Disusun Oleh :
Rizky Dhewan Dharu
NIM : 4201922012
Di nyatakan mampu dan tersedia materi pendukung untuk Menyusun tugas akhir
dengan judul “Pengaruh Lingkungan Kerja dan Kepemimpinan Terhadap
Kinerja Karyawan Di PT. Cipta Usaha Sejati (CUS)”
Disetujui,
Ketua Panitia,
i
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir oleh Rizky Dhewan Dharu ini di pertahankan di depan dewan
penguji pada tanggal 13 Juni 2022.
Ketua/Penguji I
NIP. NIP.
Mengetahui
NIP.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnyalah
akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh
Lingkungan Kerja dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Di PT.
Cipta Usaha Sejati (CUS)” skripsi ini adalah salah satu persyaratan untuk
melanjutkan penelitian selanjutnya dan tugas akhir.
iii
Saya menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dan ketidak
sempurnaaan dalam penyusunan Proposal Skripsi ini, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik, yang bersifat membangun dan mendidik demi
kesempurnaan laporan ini. Akhirnya mudah-mudahan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pihak lainya.
Jhoko Suprianto
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Perumusan dan Batasan Masalah .............................................................. 3
1.2.1 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.2.2 Batasan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5
2.1 Landasan Teori ............................................................................................ 5
2.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia.................................................... 5
2.1.2 Lingkungan Kerja................................................................................. 9
2.1.3 Kepemimpinan .................................................................................... 10
2.1.4 Arti Penting Kinerja ........................................................................... 21
2.2 Kajian Empiris........................................................................................... 23
2.3 Kerangka Berfikir ..................................................................................... 25
2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 26
BAB III ................................................................................................................. 27
METODE PENELITIAN ................................................................................... 27
3.1 Bentuk Penelitian....................................................................................... 27
3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian ................................................................. 27
3.2.1 Waktu Penelitian................................................................................. 27
3.2.2 Tempat Penelitian ............................................................................... 27
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................... 27
3.3.1 Variabel Penelitian ............................................................................. 27
3.3.2 Definisi Operasional ........................................................................... 28
v
3.4 Populasi dan Sampel ................................................................................. 29
3.4.1 Populasi ................................................................................................ 29
3.4.2 Sampel .................................................................................................. 29
3.5 Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 30
3.5.1 Jenis Data............................................................................................. 30
3.5.2 Sumber Data ........................................................................................ 30
3.6 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 31
3.7 Metode Analisis Data ................................................................................ 31
3.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai macam hambatan pasti akan ditemui oleh para individu organisasi
untuk bisa bekerja dengan baik sehingga kinerja mereka dapat diterima dengan baik
oleh perusahaan dan masyarakat yang memerlukan. Menurut Parlinda dan
Wahyudin (2003), banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja, antara lain:
motivasi, kepemimpinan lingkungan kerja, insentif, budaya kerja, komunikasi,
jabatan, pemberian gizi karyawan, pelatihan, dan masih banyak yang lainnya.
1
seperti kerucut, manusia akan termotivasi apabila kebutuhan yang menjadi sasaran
hidup terpenuhi dengan baik mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan
aktualisasi diri. Semakin kebutuhannya terpenuhi maka akan semakin besar kinerja
pegawai dalam melakukan tugas dan kewajibannya di perusahaan.
Motivasi merupakan salah satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras
dan cerdas sesuai dengan yang diharapkan. Pengetahuan tentang pola motivasi
membantu para manajer memahami sikap kerja pegawai masing-masing. Manajer
dapat memotivasi karyawannya dengan cara berbeda-beda sesuai dengan pola
masing-masing yang paling menonjol. Bawahan perlu dimotivasi karena ada
bawahan yang mau bekerja setelah dimotivasi atasannya. Motivasi yang timbul dari
luar disebut motivasi ekstrinsik. Motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri
disebut motivasi intrinsik.
2
kedua hal tersebut dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang dan suatu
hal dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
3
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
1. Tujuan masyarakat.
Untuk bertanggung jawab secara sosial, dalam hal kebutuhan dan tantangan-
tantangan yang timbul dari masyarakat. Suatu organisasi yang berada di tengah-
tengah masyarakat diharapkan membawa manfaat atau keuntungan bagi
masyarakat. Oleh sebab itu suatu organisasi mempunyai tanggung jawab dalam
mengelola sumber daya manusianya agar tidak mempunyai dampak negatif
terhadap masyarakat.
2. Tujuan organisasi.
Untuk mengenal bahwa manajemen sumber daya manusia itu ada, perlu
memberikan kontribusi terhadap pendayagunaan organisasi secara keseluruhan.
Oleh sebab itu suatu unit atau bagia manajemen sumber daya di suatu organisasi
diadakan untuk melayani bagian-bagian lain organisasi tersebut.
3. Tujuan fungsi.
Untuk memelihara kontribusi bagian-bagian lain agar mereka (sumber daya
manusia dalam tiap bagian) melaksanakan tugasnya secara optimal. Dengan kata
lain setiap sumber daya manusia atau karyawan dalam organisasi itu menjalankan
fungsinya dengan baik.
4. Tujuan personal.
Untuk membantu karyawan atau pegawai dalam mencapai tujuaj-tujuan pribadinya,
dalam rangka pencapaian tujuan organisasinya. Tujuan-tujuan pribadi karyawan
seharusnya dipenuhi, dan ini sudah merupakan motivasi dan pemeliharaan terhadap
karyawan itu.
3. Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia mengatur dan menetapkan program
kepegawaian yang mencakup masalah masalah sebagai berikut (Hasibuan,
2014:14).
a. menetapkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai
dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job deskroption, job, spesification, job
requirement, dan job evaluation.
b. Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan asas the
right man in the right place and the right man in the right job.
c. Menetapkan program kesejahteraan, mengembangan, promosi, dan
pemberhentian.
6
d. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa yang
akan datang.
e. Memperkiraan keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan
perusahaan pada khususnya.
f. Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan kebijaksanaan
pemberian balas jasa perusahaan-perusahaan sejenis.
g. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.
h. Melaksanakan pendidikan, latihan, dan penilaian prestasi karyawan.
i. Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal.
j. Mengatur pensiun, pemberhentian, dan pesangonnya.
4. Fungsi Sumber Daya Manusia
Fungsi sumber daya manusia meliputi (Hasibuan, 2014:21) :
1. Perencanaan.
Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar
sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan
perusahaan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian.
Program kepegawaian meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengendalian,
pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan
membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan
menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan
koordinasi dalambagian organisasi.
3. Pengarahan.
Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama
dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat. Pengarahan dilakukan pemimpin dengan menugaskan
bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
4. Pengendalian.
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar
mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana.
Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan
penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan,
7
perilaku, kerja sama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan
pekerjaan.
5. Pengadaan.
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi,
dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
6. Pengembangan.
Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual,
dan morel karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan
dan diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa
depan.
7. Kompensasi.
Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidenk langsung
(indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberiakan
kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai
dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya
serta berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal
dan eksternal konsistensi.
8. Pengintegrasian.
Pengintegrasian adalah kegiatan unuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan
kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling
menuntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhu
kebutuhan dari hasil pekerjaanya. Pengintegrasian merupaka hal penting dan sulit
dalam manajemen sumber daya manusia, karena mempersatukan dua kepentingan
yang bertolak belakang.
9. Pemeliharaan.
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik,
mental, dan loyalitas karyawan agar mereka tetap mau bekerja sama sampai
pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejagteraan yang
berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal
dan eksternal konsistensi.
10. Kedisiplinan.
Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang terpenting
dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud yang
8
maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran utuk mentaati praturan-
peraturan perusahaan serta norma-norma sosial.
11. Pemberhentian.
Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan.
Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan,
kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab lainnya.
9
lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi kondisi karyawan misalnya sirkulasi
udara, pencahayaan, kebisingin, getaran, bau tidak sedap, warna dan lain-lain.
b. Lingkungan kerja non fisik Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan
yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja yang terjadi di lingkungan kerja
seperti hubungan sesama rekan kerja, hubungan bawahan dengan atasan maupun
sebaliknya.
2.1.3 Kepemimpinan
1) Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang mendukung
kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan dapat didefinisikan
sebagai proses mempengaruhi suatu kelompok yang terorganisasi untuk mencapai
tujuan bersama. Menurut Hughes (2006:32) kepemimpinan merupakan fenomena
10
kompleks yang melibatkan tiga hal utama, yakni pemimpin, pengikut dan situasi.
Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di
antara orang-orang yang menginginkan perubahan signifikan, dan perubahan
tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan
pengikutnya (bawahan). Pengaruh (influence) dalam hal ini berarti hubungan
diantara pemimpin dan pengikut bukan sesuatu yang pasif, tetapi merupakan suatu
hubungan timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian, kepemimpinan itu
sendiri merupakan proses yang saling mempengaruhi antara pemimpin dan
bawahannya, demikian sebaliknya. Orang-orang yang terlibat dalam hubungan
tersebut menginginkan sebuah perubahan, sehingga pemimpin diharapkan mampu
menciptakan perubahan yang signifikan dalam organisasi dan bukan
mempertahankan status quo.
Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang berarti tuntun, bina atau
bimbing, dapat pula berarti menunjukan jalan yang baik atau benar, tetapi dapat
pula berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan. Kepemimpinan dapat pula di
definisikan sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara
kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerjasama yang bersemangat dalam
mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut stephen P. Robbins “Kepemimpinan
adalah kemampuan untuk memepengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian
tujuan”. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, istilah pemimpin diartikan sebagai
pemuka, penuntun (pemberi contoh ) atau penunjuk jalan. Jadi secara fisik
pemimpin itu berada didepan. Tetapi pada hakikatnya, dimanapun tempatnya,
seseorang dapat menjadi pemimpin dalam memberikan pimpinan. Hal ini sesuai
dengan ungkapan Kihajar Dewantoro yang terkenal “ing ngarso sung tuloda, ing
madyo mangun karso, tut wuri handayani” artinya, jika ada didedapan memberikan
contoh, di tengah-tengah memberikan dorongan/motivasi, sedangkan apabila
berada dibelakang dapat memberikan pengaruh yang menentukan.
11
“memimpin” mengandung konotasi menggerakkan, mengarahkan, membimbing,
melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan dorongan, memberikan
bantuan, dan sebagaimana. Anoraga mengartikan “Kepemimpinan sebagai
hubungan dimana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk
bekerjasama secara sukarela dalam usaha mengerjakan tugas-tugas yang
berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan oleh pimpinan tersebut”. Sebagai
proses, kepemimpinan di fokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para peimpin,
yaitu proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk
memeperjelas tujuan organisasi bagi para pegaawai, bahawan, atau yang
dipimpinya, memotovasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu
menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari atribut,
kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Oleh karen itu, pemimpin dapat didevinisikan sebagi seorang yang
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi prilaku orang lain tanpa Menggunakan
kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinya menerima dirinya sebagai sosok
yang layak memimpin mereka.
12
a) Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktivitas-aktivitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai
bersama.
b) Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi antar pribadi dalam suatu
situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi kearah
pencapaian tujuan satu atau beberapa tujuan tertentu.
c) Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur
dalam harapan dan interaksi.
d) Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit, pada dan
berada diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin
organisasi.
e) Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah
kelompok yang di organisasi kearah pencapaian tujuan.
f) Kepemimpinan adalah sebuah proses memberikan arti (pengarah yang
berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesetiaan untuk
melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.
13
kepadanya. Begitu juga dengan peran kepala sekolah sebagai pemimpin harus
mampu untuk meningkatkan peran strategis dan teknis dalam meningkatkan
kualitas lembaga yang di pimpinya. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah
kepemimpinan kepala sekolah sebagai agen perubahan dalam meningkatkan
kualitas keagamaan sangat penting. Karena dengan dasar agama seluruh warga/
komunitas sekolah dapat menjalankan aktivitas pembelajaran dan pergaulan di
lingkunagn masyarakat dengan didasari nilai-nilai keislaman. Wirawan, Op.Cit.,h.
Kepemimpinan didevinisikan oleh Gary Yukl adalah proses mempengaruhi orang
untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan secara efektif serta
proses untuk memfasilitasi individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.
a) Tujuan kepemimpinan
b) Individu yang mempengaruhi kelompok, organisasi, lembaga yang
dipimpin.
c) Individu-individu yang dipengaruhi, dokoordinasi, digerakkan (yang
dipimpin)
d) Proses interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin dalam rangka
mempengaruhi, mengkoordinasi dan menggerakkan.
e) Situasi berlangsungnya kepemimpinan
Secara garis besar kepemimpinan didevinisikan dengan mendasarkan pada
ciri-ciri individual, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan
peran tempat pada suatu posisi administratif, serta posisi oranglain mengenai dari
keabsahan dari pengaruh-pengaruh tersebut. Sedangkan menurut Wahjosumidjo,
Kepemimpinan dapat di devinsikan sebagai “Kemampuan seseorang
mempengaruhi orang lain untuk berfikir dan berprilaku dalam rangka perumusan
dan pencapain tujuan organisasi didalam situasi tertentu”.Nawawi dan Martini
mengartikan kepemimpinan sebagai kemampuan atau kecerdasan sejumlah orang
14
(dua orang atau lebih) agar bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang terarah pada tujuan bersama. Lebih lanjut, kepemimpinan terbagi dalam
konteks struktual dan non struktural. Dalam konteksstruktural, kepemimpinan
diartikan sebagai prosese mempengaruhi pikiran, perasaan, tungkahlaku,
mengalahkan serta mengoptimalkan sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan. Dalam konteks
non struktural, kepemimpinan dapat didevinisikan sebagi proses untuk
mempengaruhi pemikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengarahkan semua.
Fasilitas untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Danim
mendevinisikan kepemimpinan sebagai setiap tindakan yang dilakukan oleh
individu atau kelompok untuk mengkoordinasikan, memberi arah kepada individu
atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah di tetapkan.
15
pemimpin harus mampu untuk meningkatkan peran strategis dan teknis dalam
meningkatkan kualitas lembaga yang dipimpinya. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah kepemimpinan kepala sekolah sebagai agen perubahan dalam meningktakn
kualitas keagamaan sangat penting. Karena dengan dasar agama seluruh
warga/komunitas sekolah dapat menjalankan aktivitas pembelajaran dan pergaulan
di lingkungan masyarakat dengan didasari oleh nilai-nilai keislaman.
2) Gaya Kepemimpinan
Menurut Ratnaningsih (2009:126) gaya kepemimpinan merupakan norma
perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia inginkan. Gaya kepemimpinan
yang dimaksud adalah teori kepemimpinan dari pendekatan perilaku pemimpin.
Dari satu segi pendekatan ini masih difokuskan lagi pada gaya kepemimpinan
(leadership style), sebab gaya kepemimpinan bagian dari pendekatan perilaku
pemimpin yang memusatkan perhatian pada proses dinamika kepemimpinan dalam
usaha mempengaruhi aktivitas individu untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu
situasi tertentu.
Gaya kepemimpinan ialah pola-pola perilaku pemimpin yang digunakan
untuk mempengaruhi aktivitas orang-orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan
dalam suatu situasi organisasinya yang dapat berubah. Pemimpin mengembangkan
program organisasinya, menegakkan disiplin yang sejalan dengan tata tertib yang
telah dibuat, memperhatikan bawahannya dengan meningkatkan kesejahteraanya,
serta berkomunikasi dengan bawahannya. Menuruh Ratnaningsih (2009:126) gaya
16
kepemimpinan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe yang berbeda yaitu gaya
kepempinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional. Kedua gaya
kepemimpinan tersebut merupakan dua hal yang berbeda (saling bertentangan)
namun sangat penting dan dibutuhkan setiap organisasi. Dalam penelitian ini,
pembahasan lebih mengarah pada pengaruh lingkungan kerja dan kepemimpinan
terhadap kinerja karyawan.
3) Teori-teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang menjadi
pemimpin, atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Teori-teori
kepemimpinan menurut Thoha (2003):
1. Teori sifat (trait theory).
Teori ini menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada korelasi sebab akibat antara
sifat dan keberhasilan manajer, pendapatnya itu merujuk pada hasil penelitian Keith
Davis yang menyimpulkan ada empat sifat umum yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu :
a. Kecerdasan, pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin.
Namun demikian pemimpin tidak bisa melampaui terlalu banyak dari
kecerdasan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan keleluasaan hubungan sosial, para pemimpin cenderung
menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai
perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai
keinginan menghargai dan dihargai.
c. Motivasi dan dorongan prestasi, para pemimpin secara relatif mempunyai
dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka berusaha
mendapatkan penghargaan yang instrinsik dibandingkan dari yang
ekstrinsik.
d. Sikap-sikap hubungan kemanusiaan, para pemimpin yang berhasil mau
mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak
kepadanya, dalam istilah penelitian Universitas Ohio, pemimpin itu
mempunyai perhatian, dan kalau mengikuti istilah penemuan Michigan,
pemimpin itu berorientasi pada karyawan bukan berorientasi pada produksi.
Menurut Mangkunegara (2013) seseorang yang dilahirkan sebagai
pimpinan karena memiliki sifat-sifat sebagai pimpinan. Namun pada dalam teori ini
17
juga tidak memungkiri bahwa sifat-sifat sebagai pimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan, tetapi ada yang dicapai melalui pendidikan dan pelatihan. Peran
penganut teori sifat ini berusaha menggeneralisasikan sifatsifat umum yang dimiliki
oleh pemimpinnya, seperti sifat fisik, mental dan kepribadian. Dengan asumsi
pemikiran, bahwa keberhasilan seseorang sebagai pemimpin ditentukan oleh
kualitas sifat atau karakteristik tertentu yang dimiliki dalam diri pimpinan tersebut,
baik berhubungan dengan fisik, mental, psikologis, personalitas, dan intelektual.
Beberapa sifat yang dimiliki seseorang pimpinan antara lain taqwa, sehat, cakap,
jujur, tegas, setia, cerdik, berani, disiplin, berwawasan luas, komunikatif,
berkemauan keras, tanggung jawab dan sifat positif lainnya.
2. Teori kelompok.
3. Teori situasional
18
4. Teori kepemimpinan kontijensi
19
Menurut Mangkunegara (2013) yang dikemukakan dalam teori sifat bahwa
seseorang telah memiliki sifat kepemimpinan akan tetapi tergantung bagaimana
seseorang tersebut dapat mengelolanya. Adapun sifat-sifat tersebut dapat tumbuh
dengan adanya tingkat pencapaian melalui pendidikan dan pelatihan. Beberapa sifat
yang dimiliki seseorang pimpinan antara lain taqwa, sehat, cakap, jujur, sabar,
tegas, setia, cerdik, berani, disiplin, berwawasan luas, komunikatif, berkemauan
keras, tanggung jawab dan sifat positif lainnya. Menurut Tjihardjadi (2007) bakat
kepemimpinan adalah seorang pemimpin harus memiliki sifat kerendahan hati dan
integritas. Dalam kepemimpinan, diri sendiri itulah yang akan terlihat bagaimana
seseorang dianggap mampu memimpin orang lain. Intropeksi merupakan jalan yang
tepat untuk mengetahui apakah seseorang tersebut memiiliki bakat kepemimpinan
dan bisa memimpin orang lain. Dengan instropeksi, seseorang tidak akan mudah
menyalahkan orang lain, dan bakat itulah yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Dengan bakat kerendahan hati seorang pemimpin diharapkan para
pengikutnya menyadari bahwa mereka memang bertugas sebagai suruhan
pemimpin tersebut tanpa harus menggunakan paksaan untuk menggerakkan
mereka.
Menurut Karim (2010) pemimpin yang berkomitmen tinggi adalah
pemimpin yang banyak berkorban untuk terwujudnya sebuah visi misi.
Pengorbanan itu dilakukan karena para pemimpin itu mencintai visi dan misi
organisasi. Selain dua perilaku di atas, terdapat juga perilaku yang lain seperti
bervisi jelas, tekun, pekerja keras, konsisten dalam ucapannya, menanamkan rasa
hormat kepada karyawannya, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan
kepercayaan pada para pengikutnya. Selain itu pola pikir seorang pemimpin
seharusnya lebih memiliki sifat keterbukaan atau transparan, terutama dalam
memandang posisi sumber daya manusia yang ada. Berdasarkan penjelasan
menurut Mangkunegara (2013), Tjihardjaji (2007) dan karim (2010) mengenai
sifat-sifat kepemimpin, maka dalam penelitian ini mengadopsi indikator
kepimpinan yang disesuaikan dengan kepemimpinan sebenarnya adalah:
a) Kerendahan hati
b) Kejujuran, Keadilan dan dapat dipercaya
c) Berkomitmen
d) Kesabaran
e) Transparan
20
2.1.4 Arti Penting Kinerja
Secara etimologis, istilah kinerja berasal dari bahasa Inggris yakni
“performance”. Kinerja seseorang terkait dengan tingkat keberhasilannya dalam
melaksanakan sesuatu pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Menurut Robbins (2010) adalah ukuran dari hasil kerja
yang dilakukan dengan menggunakan kriteria yang disetujui bersama. Kriteria yang
dipakai sangat tergantung pada faktor-faktor yang terkait dengan pekerjaan,
misalnya kriteria kinerja pimpinan perusahaan berbeda dengan pimpinan suatu
lembaga pendidikan, meskipun keduanya manajer atau pimpinan suatu organisasi.
Kinerja juga dapat diukur melalui sejauhmana usaha yang dilakukan dan
seberapa besar keberhasilan yang dicapai bila dikorelasikan dengan harapan.
Sehubungan dengan itu, Arnold (2010) menyatakan bahwa setiap perbuatan atau
tindakan harus diarahkan untuk mewujudkan harapan organisasi. Lebih lanjut
dijelaskan pula bahwa dalam organisasi terdapat kelompok yang menjalankan tugas
atau pekerjaannya secara efektif dan ada juga yang tidak.
21
Menurut Soehardi (2014) bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepanya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan dorongan yang kuat. Secara
psikologis, kemampuan (ability) seseorang terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge and skill). Artinya seseorang yang mempunyai IQ
di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatan dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja
yang diharapkan . Oleh karena itu, seseorang perlu ditempatkan pada pekerjaan
yang sesuai dengan keahliannya. Sementara itu dorongan terbentuk dari sikap
(attitude) seseorang dalam menghadapi situasi kerja. Sedangkan dorongan
merupakan kondisi yang menggerakkan diri seseorang yang terarah untuk mencapai
tujuan organisasi. Sikap mental merupakan kondisi yang mendorong seseorang
untuk mencapai prestasi kerja maksimal. Setiap sumber daya manusia harus
memiliki sikap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target
kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja.
22
ditentukan. Seseorang dengan dorongan yang kuat dalam dirinya akan
membuahkan hasil yang lebih baik daripada orang yang melakukan sesuatu tanpa
adanya dorongan yang kuat dalam dirinya.
23
2. Salma Pengaruh Metode Kualitatif Teknik pengujian
Fatimah Az Lingkungan Kerja data dalam
Zahra, dan Gaya penelitian ini
Mirwan Kepemimpinan meliputi uji
Surya terhadap Kinerja validitas dengan
Perdhana Karyawan melalui analisis faktor, uji
Disiplin Kerja reabilitas, uji
(Studi pada asumsi klasik,
Karyawan Patra regresi linier
Jasa Convention berganda, analisis
Hotel Semarang) jalur, dan uji sobel
untuk menguji
pengaruh mediasi
dengan SPSS 16.0,
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa kerja
lingkungan dan
kepemimpinan
berpengaruh positif
terhadap disiplin
kerja dan kinerja
karyawan.
3. Andari Pengaruh Metode Kuantitatif Berdasarkan hasil
Kepemimpinan dan perhitungan SPSS
Lingkungan Kerja 20.0 Hasil uji F
Terhadap Kinerja Probabilitas
Pegawai Dinas signifikan 0,000 <
Koperasi UMKM 0,05 H0 ditolak dan
Provinsi Banten Ha diterima,
sehingga pada
penelitian ini
variabel
kepemimpinan
(X1) dan
lingkungan kerja
24
(X2) secara
simultan
berpengaruh
terhadap kinerja
pegawai (Y). Dan
skor koefisien
determinasi R 2 =
0,417 yang berarti
41,7% kinerja
pegawai dapat
dijelaskan oleh
variabel
kepemimpinan dan
lingkungan kerja
dan sisanya 58,3%
dijelaskan oleh
variabel lain.
25
Lingkungan Kerja (X1)
Kepemimpinan (X2)
26
BAB III
METODE PENELITIAN
27
Menurut Sugiyono (2018), Variabel indenpenden sering disebut sebagai
variabel stimulus predicator dan antesenden dalam bahasa Indonesia yang
sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel ini mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen adapun variabel
dalam penelitian ini adalah :
1) Lingkungan Kerja (X1)
2) Kepemimpinan (X2)
2) Variabel Dependen (Terikat)
Menurut Sugiyono (2018), Variabel dependen sering disebut sebagai variabel
stimulus predicator dan antesenden dalam bahasa Indonesia yang sering
disebut sebagai variabel terikat. adapun variabel terikat dalam penelitian ini
adalah : Kinerja (Y)
28
ketika karyawan
melakukan
aktivitas bekerja.
2. Kepemimpinan Menurut Sutrisno 1. Kemampuan Skala Likert
(2014 : 213) analisis dan
“Kepemimpinan mengambil
adalah suatu proses keputusan
kegiatan seseorang• 2. Kemampuan
untuk memotivasi.
menggerakkan • 3. Kemampuan
orang lain dengan komunikasi dan
memimpin, mendengarkan.
membimbing,
4. Kemampuan
memengaruhi
menciptakan
orang lain, untuk
lingkungan kerja
melakukan sesuatu
yang sehat
agar dicapai hasil
5. Kemampuan
yang diharapkan”.
mendelegasikan
tugas atau
wewenang
3. Kinerja Menurut 1. Kualitas kerja Skala Likert
Karyawan Mangkunegara 2. Kuantitas
(2016:9) yang 3. Ketepatan
berpendapat Waktu
kinerja karyawan 4. Kemandirian
merupakan hasil
kerja seseorang
secara kualitas
maupun secara
kuantitas yang
telah dicapai oleh
karyawan dalam
menjalankan tugas
sesuai tanggung
jawab yang
diberikan.
3.4.2 Sampel
29
Menurut Sugiyono (2019:127) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Prosedur pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probabilitay dengan teknik
purposive sampling. Berdasarkan penjelasan diatas maka sampel yang saya ambil
adalah seluruh karyawan lapangan pada PT. Cipta Usaha Sejati dan cara
pengambilan sampel dengan teknik wawancara dan menebar kuesioner.
30
3.6 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.
1) Observasi (Pengamatan) Teknik observasi artinya melakukan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis mengenai gejala yang tampak pada objek
penelitian. Observasi ini tergolong teknik pengumpulan data yang paling
mudah dilakukan dan biasanya juga banyak digunakan untuk statistika
survei. Dengan teknik observasi, peneliti biasanya terjun ke lokasi yang
bersangkutan untuk memutuskan alat ukur yang tepat untuk digunakan.
2) Kuesioner/Angket Teknik yang kedua adalah kuestioner atau kuesioner yang
artinya teknik pengumpulan data dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang berperan sebagai
responden agar dapat menjawab pertanyaan dari peneliti. Meski terlihat
mudah, teknik ini cukup sulit dilakukan jika jumlah respondennya besar
dan tersebar di berbagai wilayah.
31
b. Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,6 maka tidak reliable Variabel dikatakan
baik apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,6 (Priyatno, 2013:
30).
32
DAFTAR PUSTAKA
Sunyoto, Danang. 2012. Teori, Kuesioner, dan Analisis Data SUMBER DAYA
MANUSIA (Praktik Penelitian). Yogyakarta: Center for Academic Publishing
Service.
Sedarmayanti. 2011. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
Mandar Maju.
Malthis, Robert L dan John H. Jackson. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Salemba Empat.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2010. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika
Aditama.
Westerman 2011. Pengelolaan Sumberdaya Manusia, terjemahan Suparman.
Jakarta : Bumi Aksara.133 hal.
Hasibuan, H. Malayu. SP. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara Kartini, Kartono. 2005. Pemimpinan dan Kepemimpinan. PT. Raja
Grafindo Persada: Jakarta
Kusuma Dewi, Sari., Frianto, Agus. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Melalui Motivasi. Jurnal Ilmiah Manajemen, Vol. 1 No. 4.
33