Disusun oleh:
GUNAWAN EFENDI
IPA21041B
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
Gunawan Efendi
1PA21041B
Menyetujui,
i
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
Gunawan Efendi
1PA21041B
DEWAN PENGUJI
Ketua,
NIKODIMUS MARGO R, S.Kep.,Ns.,M.Kep (………………………...)
NIDK.8974110021
Anggota,
RAFI’AH, S.Kep.,M.KKK (………………………...)
NIDN. 0807119201
Anggota,
GALUH PERMATASARI, STr.Keb.,M.H (……………………...…)
NIDN. 0810099102
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian.......................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori...................................................................................................... 9
1. Konsep Dukungan Keluarga....................................................................... 9
2. Konsep Lansia............................................................................................. 12
3. Konsep Posyandu Lansia ............................................................................ 17
4. Keaktifan Lansia.......................................................................................... 19
B. Kerangka Teori................................................................................................ 24
C. Hipotesis.......................................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep............................................................................................ 26
B. Desain Penelitian............................................................................................. 26
C. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................... 27
D. Populasi dan Sampel....................................................................................... 27
E. Variabel Penelitian.......................................................................................... 29
F. Definisi Operasional........................................................................................ 29
G. Etika Penelitian ............................................................................................. 30
H. Uji Validitas dan Reliabilitas.......................................................................... 31
I. Alat dan Bahan Penelitian............................................................................... 31
J. Prosedur Penelitian.......................................................................................... 32
K. Metode Pengolahan Data................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 37
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
LAMPIRAN
Nomor Judul
1 Surat Persetujuan Untuk Menjadi Responden
2 Kuisioner Penelitian
3 Surat Studi Pendahuluan
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dilalui setiap orang, fase
ini dapat dilalui dengan baik apabila sehat diusia senja. Kebanyakan orang berpikir
bahwa lansia itu selalu melekat dengan penyakitan dan sering juga banyak lansia
yang mempunyai penyakit pikun. Lansia secara perlahan akan mengalami
penurunan daya jaringan sehingga sering terserang penyakit. Penurunan daya tahan
tubuh lansia akibat faktor usia maka dari itu lansia mudah terserang infeksi dan
gangguan dari luar (Padilla, 2015).
WHO pada tahun 2019 melaporkan populasi lansia di dunia mencapai 703
juta dengan usia ratarata 65 tahun dan tahun 2050 akan mencapai 1,5 milyar dengan
laju pertumbuhan penduduk lansia sebesar 9% (WHO, 2019). Jumlah lansia di
Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 8,5% dari total penduduk dan diperkirakan
meningkat tahun 2035 sebanyak 15,8% (Kemenkes RI, 2019). Presentasi
penyebaran penduduk lansia di beberapa provinsi di Indonesia paling tinggi berada
pada provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%), dan
Jawa Tengah (10,34 %) (Susenas BPS RI, 2019).
Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2019 memiliki persentasi jumlah lansia
mencapai 8,48% dengan kategori laki – laki sebanyak 46,65% dan lansia
perempuan sebanyak 53,35%. Sedangkan pada keaktifan lansia dalam melakukan
kunjungan kesehatan yaitu mencapai 59,92% (BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat,
2019). Sedangkan pada tahun 2020, persentasi lansia di Nusa Tenggara Barat
mencapai 8,21% dengan kategori lansia laki – laki sebanyak 48,36% dan lansia
perempuan mencapai 51,64%. Persentasi lansia ditinjau dari keaktifan lansia dalam
melakukan kunjungan kesehatan yaitu 43,86% (BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat,
2020).
1
2
Salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang juga
memiliki persentasi jumlah lansia yang cukup banyak yaitu Kabupaten Sumbawa
Barat dengan jumlah lansia tahun 2019 mencapai 11.761 (7,91%) dan tahun 2020
mencapai 10.777 lansia (7,39%). Sedangkan ditinjauan dari keaktifan lansia dalam
melakukan kunjungan kesehatan yaitu pada tahun 2019 mencapai 46,62% dan tahun
2020 mencapai 10% (BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2019-2020).
Puskesmas Sekongkang merupakan salah satu Puskesmas yang ada di
Kabupaten Sumbawa Barat, dimana diperoleh data jumlah lansia tahun 2019
mencapai 370 lansia, kemudian pada tahun 2020 sebanyak 385 dan tahun 2021
mengalami kenaikan menjadi 393 lansia. Sedangkan keaktifan lansia dalam
mengikuti posyandu lansia tahun 2019 yaitu 150 lansia, tahun 2020-2021 tidak ada
kegiatan posyandu lansia dikarenakan adanya pandemic covid-19. Kegiatan
posyandu lansia kembali aktif pada tahun 2022 dengan jumlah lansia yang
mengikuti kegiatan posyandu yaitu sebanyak 110 lansia (Puskesmas Sekongkang,
2022).
Menjadi tua merupakan proses dimana hilangnya kemampuan jaringan
secara perlahan untuk mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
(Mujahidullah, K. 2012). Pada kondisi nyata tidak semua lansia aktif mengikuti
kegiatan posyandu banyak lansia yang berpikir program kegiatan posyandu tidaklah
penting dan sebagian dari mereka berpikiran kegiatan posyandu hanyalah untuk
orang yang sakit dan ada juga yang mengatakan lebih baik dirumah dari pada
mengikuti kegiatan posyandu lansia. Menjadi tua adalah proses yang tidak dapat
dihindari kita semua namun tidak berpengaruh dengan penilaian ciri menjadi tua.
Seiring meningkatnya jumlah lansia setiap tahun di dunia maka akan berpengaruh
dengan angka usia produktif (Ali, 2017).
Seiring dengan meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan
berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia ditujukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan
berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan
pada penelitian ini adalah “Adakah hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan
lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sekongkang?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Sekongkang
2. Tujuan Khusus
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan memberikan informasi
kepada pemegang program Lansia tentang dukungan keluarga dengan keaktifan
lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sekongkang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
terutama untuk keperawatan keluarga dan keperawatan gerontik bahwa
dukungan keluarga dapat meningkatkan motivasi lansia.
b. Bagi Keluarga dan lansia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
untuk pentingnya dukungan keluarga terhadap keaktifan lansia mengikuti
posyandu lansia, sehingga keluarga mengetahui sejauh mana keluarga dapat
menjadi pendukung bagi peningkatan kesehatan lansia dengan fungsinya dan
khususnya bagi lansia dapat memotivasi dan menumbuhkan kesadaran.
c. Bagi Puskesmas
6
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia
dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Sekongkang belum pernah dilaporkan
sebelumnya, beberapa penelitian terkait adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Dukungan Keluarga
a. Definisi
Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan
penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional.
Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada
anggota keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang
mampu membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan
tenteram. Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal
yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga,
sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. Orang yang
berada dalam lingkungan sosial yang suportif umumnya memiliki kondisi
yang lebih baik dibandingkan rekannya yang tanpa keuntungan ini, karena
dukungan keluarga dianggap dapat mengurangi atau menyangga efek
kesehatan mental individu
b. Tipe Keluarga
Dukungan Keluarga terhadap seseorang sangatlah dipengaruhi oleh tipe
keluarga. Menurut Andarmoyo (2012), pembagian tipe keluarga tergantung
pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional
tipe keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:
10
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau juga
keduanya
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
keluarga lain yang memiliki hubungan darah seperti kakaek, nenek,
paman dan bibi.
2) Dukungan Psikologis
Dukungan psikologis yakni ditunjukkan dengan memberikan
perhatian dan kasih sayang pada anggota keluarga, memberikan rasa
aman, membantu menyadari, dan memahami tentang identitas. Selain itu
meminta pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan waktu bercakap-
cakap untuk menjaga komunikasi yang baik dengan intonasi atau nada
bicara jelas, dan sebagainya.
3) Dukungan Sosial
Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan individu untuk
mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian, perkumpulan arisan,
memberikan kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan sesuai
dengan keinginan sendiri, tetap menjaga interaksi dengan orang lain, dan
memperhatikan norma-norma yang berlaku.
2. Lansia
a. Definisi
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis (Effendi & Makhfudli, 2013).
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Berdasarkan pengerrtian diatas, dapat disimpulkan bahwa lansia
adalah seseorang yang telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan
kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari seorang diri.
13
b. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2014) :
1) Young old (usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari
keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin
ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga
presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak dan
lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi.
4) Pekerjaan
Lanjut usia sehat berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat
secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang
hidup dan tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha
(46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah tabungan, saudara atau
jaminan social.
5) Pendidikan terakhir
Pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit
yang bekerja sebagai tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan
diharapkan akan menjadi lebih baik
6) Kondisi kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI
(2015) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kesakitan
menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik. Angka
kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya bahwa
dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya mengalami
sakit. Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antar
lain hipertensi, artritis, strok, diabetes mellitus.
15
3. Posyandu Lansia
a. Definisi
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk mayarakat yang
sudah berusia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati dan
digerakkan oleh mayarakat dimana masyarakat yang berusia lanjut bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2015).
Posbindu adalah pos pembinaan terpadu untuk masyarakat usia lanjut
di suatu wilayah yang digerakkan oleh masyarakat, dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan dan di selenggarakan melalui
program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,
tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya
(Sunartyasih & Linda, 2017).
18
dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal dan pelaksanaan
rujukan pukesmas bila ada rujukan.Kegiatan penyuluhan dilakukan diluar
atau didalam posyandu atau kelompok lansia. Kunjungan rumah oleh kader
dan didampingi tenaga kesehatan dari puskesmas bagian anggota lansia yang
tidak pernah hadir di posyandu (Hidayah, 2016).
e. Pemanfaatan Posyandu Lansia
Menurut Anggraini et al. (2015) menyatakan manfaat mengikuti
Posyandu lansia yaitu :
1) Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan.
2) Kesehatan tetap terpelihatra.
3) Menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang.
4) Meningkatkan komunikasi antar lansia.
f. Kegiatan Posyandu Lansia
Kegiatan posyandu lansia mencakup upaya – upaya perbaikan dan
peningkatan kesehatan (Hidayah, 2016), meliputi:
1) Promotif, yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan
perilaku hidup sehat, gizi usia lanjut dalam upaya meningkatkan
kesegaran jasmani
2) Preventif, yaitu upaya pencegahan penyakit, medeteksi dini adanya
penyakit dengan menggunakan KMS lansia
3) Kuratif, yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita lansia
4) Rehabilitasi, yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada
lansia
4. Keaktifan Lansia
a. Definisi
Keaktifan adalah suatu kesibukan yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh sesuatu. Keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia
tidak lain adalah untuk mengontrol kesehatan mereka sendiri, mereka aktif
20
dalam kegiatan fisik maupun mental dapat dilihat dari usahanya untuk
menghadiri dan mengikuti setiap kegiatan posyandu lansia. (Puspitasari
2017)
Keaktifan lansia mempunyai arti sama dengan aktivitas banyak
sedikitnya orang yang menyatakan diri atau menjelmakan perasaan dan
pikiran yang spontan ataupun seseorang yang memiliki kegiatan yang
membuat seseorang tersebut sibuk, selain itu juga aktif merupakan suatu
kegiatan atau kesibukan yang sedang dijalani (Kemenkes RI, 2010).
b. Manfaat Keaktifan lansia
Menurut Kresnawati (2016) manfaat dari keaktifan lansia di posbindu
antara lain :
1) Petugas kesehatan dapat memperoleh data-data yang berkaitan dengan
lansia saat itu, minimal diketahui berat badan, tinggi badan, denyut nadi,
tekanan darah, keluhan fisik, dan penyakit yang diderita.
2) Petugas kesehatan mendapatkan data mengenai pola makan dan cara
hidup mereka, mendapatkan data-data kondisi psikologis yang mungkin
terampil dalam keluhan fisik yang diungkapkan. Berdasarkan data-data
tersebut petugas kesehatan memberikan informasi dan penyuluhan pada
keluarga dan masyarakat tentang hal-hal yang perlu diketahui tentang
usia lanjut. Bila ada masalah fisik dan psikologis yang memerlukan
penanganan lebih lanjut petugas kesehatan perlu memberikan rujukan
pada ahli sesuai dengan kondisi dan keperluan usia lanjut.
3) Mensosialisasikan tentang persiapan mental menghadapi usia lanjut.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia
Menurut Artinawati (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan
lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia adalah :
1) Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu lansia.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghadiri
21
Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek. Kesiapan merupakan
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan caracara tertentu apabila
individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki suatu respon.
5) Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posyandu lansia.
Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan posyandu lansia,
dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, yaitu tempat kegiatan
(gudang, ruangan atau tempat terbuka), meja, kursi, alat tulis, buku
pencatatan kegiatan harian, timbangan dewasa, meteran atau pengukur
tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan lab sederhana,
thermometer, dan kartu menuju sehat lansia.
d. Indikator Keaktifan Lansia
Lansia yang aktif merupakan lansia yang sibuk, senang bergerak,
gembira, dan dengan kuat menantang penghalang. Menurut Notoatmodjo
(2013), terdapat indikator keaktifan lansia yang berkaitan dengan perilaku
kesehatan diantaranya :
1) Pengetahuan (Knowledge) merupakan dominan dan sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang dengan cara pengindraan.
2) Sikap (Attitude) merupakan reaksi yang masih tertutup sebelum tindakan
atau adanya kesediaan untuk bertindak.
3) Tindakan (Practice) merupakan tindakan setelah mengetahui dan
menilai bahwa apa yang telah diterimanya adalah baik.
e. Keaktifan Lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia
Keaktifan dapat diasumsikan bahwa lansia yang aktif mengikuti
setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia. Seperti olahraga,
senam lansia, pendidikan dan jalan santai, menjalani pengobatan
pemeriksaan kesehatan secara berkala, pemberian makanan tambahan maka
lansia tersebut termasuk dalam lansia yang aktif (Ismawati et al., 2016).
Namun apabila lansia tidak mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan
23
oleh posyandu lansia maka mereka tergolong yang tidak aktif. Keaktifan
lansia dalam mengikuti setiap kegiatan yang diaksakan di posyandu lansia
dapat menurunkan angka kesakitan pada lansia (Kemenkes RI, 2015).
24
B. Kerangka Teori
Faktor keaktifan
Indikator: lansia
a. Instrumental a. Pengetahuan Lansia yang aktif
b. Informasional b. Dukungan cenderung rutin
c. Emosional keluarga mengikuti kegiatan
d. Penghargaan c. Motivasi lansia posyandu
d. Kondisi fisik
Faktor Dukungan:
a. Faktor internal
(tahap AKTIF
perkembangan,
Dukungan Keluarga Keaktifan lansia
penddikan)
b. Faktor eksternal KURANG AKTIF
(praktik keluarga,
social ekonomi,
latar belakang) Lansia cenderung
Lansia aktif cenderung tidak peduli dengan
Mendukung Tidak Mendukung mengikuti kegiatan rutin kegiatan posyandu
yang diadakan di lansia
posyandu lansia
Indikator Keluarga kurang
keaktifan lansia peduli dengan
a. Pengetahuan jadwal kegiatan
b. Sikap posyandu atau
c. Tindakan mengantar ke
posyandu.
C. Hipotesis
Ha: Ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti
kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Sekongkang
Ho: Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Sekongkang
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abstaraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk sauatu teori yang menjalankan ketertarikan antara variabel (baik
variabel yang diteliti dan tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu penelitian,
menghubungkan hasil penelitian dengan teori (Nursalam, 2017). Adapun kerangka
konsep dari penelitian ini dapat dijabarkan seperti gambar di bawah ini:
Variabel Pengganggu
a. Pengetahuan
b. Jarak rumah
c. Sikap Petugas Kesehatan
d. Saranan dan Prasarana Posyandu
B. Desain Penelitian
Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif
karena data penelitian berupa angka – angka dan analisis menggunakan statistic
(Dharma, 2017). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
27
rancangan korelasi dengan desain cross sectional (potong lintang) yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antar variable dimana variable independen dan dependen
diidentifikasi dalam satu waktu.
Keterangan:
N : Besar populasi
n : Besar sampel
e: Nilai presisi 5% (0,05)
28
n
n= 110
1+110(0,05)
n= 110
1+110(0,0025)
n = 110
1,22
n = 90,1 = 90
Berdasarkan hasil perhitungan sampel, didapatkan bahwa sampel dalam
penelitian ini yaitu berjumlah 90 responden.
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2016), purposive sampling
merupakan suatu teknik pengambilan sampel yang dilakukan atas dasar pemenuhan
syarat kriteria eksklusi dan inklusi. Sampel yang diambil didasarkan pada kriteria
eksklusi dan inklusi sebagai berikut:
Kriteria Inklusi
29
F. Definisi Operasional
Definisi operasional dapat digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau untuk
mendefinisikan variabel – variabel yang diteliti. Definisi operasional juga bermanfaat
untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel – variabel
yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2018).
Tabel 3.1. Definisi Operasional
G. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2017), penelitian apapun khususnya yang menggunakan manusia
sebagai subjek tidak boleh bertentangan dengan etika, oleh karena itu, oleh karena ini
setiap peneliti menggunakan subjek untuk mendapatkan persetujuan dari subjek yang
diteliti. Peneliti memperhatikan aspek etika responden dengan menekankan masalah
etika yang meneliti:
1. Lembar konfirmasi (Informed Consed)
Informed Consed merupakan llembar persetujuan antara peneliti dan
responden yang diberikan sebelum penelitian. Tujuan Informed Consed yaitu
responden yang dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila responden
tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.
2. Tanpa nama (anonymity)
Anonimity adalah memberikan jaminan dalam penggunaan subjek peneliti
dengan cara tidak memberikan atau tidak mencantumkan nama responden nama
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembaran pengumpulan
data.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Confidentiality adalah semua informasi yang dikumpulkan dijamin
kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada
hasil riset
J. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 tahapan yaitu
1. Tahap Persiapan
a. Mengurus Surat Studi Pendahuluan dari Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKES Griya Husada Sumbawa
b. Melakukan Studi Pendahuluan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sekongkang
c. Menyusun Proposal Penelitian
d. Bimbingan Proposal penelitian
e. Seminar Proposal penelitian
f. Revisi Proposal Penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mengurus surat izin penelitian di Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Griya Husada Sumbawa
b. Penelitian dilakukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sekongkang
c. Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner
d. Pengolahan data dilakukan oleh peneliti sendiri
e. Analisis data dilakukan oleh peneliti sendiri
3. Tahap akhir
a. Menyimpulkan hasil penelitian
b. Membuat laporan hasil penelitian
c. Konsultasi hasil penelitian pada pembimbing
d. Melaksanakan seminar hasil penelitian
e. Melakukan perbaikan atau revisi dari hasil yang telah diseminarkan
memberikan informasi apa – apa, dan belum siap untuk disajikan. Proses
pengolahan data dapat dilakukan melalui tahap – tahap sebagai berikut:
a. Editing (Penyuntingan data)
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kusioner.
Pada penelitian ini yang dilakukan editing adalah:
1) Mengecek isian kuesioner apakah sudah lengkap, dalam artian semua
pernyataan sudah terisi dengan lengkap.
2) Mengecek jawaban atau tulisan dari masing – masing pernyataan apakah
cukup jelas.
b. Tabulation
Tabulasi adalah meberikan skor pada setiap item dan mengubah jenis data
dengan memodifikasi sesuai dengan teknik analisis yang digunakan.
c. Coding (Membuat lembaran kode)
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka atau bilangan. Coding dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara memberi kode jawaban untuk mempermudah proses pemasukan data dan
analisa data.
d. Processing
Setelah semua lembar kuesioner terisi penuh dan telah benar serta sudah
melewati pengkodean, langkah pengolahan selanjutnya adalah memproses data
agar yang sudah di-entry dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan
cara entry data dari lembar kuesioner ke program SPSS pada komputer.
e. Cleaning (Pembersihan Data)
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry
apakah terdapat kesalahan atau tidak, seperti adanya kesalahan – kesalahan
kode, ketidaklengkapan,dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.
2. Analisis Data
35
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan pada satu variabel
secara tunggal (Hasnidar et al., 2020). Dalam penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan masing – masing variabel. Analisa univariat pada penelitian
ini dilakukan dengan cara menyajikan hasil dalam tabel distribusi frekuensi.
Rumus:
%
Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi
N = Jumlah responden
Data univariat dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, dukungan keluarga dan keaktifan lansia
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan pada dua variabel secara
langsung yaitu variabel independen dan variabel dependen. Analisa bivariat
dilakukan dengan mengaitkan data variabel pertama dengan variabel kedua
(Hasnidar et al., 2020).
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen, yaitu hubungan dukungan keluarga dengan
keaktifan lansia mengikuti posyandu. Uji hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu uji Korelasi Sperman Rank. Guna mengetahui ada tidaknya
hubungan kedua variabel dan dengan pertimbangan besar jumlah sampel, maka
uji statistik menggunakan Sperman Rank.
Rumus:
36
2
6 Σ di
ρ=1− 2
n(n −1)
Ket:
ρ : Koefisiensi kolerasi peringkat Spearman
d i : Selisih antara kedua peringkat dari setiap pengamatan
n : jumlah pengamatan
Badan Pusat Statistik NTB. (2019). Profil Lansia Provinsi NTB 2019. NTB: BPS
Badan Pusat Statistik. (2019). Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2019.
BPS. Jakarta.
Badan Pusat Statistik NTB. (2020). Profil Lansia Provinsi NTB 2020. NTB: BPS
Chaplin. (2011). Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Kartini Kartono). Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Efendi, F. & Makhfudli. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan. Praktik
Dalam Keperawatan. Jakarta: Seleba Medika
Hasnidar, Tasnim, Sitorus, S., Hidayati, W., Mustar, Yuliani, M. F., Marzuki, I., Yunianto,
A. E., Puspita, A. S. R., Pattola, Sianturri, E., & Sulfianti. (2020). Ilmu Kesehatan
Masyarakat (A. Rikki (ed.); Cetakan 1). Medan: Yayasan Kita Menulis.
Hidayat. (2017). Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Data. Jakarta:
Salemba Medika
Kresnawati, Indah. (2016). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Keaktifan Lansia (Lanjut
Usia) Dalam Mengikuti Kegiatan Di Posyandu Lansia Gonilan Kecamatan
Kartasura. Skipsi. UMS
Suardiman, S. P. (2017). Psikologi Usia Lanjut Edisi Revisi . Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sulistyorini, C., Pebrianti, S., Proverawati, A. (2015). Posyandu dan Desa Siaga.
Yogyakarta : Nuha Medika
Sunartyasih, R., & Linda, B. (2017). Hubungan Kendala Pelaksanaan Posbindu Dengan
Kehadiran Lansia Di Posbindu RW.08 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota
Bandung. Prosiding SNaPP2012: Sains, Teknologi dan Kesehatan
41
Surmiyati, Werdati, S., & Utari, D. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga dengn Tingkat
Depresi pada Lansia di Dusun Seyegan Sleman. Skripsi : Stikes Jenderal Achmad
Yani Yogyakarta.
Nama :
Umur :
NIM : 1PA21016B
Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan oleh peneliti, bersama ini saya menyatakan
tidak keberatan dan bersedia menjadi responden penelitian. Demikian pernyataan ini saya
buat tanpa ada paksaan dari siapapun dan dari pihak manapun.
Peneliti Responden
KUISIONER
SLTP/SMP SLTA/SMA
Perguruan Tinggi
IRT Swasta
Lainnya…
Bersama siapakah Tinggal :………………….
No Pernyataan SS S TS STS
Dukungan Instrumental
1 Keluarga membantu lansia dalam masalah perekonomian
dengan memberikan dana
2 Keluarga pedduli dengan makanan dan minuman yang
dikonsumsi lansia
3 Keluarga menemani dan mengunjungi saat lansia sakit
4 Keluarga membantu melakukan aktivitas lansia yang
tidak bias lansia lakukan
Dukungan Informasional
5 Keluarga memberikan kekuatan pada lansia untuk
mengatasi rasa takut saat mengikuti kegiatan posyandu
lansia
6 Keluarga mencari informasi tentang posyandu lansia
7 Keluarga memberikan dukungan kepada lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia
Dukungan Emosional
9 Keluarga memberikan semangat kepada lansia untuk
tetap mengikuti kegiatan posyandu lansia
10 Keluarga memberikan suasana nyaman di rumah kepada
lansia
11 Keluarga tidak melarang lansia untuk tetap menjalin
hubungan dengan lingkungan
12 Keluarga tidak memberikan lansia
Dukungan Penghargaan
13 Keluarga memberikan nasihat kepada lansia agar tetap
mengikuti kegiatan posyandu lansia
14 Keluarga berusaha memberikan penghargaan terhadap
lansia yang selalu mengikuti kegiatan posyandu
Dukungan Harga Diri
15 Keluarga memberikan semangat kepada
lansiauntukmelakukan aktivitas sehari- hari
16 Keluarga memuji tindakan lansia dalam melakukan
aktivitas sehari –hari
17 Apakah keluarga selalu mendukung saat Bapak/Ibu
mengikuti kegiatan posyandu lansi?
No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti kegiatan posyandu
lansia?
2 Apakah Bapak/Ibu aktiv menghadiri kegiatan posyandu
setiap bulannya?
3 Apakah Bapak/Ibu memiliki KMS lansia?
4 Apakaha Bapak/Ibu mengetahui manfaat posyandu
lansia?
5 Apakah Bapak/Ibu pernah memanfaatkan kegiatan
posyandu?
6 Apakah Bapak/Ibu mendaftarkan diri saat posyandu
lansia ?