Anda di halaman 1dari 11

SUSILA II

BAIK BURUK, BENAR SALAH BERDASARKAN TRI PRAMANA

Dosen Pengampu : Dr. I Nyoman Subagia, S.Ag., M.Ag

Oleh:
Nama: Ni Ketut Widiasih
Nim: 2011011062
Kelas: Pah A Bangli

UHN I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR


FAKULTAS DHARMA ACARYA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah
Susila.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Tri Pramana. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa
yang saya harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Klungkung, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………….....………………………………………………ii
BAB. I PENDAHULUAN……………………………………………………1
1. Latar Belakang…………………………………………………….1
2. Rumusan Masalah…………………………………………………1
3. Tujuan Penulisan…………………………………………………..1
BAB. II PEMBAHASAN…………………………………………………….2
1. Pengertian dan bagian bagian dari Tri Pramana……………………..2
2. Perbuatan baik buruk dan benar salah Agama Hindu ……..………..4
3. Perbuatan baik buruk dan benar salah menurut Tri Permana………..6
BAB. III PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………….…9
DAFTAR PUSTAKA………………….………………………………….......10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita haruslah patut berbangga dan bersyukur terlahir sebagai manusia. Sebab,
terlahir sebagai manusia sungguh hal yang utama. Di dalam ajaran Agama Hindu,
manusia memiliki tiga hal sebagai kategori makhluk yang utama, yaitu: Sabda, Bayu,
dan Idep yang berarti memiliki kemampuan untuk berbicara, kemampuan untuk
bergerak, dan kemampuan untuk berfikir. Ketiga hal ini dikenal dalam ajaran Hindu
sebagai Tri Pramana.
Dalam ajaran Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan jiwa
(atman) yang menjadikan ia selalu terus berkembang. Menjadi manusia merupakan
suatu hal yang paling utama karena manusia memiliki kemampuan untuk berfikir,
berkata dan bertindak. Maka dari itu manusia dikatakan sebagai mahluk ciptaan
Tuhan yang paling utama.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dan bagian bagian dari Tri Pramana?


2. Apa yang dimaksud dengan Perbuatan baik buruk dan benar salah dalam Agama
Hindu?
3. Bagaimana Perbuatan baik buruk dan benar salah menurut Tri Permana?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Pengertian dan bagian bagian dari Tri Pramana


2. Mengetahui Perbuatan baik buruk dan benar salah dalam Agama Hindu?
3. Mengetahui Perbuatan baik buruk dan benar salah menurut tri permana?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Bagian Bagian dari TRI PRAMANA

Tri Pramana berasal dari kata “Tri” dan “Pramana”. Tri artinya Tiga dan Pramana
artinya Jalan, atau Cara. Jadi Tri Pramana adalah tiga jalan/ cara untuk mengetahui
hakekat kebenaran sesuatu, baik nyata maupun abstrak dengan megetahui tentang
keberadaan Ida Sang Hyang Widhi, maka sraddha atau keyakinan seseorang semakin
kuat. Kemudian ada juga yang mengatakan bahwa Tri Pramana adalah tiga kekuatan
hidup untuk mengetahui dan meyakini sesuatu.
Tri Pramana dibagi menjadi dua penjelasan yakni Tri Pramana dalam Bhuwana
alit sebagai kekuatan mahluk hidup yaitu manacikapura disebutkan, tiga kekuatan
mahluk hidup tersebut meliputi;
1. Bayu; kekuatan nafas,
2. Sabda: kekuatan suara,
3. Idep; kekuatan pikiran.
Ketiga tri Pramana tersebut dimiliki oleh manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna untuk mengetahui hakekat kebenaran sesuatu, baik nyata, maupun
abstrak yang dalam widhi tatwa disebutkan Tri Pramana; Praktyaksa Pramana,
Anumana Pramana, dan Agama Pramana (Sabda Pramana). Ketiganya akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Praktyaksa Pramana. Praktyaksa Pramana adalah cara mengetahui sesuatu
(kebenaran) dengan cara melihat langsung melalui Panca Indra. Contohnya
misalnya melihat matahari langsung, melihat bulan purnama pada malam hari,
melihat matahari terbit, mencium harumnya bunga secara langsung,
mengearkan suara music, merasakan sejuknya angin pada sore hari, dan
lainnya.
2. Anumana PramanaAnumana Pramana adalah cara mengetahui sesuatu
(kebenaran) dengan cara melihat gejala-gejala atau tanda-tanda, berdasarkan
perhitungan analisa yang logis dan sebagainya. Contohnya misalnya ada asap
berarti ada api, ada angin manakala melihat dedaunan pada pepohonan yang
bergerak-gerak, dedaunan basah di hutan berarti terjadi hujan, ada jejak
telapak kaki manusia berarti ada orang, dan lain sebagainya.
3. Agama Pramana Agama Pramana adalah cara mengetahui sesuatu (kebenaran)
dengan cara mempercayai sumber-sumber yang pantas dipercaya, misalnya
kitab suci weda, orang suci seperti pendeta dan pinandita, para rsi, orang tua
kita dan sebagainya.

2.2 Perbuatan baik buruk dan benar salah dalam Agama Hindu

Dalam agama Hindu perbuatab baik atau Chuba Karma adalah segala bentuk
tingkah laku yang dibenarkan oleh ajaran agama yang dapat menuntun manusia untuk
hidup yang sempurna, bahagia lahir bathin dan menuju kepada bersatunya Atman
dengan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Sedangkan perbuatan tidak baik(buruk)
adalah segala tingkah laku yang menyimpang dan bertentangan dengan ketentuan
agama. Acubhakarma adalah segala tingkah laku yang tidak baik yang selalu
menyimpang dengan Cubhakarma (perbuatan baik). Acubhakarma (perbuatan tidak
baik) ini, merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu segala bentuk perbuatan yang
selalu bertentangan dengan susila atau dharma dan selalu cenderung mengarah
kepada kejahatan. Semua jenis perbuatan yang tergolong acubhakarma ini merupakan
larangan-larangan yang harus dihindari di dalam hidup ini. Karena semua bentuk
perbuatan acubhakarma ini menyebabkan manusia berdosa dan hidup menderita.
menurut agama Hindu
Subha dan Asubha Karma adalah dua hal atau sifat dan prilaku yang bertentangan
yaitu baik dan buruk. Dimana dalam Kanda Pat dikatakan bahwa, catatan subha dan
asubha karma ini akan tetap di record yang akan menjadi penilaian dan pertimbangan
kesucian roh untuk menentukan tercapainya moksa (bersatunya atman-brahman)
ataukah samsara (menjelma kembali). Dan baik buruk perbuatan seseorang
merupakan pencerminan dari pikiran. Bila baik dan suci pikiran seseorang, maka
sudah tentu perbuatan dan segala penampilan akan bersih dan baik. Seperti halnya
dijelaskan :
Dalam konsep Rwa Bhineda, dimana sifat yang baik dan buruk tersebut akan
selalu mewarnai kehidupan ini. Prilaku Subha Karma yaitu segala bentuk tingkah laku
yang dibenarkan oleh ajaran agama yang dapat menuntun manusia itu ke dalam hidup
yang sempurna. Perbuatan Asubha Karma sebagai sumber dari kedursilaan dan
perbuatan yang tidak suci. yang bertentangan dengan hukum yang berlaku. Baik
buruk perilaku subha dan asubha karma dari Tri Guna seseorang dalam karma wasana
masa lalu juga disebutkan akan dapat berpengaruh terhadap kalepasan nantinya.
Inilah catatan subha dan asubha karma yang juga tertuang dalam kanda pat yang
menjadi penilaian dan pertimbangan kesucian roh untuk menentukan tercapainya
moksa (bersatunya atman-brahman) ataukah samsara (menjelma kembali).
Guru suci dari India, Bhagavan Satya Narayana, mengatakan bahwa hanya
manusialah yang dapat mencapai surga bahkan dapat bersatu dengan Hyang Maha
Esa. Mahluk ciptaan Tuhan lainnya untuk mencapai surga dan moksa, mesti harus
terlahir menjadi manusia terlebih dahulu. Manusia adalah tempatnya perbuatan baik
dan perbuatan buruk. Dengan adanya Viveka yang ada di dalam diri manusia,
hendaknya mereka memiliki kemampuan untuk membedakan hal yang baik dan
buruk. Sebagai manusia, hendaknya menghindari perbuatan-perbuatan yang buruk
untuk mencapai keharmonisan dalam suatu kehidupan.

2.3 Perbuatan baik buruk dan benar salah menurut Tri Permana

Di dalam ajaran Agama Hindu, manusia memiliki tiga hal sebagai kategori
makhluk yang utama, yaitu: Sabda, Bayu, dan Idep yang berarti memiliki kemampuan
untuk berbicara, kemampuan untuk bergerak, dan kemampuan untuk berfikir. Ketiga
hal ini dikenal dalam ajaran Hindu sebagai Tri Pramana. Era modern saat ini yang
lebih mengutamakan teknologi digital dan era informasi global membuat orang-orang
lupa dan cenderung menyibukkan diri ke dalam hal-hal yang berkaitan dengan
hiburan teknologi semata. Hal inilah yang menyebabkan kurangnya berkehidupan
sosial dan bahkan berkurangnya rasa peduli terhadap kemanusiaan. Itu disebabkan
peranan teknologi yang menguasai hampir seluruh waktu dalam kehidupan manusia
masa kini. Dalam ajaran Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan
jiwa (atman) yang menjadikan ia selalu terus berkembang. Menjadi manusia
merupakan suatu hal yang paling utama karena manusia memiliki kemampuan untuk
berfikir, berkata dan bertindak. Maka dari itu manusia dikatakan sebagai mahluk
ciptaan Tuhan yang paling utama.
Dalam Kitab Sarasamuccaya, sloka 2 dijelaskan: Manusah sarvabhutesu varttate vai
subhasubhe. Asubhesu samavistam subhesvevavakarayet. Artinya: Di antara semua
makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah, yang dapat
melaksanakan perbuatan baik ataupun perbuatan buruk; leburlah ke dalam perbuatan
baik, segala perbuatan buruk itu; demikianlah guna (pahalanya) menjadi manusia.
Dari sloka Sarasamuccaya ini sangatlah jelas bahwa setiap manusia berpotensi
melakukan perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Jika kita ingin
mendapatkan suatu keharmonisan dalam kehidupan, maka selalulah utamakan
perbuatan-perbuatan yang baik dalam suatu kehidupan dan gunakan atau fungsikan
sabda, bayu, dan idep yang ada di dalam diri dengan baik. Di era saat ini, kesadaran
kita sebagai manusia sangatlah diuji dengan adanya Covid-19 yang melanda dunia
serta banjir dan gempa yang terjadi di sejumlah daerah. Kondisi ini sangat menguji
rasa kemanusiaan kita sebagai makhluk yang paling utama yang diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan rasa
peduli kita terhadap sesama, antara lain dengan memberikan bantuan langsung
maupun doa yang tulus kepada Hyang Maha Esa agar penyintas bencana diberi
kesehatan. Hindu selalu mengajarkan kita untuk memahami hakikat manusia memalui
ajaran Tat Tvam Asi. Bahwa antara aku dan engkau adalah sama dan bahkan lebih
jauh lagi bahwa antara aku, engkau dan dia adalah satu kesatuan jiwa yang sama,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mencapai kesadaran itu, maka hendaknya
manusia selalu menumbuh-kembangkan lima pondasi dasar dalam kehidupan,
yaitu: Satya (Kebenaran), Dharma (Kebajikan), Santih (Kedamaian), Prema (Kasih
Sayang), dan Ahimsa (Tanpa Kekerasan). Kelima dasar ini haruslah diterapkan dalam
kehidupan kita. Ketika kelima dasar ini sudah kita laksanakan dengan baik, maka
kesejahteraan dan keharmonisan dalam kehidupan pasti akan tercapai. Jadi, untuk
mencapai kesejahteraan dan keharmonisan dalam kehidupan, hendaknya kita sadar
tentang keutamaan terlahir sebagai manusia dan kesadaran sebagai manusia yang
memiliki kelebihan dari makhluk lainnya, yaitu: Sabda, Bayu dan Idep. Dengan
memadukan antara ketiga hal ini dengan lima dasar yaitu Satya, Dharma, Santih,
Prema dan Ahimsa, maka apa yang menjadi tujuan utama dari kemanusiaan akan
terwujud. Yaitu moksartan jagaditha ya caiti dharma, yaitu kesejahteraan dan
keharmonisan dalam kehidupan serta kesejahteraan dalam dunia rohani. Untuk itu,
marilah bersama-sama menumbuhkan dan mengembangkan prilaku yang baik dalam
kehidupan kita.
Manusia memiliki kelebihan yaitu kemampuan untuk berpikir (idep), di sinilah
letak keutamaannya. Dengan Idep yang dimiliki hendaknya manusia mampu
memanfaatkannya untuk hal-hal kebaikan (subha karma) bukan sebaliknya. Dalam
hal inilah manusia dituntut untuk mampu berwiweka (memilih baik dan buruk),
dengan wiweka manusia akan senantiasa berada pada rel dharma, serta akan mampu
memahami apa sebenarnya hakekat dari hidup ini. Jika dicermati, direnungi dan
dihayati hakekat dari hidup ini adalah kita hidup bukan untuk kehidupan yang semu
ini (maya), melainkan kita hidup untuk terbebas dari kehidupan ini (moksa), dengan
jalan berbuat kebaikan dengan landasan dharma.Tentang keutamaan dan hakekat dari
hidup manusia secara rinci telah disebutkan dalam Sarasamuccaya sloka 4, sebagai
berikut :
"Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya
demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsor^ (lahir dan mati
berulang-ulang) dengus jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat
menjelma menjadi manusia".
Untuk itu lakukanlah perbuatan baik (subha karma), dengan senantiasa
berlandaskan dharma. Sebab ada kalanya perbuatan itu disebut baik namun tidak
dilandasi oleh dharma. Dan begitu juga dalam melakukannya, hendaknya dilakukan
dalam setiap kesempatan yang dimiliki, karena hidup kita di dunia ini adalah sangat
singkat sekali, bahkan Bhagawan Wararuci menyebutkan hidup manusia tak ubahnya
dengan gerlapan kilat dan amat sukar pula untuk diperoleh (tan pahi lawan kedapning
kilat, durlabha towi). Jadi janganlah menunda-nunda untuk melakukan
penunaian Dharma Sebab
"Yang disebut dharma, adalan merupakan alat bagi orang dagang untuk mengarungi
lautan. Lagi pula meski di semak-semak, di hutan, di jurang, di tempat-tempat yang
berbahaya, di segala tempat yang dapat menimbulkan kesusahan, baik di dalam
peperangan sekalipun, tidak akan timbul bahaya menimpa orang yang senantiasa
melaksanakan dharma, karena perbuatan baiknya itulah yang melindungi"
(Sarasamuccaya, 14.22)
, jadi betapa kompleks sekali faedah dari pelaksanaan dharma itu, tidak hanya semata-
mata demi tercapainya kebahagiaan akhirat (moksartham) namun juga demi
terciptanya kedamaian, kebahagiaan di dunia (jagadhita).

Pikiran adalah anugrah Tuhan yang paling berharga karena dengan pikiranlah
manusia dikatakan sebagai makhluk yang berbudaya, dan pikiran pula yang
mengantarkan manusia meraih predikat sebagai makhluk yang paling sempurna di
kolong langit ini. Sebuah keberuntungan memang Jika kita mampu mengendalikan
pikiran tersebut sebab disebutkan: "....... jika ada orang yang dapat mengendalikan
pikiran pasti orang itu memperoleh kebahagiaan baik sekarang maupun di dunia yang
lain" (Sasamuccaya 81).
Pikiran sangat liar adanya, dapat dikatakan bagaikan kuda binal yang suka lari ke sana
ke mari, sulit untuk dikendalikan. Bahkan jika tidak dapat mengendalikannya, kita
akan diperdaya olehnya. Bhagawan Wararuci melalui
Sarasamuccaya 86, memberikan sebuah contoh yang sangat menarik kepada kita
yaitu dikisahkan: " ... ada sang biku yang melakukan pariwradhaka-bhuta, yaitu
mengembara mencari kesempurnaan hidup hidup; ada lagi si kamuka, besar nafsu
doyan kepada wanita; ada pula serigala, ketiganya itu melihatseorangwanita cantik;
ketiganya berbeda tanggapannya, "mayat" kata sang biku peminta-minta berkeliling,
karena insaf akan hakekat sesuatu tidak kekal; berkata si pencinta wanita. "sungguh
menggairahkan wanita ini"; maka si serigala berkata: "sungguh daging lezat, jika
dimakan"; disebabkan oleh bingung atau kacaunya pikiran, maka menimbulkan
adanya tanggapan perbedaan terhadap sesuatu barang yang berbeda-beda pula"'.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

1. Tri Pramana adalah adalah tiga jalan/ cara untuk mengetahui hakekat
kebenaran sesuatu, baik nyata maupun abstrak dengan megetahui
tentang keberadaan Ida Sang Hyang Widhi. Tri Pramana dibagi
menjadi tiga bagian yakni :
A. Bayu; kekuatan nafas,
B. Sabda: kekuatan suara,
C. Idep; kekuatan pikiran.

2. Di dalam agama Hindu perbuatan baik disebut Subha Karma sedangkan


perbuatan buruk (tidak baik) disebut Asubha Karma.

3. Manusia memiliki kelebihan yaitu kemampuan untuk berpikir (idep),


di sinilah letak keutamaannya. Dengan Idep yang dimiliki hendaknya
manusia mampu memanfaatkannya untuk hal-hal kebaikan (subha
karma) bukan sebaliknya. Dalam hal inilah manusia dituntut untuk
mampu berwiweka (memilih baik dan buruk), dengan wiweka
manusia akan senantiasa berada pada rel dharma, serta akan mampu
memahami apa sebenarnya hakekat dari hidup ini. Jika dicermati,
direnungi dan dihayati hakekat dari hidup ini adalah kita hidup bukan
untuk kehidupan yang semu ini (maya), melainkan kita hidup untuk
terbebas dari kehidupan ini (moksa), dengan jalan berbuat kebaikan
dengan landasan dharma.Tentang keutamaan dan hakekat dari hidup
manusia
DAFTAR PUSTAKA
2021. https://kemenag.go.id/read/hindu-dan-fungsi-sabda-bayu-idep-manusia-
3qdlz
(diakses pada tanggal 1 November 2021 pada pukul 19.00 wita)

Maswinara, I Wayan. 1998. Sistem Filsafat Hindu (Sarva Darsana Samgraha). Surabaya:
Yayasan SanatananDharmasrama Surabaya.

Rudia, Adiputra I Gede, dkk. 1990. Tattwa Darsana untuk kelas III PGA Hindu. Jakarta:
Yayasan Dharma Sarahi Jakarta.

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/genta/article/view/443

Anda mungkin juga menyukai