“PUNARBHAWA TATTWA”
DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahwasannya
kami telah dapat membuat makalah tentang Punarbhawa Tattwa , walaupun
banyak hambatan dan kesulitan yang kami hadapi dalam menyusun makalah ini,
mungkin makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan
sempurna karena keterbatasan kemampuan kami.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan ktitik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak, terutama dari Bapak/Ibu Dosen agar kami dapat
lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah di kemudian hari, dan semoga
makalah ini berguna bagi siapa saja terutama bagi teman-teman yang hobi atau
ingin lebih tahu lebih banyak tentang Punarbawa Tatwa.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
MAKALAH.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Makalah.................................................................................................2
D. Manfaat Makalah...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Punarbawa.......................................................................................3
B. Sloka-Sloka yang menyebutkan tentang Punarbhawa.......................................3
C. Siklus Brahman Atman aikyam........................................................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................10
A. Kesimpulan......................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuhan yang menciptakan bhuwana agung beserta isinya, dan juga bhuana
alit. Bhuwana alit dapat bergerak atau hidup disebabkan oleh Tuhan. Tuhan
atau Ida Sang Hyang Widi Wasa yang ada didalam bhuana alit disebut dengan
jivatman. Sebagai umat Hindu kita percaya dengan adanya atman yang
memberi hidup kepada semua makluk. Atman merupakan percikan sinar suci
dari Tuhan atau ada yang menyebutkan juga bahwa atman adalah bagian
terkecil dari Brahman. Atman tidak terhitung jumlahnya, tidak terlahirkan dan
juga tidak akan pernah mati. Atman bersifat kekal abadi. Atman yang ada
dalam makluk yang satu sama dengan atman yang ada dalam makluk lainya.
Didalam Hindu kita mengenal ajaran “ Tat Tvam Asi” yang berarti engkau
adalah aku, aku adalah engkau, kita semua sejatinya sama. Oleh karena itu
sebagai manusia yang mengerti akan ajaran ini hendaknya mempunyai rasa
tenggang rasa terhadap sesama, menyayangi binatang / tidak menyakitinya
dan juga menjaga serta melestarikan lingkungan.
Dewasa ini banyak terjadi hal – hal yang asusila, seperti seorang ayah
tega membunuh istrinya sendiri, mutilasi, pemerkosaan, dan tindakan –
tindakan kriminal lainnya. Apakah mereka tidak menyadari dengan apa yang
dilakukanya? Seharusnya sesama manusia kita saling menghormati dan
menghargai, bukannya saling menyakiti dan sampai membunuh. Oleh karena
itu memahami hakekat dari atman mempunyai arti yang penting. Dengan
menyadari bahwa manusia sesungguhnya adalah Tuhan (jivatman) yang
mempunyai akal dan pikiran, dan kita sejatinya adalah sama, maka jangan
sampai melakukan hal – hal asusila yang dilarang oleh Tuhan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Punarbhawa ?
2. Bagaimanakah sloka-sloka yang menyebutkan tentang Punarbhawa?
3. Bagaimana Siklus Brahman Atman aikyam ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian Punarbhawa.
2. Untuk mengetahui sloka-sloka yang menyebutkan tentang Punarbhawa.
3. Untuk mengetahui siklus Brahman Atman aikyam
D. Manfaat Makalah
1. Bagi mahasiswa sekaligus sebagai calon guru dan sebagai makhluk
ciptaannya, supaya bisa mengerti dengan baik mengenai apa itu
Punarbhawa, sloka-sloka tentang Punarbhawa, dan bagaimana siklusBrahman
Atman aikyam tersebut.
2. Bagi penulis hendaknya dapat lebih memahami tentang apa itu
Punarbhawa, sloka-sloka tentang Punarbhawa, dan bagaimana siklus
Brahman Atman aikyam tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Pengertian Punarbawa
Pengertian Punarbhawa tattwa : Kata Punarbhawa berasal dari bahasa
sansekerta, terdiri dari 2 kata yaitu punar yang berarti lagi, kembali dan
kata Bhawa yang berarti menjelma. Jadi Punarbhawa berarti kelahiran yang
berulang ulang yang juga disebut penitisan atau samsara. Punarbhawa atau
samsara ini terjadi diakibatkan oleh adanya hokum karma , dimana karma
yang jelek menyebabkan atma menjelma kembali untuk memperbaiki
perbuatannya itu atau atma itu masih dipengaruhi oleh karma wesana (bekas
bekas atau sisa sisa perbuatan) atau kenikmatan duniawi sehingga tertarik
untuk lahir ke dunia.
3
awidya, sehingga Ia belum bisa kembali bersatu dengan sumbernya yaitu
Brahman (Hyang Widhi). Hal ini menyebabkan atman itu selalu mengalami
kelahiran secara berulang-ulang.
Karmabhumiriya brahman,
phlabhumirasau mata
iha yat kurate karma tat,
paratrobhujyate.
(S.S.7)
Sebab sebagai manusia sekarang ini adalah akibat baik dan buruknya
karma itu juga akhirnya dinikmatilah karma phala itu. Artinya baik buruk
perbuatan itu sekarang akhirnya terbukti hasilnya. Selesai menikmatinya,
menjelmalah kembali ia, mengikuti sifat karma phala. Wasana berarti
sangskara, sisa-sisa yang ada dari bau sesuatu yang tinggal bekas-bekasnya
saja yang diikuti hukuman yaitu jatuh dari tingkatan sorga maupun dari
kawah-kawah neraka, adapun perbuatan baik ataupun buruk yang dilakukan
di akhirat, tidaklah ia berakibat sesuatu apapun, oleh karena yang sangat
menentukan adalah perbuatan-perbuatan baik atau buruk yang dilakukan
sekarang juga.
Karma dan Punarbhawa ini merupakan suatu proses yang terjalin erat satu
sama lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karma adalah perbuatan
yang meliputi segala gerak, baik pikiran, perkataan maupun tingkah laku.
Sedangkan punarbhawa adalah kesimpulan dari semua karma itu yang
terwujud dalam penjelmaan tersebut. Setiap karma yang dilakukan atas
dorongan acubha karma akan menimbulkan dosa dan Atman akan mengalami
neraka serta dalam Punarbhawa yang akan datang akan mengalami
4
penjelmaan dalam tingkat yang lebih rendah, sengsara, atau menderita dan
bahkan dapat menjadi mahluk yang lebih rendah tingkatannya. Sebaliknya,
setiap karma yang dilakukan berdasarkan cubhakarma akan mengakibatkan
Atman (roh) menuju sorga dan jika menjelma kembali akan mengalami
tingkat penjelmaan yang lebih sempurna atau lebih tinggi. Di dalam Weda
(S.S.48) dinyatakan sebagai berikut:
“Adharmarucayo mandas,
tiryaggatiparayanah,
krocchram yonimanuprapya,
na windanti sukham janah.
Iyam hi yonihprathama,
yam prapya jagattpate
5
atmanam cakyate tratum,
karmabhih cubhalaksanaih
(S.S. 4)
Sopanabhutam Swargasya,
manusyam prapya durlabham,
tathamanam samadyad,
dhwamsetana purna yatha
. (S.S. 6)
Diantara semua mahluk hidup yang ada didunia ini, manusia adalah
mahluk yang utama. Ia dapat berbuat baik maupun buruk, serta dapat melebur
perbuatannya yang buruk dengan perbuatan yang baik. Oleh karena itu
seseorang sepatutnya bersyukur dan berbesar hati lahir sebagai manusia.
Karena sungguh tidaklah mudah untuk dapat dilahirkan menjadi manusia
sekalipun manusia hina.
6
patutlah digunakan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hidup ke jenjang
yang lebih mulia dan luhur.
Dalam rangka meningkatkan karma baik maka pada saat berdoa mohonlah
agar kita senantiasa menjadi alat pembalas karma yang baik. Oleh karena itu,
gunakan hidup ini sebaik-baiknya untuk meningkatkan karma sehingga setiap
kelahiran berikutnya bisa meningkatkan kualitas dan kesucian jiwatman.
Punarbbhawa atau tumimbal lahir atau samsara adalah bagian keempat dari
Panca Sradha sebagai dasar keyakinan Umat Hindu. Pengertian sederhana
adalah bahwa pada saat seseorang meninggal dunia maka jiwatman akan
melepaskan badan jasmaninya ( stula sarira ), menuju sorga atau neraka.
Untuk meningkatkan kualitas jiwatman maka setelah waktu tertentu jiwatman
kembali kedunia dengan menggunakan badan jasmani yang baru.
7
2. Bagaikan seseorang yang menanggalkan pakaian usang dan
mengenakan pakaian lain yang baru, demikianlah jiwatman yang berwujud
mencampakkan badan lama yang telah usang dan mengenakan badan
jasmani baru. “ ( Bab II, sloka 22 )
3. Bagi seseorang yang lahir, kematian sudahlah pasti dan pasti ada
kelahiran bagi mereka yang mati, sehingga terhadap hal yang tak
terrelakkan ini janganlah engkau berduka.” ( Bab II, sloka 27).
Dari sloka di atas ada dua point yang dapat kita petik penekannya yaitu :
Untuk berbuat baik kesempatan yang paling luas adalah bila menjelma
menjadi manusia. Berbuat baik ( Subha karma ) adalah cara untuk
melepaskan diri dari keadaan samsara ( punarbhawa ).
Jadi bila manusia semasa hidupnya banyak berbuat baik maka kelahiran
berikutnya akan meningkat kualitasnya. Demikian juga bila semasa hidupnya
banyak berbuat dosa maka kelahiran berikutnya akan menurun kualitasnya.
Bahkan tidak menutup kemungkinan akan terlahir sebagai binatang atau
tumbuhan. Oleh karena itu setiap menjalani kehidupan kewajiban manusia
adalah untuk meningkatkan Subhakarma sehingga setiap kelahiran berikutnya
8
bisa meningkat kualitasnya sampai akhirnya tujuan hidup yaitu moksartham
jagathita tercapai.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gunakan hidup ini sebaik-baiknya untuk meningkatkan karma sehingga
setiap kelahiran berikutnya bisa meningkatkan kualitas dan kesucian
jiwatman.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga apa yang telah disajikan
akan memberikan ilmu dan informasi. Selanjutnya demi kesempurnaan
makalah ini kami memohon saran dan kritik guna memperbaiki dikemudian
hari
10
DAFTAR PUSTAKA
Aurobindo, Sri, The Upanisads, Part one, Sri Aurobindo Ashram Pondicherry,
India, 1981.
Bahadur, K.P. Upanisad Hindu Scriptures Of Spriritual Truth, Heritage, New
Delhi, 1979.
Deussen, Paul, The Philosophy Of The Upanisads Dover Publication, New York,
1905.
Bibek Deboy. 2002. Agni Purana. Surabaya : Paramita.
Kadjeng, I Nyoman, Dkk. 1993 Sarasassamuscaya. Proyek dan Penuluhan
Beragama tersebar di Dati II.
Mariana, I Nyoman, Dkk. 1994. Penuntun Belajar Agama Hindu . Bandung :
Ganeca Exact.
Ngurah, I Gusti Made, Dkk. 1999. Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk
Perguruan Tinggi. Surabaya : Paramita.
Pendit, S, I Nyoman. 1994. Bagavadgita. Jakarta : Daya Prana Pres.
Wardhana, Made,dkk. 2007. Karma dan Reinkarnasi. Denpasar : Yayasan Institut
Bhaktivedanta Indonesia.
Mantik, S, Agus. Upanisad-upanisad Utama, Volume 2, 1992, Jakarta : Yayasan
Dharma Sarathi.
11
12