Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

“PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI
SMA NEGERI 1 SELAT KABUPATEN KARANGASEM”

Dosen Pengampu :
Drs. I Wayan Padet, M.Pd.H

Oleh:
Ni Luh Eka Yanti
Nim : 2011011076

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA


FAKULTAS DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA
DENPASAR
2023
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji Syukur penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /Tuhan
Yang Maha Esa, hanya atas asung wara nugrahaNya, Proposal yang berjudul “Penerapan
Metode Pembelajaran Kooperatif Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Hindu Di SMA NEGERI 1 SELAT Kabupaten Karangasem” dapat terselesaikan.
Tersusunya karya tulis ini bukan hasil pemikiran sendiri, akan tetapi berkat
dukungan dari berbagai pihak. Sehingga melalui kesempatan ini perkenanlah penulis
mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Prof. Dr. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si, Rektor UHN IGBS Denpasar atas segala
fasilitas dan kemudahan yang diberikan selama ini.
2. Drs. Made Redana, M.Si, Dekan Fakultas Dharma Acarya Atas segala dorongan
yang telah diberikan.
3. Dr. I Made Wirahadi Kusuma, S.H., M.Pd.H, Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Hindu yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan kemudahan selama ini.
4. Para dosen penguji yang senantiasa memberikan kritik dan saran pada tulisan ini.
5. Kawan-kawan mahasiswa yang menjadi motivasi untuk terus berjuang dan
menjadi yang pertama.
Proposal ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk bisa dijadikan bahan sk ripsi
nantinya. Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang turut membantu serta
mendukung saya dalam proses pembuatan Proposal ini.
Penulis menyadari Proposal ini masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan
Oleh karena itu, saya senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan Proposal ini.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 15 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
BAB I ........................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3
1.3.1. Tujuan Umum .......................................................................................... 3
1.3.2. Tujuan Khusus.......................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 3
1.4.1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 4
1.4.2. Manfaat Praktis......................................................................................... 4
BAB II....................................................................................................................... 5
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........... 5
2.1 Kajian Pustaka ..................................................................................................... 5
2.2 Konsep ................................................................................................................ 8
2.3 Teori ................................................................................................................. 14
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 16
3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ......................................................................... 16
3.1.1. Jenis Penelitian ....................................................................................... 16
3.1.2. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 17
3.2. Lokasi dan waktu penelitian ............................................................................... 17
3.2.1. Jenis Data ............................................................................................... 18
3.3. Objek Dan Subjek Penelitian.............................................................................. 19
3.3.1. Objek ..................................................................................................... 19
3.3.2. Subjek Penelitian .................................................................................... 19
3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 19
3.5. Teknik Penyajian Analisis Data .......................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah. Ini berarti keberhasilan pendidikan berpulang pada aktivitas
pembelajaran yang dilaksanakan. Pembelajaran pada dasarnya selalu terkait dua belah
pihak yaitu pendidik dan peserta didik. Keterlibatan dua pihak tersebut merupakan
keterlibatan hubungan antar manusia. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar. Itu artinya pembelajaran bukanlah
aktivitas spontan, tapi aktivitas yang terencana mulai dari penentuan materi, metode
sampai pada penggunaan instrumen evaluasi pada seluruh mata pelajaran, termasuk mata
pelajaran Pendidikan agama hindu Pada setiap sekolah memiliki fungsi untuk
mengembangkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang maha esa. Serta akhlak
mulia, penanaman nilai ajaran agama hindu sebagai pedoman untuk mencapai
kebahagiaan baik hidup di dunia maupun di akhirat, penyesuaian mental peserta didik
terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui pendidikan agama hindu, perbaikan
kesalahan-kesalahan, kelemahan kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan
pengalaman ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari, pencegahan hal-hal
negatif , pembelajaran tentang ilmu pengetahuan agama serta fungsionalnya, penyaluran
peserta didik untuk mendalami pendidikan agama kejenjang yang lebih
tinggi.Pendidikan di sekolah menengah atas yang menjadi titik awal dalam penanaman
konsep keilmuan tersebut, tentu harus menanamkan pondasi yang kuat agar peserta didik
dapat menyerap ilmu dasar yang akan dipergunakan untuk meneruskan kejenjang yang
lebih tinggi. Oleh sebab itu, pelaksanaan pendidikan di sekolah menengah atas harus
dilakukan oleh seorang guru yang profesional dalam bidangnya untuk menghasilkan
peserta didik yang handal dan berkualitas. Dalam kaitanya di dunia pendidikan banyak
sekali hal-hal yang mempengaruhi untuk tercapainya tujuan pendididkan diantaranya
adalah dengan adanya suatu penerapan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
penerapan adalah perbuatan mempraktikan.

1
Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar dan mengajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan nyata peserta didik sehari-
hari baik dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dengan tujuan untuk
menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Belajar dalam pendekatan
kontekstual tidak hanya sekedar mencatat dan mendengarkan saja melainkan ikut
berproses didalamnya secara langsung. Sehingga diharapkan peserta didik mampu
mengembangkan tidak hanya dari aspek kognitif, tetapi juga dari aspek afektif dan
psikomotor. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru SMA
NEGERI 1 SELAT mengenai sikap keberagaman peserta didik di sekolah tersebut,
peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut; 1. Peserta didik belum mampu memahami
dan mengamalkan ajaran agama hindu dengan baik, 2. Banyak peserta didik yang masih
tidak paham mengenai sarana upakara yang digunakan dalam persembahyangan, 3.
Masih adanya sistem kasta yang terjadi di lingkungan peserta didik yang terkadang
membuat mereka sulit untuk berinteraksi.
Dari uraian masalah di atas menggambarkan betapa pentingnya suatu model dalam
penerapan untuk pembelajaran khususnya pendidikan agama Islam, karena dalam
pendidikan agama Islam tidak hanya dijadikan sebagai pengetahuan saja tetapi juga
membentuk sikap dan kepribadian peserta didik yang memiliki keimanan dan ketaqwaan
yang kuat terhadap Tuhan yang maha esa serta memiliki akhlak yang mulia dimana pun
mereka berada. Maka suatu model dalam penerapan sangat berperan penting dalam
penyampaian pembelajaran agar peserta didik dapat memahami apa yang di sampaikan
oleh pendidik. Berdasarkan permasalahan di fakta tersebut di atas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti ”Penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Hindu Di Sma Negeri 1 Selat Kabupaten Karangasem“
1.2. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dapat penulis rumuskan didalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana penerapan pembelajaran kontekstual dalam pelajaran Pendidikan
agama hindu?
2. Apakah faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penerapan pembelajaran
kontekstual dalam mata pelajaran Pendidikan agama hindu?

2
1.3. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian tentunya memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai untuk
memberikan arah dan sasaran yang tepat terhadap langkah-langkah yang akan ditempuh.
Penelitian yang baik adalah penelitian yang tidak saja berhasil mengungkapkan masalah,
lalu mencari solusi atau memecahkan masalah secara teori, tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana hasil penelitian itu memiliki daya efektif untuk mencapai tujuan.
Adapun tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah:
1.3.1. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui seberapa paham mereka terhadap cara mengajar guru
menggunakan metode kontekstual terhadap belajar anak dalam pendidikan agama
hindu.
2. Penelitian ini secara umum adalah bertujuan untuk mendeskripsikan peranan guru
agama hindu dalam memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
3. Penelitian ini secara umum adalah bertujuan untuk mendeskripsikan kendala
yang dihadapi guru dalam memberikan mata pelajaran Pendidikan agama hindu
dengan metode kontekstual.
1.3.2. Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus Berdasarkan rumusan masalah penelitian seperti yang
diuraikan di atas dapat di sampaikan tujuan khusus penelitian ini,agar penelitian ini
mempunyai tujuan dan arah yang jelas, tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan Bagaimana peranan guru agar membuat siswa
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran agama hindu?
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana peranan guru agar membuat siswa tidak
canggung dengan siswa yang memiliki kasta?

1.4. Manfaat Penelitian


Sebuah penelitian tentu akan menghasilkan sesuatu (manfaat). Manfaat bisa
dijadikan pedoman atau paling tidak dijadikan bahan acuan dalam penelitian lanjutan
mengenai pokok permasalahan yang sama. Penelitian ini akan sangat bermanfaat apabila
dari para mahasiswa atau siapapun yang membaca karya ilmiah ini dapat mengerti serta

3
memperaktekkan apa yang telah disajikan dalam penelitian ini. Dengan demikian
manfaat yang peneliti maksud dalam karya tulis ini dapat dilihat dari dua segi yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada pengembangan
motivasi siswa dan kemajuan ilmu pendidikan formal dan non formal melalui pengaruh
peranan guru dan orang tua terhadap motivasi belajar siswa dalam pendidikan agama
hindu di sekolah dasar setempat. Disamping itu juga, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang bagaimana
pentingnya pengaruh peranan guru dan orang tua terhadap motivasi belajar siswa.
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat teoretis penelitian ini adalah bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Bagi Guru Pendidikan Agama Hindu
Dengan hasil penelitian ini diharapkan guru dapat selektif memberikan informasi
atau materi serta memberikan pengaruh kepada siswa untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa yang diberikan guru pada saat pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar di sekolah.
2. Manfaat bagi siswa adalah dimana siswa lebih tahu bagaimana cara membuat
sarana upakara dan agar tidak canggung dalam hal saling sapa dengan teman
walaupun dibedakan oleh kasta.
3. Manfaat Bagi Peneliti Dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan dan
pengetahuan atas pentingnya pengaruh dan juga peranan guru dan terhadap
motivasi belajar siswa.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka


Salah satu hal utama yang dilakukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah
dengan belajar, dan dengan belajar akan terjadi proses interaksi individu dengan
lingkungannya. Secara formal interaksi tersebut dapat berupa siswa belajar di sekolah,
siswa akan berinteraksi dengan guru, dengan teman-temannya, dengan buku-buku
perpustakaan dan peralatan laboratorium, di rumah mereka berinteraksi dengan catatan-
catatan siswa dan melaksanakan tugas dari guru. Belajar akan berdampak pada perilaku,
pandangan, dan pola pikir seseorang terhadap suatu hal. Menurut Wina Sanajaya
(2009:110) menyatakan bahwa ”belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri
seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku, aktivitas mental itu
terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang didasari”.
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru kesiswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil
dalam kelas kontekstual. Tugas guru membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya,
guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang
baru bagi anggota kelas. Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari
apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan
kontekstual. (Hamallik dalam Tamburaka : Proses belajar Mengajar, 1997) Menurut
Oemar Hamalik (2005:28) menyatakan bahwa “Belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.” Perubahan
tingkah laku yang dimaksud meliputi aspek-aspek pengetahuan, pemahaman, kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, etika dan sikap. Perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari proses belajar disebut hasil belajar bersifat relatif menetap dan sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan. Dari beberapa definisi mengenai belajar di atas, penulis

5
menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses aktif perubahan tingkah laku dan
kecakapan manusia yang melalui berbagai pengalaman untuk memperoleh pengetahuan
sebagai proses kematangan. Sehingga dalam pendidikan, belajar merupakan kegiatan
pokok yang menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan Proses belajar
yang dilakukan oleh siswa merupakan reaksi atau hasil kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru.
Proses belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksi
pengetahuan dibenak mereka. Anak mencatat pola-pola bermakna dan pengetahuan baru,
dan bukan diberi begitu saja oleh guru. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam
tentang sesuatu persoalan. Pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi proposisi yang
terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Manusia mempunyai
tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. Siswa perlu dibiasakan
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendari. (Sumber
: http//: Semoel, Pendekatan Contextual, 2011).
Transfer belajar; siswa belajar dan mengalami sendiri, buka dari pemberian orang
lain. Keterampilan dari pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas. Penting
bagi siswa tahu untuk apa ia belajar dan bagaimana pengetahuan dan keterampilan itu.
Siswa sebagai pembelajar. Manusia mempunyai kecendrungan untuk belajar dalam
bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecendarungan untuk belajar dengan cepat
hal-hal baru. Strategi belajar itu penting, anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang
baru, akan tetapi hal-hal yang sulit strategi belajar amat penting. Pentingnya lingkungan
belajar, belajar yang efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.
Dari guru akting di depan kelas, siswa bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
Pengajaran harus pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.
Umpan balik sangat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
(Sumber : http//: Semoel, Pendekatan Contextual, 2011)
Belajar yang baik harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik
maupun psikis. Kita tidak dapat memastikan bahwa siswa yang diam mendengarkan
penjelasan dari guru tidak berarti tidak aktif, demikian sebaliknya belum tentu siswa
yang secara fisik aktif, memeliki kadar aktivitas mental yang tinggi pula. Kunandar
(2010:277) mengungkapkan bahwa,”Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam

6
bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan
proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut”. Peningkatan
aktivitas siswa, diantaranya meningkatkan jumlah siswa yang terlibat aktif belajar,
meningkatkan jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatkan jumlah siswa
yang paling berinteraksi membahas materi pelajaran. Metode belajar yang bersifat
partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih
kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan
belajar mengajar.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa dalam belajar sangat
dituntut keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru
lebih banyak membimbing dan mengarahkan. Tujuan pembelajaran Menerapkan Teknik
Elektronika Analog dan Digital Dasar tidak mungkin tercapai tanpa adanya aktivitas
siswa. Membentuk manusia yang kreatif dan bertanggung jawab, dalam rangka ini
penulis berusaha melatih dengan menggunakan model pembelajaran kon tekstual, sebab
dengan model pembelajaran ini siswa dituntut untuk lebih aktif dan bertanggung jawab.
Penelitian tindakan kelas penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri
dengan cara merencanakan, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif
dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil
belajar siswa dapat meningkat (Wina Sanjaya, 2010:9). Suharsimi Arikunto (2010:3)
“penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiata n belajar
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama”. Wiriatmaja (dalam Tukiran Taniredja, 2010:16) mengemukakan bahwa
”penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan
kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan penelitian untuk mengangkat masalah-masalah yang berada di dalam
kelas yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pecermatan kegiatan belajar berupa
tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas secara lebih
profesional.
Jurnal tersebut digunakan sebagai referensi terhadap penelitian yang dilakukan ini,
yang mana dalam penelitian ini mengamati pembentukan dan pengembangan motivasi
belajar siswa khususnya dalam pendidikan agama hindu terhadap para peserta didik di

7
SMA NEGERI 1 SELAT. Dimana agar kita tau bagaimana peningkatan yang terjadi
terhadap siswa pada saat melakukan pembelajaran menggunakan metode kontesktual.
Dan apakah guru juga merasakan perubahan yang terjadi terkhususnya pada mata
pelajaran Pendidikan agama hindu.
2.2 Konsep
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 802) pengertian konsep, yaitu
suatu rancangan atau kedekatan pengertian dengan istilah konsepsi yang artinya
pengertian (paham) atau rancangan (cita-cita) yang telah ada dalam pikiran.konsep
menurut Gulo (2004: 8) merupakan istilah - istilah yang menunjukan suatu pengertian
tentu. Dengan adanya konsep mampu menggambarkan sejulah variabel pada tema yang
diteliti untuk membuktikan kebenarannya.
Konsep dianggap benar karena pemakaiannya sudah sedemikian meluas dan
mempunyai arti yang jelas pula. Konsep juga dipakai menjabarkan hasil-hasil penelitian
sebelumnya dan dilakukan perbandingan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, guna
menjawab permasalahan yang diteliti. Peneliti seharusnya dapat memahami dengan baik
yang dikemukakan dalam konsep. Karena dengan pemahaman yang mendalam bahasan
dalam penelitian akan tampak jelas dan dapat dikaji secara kompherensif dan mendalam
serta dapat dipertanggungjawabkan menurut kaedah-kaedah keilmuan (Sudjarwo, 2001:
l3).
Menurut Redana (2006: 42) antara konsep satu dengan yang lainnya dapat
membentuk kerangka konseptual yang merefleksikan adanya suatu kaitan alur berpikir
yang jelas sebagai bagian dari berpikir yang ilmiah.
Konsep dalam penelitian ini memuat dan menjelaskan secara sistematis tentang
pemikiran yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Penulis berusaha
mencari pengertian atau konsep-konsep yang relevan dengan variabel-variabel yang
menjadi tema penelitian ini. Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan maka penulis
menjelaskan variabel penelitian berkenaan dengan Penerapan Metode Pembelajaran
Kontekstual Kontekstual Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Hindu Di SMAN1 SELAT Kabupaten Karangasem.
Dalam penelitian ini konsep yang di ajukan adalah (1) Penerapan metode pembelajaran
kontekstual, (2) Hasil belajar siswa dan (3) Pendidikan Agama Hindu.

8
2.2.1 Penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan adalah
perbuatan menerapkan, sedangkan menurut beberapa ahli, penerapan adalah suatu
perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan
tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau
golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.
2. Pengertian Metode
Metode adalah suatu proses atau cara sistematis yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu dengan efisiensi, biasanya dalam urutan langkah langkah tetap yang
teratur. Kata metode (method) berasal dari bahasa Latin dan juga Yunani, methodus yang
berasal dari kata meta yang berarti sesudah atau di atas, dan kata hodos, yang berarti
suatu jalan atau suatu cara.
3. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan
dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik. (Asyar, 2011).
Belajar menurut pengertian psikologis merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam menentukan kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut psikologi klasik, hakikat belajar adalah all learning is a prosses of developing
or training of mind. Belajar adalah melihat objek dengan menggunakan substansi dan
sensasi. Menurut teori mental State, Belajar adalah memperoleh pengetahuan malalui alat
indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar. Pengalaman
pengalaman berasosiasi dan bereproduksi. Oleh karena itu latihan memegang peranan
penting.
4. Pengertian Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada kaitan
antara materi yang dipelajari dengan kondisi di kehidupan nyata yang bisa dilihat dan
dianalisis oleh peserta didik. Artinya, saat kegiatan pembelajaran berlangsung peserta
didik seolah bisa merasakan dan melihat langsung aplikasi nyata materi yang sedang
dipelajari.

9
2.2.2 Hasil Belajar Siswa
1) Pengertian Hasil Belajar
Secara umum pengertian hasil belajar adalah perubahan perilaku dan kemampuan
secara keseluruhan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang disebabkan oleh pengalaman dan
bukan hanya salah satu aspek potensi saja. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka
siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
proses pembelajaran. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa
dapat memahami serta mengerti materi tersebut.
Hasil belajar menjadi sebuah pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau
proses belajar dinyatakan dalam simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap anak atau siswa pada suatu periode tertentu.Hasil belajar
juga dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hasil belajar siswa ini dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas
pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesionalitas dan keahlian yang
dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual),
bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik) sangat berpengaruh dalam
menentukan hasil belajar siswa.

2) Pengertian Siswa
Menurut Kompas, 1985Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus
di berikan oleh kedua orang tuanya untuk mengekor pembelajaran yang diadakan
disekolah, dengan destinasi untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan,
berketrampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia dan mandiri.
Muhaimin Dkk, 2005 Siswa disaksikan sebagai seseorang “subjek didik” yang
mana nilai kemanusian sebagai individu, sebagai makhluk sosial yang memiliki identitas
moral, mesti dikembangkan untuk menjangkau tingkatan optimal dan kriteria kehidupan
sebagai insan warga negara yang diharapkan.

10
2.2.3 Pendidikan Agama Hindu
1. Pengertian Pendidikan Agama Hindu
Pendidikan agama Hindu berasal dari 3 akar kata yaitu : pendidikan, agama, dan
Hindu. Ditinjau dari sudut hukum, definisi pendidikan berdasarkan undang-undang RI
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 1 ayat (1), yaitu : “Pendidikan adalah
suatu usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepripadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan” ( Usman 2006 : 7). Menurut Subagiasta
( 2007 : 5 ) menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
mengajaran dan pelatihan ; proses perbuatan ; cara pendidik. Pendidikan kumpulan dari
semua proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh
kemampuan (potensi) yang dimilikinya, sikap-sikap dan prilaku- prilaku yang bernilai
positif di masyarakat tempat individu yang bersangkutan berada ( Sukardjo dan
Komarudin 2012 : 9 ). Agama adalah sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan (Dewa
dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan itu. Agama dalam arti luas merupakan suatu penerimaan terhadap aturan-
aturan daru suatu kekuatan yang lebih tinggi, dengan jalan melakukan hubungan yang
harmonis dengan realitas yang lebih agung dari dirinya sendiri, yang memerintahkan
untuk mengadakan kebaktian, pengapdian dan pelayanan yang setia (Sadulloh, 2012 : 49
).
Kata Hindu sebenarnya berasal dari kata Sindhu yang merupakan salah satu nama
sungai yang ada di India. Sungai Sindhu adalah awal perkembangan peradaban Hindu.
Hindu juga berarti agama yang berkitab suci Veda dan kebudayaan yang berdasarkan
agama Hindu.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa pendidikan agama Hindu
adalah suatu usaha yang sadar dan terencana untuk memberikan pengetahuan kepada
peserta didik guna terbentuknya kepribadian yang memiliki kepercayaan dan keyakinan
kepada Tuhan Yang Maha Esa ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa )dan nilai-nilai ajaran

11
agama Hindu serta memiliki kemampuan mengamalkan ajaran-ajaran yang ada dalam
agama Hindu.
Punyatmaja (1975: 9 ) mengatakan pengertian pendidikan agama Hindu secara baik
dapat diketahui dari beberapa kitab suci yaiku dalam kitab Silakrama atau Kramaning
Agurong-gurong atau Aewakaguru yang dijelaskan tentang pendidikan agama Hindu
adalah memberikan bekal kepada siswa berupa ilmu kerohanian untuk mencapai
kesempurnaan hidup dan kesucian lahir batin yang berupa kebajikan ke seluruh budi
yang disebut dengan Dharma. Buku Himpunan keputusan seminar Tafsir terhadap aspek
aspek agama Hindu I-XV oleh tim penyusun ( 2008 : 18 ) menjelaskan tentang
pendidikan agama Hindu yang dibagi menjadi 2 yakni bagian :
a. Pendidikan agama Hindu diluar sekolah yaitu suatu upaya untuk membina
pertumbuhan jiwa dan raga masyarakat dengan ajaran agama Hindu itu sendiri
sebagai pokok materi.
b. Pendidikan agama Hindu di sekolah merupakan suatu pembinaan pertumbuhan
jiwa dan raga anak didik sesuai dengan agama Hindu. Berdasarkan pengertian
pendidikan agama Hindu tersebut, maka dapat disimpukan bahwa yang dimaksut
pendidikan agama Hindu adalah suatu usaha yang dilakukan secara luas,
terencana dan berkesinambungan untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian yang tinggi dan sifat baik, berbudi pekerti yang luhur
serta melakukan amal ketuhanan.

2. Tujuan pendidikan agama Hindu


Menurut Pudja ( 1985 : 21 ) tujuan pendidikan agama Hindu itu pada dasarnya
tidak dapat dilepaskan dari tujuan agama Hindu itu sendiri. Adapaun bentu rumusan
tujuan pendidikan agama Hindu pada akhirnya bermuara pada tujuan akhir agama Hindu.
Hal ini dapat dimengerti karena pendidikan agama Hindu bukanlah merupakan tujuan,
melainkan sebagai alat mencapai tujuan agama Hindu. Adapun tujuan agama Hindu
adalah Moksartham Jagadhita ya ca iti. Dharma yang artinya Dharma itu untuk tujuan
Moksa dan kebaikan dunia dam masyarakat atau dengan kata lain kedamaian di dunia
dan akhirat.
Wiana ( 1997 : 70 ) mengatakan tujuan pendidikan agama Hindu adalah membentuk
manusia yang Sujana, Susila dan Subrata yang memiliki kepekaan sosial dan arti yang

12
luas. Begitu pula buku himpunan keputusan seminar Tafsir terhadap aspek-aspek agama
Hindu I-XV oleh tim penyusun ( 2008 : 23-24 ) meyebutkan mengenai tujuan pendidikan
agama Hindu yaitu :
1. Tujuan pendidikan agama Hindu diluar sekolah adalah : (a). ajaran agama Hindu
itu menjadi keyakinan dan landasan segala kegiatan umat dalam semua pri-
kehidupannya. (b). ajaran agama Hindu mengajarkan pertumbuhan tata
kemasyarakatan umat Hindu hingga serasi dengan Pancasila dasar dari Negara
Republik Indonesia. (c). meyerasikan dan meyeimbangkan pelaksanaan bagian-
bagian ajaran agama Hindu dalam masyarakat antara Tattwa, Susial, dan Upacara
(Yadnya). (d). untuk mengembangkan hidup rukin antara umat berbagai agama
2. Tujuan pendidikan agama Hindu di sekolah yaitu : (a). membentuk manusia yang
Pancasilais yang astiti Bhakti (bertakwa). (b). membentuk moral, etika dan
spiritual anak didik yang sesuai dengan ajaran agama Hindu.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan
agama Hindu adalah untuk mengarahkan dan meningkatkan Sradha dan Bhakti dari
peserta didik melalui penanaman ajaran-ajaran agama Hindu demi terciptanya cita-cita
Moksartham Jagadhita dan menciptakan kehidupan yang bermoral beretika serta Astiti
Bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

3. Fungsi pendidikan agama Hindu


Pendidikan agama Hindu merupakan suatu proses penanaman dan pengajaran
materi dan nilai-nilai ajaran agama Hindu. Dalam kehidupan agama memiliki fungsi yang
dinyatakan oleh Cundamani ( 1993 : 11-12 ). Yaitu :
a. Agama memberikan pengetahuan tentang tujuan dan cara hidup. Laksan a orang
masuk di ruangan gelap orang menjadi takut karena terjadi sesuatu atau tidak tau
arah. Ketakutan ini timbul akibat ketidaktahuan atau kegelapan. Agama dapat
sebagai obor yang menerangi kehidupan sehingga manusia bisa menempuh jalan
yang benar dan bisa lebih cepat mencapai tujuan hidup sejahtera baik jasmani
maupun rohani.
b. Agama memberi dara dorong untuk berbuat baik yang jauh lebih meningkatkan
dari pada orang yang tidak beragama. Oleh karena itu agama tidak cukup
diketahui oleh umatnya lebih dari itu agama perlu diamalkan.

13
c. Agama memberi ketentraman hati dan membebaskan orang dari kecurigaan dan
ketakutan yang berlebih-lebih.
d. Agama dapat sebagai obat dan peredam dari gejolak batin seseorang yang
dirundung kedukaan. Dengan agama seseorang bisa menghibur dirinya
darikesedihan sehingga mempunya daya tahan yang lebih besar dari segala
macam penderitaan.

2.3 Teori
Keberadaan teori dalam penelitian sangatlah diperlukan dalam suatu penelitian.
Musfiqon (2012: 100) menjelaskan teori menjadi teori menjadi penting untuk dijadikan
bahan analisis data dan informasi yang diperoleh selama penelitian. Dengan adanya teori,
peneliti akan lebih mudah dalam melakukan analisis, menginterprestasikan data
membahas temuan, menarik simpulan, dan merumuskan implikasi teoritik. Teori yang
digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, tetapi teori yang benar-benar telah
diuji kebenarannya Adapun teori yang digunakan untuk membedah permasalahan yang
dihadapi adalah sebagai berikut:
2.3.1 Teori Behavioristik
Menurut teori belajar behavioristik, proses belajar terjadi karena adanya hubungan dari
rangsangan dan tanggapan. Dalam buku Teori Belajar dan Konsep Mengajar (2022),
dijelaskan kalau teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang fokus pada
perubahan perilaku siswa akibat adanya pengaruh dari luar dan stimulus. Jadi, siswa
dianggap sudah belajar tentang suatu hal ketika terlihat perbedaan pada perilakunya.
Teori belajar behavioristik ini digunakan untuk menunjukkan kepada siswa bagaimana
mereka harus bereaksi dan menanggapi rangsangan tertentu. Penguatan yang kita berikan
juga harus dilakukan secara berulang-ulang dan teratur untuk mengingatkan siswa
tentang perilaku apa yang menjadi tujuan pembelajaran.
Tanpa adanya hal ini, siswa akan lebih cepat mengabaikan respon yang sebelumnya
mereka berikan karena hasilnya tidak menjadi kebiasaan. Memberikan motivasi siswa
secara terus menerus ke siswa juga merupakan bentuk penerapan teori ini, lho. Seperti
sosok Ibu Muslimah dalam film Laskar Pelangi (2008) yang selalu mendukung
kesepuluh siswanya agar tidak patah semangat meskipun sekolahnya cukup tertinggal
dibanding sekolah yang lain. Saat Lintang, salah satu siswanya, h arus bekerja demi

14
menghidupi keluarga, Ibu Muslimah pun terus memberikan penguatan positif berupa
motivasi agar Lintang kembali ke sekolah. Dari dukungan yang diberikan, muncul respon
yang baik dari Lintang di mana akhirnya ia melanjutkan sekolah.
2.3.2 Teori belajar social
Teori belajar sosial adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku melalui
proses pengamatan. Teori ini menganggap bahwa harus ada pemodelan yang nantinya
bisa dijadikan pengamatan oleh individu yang sedang belajar. Itulah mengapa teori sosial
sama dengan teori pemodelan. Sebenarnya, teori belajar ini merupakan bentuk
pengembangan dari teori belajar behavioristik, di mana tujuan utamanya menekankan
pada perubahan perilaku. Di antara
beberapa teori belajar lain, teori ini tergolong masih baru, yaitu dikembangkan pada
tahun 1986 oleh Albert Bandura, sehingga biasa disebut teori belajar sosial Bandura.
Teori pembelajaran sosial adalah pembelajaran yang memanfaatkan teori belajar sosial.
Artinya, dalam melakukan pembelajaran guru menggunakan modeling atau observasi.
Adapun contoh sederhana penerapan teori belajar sosial pada perkembangan anak, yaitu
seorang anak cenderung meniru perilaku orang tuanya karena ia melihat perilaku tersebut
setiap hari secara berulang-ulang. Hal itu bisa diterapkan di pembelajaran sehari-hari, di
mana guru menjadi model percontohan bagi peserta didiknya. Adapun fase -fase yang
harus dilalui untuk menerapkan teori pembelajaran sosial adalah sebagai berikut.
1. Fase perhatian
Pada fase ini, peserta didik akan memperhatikan model atau sesuatu yang mereka
observasi. Hal yang akan diperhatikan biasanya hal-hal menarik, unik, terkenal, dan
sesuai dengan minat mereka. Agar guru bisa menjadi pusat perhatian peserta didik,
Bapak/Ibu harus mampu memberikan isyarat-isyarat yang jelas dan mudah dipahami.
2. Fase retensi
Fase retensi ini merupakan fase di mana peserta didik harus mampu mengingat hal-hal
yang sudah mereka amati. Melalui pengamatan itulah diharapkan mereka mampu belajar
dan mendapatkan hasil yang baik.
3. Fase reproduksi Pada fase reproduksi ini terjadi umpan balik yang nantinya bisa
mengarahkan peserta didik pada perilaku yang diinginkan. Umpan balik ini tidak hanya
ditujukan bagi hal-hal yang sudah benar, melainkan juga hal hal yang tidak benar.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam membuat suatu penelitian, seorang peneliti harus mempergunakan metode


yang tepat. Metode adalah suatu tata cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Jadi, metode penelitian adalah suatu metode yang dipergunakan dalam
kegiatan mengadakan penelitian dalam berbagai ilmu pengetahuan. Sebagai syarat
penulisan karya ilmiah, haruslah mengandung unsur kebenaran dan dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. Mencari kebenaran yang ilmiah adalah melalui metode
penelitian. Metode adalah suatu cara kerja yang praktis agar dalam kegiatan penyimpulan
data yang dilakukan dengan seksama sistematis, dan objektif guna memperoleh hasil dan
tujuan akhir secara optimal. Upaya mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, maka
dipandang perlu menetapkan metode penelitian karena metode penelitian merupakan alat
yang penting dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Penggunaan metode yang tepat
adalah merupakan suatu keharusan dalam melakukan suatu penelitian, karena
keberhasilan atau kegagalan penelitian dapat dipengaruhi oleh metode yang digunakan.
Semakin tepat metode yang digunakan, maka semakin ilmiah kebenaran penelitian yang
diperoleh.
Metode penelitian merupakan langkah dan cara dalam mencari, merumuskan,
menggali data, menganalisis, membahas dan menyimpulkan masalah dalam penelitian.
Dengan demikian metode penelitian merupakan alat bantu peneliti untuk menyelesaikan
masalah penelitian dengan menggunakan cara dan langkah yang tepat pada setiap
tahapan penelitian (Musfiqon, 2012:14).
Mengingat begitu pentingnya peranan metode dalam suatu penelitian, maka perlu
ditetapkan penggunaan metode penelitian. Guna memperoleh hasil penelitian yang
kebenarannya dapat dipertangggng jawabkan secara ilmiah, maka dipergunakan metode-
metode yang relevan dengan jenis penelitian yang memiliki nilai ilmiah. Adapun metode
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
3.1.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul “Pengaru metode pelajaran kontekstual pada meta
pelajaran pendidikan agama hindu di SMA NEGERI 1 SELAT Kabupaten Karangasem”

16
merupakan penelitian kualitatif, tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah mengungkap
fakta, keadaan, fenomena, variable dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan
menyuguhkan apa adanya. Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan
data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang
terjadi dalam bidang pendidikan, pertentangan- pertentangan keadaan atau lebih,
hubungan antar variable, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan
lain-lain.

3.1.2. Pendekatan Penelitian


Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
deskriptif. Bogdan S. Taylor dalam Partini (2016: 26) meyatakan bahwa pendekatan
penelitian ini banyak membutuhkan jenis data yang berbentuk rangkaian kata-kata
bukanlah angka-angka, prosedur penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis, lisan dan prilaku orang-orang yang dapat diamati. Dimana penelitian ini
dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan teknik statistik.

3.2. Lokasi dan waktu penelitian


Penentuan lokasi sangatlah penting dalam sebuah penelitian agar tidak melebarnya
permasalahan yang akan dibahas. Pada umumnya penentuan lokasi penelitian adalah
untuk mengetahui keterbatasan dan praktis, seperti waktu, biaya, tenaga (Moleong, 2004:
86). Penelitian yang akan dilakukan ini akan mengambil lokasi di SMA NEGERI
1SELAT Kabupaten Karangasem. Dalam hal tersebut didasarkan pada fenomena yang
terjadi di SMA NEGERI 1 SELAT Kabupaten Karangasem, Dapat diketahui bahwa
metode pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar sisiwa. Agar mengetahui
seberapa besar peningkatan yang dialami siswa dan guru dalam pembelajaran Pendidikan
agama hidu di SMA NEGERI 1 SELAT Kabupaten Karangasem. Penelitian ini akan
dilakukan selama 3-4 bulan kedepan yaitu di bulan Mei hingga Juli Tahun 2023.
Pemilihan waktu penelitian tersebut berdasarkan pemilihan waktu yang saya sepakati
dengan SMA NEGERI 1 SELAT Kabupaten Karangasem yang telah melaksanakan
pembelajaran tatap muka secara langsung.

17
3.2.1. Jenis Data
Data adalah fakta atau kesimpulan nilai menarik yang telah dikumpulkan melalui
teknik pengumpulan data yang sah. Adapun fakta itu sendiri adalah pernyataan peneliti
diverifikasi secara empirik. Sebelum digunakan dalam proses analisis, data perlu
dikelompokan terlebih dahulu. Menurut Kaelan (2012: 74), sumber data adalah mereka
yang disebut narasumber, informan, partisipan, teman dan guru dalam penelitian.
Sedangkan menurut Satori (2009), sumber data bisa berupa benda, orang,
maupun nilai, atau pihak yang dipandang mengetahui tentang social situation dalam
objek material penelitian (sumber informasi).Berdasarkan sumber pengambilannya, data
dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
3.1.1 Data Primer
Menurut Hasan (2002:16) menguraikan tentang data primer atau data tangan
pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai 40
sumber informasi yang dicari. Data primer adalah data yang diperolehkan atau
pengumpulannya yang didapat dari sumber yang telah ada. Data primer adalah data yang
didapat dari hasil pengamatan dan wawancara secara mendalam dari informasi yang telah
dipilih dan dicatat melalui catatan tertulis maupun rekaman (baik suara maupun gambar),
(Hasan, 2002:167) data primer atau data asli yang bisa dipertanggung jawabkan.

3.1.2 Data Sekunder


Moleong, (2004:32) menguarikan tentang data sekunder adalah data yang dalam
pengumpulannya tidak didapat secara langsung dari lapangan. Data sekunder biasanya
diperoleh dari perpustakaan atau laporan penelitian terdahulu. Data sekunder berfungsi
sebagai penunjang data primer dalam pembahasan materi penelitian. Data sekunder pada
umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip,
baik yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Manfaat dari data sekunder
adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu, mengklasifikasikan permasalahan-
permasalahan, menciptakan tolak ukur untuk mengevaluasi data primer, dan memenuhi
kesenjangan-kesenjangan informasi.

18
3.3. Objek Dan Subjek Penelitian
3.3.1. Objek
Objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian (KBBI, 2008:622). Objek
penelitian menurut Sugiyono adalah objek yang memiliki sifat atau atribut dari orang.
Dimana objek tersebut ada karena ditentukan oleh si peneliti, tujuan dari memilih objek
adalah mencari jawaban. Dari jawaban tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk
mengambil kesimpulan dan menemukan data yang objektif, data yang reliable, objektif
dan valid. Adapun objek dari penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama Hindu dan
siswa di SMA N I SELAT
3.3.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka
pembubutan sebagai sasaran (KBBI, 2008:862). Subjek penelitian sebagai batasan
penelitian, dimana peneliti bisa menentukannya dengan benda, hal atau orang untuk
melekatnya variable penelitian. Hal ini dikarenakan pentingnya bagi peneliti untuk
mengetahui apa atau siapa yang akan memberikan peneliti data dan informasi. Adapun
subjek dari penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru Pendidikan Agama Hindu, siswa
di SMA N 1 SELAT Kabupaten Karangasem.

3.4. Metode Pengumpulan Data


Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya. Jika
alat pengambilan datanya cukup reliable dan valid maka datanya juga reliable dan valid.
Proses pengumpulan data secara metodik dapat mempermudah proses penelitian.
Menurut Iqbal (2002: 83) pengumpulan data merupakan kegiatan pencatatan peristiwa-
peristiwa, hal- hal, keterangan atau karakteristik-karakteristik, sebagian atau keseluruhan
elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung suatu penelitian.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan
berbagai cara. Bila dilihat dari setting, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah
(natural setting), pada laboratorium, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain -lain.
Untuk mendukung jalannya penelitian, dipersiapkan beberapa hal yaitu dengan
mempersiapkan instrument penelitian, diartikan sebagai alat bantu merupakan sarana
berwujud benda (Sugiyono, 2013: 193) Adapun metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:

19
Teknik observasi pada penelitian ini merupakan teknik pengumpulan data yang utama.
Observasi merupakan upaya yang dilakukan oleh pelaksana penelitian kualitatif untuk
dapat mengetahui segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi dengan mengunakan alat
bantu atau tidak (Basrowi, 2008: 99).
1) Observasi
Observasi merupakan kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2014: 133). Berdasarkan pengertian diatas
obsevasi adalah suatu pengamatan langsung, sistematis terhadap suatu objek mengenai
gejala-gejala yang diteliti. Dalam pengamatan langsung terjun kelapangan, diharapkan
mendapatkan data yang akurat mengenai Pengaruh Metode Pemebelajaran Kontekstual
pada pelajran pendidikan Agama Hindu di SMAN1SELAT Kabupaten Karangasem.
Dalam penelitian ini peneliti akan berada di lapangan dan bersentuhan langsung dengan
fenomena. Mesikipun peneliti bersentuhan langsung dengan fenomena bukan berarti
peneliti akan terlibat didalamnnya. Posisi peneliti hanya sebagai pengamat atau yang
disebut sebagai non-partisipan, dengan kata lain peneliti hanya berada diluar terjadinya
sebuah fenomena.

2) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mendalami,
mencermati, menelaah dan mengidentikasikan pengetahuan yang ada dalam kepustakaan
untuk menunjang penelitiannya. Metode kepustakaan merupakan metode dengan
mengkaji bahan pustaka berupa sumber-sumber bacaan, referensi atau hasil penelitian
lain yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang diangkat (Iqbal, 2002:80). Tujuan
studi kepustakaan yakni untuk lebih mengetahui secara detail dan memberikan kerangka
berfikir, khususnya referensi relevan, berasal dari teori-teori, memberikan gambaran
secara lengkap dengan menggunakan sumber atau penelusuran kepustakaan untuk
mendapatkan informasi secara lengkap. Teknik ini digunakan untuk membandingkan
angka yang diperoleh di lapangan dengan sumber-sumber lisan dan tertulis mengenai
Pengaruh Metode Pembelajaran kontekstual pada
pelajaran pendidikan Agama Hindu SMA NEGERI 1SELAT Kabupaten Karangasem.

3) Teknik Wawancara

20
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara
langsung, berupa interview secara mendalam terhadap informan. Wawancara adalah
pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk
dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara atau interview adala h kontak
langsung dengan tatap muka antara interview dan sumber informasi (Rachaman, 1999:
186). Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas atas pertanyaan itu (Moleong, 2012:186).
Dalam wawancara diharapkan terjadinya hubungan yang baik antara pewawancara
dengan responden sehingga tidak menimbulkan adanya kesenjangan dan mampu
menghasilkan data yang lebih lengkap. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat
pengumpulan data yang berupa pedoman wawancara yaitu instrumennya berbentuk
pertanyan-pertanyaan yang diajukan kepada Kepala Sekolah, Guru Agama Hindu.

4) Teknik Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Metode dokumentasi adalah salah satu cara
yang digunakan dalam pengumpulan data dengan dokumen -dokumen. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambaran, dan karya dari seseorang. Terkait penelitian ini untuk
mengumpulkan data-data peneliti mencari dokumentasi gambar dan foto serta dokumen
lainnya yang berkaitan dengan proses dalam penelitian yang peneliti lakukan (Sugiyono,
2013:329).
Dokumen yang diartikan sebagai teknik pengumpulan data atau pengambilan data
yang diperoleh melalui dokumen. Dalam proses pengamatan lapangan peneliti akan
dibantu dengan alat bantu yang salah satunya adalah kamera yang digunakan untuk
mengambil foto di lapangan. Foto-foto tersebutlah yang nantinya akan menjadi bahan
validasi dan bukti fisik dalam proses penyajian hasil penelitian.

3.5. Teknik Penyajian Analisis Data


Teknik data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan

21
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.
Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam suatu
penelitian. Peneliti harus memastikan pola analisis mana yang akan digunakannya,
apakah analisis stasistik atau analisi non stasitik (Sugiyono, 2001: 40). Data yang telah
dikumpulkan dari peneliti harus diolah sehingga diperoleh keterangan yang berguna.
Selanjutnya data yang telat diolah tersebut, dianalisis dan disajikan. Apabila data sudah
dikumpulkan dan diolah kemudian dibuat analisisanalisis, maka dapat ditarik kesimpulan
yang berguna bagi peneliti sebagai dasar untuk membuat keputusan. Dengan demikian
dapat diketahui, bahwa peneliti mengkaji gejala-gejala umum dari variabel penelitian,
untuk diteliti kemudian ditarik kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah. Pada saat
melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode pengolahan data analisis non
statistik atau non deskirptif dimana dilakukan dengan cara menguraikan,
menggambarkan, atau melukiskan keadaan subjek atau objek peneliti melalui keterangan-
keterangan yang dapat dari informasi sesuai fakta, sehingga diperoleh suatu kesimpulan.
Dalam hal ini peneliti mengajak seseorang untuk mempelajari suatu masalah yang
diteliti secara mendasar dan mendalam sampai ke akar- akarnya (Zuriah, 2007: 198).
Dengan demikian, diperoleh suatu kesimpulan data yang sah dan valid. Setelah data
keseluruhan diolah, maka kegiatan selanjutnya adalah menganalisis data lebih jauh dari
hasil analisis tersebut disusun berdasarkan sistematika secara terperinci, sehingga pada
akhirnya memperoleh keseimpulan yang bersifat umum.

22
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2015. Metode Penelitian Kualitatif.Jakarta: Rajawali Press.


Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.2013. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:
Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 1985. Argumentasi dan Narasi.Jakarta: Gramedia.
Moleong, Lexy.J. 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari.2005.Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Zakky, 2020, penegrtian hasil belajar, definisi,fungsi,tujuan,factor. Dosen Pendidikan 2,
pengertian siswa menurut para ahli.
Defentri, 2007, proposal penerapan metode pembelajaran kontekstual.

23

Anda mungkin juga menyukai