (32)
Wiwakshitagunopapattescha
1.2.2 (33)
www.shantiwangi.com
Anupapattestu na saarirah
1.2.3 (34)
“Di sisi lain karena semua kwalitas ini tidak mungkin disandang
oleh sang jiwa, maka ia tidak dapat disebut sebagai Manomaya”.
Karmakartriwyapadesaccha
1.2.4 (35)
Sabdawiseshat
1.2.5 (36)
Smritescha
1.2.6 (37)
“Dari Smriti juga dapat kita fahami bahwasanya sang jiwa dan
Sang Atman ini berbeda”.
www.shantiwangi.com
Keterangan : Smriti dalam hal ini Bhagawat-Gita menjelaskan :
“Yang Maha Kuasa bersemayam di dalam hati semua makhluk,
wahai Arjuna, melalui daya ilusif-Nya, Beliau menyebabkan semua
makhluk untuk bekerja, ibarat gerabah yang berputar di atas alat
pembuat gerabah tersebut”. (B-Gita).
Keterangan : Sifat ether itu sebenarnya lebih luas dari bumi ini,
lebih luas dari antariksa, lebih luas dari berbagai swarga-loka dan
jagat raya yang maha luas ini. Bentuk kecil adalah wujud atom-
Nya, namun atom ini hadir dan mencakup segala-galanya. Jadi
yang terasa kecil secara duniawi, secara Niskala itu ternyata tidak
terbatas sifat-Nya.
www.shantiwangi.com
dan bukan sebaliknya. Sang jiwa terbatas waktu dan dayanya,
Brahman adalah Maha Abadi, dan serba maha dalam segala-
galanya. Kebahagiaan dan penderitaan adalah fenomena-fenomena
sang pikiran, berdasarkan sifat-sifat awidya seseorang. Sruti
menyatakan : “Dua ekor burung tinggal di sebatang pohon (raga)
ini. Burung yang satu disebut jiwa, ia menyantap berbagai buah
dan hasil dari perbuatannya, sedangkan burung yang satu lagi
(Atman, Brahman) duduk bersaksi tanpa makan atau terlihat oleh
makanan tersebut”. (Mun. Up. III. 1. 1).
Bagian 2. Attradhikaranam :
Topik 2. (Yang menyantap adalah Brahman).
Atta characharagrahanat
1.2.9 (40)
Prakaranaccha
1.2.10 (41)
www.shantiwangi.com
masa yang akan datang”. Yamapun mengibaratkan para brahmana
dan para kshatriya sebagai santapan sang kematian. Yama sendiri
tidak dapat menjelaskan di manakah tinggalnya Sang Brahman ini.
Di sisi lain B-Gita menyatakan : “Dikau adalah Penyantap berbagai
loka-loka, Penyantap dari semua yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, Dikau layak dipuja-puji dibandingkan Sang Guru, tidak
seorangpun mampu melampaui kedigjayaan-Mu ini”.
Bagian 2. Guhaprawishtadhikaranam :
Topik 3. Yang bersemayam di dalam relung hati yang paling
dalam adalah sang jiwa dan Sang Brahman.
Wiseshanaccha
1.2.12 (43)
www.shantiwangi.com
Bagian 2. Antaradhikaranam :
Topik 4. Yang terlihat di mata itu adalah Sang Brahman.
Antara upapatteh
1.2.13 (44)
Sthanadiwyapadesaccha
1.2.14 (45)
Sukhawisishtabhidhanadewacha
1.2.15 (46)
www.shantiwangi.com
Srutopanishatkagatabhidhanaccha
1.2.16 (47)
Anawasthiterasamhhawaccha netarah
1.2.17 (48)
“Yang disaksikan diantara (di dalam) mata adalah Sang Jati Diri
Yang Maha Kuasa dan bukanlah sang jiwa, namun tidak
selamanya demikian”.
Bagian 2. Antaryamyadhikaranam :
Topik 5. Brahman sebagai penguasa dalam.
Antaryamyadhidaiwadishu taddharmawyapadesat
1.2.18 (49)
www.shantiwangi.com
di bumi dan di dalam bumi, yang tidak difahami oleh bumi, yang
raganya adalah bumi ini, yang memerintah bumi dari dalam, Ia
adalah Atman-Mu, Sang Penguasa di dalam, Yang Maha Abadi”.
Namun selalu saja ada yang bersilang pendapat. Bagi mereka sang
pencipta dalam (Antaryamin) ini, adalah sang jiwa setiap makhluk.
Namun Upanishad di atas jelas mengatakan bahwa bahkan sang
bumi sendiri tidak dapat memahami-Nya, yang juga hadir di dalam
berbagai planet, antariksa, ether dan lain sebagainya.
Na cha smartamatadharmabhilapat
1.2.19 (50)
Sarirraschobhayepi hi bhedenainamadhiyate
1.2.20 (51)
www.shantiwangi.com
Bagian 2. Adrisyatwadhikaranam :
Topik 6. Yang tidak dapat disaksikan adalah Brahman.
Adrisyatwadigunako dharmokteh
1.2.21. (52)
Rupopanyasaccha
1.2.23 (54)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Mundaka Up. II. 1. 4, menyatakan : “Agni adalah
kepala-Nya, Surya dan Rembulan adalah kedua mata-Nya, keempat
arah adalah telinga-Nya; Weda-Weda adalah Sabda-Sabda-Nya;
angin adalah nafas-Nya, semesta adalah jantung-Nya. Dari kaki-
Nya hadir sang bumi ini, Beliau adalah Sang Atman di dalam
kesemuanya”. Demikianlah semua sabda Upanishad ini secara
tegas menyatakan Hakikat Brahman, dan tidak mengarah ke unsur-
unsur yang lain, yang bukan Brahman.
Bagian 2. Waiwanaradhikaranam :
Topik 7. Waiswanara adalah Brahman.
Waiswanarah sadharanasabdawiseshat
1.2.24 (55)
www.shantiwangi.com
manusia, di dalam Dirinya Sendiri”. Beliau itu pastilah Brahman
Yang Maha Kuasa.
Smaryamanamanumanam syaditi
1.2.25 (56)
www.shantiwangi.com
Ata ewa na dewata bhutam cha
1.2.27 (58)
Sakshadapyawirodham jauminih
1.2.28 (59)
Abhiwyakterityasmarathyah
1.2.29 (60)
www.shantiwangi.com
sebagai sebesar ibu jari di dalam relung hati sanubari mereka yah
boleh-boleh saja. Bagi yang memfokuskan diri ke Atman, akan
menyaksikan-Nya sebagai Atman dan begitu juga seterusnya.
Apapun ekspresi kata-katanya, menurut sang resi ini tujuannya
tetap sama yaitu Hakikat Yang Maha Esa.
Anusmriterbadarih
1.2.30 (61)
www.shantiwangi.com
Demikianlah sabda Resi Jaimini, sebagian pemuja menuja-Nya
dalam wujud yang terbatas ini.
Amananti chainamasmin
1.2.32 (63)
www.shantiwangi.com
Bagian 3. Introduksi
Pada bagian kedua, berbagai tema dan ungkapan yang
meragukan mengenai Brahman Yang Maha Esa telah dijabarkan. Di
bagian ini, berbagai ungkapan-ungkapan lainnya mengenai Tuhan
Yang Maha Esa yang belum diuraikan di bagian-bagian sebelumnya,
akan diterangkan lebih lanjut, demi pembuktian bahwa yang
dimaksud adalah Brahman Yang Maha Tak Terbatas, yang sama ini
juga.
Pada bagian pertama, di bab pertama, sang pengarang
(Sutrakara) menjabarkan berbagai sebutan seperti Akasa (ether),
Prana (energi), Jyoti (cahaya) sebagai Brahman. Di bagian kedua
beliau menunjuk dan menjabarkan berbagai unsur-unsur yang
hadir di raga manusia sebagai aspek-aspek Brahman dalam bentuk
Nirguna Brahman (Tuhan Yang Maha Gaib, Yang Tidak
Terjabarkan). Subjek utama di sini adalah diskusi akan Para
Brahman yaitu Nirguna Brahman Yang Maha Mulia, Agung dan
Maha Gaib.
Sinopsis :
Berbagai upaya-upaya meditasi di berbagai Srutis, yang
belum sempat di uraikan di atas, akan didiskusikan di bagian ini
demi membuktikan bahwa semua itu mengarah ke Yang Maha Tak
Terbatas, Satchitanada, Yang Maha Hadir, Abadi, dan Tak
Terbinasakan (Para Brahman).
www.shantiwangi.com
Pranawa Om (Prasna V-5). Purusha ini juga ternyata adalah
Brahman Yang Maha Tinggi.
www.shantiwangi.com
Bagian 3. Dyubhwadyadhikaranam :
Topik 1. Langit, bumi, dan lain sebagainya adalah Brahman.
Dyubhwadyayatanam Swasabdat
1.3.1 (64)
Muktopasripyawyapadesat
1.3.2 (65)
Nanumanamatacchabdat
1.3.3 (66)
Pranabhriccha
1.3.4 (67)
www.shantiwangi.com
Bhedawyapadesat
1.3.5 (68)
Prakarcanat
1.3.6 (69)
Sthityadanabhyam cha
1.3.7 (70)
Bagian 3. Bhumadhikaranam :
Topik 2. Bhuma adalah Brahman.
Bhuma samprasadadadhyupadesat
1.3.8 (71)
www.shantiwangi.com
mana yang hadir hanyalah Brahman semata dan tidak ada unsur-
unsur apapun yang lainnya (Chhandogya Up. VIII. 22 – 24).
Dharmopapattescha
1.3.9 (72)
Bagian 3. Aksharadhikaranam :
Topik 3. Akshara adalah Brahman.
Aksharamambarantadhriteh
1.3.10 (73)
Sa cha prasasanat
1.3.11 (74)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Bri. Up. III.8.9, menyatakan : “Sesuai dengan
perintah-Nya (Akshara tersebut) wahai Gargi ! maka surya dan
chandra berfungsi secara seksama”. Kalau bukan Yang Maha Esa
itu sendiri yang memerintahkannya (mengendalikannya), maka
tidak mungkin jagat-raya ini berfungsi sesuai dengan hukum-
hukum-Nya.
Anyabhawawyawrittescha
1.3.12 (75)
Bagian 3. Ikshatikarmawyapadesadhikaranam :
Topik 4. Purusha Tertinggi yang menjadi tujuan meditasi adalah
Brahman Yang Tertinggi.
Ikshatikarmawyapadesat cha
1.3.13 (76)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Berbagai Upanishad dan shastra-widhi menyatakan
bahwasanya puncak dari meditasi tertinggi akan menghasilkan
penampakan Ilahi.
Bagian 3. Daharadhikaranam :
Topik 5. Dahara (Akasa alit) adalah Brahman.
Dahara uttarebhyah
1.3.14 (77)
www.shantiwangi.com
sehari-harinya senantiasa dikatakan “Seseorang yang telah
memasuki tahap tidur lelap telah menjadi Brahman”; ada juga
ungkapan yang lain : “Ia telah masuk ke tahap Brahman”.
Dhritescha mahimno’syasminnupalabdheh
1.3.16 (79)
Prasiddhescha
1.3.17 (80)
“Juga sesuai dengan arti yang amat difahami (yaitu), Akasa (ether)
adalah Brahman, maka Daharakasa (ether kecil)pun
adalah Brahman.
www.shantiwangi.com
Keterangan : Seperti yang telah dijelaskan pada keterangan-
keterangan sebelumnya, maka sang jiwa yang terbatas durasinya
ini tidak mungkin disejajarkan dengan Brahman Yang Maha Abadi.
Uttaracchedawirbhutaswarupastu
1.3.19 (82)
Anyarthascha paramarsah
1.3.20 (83)
www.shantiwangi.com
Alpasruteriti chet taduktam
1.3.21 (84)
Bagian 3. Anukrityadhikaranam :
Topik 6. Semuanya dicahayai oleh Brahman.
Anukritestasya cha
1.3.22 (85)
www.shantiwangi.com
Bagian 3. Pramitadhikaranam :
Topik 7. Purusha yang berukuran sebesar ibu jari adalah
Brahman.
Sabdadewa pramitah
1.3.24 (87)
Hridyapekshaya tu manushyadhikaratwat
1. 3. 25 (88)
www.shantiwangi.com
Bagian 3. Dewatadhikaranam :
Topik 8. Para dewapun layak untuk mempelajari berbagai Weda.
www.shantiwangi.com
Sabda iti chet, na, atah prabhawat
pratyakshanumanabhyam
1. 3. 28 (91)
www.shantiwangi.com
Samananamarupatwat cha awrittawapyawirodho
darsanat smritescha
1. 3. 30 (93)
Madhwadishwasambhawadanadhikaranam Jaiminih
1. 3. 31 (94)
www.shantiwangi.com
Jyotishi bhawacca
1. 3. 32 (95)
www.shantiwangi.com
Bagian 3. Apasudradhikaranam :
Topik 9. Diskusi mengenai hak kaum Sudra untuk mempelajari
Weda.
Keterangan : Sang raja ini ditolak oleh sang resi, sewaktu ingin
menjadi murid sang resi karena dianggap sebagai seorang sudra.
Namun pada kesempatan berikutnya ia diterima menjadi murid.
Kaum Purwapakshin berpendapat bahwa seharusnya kaum Sudra
diperbolehkan memuja dan mendapatkan widya, karena mereka
memiliki raga dan kemampuan lahir batin yang sama dengan kaum
yang lainnya. Sebenarnya Smriti penuh dengan kisah-kisah kaum
Sudra yang naik tinggi ke jenjang spiritual, contoh Widura di
Mahabharata, Resi Narada yang lahir sebagai anak seorang
pembantu wanita. Bahkan Bhagawat-Gita menyatakan, kaum
Sudra, pelacur, dsb. dapat meningkat status spiritualnya melalui
ajaran-ajaran suci. Demikian Panca Weda (sebutan bagi B-Gita).
www.shantiwangi.com
Samskaraparamarsat tadabhawabhilapacca
1. 3. 36 (99)
Srawanadhyayanarthapratishedhat smritescha
1. 3. 38 (101)
www.shantiwangi.com
panas”. Karena seorang kafir adalah ibarat sebuah kuburan, jadi
tidak layaklah kalau kuburan mendengarkan Weda. Smriti
menambahkan : “Lidah seorang sudra harus ditebas, seandainya ia
memahami Weda”. Namun seorang berwarna Sudra seperti Widura,
Dharma Wyadha dan Narada ternyata mampu menghayati dan
melaksanakan ajaran-ajaran Weda dengan baik, karena mereka
bukan kafir. Sutra ini menyatakan Weda tidak seharusnya dipelajari
dan difahami oleh kaum kafir.
Bagian 3. Kampanadhikaranam :
Topik 10. Prana yang mengakibatkan semuanya bergetar adalah
Brahman.
Kampa nat
1. 3. 39 (102)
Bagian 3. Jyotiadhikaranam :
Topik 11. Cahaya (Nur) adalah Brahman.
Jyotirdarsanat
1.3. 40 (103)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Sruti menyatakan bahwasanya sewaktu Ia
melepaskan raga ini maka Ia akan memasuki Cahaya Yang
Tertinggi (Chh. Up. VIII.1. 2-3), dan pada saat itu akan terlihatlah
wujud asli-Nya (sebagai Cahaya Ilahi).
Bagian 3. Arthantaratwadiwyapadesadhikaranam :
Topik 12. Akasa (ether) adalah Brahman.
Akaso’rthantaratwadiwyapadesat
1. 3. 41 (104)
Keterangan : Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa itu tidak dapat
dijabarkan bentuk maupun Hakikat sejati-Nya, walaupun jagat-raya
dan seisinya berasal dari-Nya semata.
Bagian 3. Sushuptyutkrantyadhikaranam :
Topik 13. Sang Jati Diri (Atman) yang berisikan pengetahuan
adalah Brahman.
Sushuptyukrantyorbhedena
1. 3. 42 (105)
“Sang Jati Diri Yang Tertinggi itu berbeda dari sang jiwa di dalam
tahap tidur lelap dan kematian”.
www.shantiwangi.com
Patyadisabdebhyah
1. 3. 43 (106)
www.shantiwangi.com
Bagian 4. Introduksi
Di dalam topik 5 dari bagian 1, dijelaskan bahwasanya
Pradhana (Sankhya Filosofi) itu tidak berdasarkan skripsi-skripsi
suci, dan sebenarnya semua teks-teks Sruti mengarah ke Brahman,
yang merupakan prinsip utama.
Sifat-sifat Sang Brahman telah dijelaskan di 1.1.2. Dijelaskan
bahwasanya tujuan teks-teks Wedanta adalah penjabaran akan
hakikat Yang Maha Esa (Brahman) bukannya Sang Pradhana
(Maya, Prakriti). Tentu saja hal ini kurang diterima oleh kaum
Sankhyas, bagi mereka Pradhana adalah faktor yang teramat
dominan.
Di Pada (bagian) ini akan ditemui pemikiran-pemikiran kaum
Sankhyas yang menyatakan Pradhana adalah penyebab hadirnya
jagat-raya ini. Namun seluruh bagian keempat ini dipenuhi oleh
jawaban yang menuntaskan berbagai sangghan kaum Sankhyas.
Sinopsis :
Pada keempat dari bab kesatu ini khusus diperuntukkan
menyanggah filosofi Sankhya. Kebanyakan dari nara sumber ini
berasal dari Upanishad. Bagian ini menunjukkan bahwa Brahman
adalah penyebab efisien maupun materi dari jagat-raya ini.
Adhikarana I : (Sutras 1 – 7), mendiskusikan sloka di Katha
Up.1-3-10,11, yang menjabarkan Mahat Yang Agung dan mengenai
Awyaktam (unsur-unsur yang belum berkembang). Awyakta
adalah kata lain untuk Pradhana di Sankhya Sutra; sedangkan
Mahat (Prakriti) berarti intelek di filosofi Sankhya. Sri
Shankaracharya menyatakan bahwa kata Awyakta menunjuk ke
badan (raga) halus atau juga yang disebut Sukshma Sarira dan
juga pada saat yang sama menunjuk ke raga kasar, juga berarti
Mahat Brahman atau Jati Diri (Atman) Yang Maha Agung dan
Mulia.
www.shantiwangi.com
Adhikarana III : (Sutras 11 – 13) menjelaskan bahwa kata-kata
“Pancha-pancha-janah” yang disebut-sebut di Bri. Up. IV. 14 –
17 bukanlah kedua puluh lima prinsip kaum Sankhyas.
www.shantiwangi.com
Bagian 4. Anumanikadhikaranam :
Topik 1. Mahat dan Awyakta yang terdapat di Kathopanishad
tidak berhubungan dengan Sankhya Tattwas.
Anumanikampyekeshamiti chet na
Sarirarupakawinyastagrihiterdarsayati cha
1. 4. 1 (107)
Sukshmam tu tadarhatwat
1. 4. 2 (108)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Sutra ini menunjukkan bahwa raga halus adalah
raga yang belum berkembang atau yang belum termanifestasi,
demikian juga dengan lima unsur maha pancha butha yang hadir di
raga dan sekitarnya (semesta ini), karena bentuk unsur-unsur ini
sangat halus dan lembut. Unsur-unsur ini semuanya layak disebut
Awyakta.
Tadadhinatwat arthawat
1.4. 3 (109)
Jenyatwawachanaccha
1. 4. 4 (110)
www.shantiwangi.com
pengetahuan adalah Tad Wisnoh Paramam Padam
(persemayaman Wishnu Yang Maha Agung dan Mulia).
www.shantiwangi.com
Bagian 4. Chamasadhikaranam :
Topik 2. Aja yang hadir di Swetaswatara Upanishad tidak berarti
Pradhana.
Chamasawadawiseshat
1.4. 8 (114)
Kalpanopadesaccha madhwadiwadawirodhah
1. 4. 10 (116)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Kaum Purwapakshin berkata: “Kata Aja
berhubungan dengan sesuatu yang tidak dilahirkan. Lalu,
bagaimana mungkin Aja dapat berarti tiga unsur yang terdapat di
Chandogya Up. , yang adalah unsur-unsur yang diciptakan ? Hal ini
bertentangan dengan logika”. Sutra di atas menyatakan tidak ada
pernyataan yang bertentangan dengan logika hanya karena
diterangkan dalam bentuk metaphor. Madu adalah suplemen yang
amat bermanfaat bagi kesehatan manusia, demikian juga
seandainya surya diibaratkan sebagai madu atau nektar. Demikian
juga seandainya Aja diibaratkan sebagai unsur yang berwarna-
warni tiga rupa. Semua ini untuk mempermudah manusia awam
untuk menghayati ajaran dharma. Jadi janganlah semua ini
malahan dipersulit dengan permainan kata (diskusi), dengan
argumen-argumen tata-bahasa, dsb.
Na sankhyapasangrahadapi nanabhawadatirekassha
1. 4. 11 (117)
www.shantiwangi.com
Pranadaya wakyaseshat
1. 4. 12 (118)
Jyotihshaikeshamasatyanne
1. 4. 13 (119)
Bagian 4. Karanatwadhikaranam :
Topik 4. Brahman adalah penyebab Pertama.
www.shantiwangi.com
dan Esa. Namun sutra di atas membantah hal tersebut, karena
semua Upanishad dan hampir semua shastra-widhi ternyata
menjabarkan Brahman sebagai Tuhan Yang Serba Maha, dan
sebagai asal-usul seluruh jagat-raya dan isinya ini. Sedemikian
banyaknya bukti-bukti tersebut sehingga sudah menjadi
pengetahuan umum kaum Hindu Dharma secara universal. Bahkan
Hakikat Yang Maha Esa ini telah menjadi pedoman dan dasar bagi
berbagai ajaran-ajaran agama lainnya di dunia, yang hadir sesudah
ajaran Sanatana Dharma ini. Demikianlah ajaran Sruti, demikian
juga tegas kaum Siddhantin.
Samakarshat
1. 4. 15 (121)
www.shantiwangi.com
Bagian 4. Balakyadhikaranam :
Topik 5. Brahman adalah Pencipta surya, chandra, dan lain
sebagainya, bukannya Sang Prana maupun sang jiwa.
Jagadwachitwat
1. 4. 16 (122)
www.shantiwangi.com
Bagian 4. Wakyanwayadhikaranam :
Topik 6. Sang Atman harus disaksikan melalui pendengaran dsb.
Wakyanwayat
1. 4. 19 (125)
Pratijnasiddherlingmasnarathyah
1. 4. 20 (126)
www.shantiwangi.com
sang jiwa dan Sang Atman. Percikan api berasal dari bara api,
ibaratnya jiwa berasal dari Atman. Namun apapun bentuknya api
itu tetap api, apakah itu sepercik api maupun api yang membara.
Jadi apapun yang berasal dari Brahman atau Atman itu seyogyanya
adalah Brahman itu sendiri, baik itu jiwa maupun benda-benda
ciptaan-Nya. Namun ternyata terdapat unsur-unsur budhi (intelek)
yang mebeda-bedakan antara berbagai ciptaan dan Sang Pencipta,
jadi setiap jiwa manusia adalah ciptaan yang agak berbeda dari Asli
(Sejati)-Nya. Ajaran ini disebut ajaran Resi Asmarathya (ajaran
Bhedabhedawada).
Utkramishyata ewambhawadityaudulomih
1. 4. 21 (127)
Awasthiteriti Kasakritsnah
1. 4. 22 (128)
www.shantiwangi.com
konsep-konsep Wedanta yang memang demikian adanya. Yang
berbeda adalah tahap, bentuk atau nama sang jiwa, dari masa ke
masa, dari tahap atau bentuk non-sempurna..... kurang
sempurna.... sampai ke tahap sempurna, ibaratnya percikan api.....
bara api..... lautan api.
Bagian 4. Prakrityadhikaranam :
Topik 7. Brahman adalah penyebab efisien dan penyebab materi.
Abhidhyopadesacca
1. 4. 24 (130)
www.shantiwangi.com
Sakshaccobhayamnanat
1. 4. 25 (131)
Atmakriteh parinamat
1. 4. 26 (132)
www.shantiwangi.com
Yonischa hi giyate
1. 4. 27 (133)
Bagian 4. Sarwawyakhyanadhikaranam :
Topik 8. Sanggahan bagi kaum Sankhyas berlaku juga bagi
semuanya yang lain.
www.shantiwangi.com
BAB II
AWIRODHA ADHYAYA
Bagian I. Introduksi
Smriti-nyaya-wirodha dan parihara adalah isi-isi di dalam
Pada pertama. Smritiwirodha terdapat di sutra 1, 3, dan 12.
Nyayawirodha terdapat di berbagai sutra-sutra lainnya. Pada kedua
beroposisi kepada bentuk-bentuk Darsanas atau berbagai filosofi
lainnya. Pada ketiga dan keempat berbicara banyak mengenai
pemikiran-pemikiran physchologi sloka-sloka di Wedanta.
Demikianlah judul Awirodha bagian ini yang berarti : “tidak
terdapat kontradiksi”.
Sinopsis :
Adhikarana I : (Sutras 1-2) : Bagian ini memuat perdebatan antara
kaum Sakyas dan penganut Wedanta.
www.shantiwangi.com
yang berbeda-beda mengenai Brahman, namun akhirnya tetap saja
harus berpedoman kepada Weda.
www.shantiwangi.com
Adhikarana XIII : (Sutra 37) : Brahman dinyatakan sangat layak
menyandang berbagai gelar yang serba Maha, Contoh : Maha
Kuasa, Maha Hadir, Maha Esa, dsb. (ada 1008 nama Brahman di
ajaran Hindu Dharma). Namun semua nama-nama ini masih belum
mampu menjabarkan Kehakikian-Nya.
www.shantiwangi.com
Bagian I. Smrityadhikaranam :
Topik 1. Penolakan akan Smriti yang tidak berdasarkan Srutis.
Itaresham chanupalabdheh
II.1.2. (136)
www.shantiwangi.com
Apalagi Sri Shankaracharya telah membuktikan bahwa kata mahat
berarti intelek kosmis atau Hiranyagarbha atau jiwa, namun tetap
bukan berarti Pradhana-nya kaum Sankhyas. Kaum ini juga sering
melontarkan pendapat yang sangat berbeda dengan kandungan
Weda, misalnya Brahman itu bukan Tuhan Yang Maha Esa; Prana
adalah bentuk-bentuk fungsi dari kelima indriyas manusia, dsb.
Bagian 1. Yogapratyuktyadhikaranam :
Topik 2. Sanggahan terhadap Yoga.
Bagian 1. Na Wilakshanatwadhikaranam :
Topik 3. Brahman mampu hadir sebagai pencipta jagat-raya ini,
walaupun Beliau berbeda sifat-Nya dari semesta ini.
www.shantiwangi.com
Keterangan : Ada delapan sutra di Adhikarana ini, sutra pertama
dan kedua memuat penolakan kaum Purwapakshin, sutra-sutra
selanjutnya memihak ke kaum Siddhanta. Kaum oposan
berpendapat bahwasanya sifat-sifat Sang Brahman, Intelegensia,
Kemurnian (Maha Intelegen, Maha Murni, dsb), namun sebaliknya
semesta ini bersifat materi, tidak gaib (nyata), dan tidak murni.
Jadi menurut mereka Brahman bukanlah Pencipta dunia yang kotor
ini karena Hakikat Beliau itu Maha Suci dan Sejati. Karena akibat
itu seharusnya sama dengan sebab atau penyebabnya.
Namun Sruti sebenarnya telah menyatakan hal tersebut di Taitriya
Up. Seperti berikut : “Brahman memanifestasikan Dirinya sebagai
intelegensia dan juga sebaliknya (dunia ini)”. (Wijnanam cha
awijnanam cha abhawat”.) Tait. Up. Brahmananda Walli, Anuwaka
keenam.
Abhimaniwyapadesastu wiseshanugatibhyam
II.1.5 (139)
Drishyate tu
II.1.6 (140)
www.shantiwangi.com
Keterangan : “Hal tersebut” adalah fenomena Ilahi, yaitu
semesta ini sebenarnya tercipta dari Sesuatu Yang Maha Inteligen
(Tuhan, Brahman), walaupun berbentuk materi. Fenomena yang
sama sebenarnya dapat dilihat sehari-hari di sekitar kita, contoh
bulu rambut, kotoran, dsb. adalah hasil dari tubuh kita yang
bersifat materi dan non-intelegen, padahal manusia disebut sebagai
makhluk yang cerdas. Lalu apa bedanya kalau Brahman yang Maha
dalam segala-galanya mampu juga menciptakan sesuatu yang
bersifat materi di semesta ini.
Kalau dihayati secara cermat maka bukankah bumi ini adalah suatu
ciptaan yang amat intelegen (cerdas). Kalau tidak mana mungkin
berbagai makhluk termasuk manusia yang cerdas dapat hadir dari-
Nya. Teknologi dan sains hadir dari bumi melalui manusia, dan seisi
bumi ini harus tunduk kepada hukum alam di bumi ini. Sedangkan
bumi ini hanyalah salah satu sistim planet di tata-surya kita, dan
tata-surya kita ini hanyalah sebagian kecil dari semesta yang tak
terbatas ini. Dan yang maha menakjubkan adalah fenomena bahwa
seluruh benda-benda ruang angkasa ini ternyata berorbit secara
sistimatis, jadi mungkinkah semua ciptaan ini bodoh, kotor, dsb. ?
Sebaliknya para resi yang takjub akan Keagungan ini menyatakan,
seisi semesta ini merupakan produk yang inteligen dan bersifat
sama dengan Penciptanya. Pencipta adalah Yang Maha Tak
Terbatas. Jadi wajar saja kalau dinyatakan oleh kaum Wedantin
bahwasanya Brahman adalah Pencipta Semesta dan segala isinya
ini (Korelasi antara Buana Agung dan Buana Alit).
www.shantiwangi.com
yang mencipta (Brahman) dan yang diciptakan adalah unsur yang
sama, demikian sabda Sruti di Brihadaranyaka Up.
Apitan tadwatprasangadasamanjasam
II.1.8 (142)
“Pada saat pralaya maka ciptaan dalam bentuk semesta ini (akibat)
akan menyatu dengan Brahman (Sebab, Penyebab), keduanya
akan terlebur ke dalam satu dan yang lainnya, dan Brahman
akan ternoda oleh kekotoran semesta. Dengan demikian
(Brahman Yang maha Murni) pasti bukanlah Penyebab
semesta ini”.
Na tu drishtantabhawat
II.1.9 (143)
Swapakshadosacca
II.1.10 (144)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Sanggahan-sanggahan kaum Wedantin terhadap
oposisi kaum yang lain juga sekaligus menyanggah berbagai
argumen kaum Sankhya.
Keterangan : Para resi seperti Resi Kapila dan Resi Kanada tidak
habis-habisnya saling berargumentasi akan hakikat Yang Maha Esa
dan jagat-raya ini. Kalau diikuti maka semua argumentasi ini
betapapun kuatnya tetap saja dapat disanggah oleh pihak yang
lebih bijaksana dan kuat. Dengan demikian kapan akan habis
semua diskusi ini ? Kaum Wedantin berpendapat sebaiknya kita
berpijak ke berbagai maha karya Upanishad dan Sruti yang tidak
merupakan rangkuman dan rangkaian dari ajaran-ajaran para resi
yang agung yang telah dijabarkan secara sempurna. Dengan
demikian kesimpulannya adalah, Brahman Yang Maha Inteligen ini
seharusnya difahami sebagai Penyebab dan Pencipta semesta-raya
ini sesuai dengan skripsi-skripsi suci.
Bagian 1. Sishtaparigrahadhikaranam :
Topik 4. Kanada dan Gautama
www.shantiwangi.com
berargumentasi mengenai berbagai topik, seperti keberadaan
hakiki dari unsur-unsur atom, ether, akasa, Brahman, Prana,
semesta dan lain sebagainya. Berbagai hal tersebut telah dijelaskan
di sutra-sutra di atas.
Bagian 1. Bhoktrapattyadhikaranam :
Topik 5. Perbedaan yang menikmati-dinikmati.
Bhoktrapatterawibhagaschet syallokwat
II.1.13 (147)
Bagian 1. Arambhanadhikaranam :
Topik 6. Dunia (efek) ini tidak berbeda dengan Brahman (Sang
Penyebab).
Tadananyatwamarambhasabdadibhyah
II.1.14 (148)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Pernyataan di atas didasarkan pada ajaran
Wiwartada yang didasarkan lagi pada ajaran Adwaitanya Sri
Shankaracharya, yang menyatakan bahwa modifikasi Sang
Brahman yang bersifat ilusif (jagat-raya ini) dan isinya, ibaratnya
adalah ular dan tali. Teori ular dan tali dijabarkan sebagai berikut.
Pada malam hari yang gelap, di suatu lokasi tertentu, seutas tali di
jalan dapat diasumsikan sebagai seekor ular, padahal hakikatnya
tali tersebut tetaplah seekor tali, dan ular (ilusi) tidak terlihat.
Namun hasil modifikasi yang berupa jagat-raya dan isinya terkesan
nyata, karena kita semua terliput oleh awidya, padahal sang
pencipta malahan tidak dapat disaksikan.
Bhawe chopalabdheh
II.1.15 (149)
Sattwaccawarasya
II.1.16 (150)
www.shantiwangi.com
Asadwyapadesanneti chet na dharmantarena wakyaseshat
II.1.17 (151)
Yukteh sabdantaracca
II.1.18 (152)
Patawacca
II.1.19 (153)
www.shantiwangi.com
Yatha cha pranadi
II.1.20 (154)
Bagian 1. Itarawyapadesadhikaranam :
Topik 7. Brahman tidak menciptakan kebatilan.
Itarawyapadeshaddhitakaranadidodoshaprasaktih
II.1.21 (155)
“Sehubungan dengan unsur yang lain, yaitu sang jiwa yang disebut
sebagai sama dengan Brahman; lalu bagaimana mungkin Ia
melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi
Dirinya Sendiri”.
Adhikam tu bhedanirdesat
II.1.22 (156)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Sekali lagi perbedaan antara sang jiwa dan Sang
Brahman didiskusikan. Brahman itu adalah Sang Pencipta, Yang
Maha Berkuasa, dan bukanlah jiwa individu yang terperangkap di
dalam sebuah raga. Tidak ada yang bermanfaat atau merugikan
bagi Sang Brahman. Tuhan (Brahman) itu tidak bertambah maupun
berkurang dengan dalih apapun juga. Beliau ini sebagai Maha
dalam segala-galanya. Sebaliknya sang jiwa lahir dan mati secara
berulang-ulang sesuai dengan karma-karmanya, namun Brahman
tidak pernah dilahirkan dan tidak pernah mati.
Asmadiwacca tadanupapattih
II.1.23 (157)
Bagian 1. Upasamharadarsanadhikaranam :
Topik 8. Brahman adalah Penyebab hadirnya jagat-raya ini.
www.shantiwangi.com
sebab itu Brahman pastilah bukan penghasil semesta dan segala
isinya ini, karena manusia tidak pernah melihat beliau bekerja
memerintahkan para pekerja apalagi menyaksikan alat-alat berat
untuk membangun semesta ini. Sutrakara karya ini langsung
membantah argumentasi ini, karena bukan demikian cara Yang
Maha Gaib bekerja, namun semua ini tercipta melalui proses
evolusi yang panjang dan rumit. Namun ada sebuah contoh
sederhana misalnya susu dapat diubah menjadi susu asam (yogurt)
dan mentega melalui proses fermentasi dan pemasakan.
Demikianlah mungkin proses penciptaan alam ini dari satu bentuk
berubah ke bentuk yang lain tanpa meninggalkan unsur-unsur
dasarnya. Sedangkan proses gaibnya, hanya beliau sendiri yang
memahami-Nya. Swetswara Up.VI.8 menyatakan : “Ia tidak
mempergunakan alat atau penunjang, namun tidak seorangpun
atau sesuatu unsur apapun yang lebih canggih daripada-Nya. Daya
Kekuatan (Shakti)-Nya tersaksikan dan hadir dalam berbagai daya-
daya dan ilmu-pengetahuan”.
Dewadiwadapi loke
II.1.25 (159)
www.shantiwangi.com
Bagian 1. Kritsnaprasatyadhikaranam :
Topik 9. Brahman adalah Penyebab materi semesta, walaupun Ia
tidak terpisah-pisah.
Kritsnaprasaktirnirawayawatwasbdakopo wa
II.1.26 (160)
“Salah satu pilihan ini harus diterima yaitu Brahman ini tidak
memiliki bagian-bagian, atau Sruti harus diabaikan”.
Srutestu sabdhamulatwat
III.1.27 (161)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Pertama-tama tidak benar sanggah kata Sutrakara,
bahwa seyogyanya Brahman merubah Dirinya menjadi seisi jagat-
raya ini, walaupun Sruti mengatakan : “Satu kali (1/4) dari-Nya
menjadi seluruh ciptaan, dan 3 kali (3/4) dari-Nya adalah Yang
Maha Abadi di alam-Nya”. Bhagawat-gita mengatakan : “Sebagian
kecil dari-Ku menunjang seisi semesta ini”. Lalu, Sruti juga
menyatakan Brahman (Atman) dapat direalisasikan di dalam relung
sanubari yang paling dalam. Semua argumentasi ini seakan-akan
mengecilkan arti dan Keagungan-Nya, hal ini terjadi karena awidya
seseorang, karena Sruti juga berkata : ”Sesuatu yang tidak dapat
dijabarkan itu, jangan ditimbang dari sudut duniawi”. Namun Sruti
juga mengakui berbagai pandangan bijaksana para resi yang
berbicara melalui persepsi wahyu-wahyu yang mereka terima. Juga
harus diingat bahwasanya perbedaan persepsi terjadi karena
banyak sishya dan bhakta yang belum siap tingkatan spiritualnya,
bagi mereka Brahman ini harus diajarkan sebagai yang berwujud,
namun tetap hadir juga berbagai ajaran bagi yang di tingkat
madhya dan yang di tingkat atas. Sruti melalui kebinekaan ini
sebenarnya mengajar secara bijaksana. Kesimpulannya : Brahman
memanifestasikan Dirinya dalam berbagai ciptaan, namun pada
saat yang sama Beliau tidak berkurang maupun bertambah dengan
semua ciptaan-ciptaan ini.
“Dan juga karena di setiap jiwa individu (baik itu jiwanya para
dewa, maupun para manusia, dsb) hadir berbagai ciptaan
(kemampuan mencipta). Demikian juga halnya
dengan Brahman (dalam skala yang
teramat agung dan luas)”.
www.shantiwangi.com
Swapakshadoshacca
II.1.29 (163)
Bagian 1. Sarwopetadhikaranam :
Topik 10. Brahman yang serba maha.
“Dan Brahman adalah yang Maha dalam segala hal, sesuai dengan
kaidah-kaidah yang terdapat di berbagai skripsi-skripsi suci”.
www.shantiwangi.com
Keterangan : Swet. Up. III.19 berkata : “Ia menjangkau tanpa
menggunakan tangan, Ia bergerak kesana-kemari tanpa
menggunakan kaki, Ia menyaksikan tanpa menggunakan mata, dan
Ia mendengarkan tanpa menggunakan telinga”. Melalui Maya-Nya,
Ia hadir di mana dan kapan saja.
Bagian 1. Prayojanatwadhikaranam :
Topik 11. Titik akhir penciptaan.
Na prayojanawattwat
II.1.32 (166)
Lokawattu lilakaiwalyam
II.1.33 (167)
www.shantiwangi.com
yang suci, agung dan mulia. Nama dan rupa adalah ekspresi awidya
kita, hakikat-Nya sejati sebagai Brahman, Atman atau Tuhan
sebenarnya adalah Maha Eka dan Maha Esa.
Bagian 1. Waisamyanairghrinyadikaranam :
Topik 12 . Brahman ini tidak terpisah-pisah dan juga tidak kejam.
www.shantiwangi.com
Na karmawibhagaditi chet na anaditwat
II.1.35 (169)
“Seandainya ada yang berkata bahwa teori karma ini tidak memiliki
basis karena tidak hadirnya perbedaan di permulaan penciptaan,
maka kami nyatakan hal tersebut tidak benar, karena
hukum karma bersifat tanpa mula”.
“Dan (semesta ini dan juga Karma bersifat tanpa mula), dan
disebut sebagai sesuatu yang masuk akal, sesuai dengan
pernyataan-pernyataan di berbagai skripsi-skripsi suci”.
www.shantiwangi.com
Bagian 1. Sarwadharmopapattyadhikaranam :
Topik 13. Saguna Brahman adalah unsur penting bagi penciptaan
Sarwadharmopapattescha
II.1.37 (171)
www.shantiwangi.com
Bagian 2. Introduksi.
Sinopsis :
Sri Wyasa Bhagawan pada bagian ini, menolak berbagai teori
dan mengakumulasi semuanya secara singkat, semua teori-teori ini
di zaman beliau dianggap bertentangan dengan filosofi Wedanta.
Selain berbagai teori-teori di atas, ada tambahan lagi dari berbagai
teori-teori yang ditolak oleh sang resi ini yaitu : Teori Buddha
Realis, Teori Pasupata mengenai Tuhan sebagai pencipta efisien
dan bukan pencipta materi; teori Pancharatra atau doktrin
Bhagawata yang menyatakan sang jiwa berasal dari Tuhan dsb.dsb.
www.shantiwangi.com
Adhikarana IV : (Sutras 18-27) memuat sanggahan terhadap
pandangan kaum Buddhist Realis yang menyatakan realitas dunia
eksternal dan dunia internal.
www.shantiwangi.com
Bagian 2. Rachananupapattyadhikaranam :
Topik 1. Sanggahan terhadap teori Sankhya mengenai Pradhana
sebagai pencipta dunia ini.
Rachananupapattescha nanumanam
II.2.1 (172)
Prawrittescha
II.2.2 (173)
Payo’mbuwaccet tatra’pi
II.2.3 (174)
Wyatirekanawashiteschanapekshatwat
II.2.4 (175)
www.shantiwangi.com
Anyatrabhawaccha na trinadiwat
II.2.5 (176)
Abhyupagame’pyarthabhawat
II.2.6 (177)
Angitwanupapattescha
II.2.8 (179)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Teori Sankhya menyatakan bahwasanya Pradhana
adalah penyeimbang ketiga Gunas (Sattwa, Rajas dan Tamas).
Padahal sudah menjadi pengetahuan umum bahwasanya setiap
Guna itu sama kuatnya, jadi tidak mungkin Pradhana berkuasa di
atas Gunas ini.
Wipratishedhaccasamanjasam
II.2.10 (181)
Bagian 2. Mahaddirghadhikaranam :
Topik 2. Sanggahan terhadap pandangan kaum Waiseshika.
Mahaddirghawadwa hraswaparimandalabhyam
II.2.11 (182)
www.shantiwangi.com
inti yang lebih kecil lagi dari atom yang menggerakkan berbagai
atom-atom ini.
Bagian 2. Paramanujagadakaranatwadhikaranam :
Topik 3. Sanggahan terhadap teori atom kaum Waiseshikas. Di
atas terdapat jawaban-jawaban sanggahan terhadap
pandangan kaum Wedantin, sekarang sistim Waiseshika
akan disanggah selanjutnya.
Ubhayathapi na karmatastadabhawah
II.2.12 (183)
“Kedua hal ini yaitu Adrishta (unsur inti yang tidak terlihat yang
hadir di dalam ether atau jiwa) dan aktivitas atom,
tidaklah mungkin; jadi kami menolak teori
penggabungan atom tersebut”.
Samawayabhyupagamaccha samyadanawasthiteh
II.2.13 (184)
www.shantiwangi.com
Rupadimatwacca wiparyo darsanat
II.2.15 (186)
Aparigrahacchatyantamanapeksha
II.2. 17 (188)
“Dan juga teori atom ini tidak diterima oleh Manu dan para resi-resi
agung lainnya, jadi kami menolak total teori ini”.
www.shantiwangi.com
Bagian 2. Samudayadhikaranam :
Topik 4. Sanggahan terhadap kaum Buddhist Realis.
www.shantiwangi.com
dari empat jenis yaitu atom bumi, yang bersifat solid, atom air
yang berbentuk wiskid (cair), atom api yang bersifat panas dan
atom udara yang bersifat mobil (bergerak).
www.shantiwangi.com
Itaretarapratyayatwaditi chennotpattimatranimittwat
II.2.19 (190)
www.shantiwangi.com
Asati pratijnoparodho yangapadyamanyatha
II.2.21 (192)
Pratisankhyapratisankhyanirodhapraptirawicchedat
II.2.22 (193)
www.shantiwangi.com
Ubhayata cha doshat
II.2.23 (194)
Aakase chaiwiseshat
II.2.24 (195)
Anusmritescha
II.2.25 (196)
www.shantiwangi.com
setiap individupun bersifat sementara saja, namun manusia dapat
mengingat masa-masa lalu, masa kecil, dan lain sebagainya. Apa
yang dapat diingat oleh Si A tidak mungkin diingat oleh si B,
seandainya kedua individu tersebut berbeda perjalanannya.
Demikian teori temporer (sementara) ini ditolak oleh kaum
Wedantin.
Nasato’dristatwat
II.2.26 (197)
www.shantiwangi.com
jalan pikiran dalam bentuk potensial. Namun bagi kaum Wedantin
ini lebih rancu lagi, karena jagat-semesta ini adalah hasil dari
Pikiran Universal (Brahman).
Waidharmyaccha na swapnadiwat
II.2.29 (200)
Na Bhawo’nupalabdheh
II.2.30 (201)
Kshanikatwacca
II.2.31 (202)
www.shantiwangi.com
Keterangan : Impresi mental ini tidak dapat hadir tanpa ia
memiliki basis (dasar) atau persemayaman. Bahkan Alayawijnana
ini juga bersifat sementara, kecuali ada suatu prinsip yang secara
sama rata menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa-masa
yang akan datang.
Sarwathanupapattescha
II.2.32 (203)
“Dan karena sistim Baudha ini terasa tidak logis dalam berbagai
pernyataannya, maka hal tersebut kami tolak”.
www.shantiwangi.com