Anda di halaman 1dari 23

USULAN PENELITIAN

PERAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TABANAN


DALAM PENYELESAIAN SERTIFIKAT TUMPANG TINDIH

Oleh :

Kadek Andika Dharma Prasetya Swartika

81821746

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL

DENPASAR

2022
USULAN PENELITIAN

PERAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TABANAN


DALAM PENYELESAIAN SERTIFIKAT TUMPANG TINDIH

Oleh :

Kadek Andika Dharma Prasetya Swartika

81821746

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL

DENPASAR

2022

i
PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN

PERAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TABANAN


DALAM PENYELESAIAN SERTIFIKAT TUMPANG TINDIH

(Proposal Penelitian (UPP)

Disusun Oleh
Kadek Andika Dharma Prasetya Swartika
81821746

Telah Disetujui Untuk


Dipertahankan dalam Ujian Kelayakan Proposal
Pada Tanggal

Menyetujui, Denpasar, 12 April 2022

Dosen Pembimbing Usulan Peneliti


Proposal Penelitian

Kadek Julia Mahadewi, S.H., M.H. Kadek Andika Dharma Prasetya Swartika
NPP : 02.10.19.314 NIM : 81821746

Mengetahui
A.n Dekan Fakultas Hukum dan Imu Sosiall
Ketua Program Studi

Putu Eva Ditayani Antari S.H.,M.H., CCD


NPP : 02.03.15.235
ii
PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

PERAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TABANAN


DALAM PENYELESAIAN SERTIFIKAT TUMPANG TINDIH

(Proposal Penelitian (UPP)

Disusun Oleh
Kadek Andika Dharma Prasetya Swartika
81821746
Telah dipertahankan dan diterima oleh panitia sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum

Pada Hari : Kamis


Tanggal : 21 April 2022
Tempat Ruang : Offline Ruang Ujian Lantai I Gedung A Undiknas

Susunan Tim Penguji


No Nama Jabatan Jabatan
1 Kadek Julia Mahadewi, S.H., Ketua
M.H

2 Putu Eva Ditayani Antari Anggota


S.H.,M.H., CCD

3 Dr. I Gede Agus Kurniawan Anggota


S.H.,S.S.,M.H., C.R.B.C, CCD

Mengetahui
A.n Dekan Fakultas Hukum dan Imu Sosiall
Ketua Program Studi

Putu Eva Ditayani Antari S.H.,M.H., CCD


NPP : 02.03.15.235

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penyusunan proposal yang berjudul “Peran Kantor Pertanahan
Kabupaten Tabanan Dalam Penyelesaian Sertifikat Tumpang Tindih” dapat
diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifatpositif, guna penulisan proposal yang lebih baik lagi sebagai syarat
menyelesaikan Tugas Akhir untuk menyelesaikan pendidikan S1. Dalam penyusunan
proposal ini penulis banyak mendapatkan banyak bimbingan, motivasi saran, kritik, dan
dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini perkenalkan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Nyoman Sri Subawa, S.T., S.Sos., M.M., IPM., selaku Rektor
Universitas Pendidikan Nasional Denpasar.
2. Ir. Wayan Sutama, M.T., IPM. Selaku Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Nasional Denpasar.
3. Dr. Ni Nyoman Juwita Arsawati, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum dan
Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, serta sebagai dosen
pembimbing akademik (PA).
4. Putu Eva Ditayani Antari, S.H., M.H., CCD selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Pendidikan Nasional Denpasar dan sekaligus selaku Dosen Penguji 1
penulis.
5. Kadek Julia Mahadewi, S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial
Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, khususnya sebagai Dosen Pembimbing
penulis.
6. Dr. I Gede Agus Kurniawan S.H., S.S., M.H., C.R.B.C, CCD selaku Dosen Penguji 2
penulis.
7. Seluruh Dosen Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Nasional
Denpasar atas Pendidikan dan Pelatihannya selama penulis menempuh perkuliahan di
Universitas Pendidikan Nasional Denpasar.
8. Seluruh Staff Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar.

iv
9. Orang Tua tercinta yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan kendala
selama penulisan proposal penelitian ini.
10. Sahabat-sahabat penulis yang tidak dapat penulis jabarkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan, doa, perhatian dan dengan sabar mendengarkan keluhan penulis
dalam penulisan proposal penelitian ini.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan
bantuan dan dukungan untuk penulis.

Penulis menyadari proposal ini masih jauh dari kata sempurna, disebabkan karena

keterbatasan pengetahuan penulis. Maka dari itu, berbagai kritik dan saransaran yang

sifatnya membangun sangat diharapkan sebagai dasar untuk menyempurnakan proposal

ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacadan bagi yang memerlukannya,

terutama dalam lingkungan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan

Nasional Denpasar. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.

Denpasar, 2022

Penulis

(Kadek Andika Dharma Prasetya Swartika)

v
DAFTAR ISI

Halaman
USULAN PROPOSAL PENELITIAN........................................................ i
PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN ........................................... ii
PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN............................................. iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
D. Keguanaan Penelitian............................................................................ 4
E. Kajian Teoritis...................................................................................... 4
1. Pengertian Sertifikat................................................................... 4
2. Peranan Badan Pertahanan Nasional.......................................... 6
3. Alternatif Penyelesaian Sengketa .............................................. 8
F. Originalitas Penelitian........................................................................... 9
G. Kerangka Pemikiran.............................................................................. 10
H. Definisi Operasional............................................................................. 10
1. Variabel Independen.................................................................. 10
2. Variabel dependen...................................................................... 11
I. Metode Penelitian................................................................................. 11
1. Jenis Penelitian........................................................................... 11
2. Lokasi Penelitian........................................................................ 11
3. Jenis Data................................................................................... 11
4. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 12
5. Teknik Analisis Data.................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14

vi
A. Latar Belakang
Tanah adalah kebutuhan hidup manusia yang sangat umum, Setiap manusia pasti
memiliki tanah, baik untuk membangunan tempat tinggal, usaha, dan lainya. Agar
kepemilikan tanah mempunyai kepastian hukum perlu diusahakan tanda bukti haknya
oleh para pemiliknya, sehingga masing masing bidang tanah mempunyai tanda bukti hak
berupa sertifikat. Tetapi pada praktiknya justru banyak kasus objek kepemilikan tanah
dimiliki oleh dua subjek hukum dalam bentuk tumpang tindih kepemilikan atas tanah,
hal ini sering terjadi dimasyarakat dikarenakan terdapat dua atau lebih bukti
kepemilikan tanah dimana objek tanahnya sebagian atau seluruhnya sama, tetapi data
subjeknya bisa sama atau beda, dalam bahasa hukum objek kepemilikan tanah
tidak mungkin dimiliki oleh dua subjek hukum. Hal tersebutlah yang menimbulkan
adanya sengketa pertanahan yakni adanya satu bidang tanah dengan dua sertifikat.
Dalam ruang lingkup agraria, tanah memilik arti yaitu bagian dari bumi, yang
disebut permukaan bumi. Tanah yang dimaksud di sini bukan mengatur tanah dalam
seluruh aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspek, yaitu tanah dalam
pengertian yuridis disebut hak. Tanah sebagai bagian dari bumi disebutkan dalam
pasal 4 ayat (1) UUPA, yaitu “Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai
yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan
bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-
orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan badan
hukum.” Dengan demikian, jelaslah bahwa tanah dalam pengertian hukum adalah
permukaan bumi, sedangkan hak atas tanah merupakan hak atas sebagian tertentu
dari permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan
lebar. Adapun ruang dalam pengertian yuridis, yang berbatas, berdimensi tiga, yaitu
panjang lebar, lebar, dan tinggi, yang dipelajari dalam hukum penataan ruang
Sengketa tanah ini merupakan salah satu masalah yang tidak habis- habisnya untuk
dibahas. Berbicara mengenai pertanahan, salah satu undang- undang di Indonesia yang
mengatur tentang hal tersebut yaitu Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang dikenal sebagai Undang-
Undang Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Pasal 16 UUPA mengatur tentang hak-hak
atas tanah yang dapat diberikan kepada warga negaranya berupa yang paling utama
yaitu hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak
1
membuka tanah, hak untuk memungut hasil hutan dan hak-hak lain yang tidak termasuk
dalam hak-hak tersebut di atas akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak
yang sifatnya sementara seperti hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang dan
hak sewa tanah pertanian diatur untuk membatasi sifat-sifatnya sebagaimana
disebutkan dalam pasal 53 UUPA.
Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data
fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku
tanah hak yang bersangkutan. Dalam penjelasan pasal 32 ayat (1) PP No. 24
Tahun 1997 disebutkan bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan
data yuridis yang tercantum di dalamnya harus diterima sebagai data yang benar.
Sengketa sertifikat dalam tanah yang terjadi tidak terlepas dari kesalahan dalam
pelaksanaan pendaftaran tanah baik yang dilakukan oleh masyarakat yang dalam
permohonan dan pengukuran tanah kepada pihak Kantor Pertanahan Tabanan dan
ada pula dikarenakan kesalahan yang dilakukan karena kelalaian ketidakcermatan
dalam pemetaan dan pengukuran yang dilakukan pihak Kantor Pertanahan Tabanan.
Dengan itu adanya berbagai permasalahan sengketa sertifikat tanah, Badan Pertanahan
Nasional tidak lepas tanggung jawab dalam permasalahan yang terjadi.
Badan Pertanahan Nasional (disingkat BPN) adalah lembaga pemerintah
nonkementerian di Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang Pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. BPN dahulu dikenal dengan sebutan Kantor Agraria. BPN diatur melalui
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015. Oleh karena itu Badan Pertanahan Nasional
merupakan bagian internal dalam pembangunan bangsa dan Badan Pertanahan
Nasional berperan sebagai pihak yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
administrasi pertanahan. Badan Pertanahan Nasional adalah Lembaga Pemerintah
Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Dibentuknya Badan Pertanahan Nasional dengan tugas membantu Presiden dalam
mengelola dan mengembangkan administrasi pertanahan, baik berdasarkan Undang-
Undang Pokok Agraria maupun peraturan perundang-undangan lain yang meliputi
peraturan-peraturan penggunaan, penguasaan, pendaftaran tanah, pengurusan hak-hak

2
atas tanah dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah kebijaksanaan yang ditetapkan
Presiden.
Tugas pokok Badan Pertanahan Nasional adalah melaksanakan tugas
pemerintah di bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral sekaligus
merupakan salah satu gungsi kantor pertanahan Kabupaten/Kota adalah
melaksanakan pelayanan pertanahan kepada masyarakat yang sering disebut
dengan pelayanan publik. Salah satu kegiatan dalam program Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia yaitu percepatan penyelesaian kasus pertanahan
Berdasarkan Peraturan Kepada Badan Pertanahan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2011 tentang Pengelolaan, Pengkajian dan Kasus Pertanahan.
Salah satu permasalahan yan terjadi dalam pertanahan terjadinya tumpang
tindih penggunaan tanah, nilai ekonomis tanah tinggi, kesadaran masyarakat yang
meningkat, tanah tetap namun penduduk bertambah, adanya kemiskina dll. Di
dunia praktek terjadinya permasalahan, ketika terjadi pengukuran walaupun pemilik
sudah memiliki sertifikat dan surat terjadi pergeseran titik ordinat ketika di cek
lapangan. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“PERAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TABANAN DALAM
PENYELESAIAN SERTIFIKAT TUMPANG TINDIH”

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang menyebabkan terjdinya kasus sertifikat tumpang tindih di Kantor

Pertanahan Kabupaten Tabanan?

2) Bagaimana tahapan penyelesaian permasalahan sertifikat tumpang tindih

di Kantor Pertanahan Kabupaten Tabanan?

C. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui terjadinya kasus sertifikat tumpang tindih di Kantor

Pertanahan Kabupaten Tabanan.

2) Untuk mengetahui tahapan penyelesaian permasalahan sertifikat tumpang

tindih di Kantor Pertanahan Kabupaten Tabanan.


3
D. Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan Teoritis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum di Indonesia
terutama bisa menambah wawasan dibidang mediasi sebagai salah
satu alternatif penyelesaian sengketa perdata di luar pengadilan.
Diharapkan skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan
gambaran yang nyata kepada kalangan masyarakat Indonesia khusunya
masyarakat Kabupaten Tabanan mengenai penyelesaian sertifikat tumpang
tindih melalui jalur mediasi yang dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten Tabanan
2) Kegunaan Praktis. Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
mahasiswa, pemerintah, mediator dalam mediasi Kantor Pertanahan
maupun masyarakat khususnya para pihak yang terlibat dalam suatu
sertifikat tumpang tindih sehingga skripsi ini dapat dijadikan acuan
dalam penyelesaian yang melalui jalur proses mediasi.

E. Kajian Teoritis
1. Pengertian Sertifikat
Sertifikat dalam Pasal 32 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 berbunyi yaitu
“Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang
data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur
dan buku tanah hak yang bersangkutan”. Pasal 164 HIR/284 RBg dan Pasal
1866 KUH Perdata menyebutkan bahwa alat bukti dalam perkara perdata terdiri dari :
alat bukti tertulis/surat, alat bukti saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan dan
sumpah. Alat bukti tertulis atau surat merupakan segala sesuatu yang memuat
tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk
menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian.
Sertifikat ganda merupakan sebidang tanah yang mempunyai dua sertifikat
tanah yang dimiliki oleh dua subjek yang berbeda. Secara garis besar tidak ada satu
bidang tanah dimiliki oleh dua orang yang berbeda dengan sertifikat yang berbeda
4
pula dengan demikian setiap bidang tanah yang telah terdaftar ataupun bersertifikat
seharusnya mendapatkan perlindungan dari Badan Pertanahan Nasional/ Kantor
Pertanahan. Tujuan dari diterbitkannya sertifikat adalah untuk kepentingan dari
pemegang hak yang didasarkan pada data fisik dan data yuridis sebagaimana yang telah
didaftarkan dalam buku tanah. Adanya sertifikat dapat menjadi bukti autentik dari
si pemegang sertifikat sehingga apabila ada pihak lain yang menganggap bahwa tanah
tersebut adalah miliknya, pemegang sertifikat memiliki bukti yang kuat bahwa
secara hukum dia adalah pemilik tanah tersebut.
Sertifikat Cacat Hukum Secara umum, sertifikat cacat hukum dapat dibagi ke
dalam tiga jenis, antara lain:
a) Sertifikat Asli Tapi Palsu (Aspal) Sertifikat ini terjadi apabila sertifikat tanah
tersebut diterbitkan secara resmi oleh Kantor Badan Pertanahan setempat,
serta secara resmi merupakan turunan dari buku tanah, dan struktur yang
ada di kantor badan pertanahan. Bukti kepalsuan sertifikat tersebut baru
terungkap dalam hal terjadinya sengketa dan dalam pembuktian
kebenarannya perlu diteliti persyaratan awal pengajuan permohonan. Hal
ini biasa terjadi pada sertifikat yang sebenarnya pada saat pendaftaran dilakukan
sudah ditarik dari peredaran setelah dibatalkan dan dinyatakan tidak berlaku
lagi setelah dibuktikan pemalsuannya melalui keputusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
b) Sertifikat Palsu Merupakan sertifikat tanah yang cacat hukum secara formal
baik formal maupun materilnya, data dipalsukan. Buku sertifikat tanah
dicetak dan ditanda tangani sendiri dengan meniru cara pengisian tanda
tangan dan stempel yang sah. Sertifikat ini mudah diketahui pada waktu
akan dilaksanakan perbuatan hukum seperti: jual beli, hibah, tukar menukar yang
akan dituangkan dalam akte PPAT dan diketahui pada saat dilakukan
pengecekan terhadap data-data pada sertifikat tersebut tidak tercantum dalam
daftar pada kantor badan pertanahan setempat.
c) Sertifikat Ganda/Tumpang Tindih. Sertifikat yang menguraikan satu bidang
tanah yang sama, diterbitkan lebih dari satu sertifikat yang letak tanahnya
saling tumpang tindih seluruh atau sebahagiannya. Terjadinya sertifikat
ganda karena tidak ditetapkan peta pendaftaran. Sertifikat ganda atas tanah

5
adalah sertifikat yang diterbitkan oleh BPN yang akibat adanya kesalahan
pendataan pada saat melakukan pengukuran dan pemetaan pada tanah, sehingga
terbitlah sertifikat ganda yang berdampak pada pendudukan tanah secara
keseluruhan ataupun sebagaimana tanah milik orang lain. Apabila dintinjau
dari pengertian sertifikat itu sendiri maka sertifikat adalah tanda bukti hakatas
tanah, yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
pendaftaran tanah menurut ketentuan peraturan dan perundang-undangan.
Dapat disimpulkan bahwa perbedaan dari ketiga jenis sertifikat cacat hukum
tersebut adalah sertifikat dinyatakan palsu apabila data yang ada pada Sertifikat
tidak sesuai dengan data yang ada pada buku tanah, sedangkan sertifikat dinyatakan
asli tapi palsu apabila sertifikat yang secara formal diterbitkan oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota setempat, tetapi surat-surat bukti kepemilikan ataupun surat-surat lain
yang dipergunakan sebagai dasar pembuatan dan penerbitan sertifikat tersebut palsu.
Dan sertifikat dinyatakan sebagai sertifikat ganda apabila suatu sertifikat yang
menguraikan satu bidang tanah yang sama. Jadi, dengan demikian satu bidang
tanah diuraikandengan 2 (dua) sertifikat atau lebih yang berlainan datanya. Hal
semacam ini disebut pula “Sertifikat Tumpang Tindih (overlapping)”, baik
tumpang tindih seluruh bidang maupun tumpang tindi sebagian dari tanah tersebut.
Akibat dari terbitnya sertifikat ganda tersebut menimbulkan sengketa perdata antar para
pihak

2. Peranan Badan Pertanahan Nasional


Peran itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan
suatu perangkat tingkah yang diharapkan di miliki oleh orang yang berkedudukan dalam
masyarakat. Sedangkan untuk peranan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dalam suatu peristiwa
Badan Pertanahan Nasional adalah lembaga pemerintahan non departemen
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, Badan Pertanahan
Nasional mempunyai tugas dibidang pertanahan kantor wilayah Badan Pertanahan
Nasional ditiap-tiap Provinsi dan di daerah Kabupaten atau Kota yang melakukan
pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah.
Lembaga tersebut dibentuk berdasarkan surat keputusan Presiden Republik Indonesia

6
Nomor 26 tahun 1988 yang bertugas membantu presiden dalam mengelola
dan mengembangkan administrasi pertanahan, baik berdasarkan UUPA maupun
peraturan perundang-undangan lain yang meliputi pengaturan penggunaan, penguasaan
dan pemilikan tanah, penguasaan hak- hak tanah, pengukuran dan pendaftaran, tanah dan
lain-lain berkaitan dengan masalah pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
oleh presiden.
Tugas pokok Badan Pertanahan Nasional membantu Presiden dalam mengeloia
dan mengembangkan Administrasi Pertanahan baik berdasarkan Undang-Undang Pokok
Agraria maupun perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan masalah
pertanahan berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Presiden. Badan
Pertanahan Nasional yang berperan sebagai wakil pemerintah non departemen yang
bertanggung jawab langsung kepada Presiden, Badan Pertanahan Nasional atau BPN
telah menetapkan visi dan misinya kedepan. Visi Badan Pertanahan Nasional adalah
menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan kebertanjutan sistem
kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.
Sementara yang menjadi misi dari Badan Pertanahan Nasional terdiri dari
beberapa poin yakni mengembangkan dan menyelenggarakan kebijakan pertanahan
untuk:
1) Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru
kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan
pendapat, serta pemantapan ketahanan pangan.
2) Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan
bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah (P4T).
3) Pewujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi
berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan
penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak
melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari.
4) Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia
dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang
terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat.

7
5) Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan
aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.
Dengan demikian upaya yang telah melekat pada lembaga Badan Pertanahan
Nasional yang telah dijelaskan dalam visi dan misi Badan Pertanahan Nasional
adalah segala perbuatan atau tindakan kepada masyarakat dalam rangka
memberikan pelayanan di bidang pertanahan.

3. Alternatif Penyelesaian Sengketa


Alternatif penyelesaian sengketa adalah penyelesaian sengketa melalui jalur
non pengadilan yang cara penyelesaiannya dipimpin oleh pihak ketiga atau pihak
netral dalam menyelesaikan sengketa. Di Indonesia istilah ADR (alternative dispute
resolution) relatif baru dikenal, tetapi sebenamya penyeleasaian-penyelesaian
sengketa secara konsensus sudah lama dilakukan oleh masyarakat, yang intinya
menekankan pada upaya musyawarah mufakat, kekeluargaan. perdamaian, dan
sebagainya. ADR (alternative dispute resolution) mempunyai daya tarik khusus di
Indonesia karena keserasiannya dengan sistem sosial budaya tradisional berdasarkan
musyawarah mufakat. Sehubungan dengan itu, istilah ADR perlu dicari
pandanannya di Indonesia. Dewasa ini dikenal beberapa istilah untuk ADR, antara lain:
a) Pilihan penyelesaian sengketa (PPS)
b) Mekanisme alternatif penyelesaian sengketa (MAPS).
c) Pilihan penyelesaian sengketa di luar pengadilan, dan mekanisme
penyelesaian sengketa secara kooperatif (Maru Hutagalung, 2012)
Penyelesaian sengketa melalui ADR masih dianggap sangat murah dan cepat. Oleh
karena itu saat ini penggunanan cara penyelesaian di luar pengadilan lebih diminati
dibandingkan penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Di Indonesia mengenai
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 1 ayat 10 disebutkan
bahwa Altematif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau
beda pendapat melalui prosedur yang di sepakati oleh para pihak, yakni penyelesaian di
luar pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian para
ahli. Berikut penjelasan penyelesaian sengketa diluar pengadilan dengan cara konsultasi,
negoisasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian para ahli:

8
a) Konsultasi. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tidak memberikan
definisi mengenai apa yang diartikan dengan "konsultasi", tetapi menurut penulis
pada perinsipnya konsultasi merupakan suatu hubungan yang bersifat privat
(pribadi) antara pihak satu yang disebut dengan konsultan sebagai pihak
yang memberikan pendapatnya tentang sesuatu hal dengan pihak lain yang
disebut klien.
b) Negoisasi. Dari ketentuan Pasal 6 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999 rumusan tentang negosisasi pada prinsipnya adalah memberikan
kepada pihak-pihak terkait suatu altematif untuk menyelesaikan sendiri
masalah yang timbul di antara mereka secara kesepakatan di mana hasil
dari kesepakatan tersebut di tuangkan dalam bentuk tertulis sebagai komitmen
yang harus dilaksanakan kedua belah pihak.
c) Mediasi. Mediasi merupakan suatu proses damai di mana para pihak yang
bersengketa menyerahkan penyelesaiannya kepada seorang mediator
(seorang yang mengatur pertemuan antara dua pihak atau lebih yang
bersengketa) untuk mencapai hasil akhir yang adil, tanpa membuang biaya yang
terlalu besar, tetapi tetap efektif dan diterima sepenuhnya oleh kedua belah pihak
yang bersengketa secara sukarela.
d) Konsiliasi. Konsiliasi adalah salah satu lembaga altematif penyelesaian sengketa
sebagaimana disebut di dalam Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999. Konsiliasi permufakatan adalah penyelesaian sengketa dengan cara
melalui musyawarah, hakikatnya adalah untuk menghindari proses
pengadilan dan akibat-akibat hukum timbul dari suatu putusan pengadilan (Maru
Hutagalung, 2012)

F. Originalitas Penelitian
No Nama Peneliti, Tahun dan Persamaan Perbedaan Originalitas
Judul Penelitian Penelitian
1 Agnes Deslina, 2018, Menggunakan Lokasi Tumpang Tindih
Analisis Yuridis Atas variabel sejenis penelitian (Overlapping) Tanah
Tumpang Tindih yaitu Sertifikat ini di Bersertifikat (Studi
(Overlapping) Tanah Tumpang Medan Putusan Mahkamah
Bersertifikat (Studi Putusan Tindih. Agung No.
Mahkamah Agung No. 81/PK/TUN/2014).
81/PK/TUN/2014).
2 Risye Julianti, 2021, Peran Menggunakan Lokasi Tumpang Tindih
9
Kantor variabel sejenis penelitian Hak Kepemilikan
Badan Pertanahan Nasional yaitu Sertifikat ini di Kota Atas Tanah Di Kota
Mengenai Tumpang Tindih Tumpang Jakarta Jakarta Utara.
Hak Tindih. Utara
Kepemilikan Atas Tanah Di
Kota
Jakarta Utara.
3 Anshari Utama, 2019, Menggunakan Lokasi Sertifikat Ganda
Penyelesaian Sengketa variabel sejenis penelitian Hak
Sertifikat yaitu Sertifikat Ini di Atas Tanah Oleh
Ganda Hak Atas Tanah Tumpang Tapanuli Badan Pertanahan
Oleh Tindih. Tengah Nasional Tapanuli
Badan Pertanahan Nasional Tengah.
Tapanuli Tengah.

G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang
didefinisikan sehingga dapat diamati. Berdasarkan judul skripsi di atas, penulis
mendefinisikan dalam sistem kerja operasional variabelnya menjelaskan bahwa :
1. “Peran” dalam tulisan ini mempunyai arti fungsi dan tugas.
2. “Badan Pertahanan Nasional” adalah Lembaga pemerintah Non
Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden
yang dalam penulisan ini penulis lebih membahas peran BPN sebagai mediator
para pihak dalam penyelesaian sengketa tanah Kabupaten Tabanan.
3. “Sertifikat Tumpang Tindih” sertifikat yang menguraikan satu bidang tanah
yang sama, apabila terjadi sertifikat tumpang tindih maka salah satu harus
dibatalkan.
4. “Kota Tabanan” adalah objek penelitian dalam skripsi ini, salah satu
Kabupaten yang ada di Bali.

H. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel dependen dan
variabel independen. Dengan melakukan penelitian ini dapat diketahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
1. Variabel Independen
a. Kantor Pertanahan. Lembaga pemerintahan non departemen yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, Badan
Pertanahan Nasional mempunyai tugas dibidang pertanahan kantor
10
wilayah Badan Pertanahan Nasional ditiap-tiap Provinsi dan di daerah
Kabupaten atau Kota yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan
pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah.
b. Sertifikat Tumpang Tindih. Sertifikat Tumpang Tindih merupakan
sebidang tanah yang mempunyai dua sertifikat tanah yang dimiliki oleh
dua subjek yang berbeda. Secara garis besar tidak ada satu bidang tanah
dimiliki oleh dua orang yang berbeda dengan sertifikat yang berbeda pula
dengan demikian setiap bidang tanah yang telah terdaftar ataupun
bersertifikat seharusnya mendapatkan perlindungan dari Badan
Pertanahan Nasional/ Kantor Pertanahan.

2. Variabel Dependen
a. Penyelesaian. Penyelesaian sengketa adalah suatu penyelesaian
perkara yang dilakukan antara salah satu pihak dengan pihak yang
lainnya. Penyelesaian sengketa terdiri dari dua cara yaitu melalui litigasi
(pengadilan) dan non litigasi (luar pengadilan)

I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah kombinasi penelitian
yuridis normatif dan yuridis empiris. Penulisan normatif dilakukan dengan cara
penelusuran terhadap peraturan perundang- undangan yang mengatur topik yang
penulis angkat, serta memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai
literatur di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, majalah situs internet dan
sebagainya. Metode penelitian yuridis empiris penulis melakukan wawancara di
Kantor Pertanahan Kabupaten Tabanan mengenai riset tentang penyelesaian
sertifikat tumpang tindih di Kantor Pertanahan Kabupaten Tabanan.
2. Lokasi Penelitian.
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten
Tabanan, sebagai instansi yang wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan topik yang dibahas. Tempat tersebut dipilih sebagai lokasi

11
penelitian dalam skripsi ini dengan pertimbangan tempat tersebut memenuhi
karakteristik untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah yang akan dibahas.
3. Jenis Data
a. Data Primer. Wawancara dilakukan antara penulis dengan Kasubsi
Penangan Sertifikat tumpang tindih di Kantor Pertanahan
Kabupaten Tabanan. Wawancara yang dilakukan penulis terkait
mengenai bagaimana penyelesaian sertifikat tumpang tindih di
Kantor Pertanahan Kabupaten Tabanan.
b. Data Sekunder. Dilakukan dengan mempelajari dan meneliti
berbagai sumber bacaan yang berkaitan dengan topik yang diangkat
dalam skripsi ini. Seperti buku-buku hukum, artikel hukum di internet.
Data sekunder yaitu data yang diperlukan untuk melengkapi data primer
yang diperoleh melalui studi kepustakaan, antara lain mencakup
dokumen-dokumen resmi, buku-buku hasil penelitian yang berwujud
laporan, buku harian dan seterusnya.
4. Teknik Pengumpulan Data.
Dalam melakukan penelitian memerlukan data-data yang akan dijadikan
acuan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi, pengumpulan data
sendiri dimaksudkan agar memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan percaya.
Penggunaan metode dan teknik yang tepat akan memberikan kemudahan bagi peneliti
dalam melangkah, menganalisa data-data yang masuk, dalam penulisan skripsi ini
penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara:
a. Wawancara. Metode wawancara merupakan pengumpulan data
dengan cara wawancara dengan meminta keterangan melalui pertanyaan
yang telah disiapkan penulis kepada staf yang bersangkutan.
b. Pengamatan/Observasi. Pengamatan dilakukan secara langsung dan
sistematis mengenai permasalahan dalam penyelesaian sengketa tanah
oleh BPN sebagai mediator para pihak untuk dianalisa dalam proses
penulisan skripsi ini.
c. Studi Pustaka. Sebagai bab terakhir, penulis akan menguraikan tentang
kesumpulan dan saran-saran kemudian diakhiri dengan daftar pustaka dan
lampiran yang dipergunakan sebagai bahan penunjang dari tulisan ini.

12
5. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan data, dilanjutkan dengan teknik analisis data,
tahap ini merupakan tahapan terpenting dalam suatu penelitian. Karena dengan
analisis data, data yang sudah diperoleh tersebut akan diolah untuk mendapatkan
jawaban dari permasalahan atas penelitian ini. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif, metode ini merupakan tata cara penelitian yang
menghasilkan data deskrpitif, setiap hal yang dinyatakan oleh responden baik secara
tertulis, lisan dan perilakunya.
Yang diteliti dan dipelajari adalah objek penelitian yang utuh dalam
pendekatan deskriptif kualitatif analisis data yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder, analisis data dari pendekatan kualitatif tersebut merupakan analisis
yang menggambarkan cara penyelesaian sertifikat tumpang tindih oleh Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Tabanan. Karena data yang diperoleh adalah data
kualitatif, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan data kualitatif, yaitu
dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasikan data yang berada di lapangan kemudian
dicari dengan teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan diakhiri dengan
penarikan kesimpulan untuk menentukan hasil dari data tersebut. Hasil dari analisis
data tersebut akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menentukan data dan
menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan data-data yang diperoleh

13
DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Joses Sembiring, Jimmy. Paduan Mengurus Sertifikat Tanah, Jakarta : Visi Media, 2010
Harsono, B. (2008). Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang- Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya. Djambatan.
Maru Hutagalung, S. (2012). Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa. Sinar Grafika.
Pustaka, T. B. (2010). Kamus Saku Bahasa Indonesia (Edisi Pert). Bentang
Pustaka.
Rahmadi, T. (2010). Mediasi Penyelesaian Sengketa melalui Pendekatan Mufakat.
PT Raja Grafindo Persada.
Santoso, Urip. (2015). Peroleh Hak Atas Tanah, Bandung: Kencana
Santoso, Urip. (2010). Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah, Kencana : Jakarta
Soekanto, Soerjono. (2010). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas
Indonesia

14
Soekanto, S., & Mahmudji, S. (2008). Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat. Raja Grafindo.
Soimin, S. (2012). Status Hak dan Pengadaan Tanah. Sinar Grafika. Tehupeiory, Artje.
Pentingnya Pendaftaran Tanah Di Indonesia. Jakarta : Raih Asa Sukses
Usman, A. H. (2008). Dasar dasar Hukum Agraria. Tunas Gemilang Press. Waskito dan
Hadi Arnowo, Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Di Indonesia. Jakarta: Kencana,
2019

UNDANG – UNDANG
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan, Pengkajian dan Kasus Pertanahan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 Tentang BPN

JURNAL
Endeng ,“Kewenangan Badan Pertanahan Nasional Dibawah Kementerian Agraria
dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karawang” Fakultas
Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang, Jurnal Hukum POSITUM
Vol. 4, No. 1,Juni 2019, h.124
Harsono, Boedi. Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional Dalam Hubungan
Dengan Tap MPR RI. IX/MPR/2001 Jakarta: Universitas Trisakti, 2002 Bukti Hak
Kepemilikan, (Solusi Volume, no. 5 II mei 2014: 23-32
Indah Siahaan, Kartika. Tanggung Jawab Kantor Pertanahan Akibat
Dikeluarkanya Sertifikat Ganda Yang Mengandung Cacat Hukum
Administrasi (Studi Kasus Di Kantor Pertanahan Kabupaten Sidoarjo, Jurnal
Sarjana Hukum, 2015.
Jurnal Mudjiono, Alternatif Penyelesaian Sengketa Pertanahan Di Indonesia Melalui
Revitalilasi Fungsi Badan Peradilan. Jurnal Hukum. No.3, Vol 14 juli (2007) :458-
473. Ismail, Ilyas. Sertifikat Sebagai Alat Bukti Hak Atas Tanah Dalam Proses
Peradilan, kanun jurnal imu hukum Nomor 53 April 2011, h 27

15
Wahyo, Adhyakso dkk. Jaminan Kepastian Hukum Pendaftaran Tanah Menurut
Ketentuan Perarutan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Dalam Sengketa
Pertanahan, UNTAG (Surabaya, Jurnal Akrab,Volume 5 Nomor 1 Edisi 202) h.12
Usman, Abdul hamid, Perlindungan Hukum Hak Milik Atas Tanah Adat Setelah
Berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria, Jurnal Kepastian Hukum Dan
Keadilan : volume 1Nomor 2, 29 Juni 2020
Bustomi, Abuyazid. Kepastian Hukum Atas Sertifikat Tanah Sebagai Bukti Hak
Kepemilikan. Jurnal Academia Volume 5. No II Bulan Mei Tahun 2014

16

Anda mungkin juga menyukai