Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PUNARBHAWA TATTWA”

DISUSUN OLEH :

1. NI MADE LINA ARISTA UTAMI (194005)


2. NI KADEK SUGIHARTI (194006)
3. NI KOMANG WIDIASIH (194004)
4. NI NENGAH PUTRI PURWANTI ( 194028)
5. NI KETUT SUMIASIH (194025)
6. NI LUH NOVIARI (194022)
7. I WAYAN ARDY WIRAWAN (194007)
8. I MADE WIRYAWAN (194008 )
9. I PUTU UDAYANA NATA ( 194027)

STKIP AGAMA HINDU AMLAPURA


TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahwasannya
kami telah dapat membuat makalah tentang Punarbhawa Tattwa , walaupun
banyak hambatan dan kesulitan yang kami hadapi dalam menyusun makalah ini,
mungkin makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan
sempurna karena keterbatasan kemampuan kami.

Oleh karena itu kami sangat mengharapkan ktitik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak, terutama dari Bapak/Ibu Dosen agar kami dapat
lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah di kemudian hari, dan semoga
makalah ini berguna bagi siapa saja terutama bagi teman-teman yang hobi atau
ingin lebih tahu lebih banyak tentang Punarbawa Tatwa.

Amlapura, 23 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
MAKALAH.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Makalah.................................................................................................2
D. Manfaat Makalah...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Punarbawa.......................................................................................3
B. Sloka-Sloka yang menyebutkan tentang Punarbhawa.......................................3
C. Siklus Brahman Atman aikyam........................................................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................10
A. Kesimpulan......................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuhan yang menciptakan bhuwana agung beserta isinya, dan juga bhuana
alit. Bhuwana alit dapat bergerak atau hidup disebabkan oleh Tuhan. Tuhan
atau Ida Sang Hyang Widi Wasa yang ada didalam bhuana alit disebut dengan
jivatman. Sebagai umat Hindu kita percaya dengan adanya atman yang
memberi hidup kepada semua makluk. Atman merupakan percikan sinar suci
dari Tuhan atau ada yang menyebutkan juga bahwa atman adalah bagian
terkecil dari Brahman. Atman tidak terhitung jumlahnya, tidak terlahirkan dan
juga tidak akan pernah mati. Atman bersifat kekal abadi. Atman yang ada
dalam makluk yang satu sama dengan atman yang ada dalam makluk lainya.
Didalam Hindu kita mengenal ajaran “ Tat Tvam Asi” yang berarti engkau
adalah aku, aku adalah engkau, kita semua sejatinya sama. Oleh karena itu
sebagai manusia yang mengerti akan ajaran ini hendaknya mempunyai rasa
tenggang rasa terhadap sesama, menyayangi binatang / tidak menyakitinya
dan juga menjaga serta melestarikan lingkungan.

Dewasa ini banyak terjadi hal – hal yang asusila, seperti seorang ayah
tega membunuh istrinya sendiri, mutilasi, pemerkosaan, dan tindakan –
tindakan kriminal lainnya. Apakah mereka tidak menyadari dengan apa yang
dilakukanya? Seharusnya sesama manusia kita saling menghormati dan
menghargai, bukannya saling menyakiti dan sampai membunuh. Oleh karena
itu memahami hakekat dari atman mempunyai arti yang penting. Dengan
menyadari bahwa manusia sesungguhnya adalah Tuhan (jivatman) yang
mempunyai akal dan pikiran, dan kita sejatinya adalah sama, maka jangan
sampai melakukan hal – hal asusila yang dilarang oleh Tuhan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Punarbhawa ?
2. Bagaimanakah sloka-sloka yang menyebutkan tentang Punarbhawa?
3. Bagaimana Siklus Brahman Atman aikyam ?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian Punarbhawa.
2. Untuk mengetahui sloka-sloka yang menyebutkan tentang Punarbhawa.
3. Untuk mengetahui siklus Brahman Atman aikyam

D. Manfaat Makalah
1. Bagi mahasiswa sekaligus sebagai calon guru dan sebagai makhluk
ciptaannya, supaya bisa mengerti dengan baik mengenai apa itu
Punarbhawa, sloka-sloka tentang Punarbhawa, dan bagaimana siklusBrahman
Atman aikyam tersebut.
2. Bagi penulis hendaknya dapat lebih memahami tentang apa itu
Punarbhawa, sloka-sloka tentang Punarbhawa, dan bagaimana siklus
Brahman Atman aikyam tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

2
A. Pengertian Punarbawa
Pengertian Punarbhawa tattwa : Kata Punarbhawa berasal dari bahasa
sansekerta, terdiri dari 2 kata yaitu punar yang berarti lagi, kembali dan
kata Bhawa yang berarti menjelma. Jadi Punarbhawa berarti kelahiran yang
berulang ulang yang juga disebut penitisan atau samsara. Punarbhawa atau
samsara ini terjadi diakibatkan oleh adanya hokum karma , dimana karma
yang jelek menyebabkan atma menjelma kembali untuk memperbaiki
perbuatannya itu atau atma itu masih dipengaruhi oleh karma wesana (bekas
bekas atau sisa sisa perbuatan) atau kenikmatan duniawi sehingga tertarik
untuk lahir ke dunia.

Punarbhawa atau samsara adalah bagian keempat dari Panca Sradha


sebagai dasar keyakinan Umat Hindu. Pengertian sederhana adalah bahwa
pada saat seseorang meninggal dunia maka jiwatman akan melepaskan badan
jasmaninya ( stula sarira ), menuju sorga atau neraka. Proses jiwatman
meninggalkan stula sarira kemudian lahir kembali menggunakan jasmani
yang baru inilah disebut Punarbhawa.

B. Sloka-Sloka yang menyebutkan tentang Punarbhawa


Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena Jiwatman masih
dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh kelahiran”.
Demikian pula disebutkan:
Sribhagavan uvacha,
bahuni me vyatitani,
janmani tava cha rjuna,
rani aham veda sarvani,
na tvam paramtapa
(Bh. G. IV.5)
Sri Bhagawan (tuhan) bersabda, banyak kelahiran-Ku di masa lalu,
demikian pula kelahiranmu arjuna semuanya ini Aku tahu, tetapi engkau
sendiri tidak,. Parantapa. Atman yang masih diselubungi oleh suksma sarira
dan masih terikat oleh adanya kenikmatan duniawi, menyebabkan Atman itu

3
awidya, sehingga Ia belum bisa kembali bersatu dengan sumbernya yaitu
Brahman (Hyang Widhi). Hal ini menyebabkan atman itu selalu mengalami
kelahiran secara berulang-ulang.

Segala bentuk prilaku atau perbuatan yang dilakukan pada masa


kehidupan yang lampau menyebabkan adanya bekas (wasana) dalam
jiwatman. Dan wasana (bekas-bekas perbuatan) ini ada bermacam-macam.
Jika wasana itu hanya bekas-bekas keduniawian, maka jiwatman akan lebih
cenderung dan gampang ditarik oleh hal-hal keduniawian sehingga atman itu
lahir kembali.

Karmabhumiriya brahman,
phlabhumirasau mata
iha yat kurate karma tat,
paratrobhujyate.
(S.S.7)

Sebab sebagai manusia sekarang ini adalah akibat baik dan buruknya
karma itu juga akhirnya dinikmatilah karma phala itu. Artinya baik buruk
perbuatan itu sekarang akhirnya terbukti hasilnya. Selesai menikmatinya,
menjelmalah kembali ia, mengikuti sifat karma phala. Wasana berarti
sangskara, sisa-sisa yang ada dari bau sesuatu yang tinggal bekas-bekasnya
saja yang diikuti hukuman yaitu jatuh dari tingkatan sorga maupun dari
kawah-kawah neraka, adapun perbuatan baik ataupun buruk yang dilakukan
di akhirat, tidaklah ia berakibat sesuatu apapun, oleh karena yang sangat
menentukan adalah perbuatan-perbuatan baik atau buruk yang dilakukan
sekarang juga.

Karma dan Punarbhawa ini merupakan suatu proses yang terjalin erat satu
sama lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karma adalah perbuatan
yang meliputi segala gerak, baik pikiran, perkataan maupun tingkah laku.
Sedangkan punarbhawa adalah kesimpulan dari semua karma itu yang
terwujud dalam penjelmaan tersebut. Setiap karma yang dilakukan atas
dorongan acubha karma akan menimbulkan dosa dan Atman akan mengalami
neraka serta dalam Punarbhawa yang akan datang akan mengalami

4
penjelmaan dalam tingkat yang lebih rendah, sengsara, atau menderita dan
bahkan dapat menjadi mahluk yang lebih rendah tingkatannya. Sebaliknya,
setiap karma yang dilakukan berdasarkan cubhakarma akan mengakibatkan
Atman (roh) menuju sorga dan jika menjelma kembali akan mengalami
tingkat penjelmaan yang lebih sempurna atau lebih tinggi. Di dalam Weda
(S.S.48) dinyatakan sebagai berikut:

“Adharmarucayo mandas,
tiryaggatiparayanah,
krocchram yonimanuprapya,
na windanti sukham janah.

Adapun perbuatan orang yang bodoh, senantiasa tetap berlaku menyalahi


dharma; setelah ia lepas dari neraka, menitislah ia menjadi binatang, seperti
biri-biri, kerbau dan lain sebagainya; bila kelahirannya kemudian meningkat,
ia menitis menjadi orang yang hina, sengsara, diombang-ambingkan
kesedihan dan kemurungan hati, dan tidak mengalami kesenangan.

Sedangkan orang yang selalu berbuat baik (cubhakarma), Sarasmuccaya


menyebutkan: “Adapun orang yang selalu melakukan karma baik
(cubhakarma), ia dikemudian hari akan menjelma dari sorga, menjadi orang
yang tampan (cantik), berguna, berkedudukan tinggi, kaya raya dan berderajat
mulia. Itulah hasil yang didapatnya sebagai hasil (phala) dari perbuatan yang
baik”.

Kesimpulannya, dengan keyakinan dengan adanya Punarbhawa ini maka


orang harus sadar, bahwa bagaimana kelahirannya tergantung dari karma
wasananya. Kalau ia membawa karma yang baik, lahirlah ia menjadi orang
berbahagia, berbadan sehat dan berhasil cita-citanya. Sebaliknya bila orang
membawa karma yang buruk, ia akan lahir menjadi orang yang menderita.
Oleh karena itu kelahiran kembali ini adalah kesempatan untuk memperbaiki
diri untuk meningkat ke taraf yang lebih tinggi.

Iyam hi yonihprathama,
yam prapya jagattpate

5
atmanam cakyate tratum,
karmabhih cubhalaksanaih
(S.S. 4)

Menjelma menjadi manusia itu sungguh-sungguh utama; sebabnya


demikian, karena ia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan sengsara
(lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah
keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.

Sopanabhutam Swargasya,
manusyam prapya durlabham,
tathamanam samadyad,
dhwamsetana purna yatha
. (S.S. 6)

Kesimpulannya, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya kesempatan


menjelma menjadi manusia ini, kesempatan yang sungguh sulit diperoleh,
yang merupakan tangga untuk pergi ke sorga; segala sesuatu yang
menyebabkan agar tidak jatuh lagi, itulah hendaknya dilakukan.

Diantara semua mahluk hidup yang ada didunia ini, manusia adalah
mahluk yang utama. Ia dapat berbuat baik maupun buruk, serta dapat melebur
perbuatannya yang buruk dengan perbuatan yang baik. Oleh karena itu
seseorang sepatutnya bersyukur dan berbesar hati lahir sebagai manusia.
Karena sungguh tidaklah mudah untuk dapat dilahirkan menjadi manusia
sekalipun manusia hina.

Itulah sebabnya, maka seorang hendaknya dapat menghargai dan


menggunakan kesempatan yang amat berharga ini untuk membebaskan diri
dari kesengsaraan dan menuju pada kebahagiaan yang abadi yang sisebut
Moksa atau kelepasan. Memang sungguh disayangkan, apabila kesempatan
yang baik ini berlalu tanpa makna. Kelahiran manusia dikatakan berada
ditengah-tengah antara sorga dan neraka. Jika kebajikan yang diperbuat maka
tentulah hidupnya akan meningkat, tetapi jika dosa yang dilakukan, sudah
pastilah akan jatuh ke neraka. Jadi setiap kali kelahiran sebagai manusia

6
patutlah digunakan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hidup ke jenjang
yang lebih mulia dan luhur.

Dalam rangka meningkatkan karma baik maka pada saat berdoa mohonlah
agar kita senantiasa menjadi alat pembalas karma yang baik. Oleh karena itu,
gunakan hidup ini sebaik-baiknya untuk meningkatkan karma sehingga setiap
kelahiran berikutnya bisa meningkatkan kualitas dan kesucian jiwatman.
Punarbbhawa atau tumimbal lahir atau samsara adalah bagian keempat dari
Panca Sradha sebagai dasar keyakinan Umat Hindu. Pengertian sederhana
adalah bahwa pada saat seseorang meninggal dunia maka jiwatman akan
melepaskan badan jasmaninya ( stula sarira ), menuju sorga atau neraka.
Untuk meningkatkan kualitas jiwatman maka setelah waktu tertentu jiwatman
kembali kedunia dengan menggunakan badan jasmani yang baru.

Proses jiwatman meninggalkan stula sarira kemudian lahir kembali


menggunakan jasmani yang baru inilah disebut Punarbhawa.
Untuk memahami dan meyakini hukum punarbhawa bisa kita lakukan secara
logika maupun dengan meyakini Wahyu Tuhan melalui kitab-kitab suci.Jika
kita perhatikan bahwa alam ini semuanya mengalami siklus ( perputaran ).
Bahkan planet-planet ini bisa stabil pada tempatnya karena berputar. Ada
perputaran siang dan malam, Perputaran waktu, perputaran rantai makanan,
perputaran dari air laut mejadi awan, kemudian turun hujan dan kembali ke
laut, dan masih banyak lagi jenis-jenis perputaran kehidupan. Intinya bahwa
segala sesuatu di alam ini mengalami perputaran sehingga bisa stabil.
Demikian juga manusia yang lahir, tumbuh besar, kemudian meninggal maka
akan mengalami perputaran untuk lahir kembali.

Dari pemahaman ini jelas bahwa manusia akan mengalami punarbhawa.


Kemudian dalam Kitab Suci Bhagawad gita. Beberapa sloka menyiratkan

secara jelas tentang punarbhawa antara lain :


1. Seperti halnya sang jiwatman yang melewatkan waktunya dalam badan
ini dari masa kanak-kanak, remaja dan usia tua, demikian juga bila ia
berpindah ke badan yang lainnya. Orang bijaksana tak akan terbingungkan
oleh hal ini.” ( Bab II, sloka 13 )

7
2. Bagaikan seseorang yang menanggalkan pakaian usang dan
mengenakan pakaian lain yang baru, demikianlah jiwatman yang berwujud
mencampakkan badan lama yang telah usang dan mengenakan badan
jasmani baru. “ ( Bab II, sloka 22 )

3. Bagi seseorang yang lahir, kematian sudahlah pasti dan pasti ada
kelahiran bagi mereka yang mati, sehingga terhadap hal yang tak
terrelakkan ini janganlah engkau berduka.” ( Bab II, sloka 27).

Hubungan Karmaphala dengan Punarbhawa dalam Kitab Sarasamuscaya


sloka 4 dikatakan :

4. Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama;


sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan
sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik;
demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.”

Masih banyak sloka-sloka lain yang menjelaskan tentang punarbhawa ini.


Hubungan Karmaphala dengan Punarbhawa, Dalam Kitab Sarasamuscaya
sloka 4 dikatakan.
1. Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama;
sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan
sengsara ( lahir dan mati berulang-ulang ) dengan jalan berbuat baik;
demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.

Dari sloka di atas ada dua point yang dapat kita petik penekannya yaitu :
Untuk berbuat baik kesempatan yang paling luas adalah bila menjelma
menjadi manusia. Berbuat baik ( Subha karma ) adalah cara untuk
melepaskan diri dari keadaan samsara ( punarbhawa ).

Jadi bila manusia semasa hidupnya banyak berbuat baik maka kelahiran
berikutnya akan meningkat kualitasnya. Demikian juga bila semasa hidupnya
banyak berbuat dosa maka kelahiran berikutnya akan menurun kualitasnya.
Bahkan tidak menutup kemungkinan akan terlahir sebagai binatang atau
tumbuhan. Oleh karena itu setiap menjalani kehidupan kewajiban manusia
adalah untuk meningkatkan Subhakarma sehingga setiap kelahiran berikutnya

8
bisa meningkat kualitasnya sampai akhirnya tujuan hidup yaitu moksartham
jagathita tercapai.

C. Siklus Brahman Atman aikyam


Jika digambarkan proses hidup manusia dan kelahirannya sampai
bersatunya atman dengan brahman ( Brahman Atman aikyam) seperti di
bawah ini :
Keterangan :
1. Garis tebal merupakan kehidupan saat ini.
2. Garis tipis kehidupan kelahiran dengan kualitas meningkat yang menuju
bersatunya Brahman
3. Garis putus-putus kehidupan kelahiran dengan kualitas menurun yang
semakin jauh dari Brahman.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gunakan hidup ini sebaik-baiknya untuk meningkatkan karma sehingga
setiap kelahiran berikutnya bisa meningkatkan kualitas dan kesucian
jiwatman.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga apa yang telah disajikan
akan memberikan ilmu dan informasi. Selanjutnya demi kesempurnaan
makalah ini kami memohon saran dan kritik guna memperbaiki dikemudian
hari

10
DAFTAR PUSTAKA

Aurobindo, Sri, The Upanisads, Part one, Sri Aurobindo Ashram Pondicherry,
India, 1981.
Bahadur, K.P. Upanisad Hindu Scriptures Of Spriritual Truth, Heritage, New
Delhi, 1979.
Deussen, Paul, The Philosophy Of The Upanisads Dover Publication, New York,
1905.
Bibek Deboy. 2002. Agni Purana. Surabaya : Paramita.
Kadjeng, I Nyoman, Dkk. 1993 Sarasassamuscaya. Proyek dan Penuluhan
Beragama tersebar di Dati II.
Mariana, I Nyoman, Dkk. 1994. Penuntun Belajar Agama Hindu . Bandung :
Ganeca Exact.
Ngurah, I Gusti Made, Dkk. 1999. Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk
Perguruan Tinggi. Surabaya : Paramita.
Pendit, S, I Nyoman. 1994. Bagavadgita. Jakarta : Daya Prana Pres.
Wardhana, Made,dkk. 2007. Karma dan Reinkarnasi. Denpasar : Yayasan Institut
Bhaktivedanta Indonesia.
Mantik, S, Agus. Upanisad-upanisad Utama, Volume 2, 1992, Jakarta : Yayasan
Dharma Sarathi.

11
12

Anda mungkin juga menyukai