Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PENELITIAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP JUSTICE COLLABORATOR


DALAM TINDAk PIDANAKORUPSI (STUDI PUTUSAN NOMOR:
(48/PID.SUS TPK/2020/PN.JKT.PST)

Diajukan oleh :

NAMA : Ni Kadek Sinta Coralia

NIM : 82022236

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS )

DENPASAR

2023
PROPOSAL PENELITIAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP JUSTICE COLLABORATOR


DALAM TINDAk PIDANAKORUPSI (STUDI PUTUSAN
NOMOR:(48/PID.SUS TPK/2020/PN.JKT.PST)

Diajukan oleh :

NAMA : Ni Kadek Sinta Coralia

NIM : 82022236

Di Bawah Bimbingan

Dr.Ni Nyoman Juwita Arsawati,SH.H.,M,Hum

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS )

DENPASAR

2023
PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP JUSTICE COLLABORATOR DALAM TINDAK PIDANA


KORUPSI (STUDI PUTUSAN NOMOR: 48/PID.SUS TPK/2020/PN.JKT.PST)

(Proposal Penelitian (UPP)

Disusun Oleh

NAMA : Ni Kadek Sinta Coralia

NIM : 82022236

Menyetujui Denpasar ,6 Oktober 2023


Proposal Penelitian Peneliti

Dr.Ni Nyoman Juwita Arsawati Ni Kadek Sinta Coralia


S.H.,M.Hum Nim : 82022236

Menyetujui

A.n Dekan Falkutas Hukum

Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Putu Eva Ditayani Antari, S.H,.M.H.,CCD

NPP: 02,03.15.235
PENGESAHAN PROPOSAL

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP JUSTICE COLLABORATOR DALAM TINDAK PIDANA


KORUPSI (STUDI PUTUSAN NOMOR: 48/PID.SUS TPK/2020/PN.JKT.PST)

(Proposal Penelitian (UPP)

Disusun Oleh

NAMA : Ni Kadek Sinta Coralia

NIM : 82022236

Telah dipertahankan dan diterima oleh panitia sebagai salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Hukum

Pada Hari

Tanggal

Tempat/Ruang

Susunan Tim Penguji

No Nama Jabatan Tanda Tangan


1 Dr.Ni Nyoman Juwita Arsawati,SH.H.,M,Hum Dekan
2
3

Mengetahui,

A.n. Dekan Fakultas Hukum

Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Putu Eva Ditayani Antari, S.H., M.H., CCD.


NPP : 02.03.15.235
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini ;

Nama : Ni Kadek Sinta Coralia

Nim : 82022236

Bidang ilmu : Hukum Pidana

Dengan ini menyatakan bahwa Proposal yang telah saya buat adalah:

a) Asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Fakultas
Hukum Universitas Pendidikan Nasional maupun perguruan tinggi lainnya,
b) Gagasan, rumusan masalah dan hasil penelitian penulis kerjakan dengan arahan dosen
pembimbing
c) Tidak memuat karya-karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang
lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah
dengan disebutkan pengarang atau dicantumkan di daftar pustaka

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, apabila di kemudian hari terdapat
kekeliruan, saya bersedia dikenakan sanksi dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas
Hukum Universitas Pendidikan Nasional

Denpasar, 6 September 2023

(Ni Kadek Sinta Coralia)

Nim : 820223
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widi Wasa, Atas
anugrahNya penyusunan Proposal ini yang berjudul “Tinjauan Yuridis status seseorang
sebagai justice collaborator dalam tindak pidana korupsi ‘dapat diselesaikan dengan
baik.Proposal ini merupakan suatu karya ilmiah yang disusun sebagai tugas akhir untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum, dengan tujuan melatih mahasiswa untuk berpikir dan
mampu menuangkan berbagai pemikiran secara terstruktur dan terperinci. Dalam penyusunan
proposal ini, penulis banyak mendapatkan saran dan dorongan serta dukungan dari berbagai
pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.. Ir. Nyoman Sri Subawa, S.T., S.Sos., M.M., IPM. ASEAN.Eng selaku
Rektor Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS)Denpasar.
2. Ir. I Wayan Sutama, M.T., IPM selaku Kepala Lembaga Penelitiaan dan Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar.
3. Dr. Ni Nyoman Juwita Arsawati, S.H., M.Hum., CCD selaku Dekan sekaligus dosen
Pembimbing skripsi Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS)
Denpasar.
4. Putu Eva Ditayani Antari, S.H., M.H., CCD. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Hukum Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar.
5. Dr. Oka Cahyadi Wiguna S.H.,M.kn. selaku Pembimbing Akademik Program Studi
Ilmu Hukum Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar.
6. Seluruh dosen Fakultas Hukum (Falkutas Hukum) Universitas Pendidikan
Nasional(UNDIKNAS) Denpasar yang telah membantu dalam penulisan.
7. Seluruh staff Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar.
8. Kepada kedua orang tua saya yang selalu meberikan support selama ini baik berupa
doa yang tulus maupun materi.
9. Teman-teman yang tidak dapat penulis jabarkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan dalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari proposal ini masih jauh dari kata sempurna, disebabkan karena
keterbatasan pengetahuan penulis. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan proposal ini. Penulis berharap
semoga proposal ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan. Akhir
kata, penulis ucapkan terima kasih
Denpasar,6 September 2023

Penulis

(Ni kadek Sinta Coralia)

Nim : 82022236
DAFTAR ISI

Persetujuan Proposal Penelitian................................................................ii

Lembar Pernyataan ....................................................................................iii

Kata Penganta............................................................................................iv

Daftar Isi...................................................................................................... vi

A. Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Sebagai Justice Collaborator

Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Nomor:

48/Pid.Sus-Tpk/2020/Pn.Jkt.Pst)................................................................ 1

B. Latar Belakang........................................................................................1

C. Rumusan Masalah .................................................................................6

D. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6

1. Tujuan Umum ......................................................................................... 6

2. Tujuan Khusus..........................................................................................6

E. Manfaat Penelitian..................................................................................6

1.ManfaatTeoritis..........................................................................................6

2. Manfaat Praktis .......................................................................................6

F. Kajian Teoritis...........................................................................................7

1. Justice collaborator................................................................................. 7

2. Tindak Pidana Korupsi............................................................................7

3. Perlindungan Hukum...............................................................................8

4. Perlindungan HAM ................................................................................. 9

G. Originalitas Penelitian...........................................................................12

H. Kerangka berfikir..................................................................................18

I. Definisi Oprasional..................................................................................19
J. Metode Penelitian ................................................................................. 19

1. Jenis Penelitian........................................................................................19

2. Jenis Pendekatan Penelitian..................................................................19

3. Jenis Bahan Hukum ............................................................................. 19

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ...................................................20

5. Teknik Analisis Bahan Hukum .............................................................20

Daftar Pustaka............................................................................................22
A. Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Justice Collaborator Dalam Tindak Pidana
Korupsi (Studi Putusan Nomor: 48/Pid.Sus-Tpk/2020/Pn.Jkt.Pst)

B. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Ayat 3


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia: “Indonesia adalah negara
hukum”. Di Indonesia, kasus korupsi sudah menjadi rahasia umum dan sering terjadi.
Saat ini, kasus korupsi tidak hanya dijadikan sebuah masalah, namun menjadi
penyakit baik di negara maju maupun berkembang. Korupsi bukanlah persoalan baru,
sudah ada sejak zaman kolonial. Tindak pidana korupsi merupakan isu hukum (legal
issue) yang menarik untuk di bicarakan pada saat ini sebab perbuatan korupsi telah
merugikan prekonomian negara dan korupsi merupakan isu global yang telah melanda
di negeri ini, kasus korupsi seringkali dianggap sebagai budaya karena sangat umum
terjadi baik dalam skala kecil maupun besar. Budaya korupsi di Indonesia telah
mengakar kuat di berbagai bidang kehidupan, di segala bidang, di semua tingkatan,
baik di tingkat pemerintahan pusat maupun daerah. Hal ini membuat korupsi sulit
dihilangkan (Saputra, 2015, h. 270)
Kejahatan korupsi disebut sebagai kejahatan kerah putih, yaitu. kejahatan yang
biasa dilakukan oleh orang-orang yang menduduki jabatan resmi dan penting di
lembaga pemerintahan. Kejahatan kerah putih adalah kejahatan yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan yang tinggi,
atau karena mampu melakukan kejahatan yang terorganisir dan terstruktur secara
tertutup sehingga korupsi telah terbukti melemahkan kemampuan pemerintah untuk
memberikan playanan dasar, dapat memproleh jurang sehingga ketidak setaraan dan
ketidak adilan yang berdampak pada pengurangan masuknya bantuan luas negeri dan
investasi asing. Undang-Undang Pemberantasan Korupsi Nomor 31 Tahun 1999 yang
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 yang memperlakukan
korupsi sebagai kejahatan yang bersifat umum, tidak hanya merugikan keuangan
negara tetapi juga melanggar hak asasi manusia. - hak sosial dan ekonomi seluruh
masyarakat, sehingga korupsi harus digolongkan sebagai kejahatan yang
pemberantasannya harus dilakukan dalam keadaan luar biasa (Juan et al., 2020, h.
152)
kejahatan terorganisir merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)
yang dilakukan di masyarakat, maka salah satu keberhasilan hukum pidana adalah
upaya untuk menjamin para pelaku tindak pidana korupsi mempunyai kesempatan
untuk menjadi saksi dan bersedia bekerja sama dengan lembaga penegak hukum.
dimana bentuk pengakuan tersebut dapat dianggap sebagai pembelaan dan mitigasi
dalam Hukum Pidana, mengingat kejahatan terorganisir merupakan kejahatan luar
biasa (extra ordinary crime) yang dilakukan dalam masyarakat, maka salah satu
keberhasilan hukum pidana adalah upaya untuk memastikan bahwa kejahatan
terorganisir adalah kejahatan yang terorganisir. suatu kejahatan yang luar biasa
(kejahatan yang tidak biasa) yang dilakukan dalam masyarakat. pelaku tindak pidana
korupsi mempunyai kesempatan untuk menjadi saksi dan bersedia bekerja serta
sebagai penegak hukum. , dimana bentuk pengakuan dapat dipertimbangkan untuk
pembelaan dan mitigasi. Dalam hukum pidana, pelaku kejahatan yang bersedia
bekerja sama dengan polisi atau lembaga penegak hukum untuk mengungkap
kejahatannya dapat menerima hukuman yang lebih ringan. dan dilindungi oleh
perlindungan saksi - UU No. 31 Tahun 2014, UU Nomor 13 Tahun 2006 dan terkena
dampaknya. Pelaku kejahatan yang bersedia mengaku demi bekerja sama dengan
polisi atau lembaga penegak hukum untuk mengungkap kejahatannya mungkin akan
mendapat hukuman yang lebih ringan. dan Dilindungi Perlindungan Saksi -
Perubahan UU No. 31 Tahun 2014, UU No. 13 Tahun 2006 dan Korban. Saksi pelaku
kejahatan yang bersedia bekerjasama dengan penegak hukum disebut mitra hukum
(Pertiwi dan Rahmad, 2020, h. 93).
Justice Collaborator berperan sebagai pelaku tindak pidana korupsi, namun ia
bukanlah pelaku utama, melainkan ikut serta dalam pendeteksian tindak pidana
korupsi. Sehingga sanksi yang dijatuhkan kepadanya menjadi lebih ringan, karena
membantu polisi dengan memberikan informasi tentang ditemukannya tindak pidana
korupsi (Hansa, 2022, h. 47). Dengan adanya justice collaborator dapat memfasilitasi
proses pembuktian dan penuntutan serta mengungkap keseluruhan kejahatan,
terutama dalam konteks kejahatan terorganisir (Diah Pradnya Swari et al., 2018, h.
3).
Perlindungan saksi dan korban di atur dalam Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2014 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 memang tidak
mencantumkan pengertian pelapor atau statusnya sebagai Whistle blower maupun
Justice Collaborator namun pemahaman yang kurang tersebut tidak menghilangkan
hak-hak yang seharusnya. diberikan kepada mereka dan LPSK . yang harus dipenuhi.
Justice collaborator pada hakekatnya sama dengan konsep dugaan tindak pidana yang
dikemukakan dalam Pasal 55 dan 56 KUHP, dimana keikut sertaan seseorang dalam
suatu perkara korupsi dan ia sendiri yang melaporkan perkara tersebut kepada aparat
kepolisian terjadi dalam beberapa cara misalnya mereka yang turut serta dalam
korupsi bersama orang lain, orang yang melakukan korupsi atas saran orang, dan
orang yang membantu orang lain dalam korupsi (Manalu, 2015, h. 152).
Dalam Pengaturan hukum lainnya terkait Justice Collaborator tercantum
dalam Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) no. 4/2011, yang mengatur tentang
kerja sama pelapor dan saksi dalam beberapa proses pidana. Di Indonesia, kehadiran
Justice collaborator mendapatkan perlindungan hukum dari LPSK yang menjamin
perlindungan dan realisasi hak dalam proses hukum. Kontributor Keadilan dilindungi
dalam berbagai tahapan persidangan, yaitu praperadilan (ajudikasi), persidangan (pra
ajudikasi), dan pascaperadilan (post ajudikasi) (Pertiwi dan Rahmad, 2020, hal. 93).
Dalam perkembangannya justice collaborator harus mendapatkan perhatian
khusus,karena justice collaborator mempunyai peranan penting dalam
mengidentifikasi tindak pidana korupsi yang biasanya sulit dideteksi oleh lembaga
penegak hukum peran penting yang di miliki oleh seseorang yang berstatus sebagai
justice collaborator adalah untuk ,mengungkan suatu tindak pidana atau yang akan
terjadinya suatu tindak pidana sehingga pengembalian asset dari hasil suatu tindak
pidana biasanya dicapai kepala negara, memberikan keterangan atau kesaksian kepada
aparat penegak hukum, dan memberikan kesaksiannya dalam proses peradilan.
Besarnya peran yang diberikan oleh justice collaborator kepada penegak hukum
dalam pengungkapan tindak pidana korupsi perlu disertai pelindungan yang optimal
terhadap justice collaborator (Ariyanti et al., 2020, h. 330).
Pada putusan nomor : 48/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Jkt.Pst bahwa terdakwa
H.tommy Sumardi dinyatakan secara sah dan meyakinkan bersalah dan melakukan
tindak pidana korupsi pada khasus (cassie) bank bali , tindak pidana korupsi
sebagaimana yang di atur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-undang RI Nomor
31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang RI Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 55 ayat (1) angka 1 KUHP. Namun
Dalam perkara ini terdakwa H. tommy Sumardi dinyatakan sebagai saksi pelaku yang
bekerjasama (justice collaborator). tetapi Terdakwa H. Tommy Sumardi bukanlah
pelaku utama pada kasus ini. Terdakwa Tommy Sumardi melakukan korupsi tersebut
bersama rekannya Djoko Tjandra. Peran Tommy Sumardi sebagai justice collaborator
dalam mengungkapkan kasus korupsi yang ia lakukan bersama rekannya Tjoko
Tjandra sangat membantu pihak aparat penegak hukum. Karena dengan adanya
Tommy Sumardi yang memberikan kesaksiannya sebagai justice collaborator dapat
mempermudah aparat penegak hukum untuk pengungkapan kasus korupsi tersebut.
Namun terdakwa H. Tommy Sumardi yang berstatus sebagai justice collaborator
tentunya harus mendapatkan perlindungan hukum.,Sehingga saksi pelaku dapat
diberikan penangan khusus di dalam pemeriksaannya dan dapat di berikan
penghargaan atas kesaksian yang di berikan sehingga H. Tommy Sumardi berhak
mendapatkan perlindungan hukum atas perannya sebagai justice collaborator pada
kasus ini. Seperti yang yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2014
Atas Perubahan Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi
dan Korban. Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian ini akan dikaji
dan dianalisis mengenai “Bagaimana penetapan dan pelindungan Hukum terhadap
Justice Collaborator dalam Tindak Pidana Korupsi (studi putusan nomor 48/Pid.Sus-
TPK/2020/PN.Jkt.Pst)”.
Tabel 1.1
Kasus Justice collaborator dengan putusan tahun
2017-2023

No Kasus Putusan
1 Agus Condro Menjadi justice Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
collaborator dalam kasus suap pun menjatuhkan vonis bersalah dan hukuman
cek pelawat dalam pemilihan penjara selama 1 tahun 3 bulan kepada Agus.
Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia yang dimenangkan
Miranda Goeltom.
Sumber (Putusan PNomor108/Pdt.P/2019/PN Btg)
2 Liliana Hidayat sebagai Justice Putusan Hakim menjatuhkan vonis terhadap
Collaborator dalam tindak pidana terdakwa Liliana Hidayat dengan pidana penjara
korupsi dalam kasus ikejanggalan selama 1 Tahun 8 bulan dan denda sejumlah Rp.
dalam proses pemeriksaan di 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dengan
Kantor Imigrasi ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar
diganti dengan pidana
kurungan selama 3 (tiga) bulan.
Sumber Putusan nomer: 30/Pid.Sus-Tpk/2019/Pn.Mtr
3 Mantan Dirjen Kependudukan di tingkat kasasi, Mahkamah Agung (MA)
dan Pencatatan Sipil Kementerian memperberat hukuman terhadap Irman dan
Dalam Negeri, Irman dan mantan Sugiharto menjadi masing-masing 15 tahun
Direktur Pengelolaan Informasi penjara.
dan Administrasi Ditjen Dukcapil,
Sugiharto, menjadi justice
collaborator dalam kasus korupsi
pada pengadaan e-KTP
Sumber PutusanNomor:41/Pid.Sus/TPK/2017/PN.JKT.PST.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penetapan justice collaborator dalam tindak pidana korupsi?
2. Bagaimana perlindungan hukum justice collaborator dalam tindak pidana
korupsi?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui bagaimna penetapan hakim terhadap seseorang sebagai
justice collabprator dalam tindak pidana korupsi.
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap Justice Collaborator
dalam Tindak Pidana Korupsi dalam putusan nomor: 48/Pid.Sus-
TPK/2020/PN.Jkt.Pst.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penulisan hukum
2. sebagai syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang hukum
pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial di
Universitas Pendidikan Nasional Denpasar.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yang diperoleh dari penulisan proposal ini adalah dapat menambah
pengetahuan mengenai penetapan justice collaborator dalam tindak pidana korupsi
dan bagi penulis diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengembangan
wawasan terhadap pengetahuan di bidang hukum pidana.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis yang diperoleh dari penulisan proposal ini adalah Hasil penelitian ini
diharapkan mampu untuk memberikan manfaat bagi mahasiswa yang berupa
gambaran ataupun masukan baik bagi ilmu pengetahuan hukum pada umumnya
maupun khusus mengenai perlindungan hukum justice collaborator dalam tindak
pidana korupsi. Tentunya ke depannya diharapkan penelitian ini dapat berguna
sebagai bahan pengetahuan bagi Masyarakat.
F. Kajian Teoritis

1. Jutice collaborator
Justice collaborator merupakan pelaku tindak pidana kejahatan yang
berpartisipasi dalam kejahatan tersebut, namun orang tersebut juga membantu
memberi informasi kepada lembaga penegak hukum dengan memberikan
informasi tentang kejahatan tersebut, seseorang yang berstatus justice
collaborator ini juga turut membantu mengungkap kejahatan pada saat kejahatan
itu dilakukan. Tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang sebenarnya sama
dengan tindak pidana persekongkolan, dimana tindak pidana yang dilakukan
merupakan tindak pidana korupsi, namun ia sendiri yang melaporkannya kepada
penegak hukum, hal demikian ada beberapa alasan yaitu seseorang yang ikut serta
dalam melakukan tindak pidana korupsi dan yang kedua adalah orang tersebut
diminta ikut serta dan melakukan oleh orang lain ikut serta dalam tindak pidana
korupsi tersebut (Manulu, 2015, h. 152).
Yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 Atas
Perubahan Undang- undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi
dan Korban Pasal 1 angka 2 menjelaskan mengenai saksi pelaku yaitu : “Saksi
Pelaku adalah tersangka, terdakwa, atau terpidana yang bekerja sama dengan
penegak hukum untuk mengungkap suatu tindak pidana dalam kasus yang sama”.
Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 Atas Perubahan Undang- undang Nomor
13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban memang tidak
memberikan definisi tentang pelapor baik kedudukannya sebagai Whistle Blower
maupun Justice Collaborator namun demikian, ketiadaan pengertian itu tidak
kemudian menghilangkan hak-hak yang harus diberikan pada mereka dan harus
dipenuhi oleh LPSK (Manalu, 2015, h. 152).

2. Tindak Pidana Korupsi


Tindak pidana merupakan kelakuan orang (menselijke gedraging) yang
dirumuskan dalam undang-undang (wet), yang bersifat melawan hukum, yang
patut dipidana (strafwaardig) dan dilakukan dengan kesalahan. Dalam
pemerintahan suatu negara pasti diatur mengenai hukum dan pemberian sanksi
atas pelanggaran hukum yang diperbuat. Tindak pidana merupakan suatu bentuk
penyimpangan yang selalu ada dan melekat pada setiap lapisan masyarakat
(Bambang Waluyo, 2000, hal. 3). Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi Pasal 1 ayat (1) menyebutkan pengertian Tindak Pidana
korupsi yaitu: “Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi”. Pada Pasal 1 ayat (4) disebutkan pengertian pemberantasan
tindak pidana korupsi yaitu: Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah
serangkaian kegiatan untuk mencegah dan memberantas terjadinya tindak pidana
korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
3. Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan dengan
berlandaskan hukum dan perundang-undangan, Menurut Satjipto Rahardjo,h.105
kehadiran hukum dalam masyarakat ditujukan untuk mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan kepentingan- kepentingan yang bisa bertubrukan satu sama
lain, sehingga hukum mengatasinya dengan menekan sekecil-kecilnya tubrukan
itu. Pengorganisasian kepentingan-kepentingan dilakukan dengan membatasi dan
melindungi kepentingan-kepentingan itu.
Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan
suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak sesuai kepentingan tersebut dalam
batas- batas tertentu. Kepentingan inilah yang disebut sebagai hak.harus
diperhatikan bahwa jika suatu kepentingan hendak dijadikan subyek dari hak
menurut hukum, maka harus dipenuhi persyaratan, bukan hanya kepentingan itu
dilindungi oleh hukum, melainkan juga harus diakui oleh hukum.
Hal ini berarti setiap produk hukum yang dihasilkan oleh legislatif harus
senantiasa mampu memberikan jaminan perlindungan hukum bagi semua orang,
bahkan harus mampu menangkap aspirasi-aspirasi hukum dan keadilan yang
berkembang dimasyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya ketentuan yang
mengatur tentang adanya persamaan kedudukan dihadapan hukum bagi setiap
warga negara dalam Pasal 28D ayat (1) UUD NRI 1945 menyebutkan :‘Setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.”
Perlindungan hukum yang tidak lepas dari pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia,yang kemudian dimasukkan sebagai salah satu
ciri utama dari negara hukum (rechstaat/rule of law). Teori negara negara hukum
secara esensial bermakna hukum adalah supreme dan kewajiban bagi setiap
penyelenggara negara atau pemerintahan untuk tunduk pada hukum (subject to the
law), tidak ada kekuasaan di atas hukum (above the law), dengan kedudukan ini,
tidak boleh ada kekuasaan yang sewenang-wenang (arbitrary power) atau
penyalahgunaan kekuasaan (misuse of power).Sehingga negara wajib menunaikan
dan melaksanakan perlindungan hak asasi manusia bagi setiap warga negara yang
meliputi; menghormati (to respect) hak-hak warga negaranya, melindungi (to
protect) hak-hak asasi warga negaranya, dan memenuhi (to fullfil) kebutuhan asasi
warga negaranya.
4. Perlindungan HAM

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia pada Pasal 28D Ayat (1)
menentukan bahwa: "Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum” Yang
Artinya setiap orang yang berhadapan dengan hukum harus diperlakukan dengan
seadil-adilnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa membeda-
bedakan latar belakang sosialnya. proses penanganan hukum tindak pidana korupsi
yang rawan terjadi pelanggaran HAM mulai dari proses penetapan status tersangka,
proses penyelidikan dan penyidikan serta proses penuntutan perlindungan HAM
dalam proses tersebut:
1. Penegakan HAM dalam proses penyelidikan

Di dalam UU No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP pada Pasal 5 menentukan


bahwa: Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidikan untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini. Dalam mengungkap kasus korupsi memang didukung adanya hasil
penyadapan. Penyadapan yang dilakukan oleh KPK tentu menjadi kewenangannya,
bahkan dilindungi secara hukum, namun tidak boleh melanggar HAM Penyadapan
juga harus dilakukan dengan alasan tertentu dan sudah ada indikasi dan bukti
permulaan yang cukup kuat.Jadi tidak serta merta dapat dilakukan penyadapan
terhadap seseorang karena bisa mencederai rasa keadilan dan terampasnya HAM
seseorang. Oleh karena itu, sangat tidak etis jika penyadapan yang dilakukan oleh
KPK untuk tujuan pengungkapan kasus yang tidak pernah dipermasalahkan karena
dapat mengusik hak privasi seseorang.

Mekanisme penyadapan terhadap telekomunikasi oleh aparat penegak hukum


KPK dilaksanakan berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP), yang ditetapkan
oleh KPK dan diberitahukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pos dan
Telekomunikasi. KPK mengirim identifikasi sasaran yang hendak disadap alat
komunikasinya kepada penyelenggara telekomunikasi, yang mana pelaksanaan
pengiriman identifikasi sasaran sebagaimana dimaksud dilakukan secara elektronis
(dalam hal sarana elektronis tidak tersedia dilakukan secara non elektronis).
Pengambilan data dan informasi hasil penyadapan informasi secara sah dilakukan
secara langsung oleh aparat penegak hukum berdasarkan SOP dengan tidak
mengganggu kelancaran telekomunikasi dari pengguna telekomunikasi.Dalam hal
penyadapan tidak melanggar hak asasi manusia, ketika penyadapan itu dilakukan oleh
aparat negara dan kewenangan tersebut secara jelas diberikan oleh undang-undang
disertai batasan-batasannya hanya untuk penegakan hukum dan dilengkapi dengan
SOP. Maka dari itu, tindakan penyadapan yang dilakukan oleh KPK tidak melanggar
HAM.

2. Penegakan HAM dalam proses penyidikan

Pada Pasal 1 Ayat (2) UU No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP menjelaskan
bahwa:Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya. Berdasarkan kewenangan penyidik dapat dikatakan bahwa
dalam proses penyidikan, Penyidik KPK memiliki kewenangan yang cukup banyak
dan sangat rawan akan terjadi pelanggaran HAM kepada para tersangka terutama
pada proses penggeledahan dan penyitaan rumah atau bangunan serta benda yang
dimiliki oleh tersangka, karena bisa jadi barang atau harta yang disita ataupun
digeledah tidak terkait dengan kasus korupsi yang disangkakan oleh seorang
tersangka.Pada Pasal 47 UU No. 19 Tahun 2019 menjelaskan “Dalam proses
penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan dan penyitaan atas izin tertulis
dari Dewan Pengawas”. Pasal inilah menjadi dasar hukum atas wewenang penyidik
KPK melakukan penggeledahan dan penyitaan yang terlebih dulu harus memperoleh
izin dari Dewan Pengawas.

Penggeledahan dan penyitaan tidak diperlukan adanya gelar perkara, yang di


mana fungsi dari gelar perkara ialah melakukan pengawasan diawal terhadap barang
atau rumah yang akan digeledah dan disita oleh internal KPK sebelum para penyidik
KPK melakukan upaya paksa tersebut. Mulai dari menyepakati barang, rumah, atau
harta yang akan disita atau digeledah dan tentunya harus mengetahui latar belakang
harta tersebut apakah terkait kasus korupsi yang dipersangkakan kepada tersangka
atau tidak, dikarenakan jika barang atau rumah yang disita atau digeledah tidak terkait
dengan kasus korupsi maka hal tersebut melanggar hak milik pribadi dari seorang
tersangka. penggeledahan dan penyitaan tersebut, tentu sudah dapat memberikan
perlindungan terhadap hak milik pribadi para tersangka dan juga memiliki kepastian
hukum atas barang dan rumah yang disita agar Penyidik KPK tidak lagi sewenang-
wenang dalam melakukan upaya paksa tersebut. Ketentuan muatan yang harus
dipenuhi sebelum melakukan penggeledahan dan penyitaan itu ialah wajib, maka satu
saja hal tidak dipenuhi oleh penyidik KPK maka tindakan penyidik KPK tersebut
ialah ilegal dan para tersangka dapat menempuh jalur upaya hukum pra- peradilan
untuk menuntut haknya atas barang atau rumah yang disita maupun digeledah.Oleh
karena itu setiap pelanggaran HAM yang terjadi saat proses penyelidikan, penyidikan
ataupun penutuntuan di KPK telah memenuhi jaminan HAM dalam implementasinya,
oleh karena itu jika terjadi pelanggaram HAM dalam penetapan tersangka serta proses
penyelidikan dan penyidikan, maka setiap orang yang dilanggar haknya tersebut dapat
menempuh upaya hukum pra-peradilan.

Perlindungan HAM dalam proses penyidikan ataupun penuntutan saat suatu


kasus tidak selesai dalam waktu 2 tahun maka KPK dapat menghentikan penyidikan
dan penuntutan dengan menerbitkan surat perintah pemberhentian penyidikan dan
penuntutan (SP3) yang di mana pemberhentian penyidikan dan penuntutan tersebut
harus dilaporkan kepada Dewan Pengawas paling lambat 1 (satu) minggu terhitung
sejak dikeluarkannya SP3. Di mana jika terjadi penghentian penyidikan dan
penuntutan maka harus diumumkan oleh KPK kepada publik untuk memberikan
pemulihan nama baik terhadap seseorang yang telah ditetapkan menjadi tersangka.
Oleh karenanya, hal itu yang menjadi jaminan implementasi HAM dalam upaya
penegakan tindak pidana korupsi di KPK.

G. Original Penelitian
Justice Collaborator di Indonesia terutama pada kasus Tindak Pidana Korupsi
memiliki peran penting. Untuk itu perlindungan hukumnya perlu mendapat perhatian
khusus. Penulis meyakini bahwa telah banyak penelitian mengenai Justice
Collaborator sebagai topik penelitiannya.

No Nama Penulis judul Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian


1 Ni Luh Made Dwi Urgensi Saksi Pada Persamaan Hasil penelitian
Pusparini Pelaku Yang penelitian ini penelitian menunjukkan Justice
Bekerjasama membahas penulis dengan Collaborator
(Justice mengenai penelitian ini merupakan pelaku
Collaborator urgensi saksi yaitu sama- yang ikut dalam
) Dalam pelaku yang sama perkara pidana yang
Tindak bekerjasama menjelaskan diungkapkannya tapi
Pidana (justice mengenai tidak merupakan
Korupsi collaborator) pengaturan pelaku berpengaruh
dalam Tindak hukum justice besar dalam tindak
Pidana collaborator di pidana tersebut.
Korupsi Indonesia Adapun peraturan
yang mengatur
mengenai korupsi
yaitu Pasal 2
Peraturan No 31
Tahun 1999 terkait
UU No 20 Tahun
2001 menyatakan
bahwa korupsi
mencakup perbuatan
melanggar hukum
yang mengatur
dengan memperkaya
diri sendiri dengan
menggunakan
keuangan,
perekonomian
negara. Dalam
hukum positif
Indonesia terdapat
peraturan tentang
Justice Collaborator
di Peraturan
Pemerintah No. 71
Pasal 5 Ayat 2 Tahun
2000 mengatur
mengenai hak serta
perlindungan hukum
bagi setiap saksi,
pelapor tindak
pidana/saksi yang
melapor. Sedangkan
pertimbangan hakim
dalam menjatuhkan
sanksi pidana
terhadap justice
collaborator dalam
tindak pidana
korupsi yang
unsurnya
berdasarkan UU No.
20 Tahun 2001
terkait UU No 31
Tahun 1999
mengenai
Pemberantasan
Perkara Korupsi
serta terdapat dalam
Surat Edaran
Mahkamah Agung
No 4 Tahun 2011
dalam tindakan
khusus mengenai
sanksi pidana yaitu
memberikan
keringanan bentuk
perlindungan lain.
2 Nyimas Maharani Pertimbangan Pada Persamaan Hasil penelitian
Putri Pertiwi, Hakim penelitian ini penelitian menunjukkan proses
Zainudin Hasan Dalam membahas penulis dengan mengajukan diri
Mengabulkan mengenai penelitian ini sebagai Justice
Justice pertimbangan yaitu sama- Collaborator
Collaborator hakim dalam sama dimulai pada saat
Terhadap penetapan menjelaskan penyidikan dengan
Terdakwa permohonan mengenai cara mengajukan
Yang justice pengaturan surat melalui
Melakukan collaborator hukum justice penasihat hukum
Tindak terhadap collaborator di terdakwa dan
Pidana terdakwa Indonesia memberikan surat
Korupsi tindak pidana tersebut kepada
korupsi Jaksa Penuntut
Umum KPK, dan ke
Ketua KPK.
Mengenai cara
terdakwa
mengembalikan
kerugian negara
akibat dari tindak
pidana korupsi yang
terdakwa
lakukan. dilakukan
kerugian
Hal pertama yang
yaitu menghitung
kerugian negara
akibat dari korupsi
tersebut, proses
perhitungan
kerugian negara
dilakukan oleh BPK
( Badan Pengawas
Keuangan).
Kemudian dilakukan
aset tracing atau
penelusuran aset dan
pemulihan kerugian
negara (loss
recovery).
Kemudian disita dan
dirampas untuk
negara dan apabila
harta yang dimiliki
terdakwa dirasa
kurang untuk
menutupi kerugian
negara, akan
dilakukan
pelelangan.
Mengenai
pertimbangan hakim
dalam penetapan
justice collaborator
terdakwa,hakim
mempertimbangkan
beberapa aspek
diantaranya yaitu
terdakwa dapat di
ajak Kerjasama
secara koperatif dan
beretikad baik pada
saat
persidangan ,tidak
menutup nutupi dan
kesaksian para saksi
sejalan dengan yang
di jelaskan oleh
terdakwa atas
permohonannya
kemudian di
tetapkannya sebagai
justice collaborator
yang di tetapkan
oleh hakim .
3 RiverYohanes Justice Pada Persamaan Hasil penelitian
Manalu Collaborator penelitian ini penelitian menunjukkan
Dalam membahas penulis dengan Justice Collaborator
Tindak mengenai penelitian ini adalah orang yang
Pidana hambatan yaitu sama- terlibat dalam suatu
Korupsi terhadap sama tindak kejahatan
Justice membahas terorganisir yang
Collaborator pengaturan melibatkan lebih
pada saat hukum pidana dari dua orang maka
memberi terhadap dari itu kejahatan ini
kesaksian Justice sangat sulit
dalam perkara Collaborator dibuktikan, dan oleh
Tindak Pidana dalam Tindak sabab itu orang yang
Korupsi Pidana menjadi Justice
Korupsi Collaborator adalah
individu yang sangat
penting karena dapat
membongkar suatu
kejahatan dan
tentunya dapat
menyediakan bukti
guna menyeret
pelaku utama dan
tersangka lainnya.
Meskipun Justice
Collaborator
merupakan individu
yang terancam
namun
perlindungannya di
indonesia
belum memenuhi
internasional
standart berdasarkan
pembahasan pada
bab III, sehingga
perlu diatur ulang.
Jikalau kita
membandingkan
dengan perlakuan
terhadap Justice
Collaborator di
berbagai negara,
maka kita akan
dapat menyimpulkan
kalau Justice
Collaborator
merupakan pihak
yang membantu
dalam suatu
pembongkaran fakta
dan keadilan. Dan
setelah kita melihat
kebijakan hukum
pidana saat ini
terhadap Justice
Collaborator kita
juga dapat mengerti
mengenai hal-hal
yang diterapkan
pada Justice
Collaborator saat ini

H. Kerangka Berfikir
Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Justice Collaborator Dalam Tindak Pidana Korupsi
(Studi Putusan Nomor: 48/Pid.Sus-Tpk/2020/Pn.Jkt.Pst)

LATAR BELAKANG MASALAH RUMUSAN TINJAUAN METODE PENELITIAN


MASALAH PUSTAKA
Tindak pidana korupsi 1. Jenis penelitian :
merupakan kelompok 1. Bagaimana 1. Pengertian Penelitian hukum
kejahatan kerah putih (white Penetapan Justice Normatif
collar crime), yaitu kejahatan justice Collaborator
yang biasa dilakukan oleh Collaborator 2. Jenis bahan
orang-orang yang memiliki dalam tindak 2. Pengertian Hukum:
jabatan dan kedudukan penting pidana korupsi? Tindak pidana a. Bahan hukum
dalam institusi negara. Dengan Korupsi
primer
adanya konsep restorative 2. Bagaimana
b. Bahan hukum
justice sangat diperlukan untuk perlindungan 3. Perlindungan
Hukum sekunder
membantu membongkar Hukum terhadap
kejahatan yang sifatnya justice
Collaborator 4. Perlindungan 3. Jenis Pendekatan
teroganisir dan sulit untuk
dalam HAM a. Pendekatan
diungkap, maka dari itu
tindak pidana perundang-
diperlukan saksi pelaku yang
korupsi undangan
bekerjasama yaitu seorang
b. Pendekatan kasus
justice collaborator. Fungsi dari
seorang justice collaborator c. Pendekatan
yaitu untuk membongkar dan konseptual
menghancurkan kelompok-
PEMBAHASAN 4. Teknik
kelompok kejahatan
terorganisasi tersebut, yaitu pengumpulan
untuk menggali informasi data
tentang siapa pelaku utama a. Studi kepustakaan
dalam kejahatan yang sifatnya b. Studi putusan
terorganisir, untuk mengetahui
struktur organisasi kejahatan
terorganisir, dan untuk KESIMPULAN
mengetahui aktivitas dan aliran
serta catatan dana dalam
kejahatan terorganisir
(Lembaga Perlindungan Saksi
dan Korban)

I. Defiisi Oprasional
1. Justice collaborator adalah orang yang bertindak sebagai pelapor untuk
mengungkap tindak pidana korupsi cessie yang terjadi di BANK Bali.
2. Tindak pidana korupsi adalah tindak pidana yang di lakukan oleh H. Tommy
Sumardi dengan membantu pelaku utama Djoko Tjandra dengan cara memberikan
suap red notice kepada penegak hukum yang mengakibatkan kerugian Negara.
3. Perlindungaan Hukum suatu upaya pemulihan hak yang di proleh oleh seorang
justice collaborator dalam mengungkap tindak pidana korupsi yang di ketahuinya.
J. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan dalam
bentuk standar, yaitu. asas, kaidah, doktrin, teori, peraturan perundang-undangan
yang relevan, dan dokumen hukum lainnya yang menjadi bahan untuk mencari
penyelesaian suatu permasalahan hukum.
2. Jenis Pendekatan
Jenis pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah melalui pendekatan
perundang-undangan (the statute approach) merupakan penelitian dengan
menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai bahan hukum utama yang
dijadikan acuan dalam penelitian. Pendekatan perundang- undangan dilakukan
dengan cara menyelidiki undang-undang yang mengatur tentang justice
collaborator. Selain itu, penulis juga menggunakan pendekatan kasus (The Case
Approach) yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari dan meneliti
kasus-kasus yang berkaitan dengan permasalahan hukum/isu yang sedang
dihadapi. Pendekatan konseptual (conceptual approach) juga digunakan dalam
penelitian ini, yaitu dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian hukum
dari sudut pandang aspek konsep- konsep hukum yang melatarbelakanginya
(Arinata et al., 2018, h. 5)
3. Jenis Bahan Hukum
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
- Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat atau bahan yang
berkaitan erat dengan permasalahan yang meliputi:
1) Undang-UndangDasarNegaraRepublikIndonesia1945
2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 1999 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 2001 Nomor
3874
3) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang -
Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4635, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 5602
4) Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perlakuan Bagi
Pelapor Tindak Pidana (Whistleblower) Dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama
(Justice Collaborators) Di dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu.
-Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum sekunder, yaitu memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer yaitu:
a) Buku-buku yang berkaitan dengan judul dan permasalahan yang akan dikaji
dalam penulisan proposal ini.
b) Hasil penelitian dan karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan penulisan proposal
ini.
c) Makalah-makalah seminar terkait dengan penulisan skripsi ini.
d) Jurnal hukum dan literatur yang terkait dengan penulisan proposal
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini dengan
penelitian kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan bahan hukum melalui
kepustakaan dengan cara menelaah dan mempelajari beberapa referensi buku-buku
hukum, jurnal, peraturan perundang- undangan, serta dokumen putusan yang
digunakan dalam penelitian ini.
5. Teknik Analisis Bahan Hukum
Teknik analisa bahan hukum yang sesuai dengan penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan secara kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan,
memaparkan dan menjelaskan bahan penelitian secara bermutu dalam bentuk
kalimat yang teratur, terstruktur, runtun dan tidak tumpang tindih serta efektif dan
mempermudah pemahaman dan interprestasi bahan penelitian. Dalam penelitian ini
metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deksriptif yang bertujuan
untuk menggambarkan secara tepat sif at-sifat untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dimasyarakat.

.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Bambang. 2000. Tindak Pidana dan Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika
Efendi, M; Evandri, T S. 2007. HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial
Politik, dan Proses Penyusunan/Aplikasi Ha-Kham dalam Masyarakat.
Bogor Selatan: Ghalia Indonesia
Raharjo; Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Soekanto; Soerjono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. Waluyo: Ui
Press

Jurnal dan Skripsi


Arinata; Kadek, I; Sarjana, I M; Darmadha, I N. 2018. Penyelesaian Sengketa
Peralihan Hak Atas Tanah Pada Tanah Hak Pengelolaan Yang
Dilakukan Pihak Ketiga Di Pelabuhan Benoa. Kertha Semaya: Journal
Ilmu Hukum.
Ariyanti; Oktafia, D; Ariyani, N. 2020. Model Pelindungan Hukum Terhadap
Justice Collaborator Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jurnal
Hukum Ius Quia Iustum. Vol: 27 (2)
Dahlan; Maulana. 2019. Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Ahli Dalam
Memberikan Keterangan Di Persidangan. Diss. University of
Muhammadiyah Malang.
Garikamansyah; Hasri, M; Ibrahim, Z; Primadianti, H. 2020. Perlindungan Hukum
Terhadap Hak-Hak Normatif Pekerja Outsourcing. Diss. Sriwijaya
University.
Hasan; Zainudin, N M P P. 2022. Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan
Justice Collaborator Terhadap Terdakwa Yang Melakukan Tindak
Pidana Korupsi. Muhammadiyah Law Review. Vol: 6 (1)
Manalu; Yohanes, R. 2015. Justice Collaborator Dalam Tindak Pidana Korupsi.
Lex Crimen. Vol: 4(1)
Nugraha; Wahyu, D R. 2019. Kajian Yuridis Normatif Tentang Penghentian
Penyidikan Tersangka Ditinjau Dari Perspektif Teori Kepastian
Hukum. Diss. University of Muhammadiyah Malang.
Saputra; Rahmat. 2019. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Milik Asing
yang Belum Didaftarkan (Studi Kasus Putusan Nomor 189 K/Pdt. Sus-
HKI (HC)/2013). Cakrawala-Jurnal Humaniora.
Saputra; Roni. 2015. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak
Pidana Korupsi (Bentuk Tindak Pidana Korupsi yang Merugikan
Keuangan Negara Terutama Terkait Dengan Pasal 2 Ayat (1) UU
PTPK). Jurnal Cita Hukum. Vol. 3 (2)
Situngkir, D A. 2018. Asas Legalitas Dalam Hukum Pidana Nasional Dan Hukum
Pidana Internasional. Soumatera Law Review.
Pertiwi; Kanti, E; Rahmad, N. 2020. Tinjauan Norma Hukum Justice Collaborator
dan Whistleblower pada Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Perspektif. Vol:
25 (2).
Pj; Swari, A D P; And Ni Nengah Adiyaryani. 2018. Pengaturan Terhadap Saksi
Pelaku Yang Bekerjasama (Justice Collaborator) Dalam Tindak
Pidana Korupsi Dikaji Dari Perspktif Sistem Peradilan Pidana. Kertha
Wicara: Journal Ilmu Hukum.
Saputra; Roni. 2015. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak
Pidana Korupsi (Bentuk Tindak Pidana Korupsi yang Merugikan
Keuangan Negara Terutama Terkait Dengan Pasal 2 Ayat (1) UU
PTPK). Jurnal Cita Hukum. Vol: 3 (2)
Syarif; Miguel, D J. 2020. Perlindungan Hukum Terhadap (Justice Collaborator)
Dalam Tindak Pidana Korupsi. Lex Privatum. Vol: 8 (4)

Praturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 2001 Nomor 3874
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Atas Perubahan Undang - Undang
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4635, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 5602
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perlakuan Bagi
Pelapor Tindak Pidana (Whistleblower) Dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama
(Justice Collaborators) Di dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu.
LPSK Nomor M.HH-11.HM.03.02, PER-045/A/JA/12/2011, 1, KEP-B-02/01-
55/12/2011, 4 Tahun 2011 tentang Perlindungan Bagi Pelapor Angka 9 SEMA
4/2004, Penentuan Justice collaborator .
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Yurisprudensi
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor: 48/Pid.
Sus-TPK/2020/PN.Jkt.Pst)
JADWAL PENULISAN PROPOSAL
Judul :
Nama :
Nomer Induk Mahasiswa :
No. SK Bimbingan :
Dosen Pembimbing :

No Kegiata BULAN
n September Oktober
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Ni Kadek Sinta Coralia
TTL : Padangbai,25 Agustus 2002
Alamat : Jl.Silayukti, Padangtbai
Jenis Kelamin : Prempuan
Agama : Hindu
Gol. Darah :O
Kewarganegaraan : Indonrsia
Data Orang Tua :
Ayah : I Made Suar Nata
Ibu : Ni Komang Latri
Pekerjaan Ayah : Swasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Riwayat Pendidikan
 2008-2014 : SD 1 Padangbai
 2014-2017 : SMP 1 Manggis
 2017-2020 : SMA 2 Semarapura
 2020-Sekarang : Universitas Pendidikan Nasional

Demikian daftar Riwayat ini saya buat untuk dapat di gunakan sebagaimana
mestinya.

Denpasar, 6 Oktober 2023

(Ni Kadek Sinta Coralia)

Anda mungkin juga menyukai