Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN


LANSIA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU
LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SEKONGKANG

Disusun oleh:
GUNAWAN EFENDI
IPA21041B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES GRIYA HUSADA SUMBAWA
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA


DALAM MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU LANSIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKONGKANG

Disusun oleh:
Gunawan Efendi
1PA21041B

Telah disetujui untuk dilakukan ujian proposal skripsi


Pada tanggal …………………………

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Rafi’ah, S.Kep.,M.KKK Galuh Permatasari, S.Tr.Keb.,M.H


NIDN.0807119201 NIDN.0810099102

i
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA


DALAM MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU LANSIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKONGKANG

Disusun oleh:
Gunawan Efendi
1PA21041B

Telah dipertahankan dalam seminar di depan Dewan Penguji


Pada tanggal……………………

DEWAN PENGUJI

Ketua,
NIKODIMUS MARGO R, S.Kep.,Ns.,M.Kep (………………………...)
NIDK.8974110021

Anggota,
RAFI’AH, S.Kep.,M.KKK (………………………...)
NIDN. 0807119201

Anggota,
GALUH PERMATASARI, STr.Keb.,M.H (……………………...…)
NIDN. 0810099102

Sumbawa Besar, Januari 2023


Ketua Program Studi S1 Keperawatan

HAEDAR PUTRA, S.Kep.,Ns.,M.M.Inov


NIK.19910605 2017 059

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan
judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti
Kegiatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekongkang”. Proposal ini
disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan.
Berbagai hambatan dan kesulitan penulis hadapi selama penyusunan proposal ini, mulai
dari persiapan sampai penyelesaian penulisan, namun dapat teratasi berkat bantuan,
bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis
menghaturkan ucapan terima kasih kepada:
1. Rusmayadi, S.Kep.,Ners.,M.PH selaku Ketua STIKES Griya Husada Sumbawa.
2. Haedar Putra, S.Kep.,Ns.,M.M.Inov selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
3. Rafi’ah, S.Kep.,M.KKK selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan dan
motivasi selama penyusunan proposal ini
4. Galuh Permatasari, S.Tr.Keb.,M.H selaku pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan motivasi selama penyusunan proposal ini
5. Nikodimus Margo R, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji proposal skripsi yang telah
memberikan masukan dalam perbaikan proposal ini
6. Para dosen yang tidak luput dalam memberikan sumbangsih pikiran dalam penyusunan
proposal ini.
7. Seluruh keluarga dan teman – teman yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi
hingga penulisan proposal skripsi ini dapat diselesaikan.
8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu
mempercepat proses terselesaikannya proposal skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran
dan kritik selalu penulis harapkan demi kesempurnaan proposal ini. Semoga proposal ini
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Sumbawa Barat, 1 Januari 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian.......................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori...................................................................................................... 9
1. Konsep Dukungan Keluarga....................................................................... 9
2. Konsep Lansia............................................................................................. 12
3. Konsep Posyandu Lansia ............................................................................ 17
4. Keaktifan Lansia.......................................................................................... 19
B. Kerangka Teori................................................................................................ 24
C. Hipotesis.......................................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep............................................................................................ 26
B. Desain Penelitian............................................................................................. 26
C. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................... 27
D. Populasi dan Sampel....................................................................................... 27
E. Variabel Penelitian.......................................................................................... 29
F. Definisi Operasional........................................................................................ 29
G. Etika Penelitian ............................................................................................. 30
H. Uji Validitas dan Reliabilitas.......................................................................... 31
I. Alat dan Bahan Penelitian............................................................................... 31
J. Prosedur Penelitian.......................................................................................... 32
K. Metode Pengolahan Data................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 37
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman


1.1 Keaslian Penelitian...................................................................................... 7
3.1 Definisi Operasional................................................................................... 30
3.2 Analisis Korelasi Uji Rank Spearman........................................................ 36

v
DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Halaman


2.1 Kerangka Teori............................................................................................. 24
3.1 Kerangka Konsep......................................................................................... 26

vi
LAMPIRAN

Nomor Judul
1 Surat Persetujuan Untuk Menjadi Responden
2 Kuisioner Penelitian
3 Surat Studi Pendahuluan

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dilalui setiap orang, fase
ini dapat dilalui dengan baik apabila sehat diusia senja. Kebanyakan orang berpikir
bahwa lansia itu selalu melekat dengan penyakitan dan sering juga banyak lansia
yang mempunyai penyakit pikun. Lansia secara perlahan akan mengalami
penurunan daya jaringan sehingga sering terserang penyakit. Penurunan daya tahan
tubuh lansia akibat faktor usia maka dari itu lansia mudah terserang infeksi dan
gangguan dari luar (Padilla, 2015).
WHO pada tahun 2019 melaporkan populasi lansia di dunia mencapai 703
juta dengan usia ratarata 65 tahun dan tahun 2050 akan mencapai 1,5 milyar dengan
laju pertumbuhan penduduk lansia sebesar 9% (WHO, 2019). Jumlah lansia di
Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 8,5% dari total penduduk dan diperkirakan
meningkat tahun 2035 sebanyak 15,8% (Kemenkes RI, 2019). Presentasi
penyebaran penduduk lansia di beberapa provinsi di Indonesia paling tinggi berada
pada provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%), dan
Jawa Tengah (10,34 %) (Susenas BPS RI, 2019).
Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2019 memiliki persentasi jumlah lansia
mencapai 8,48% dengan kategori laki – laki sebanyak 46,65% dan lansia
perempuan sebanyak 53,35%. Sedangkan pada keaktifan lansia dalam melakukan
kunjungan kesehatan yaitu mencapai 59,92% (BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat,
2019). Sedangkan pada tahun 2020, persentasi lansia di Nusa Tenggara Barat
mencapai 8,21% dengan kategori lansia laki – laki sebanyak 48,36% dan lansia
perempuan mencapai 51,64%. Persentasi lansia ditinjau dari keaktifan lansia dalam
melakukan kunjungan kesehatan yaitu 43,86% (BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat,
2020).

1
2

Salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang juga
memiliki persentasi jumlah lansia yang cukup banyak yaitu Kabupaten Sumbawa
Barat dengan jumlah lansia tahun 2019 mencapai 11.761 (7,91%) dan tahun 2020
mencapai 10.777 lansia (7,39%). Sedangkan ditinjauan dari keaktifan lansia dalam
melakukan kunjungan kesehatan yaitu pada tahun 2019 mencapai 46,62% dan tahun
2020 mencapai 10% (BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2019-2020).
Puskesmas Sekongkang merupakan salah satu Puskesmas yang ada di
Kabupaten Sumbawa Barat, dimana diperoleh data jumlah lansia tahun 2019
mencapai 370 lansia, kemudian pada tahun 2020 sebanyak 385 dan tahun 2021
mengalami kenaikan menjadi 393 lansia. Sedangkan keaktifan lansia dalam
mengikuti posyandu lansia tahun 2019 yaitu 150 lansia, tahun 2020-2021 tidak ada
kegiatan posyandu lansia dikarenakan adanya pandemic covid-19. Kegiatan
posyandu lansia kembali aktif pada tahun 2022 dengan jumlah lansia yang
mengikuti kegiatan posyandu yaitu sebanyak 110 lansia (Puskesmas Sekongkang,
2022).
Menjadi tua merupakan proses dimana hilangnya kemampuan jaringan
secara perlahan untuk mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
(Mujahidullah, K. 2012). Pada kondisi nyata tidak semua lansia aktif mengikuti
kegiatan posyandu banyak lansia yang berpikir program kegiatan posyandu tidaklah
penting dan sebagian dari mereka berpikiran kegiatan posyandu hanyalah untuk
orang yang sakit dan ada juga yang mengatakan lebih baik dirumah dari pada
mengikuti kegiatan posyandu lansia. Menjadi tua adalah proses yang tidak dapat
dihindari kita semua namun tidak berpengaruh dengan penilaian ciri menjadi tua.
Seiring meningkatnya jumlah lansia setiap tahun di dunia maka akan berpengaruh
dengan angka usia produktif (Ali, 2017).
Seiring dengan meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan
berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia ditujukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan
berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
3

keberadaannya (BPS, 2019). Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan


derajat kesehatan bagi lansia adalah dengan merencanakan pembentukan posyandu
khusus lansia di tingkat pedesaan. Posyandu lansia merupakan kegiatan dibidang
pelayanan kesehatan khusus bagi lansia di suatu wilayah tertentu berbasis
masyarakat dan didukung petugas kesehatan puskesmas terdekat ( Dwi & Fallen,
2016 ).
Menurut Sulistyorini dkk (2015) mekanisme pelaksanaan posyandu lansia
menggunakan sistem 5 meja untuk dapat memberikan layanan kesehatan yang
optimal bagi lansia. Sistem 5 meja yang diterapkan di posyandu lansia yaitu
pendaftaran di meja satu, pengukuran tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan
di meja dua. Pengisian dan pencatatan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang meliputi
Indeks Masa Tubuh (IMT), tinggi badan, berat badan dan tekanan darah dilakukan
di meja tiga. Pelayanan gizi, pemberian makan tambahan (PMT), konseling dan
penyuluhan dilaksanakan di meja empat. Meja lima digunakan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan dan pengobatan serta pengisian datadata hasil pemeriksaan
pada KMS.
Menurut Darmanto (2015), sehat diusia senja merupakan kemampuan
seseorang dalam menjalankan atau mengikuti kegiatan di usia yang tidak produktif.
Banyak kendala yang sering dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu
yaitu; 1) kurangnya pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu, 2)
jarak rumah dengan posyandu lansia terlalu jauh.
Tingginya angka ketidakaktifan lansia perlu diantisipasi, salah satunya
dengan adanya dukungan keluarga. Dukungan keluarga merupakan suatu dorongan
atau suatu penguat suatu keputusan yang diberikan oleh keluarga terhadap anggota
keluarganya (Chaplin, 2011). Dukungan keluarga berperan penting terhadap
posyandu lansia karena untuk mendorong lansia agar mengikuti kegiatan posyandu
untuk memeriksakan kesehatan mereka, mengikuti senam lansia ataupun sekedar
mengisi waktu kosong agar mereka aktif kembali di usia yang sudah tidak produktif
lagi (Suparyanto, 2012).
4

Menurut Rahayu dalam Anggraini dkk (2017) menyatakan bahwa frekuensi


ideal kunjungan ke posyandu lansia dalam setahun adalah 12 kali kunjungan, karena
posyandu lansia diselenggarakan setiap satu bulan sekali. Apabila lansia memiliki
frekuensi kunjungan yang tinggi maka dapat terpantau dengan baik status
kesehatanya. Lestari (2016), mengatakan bahwa di Desa Tamantirto Kecamatan
Kasihan Kabupaten Bantul menunjukan kunjungan lansia ke posyandu lansia di
bawah 50%. Menurut penelitian Surmiyati (2015) dukungan keluarga kepada lansia
di Dusun Dukuh Seyegan Sleman kategori cukup sebanyak 24 orang (40,7%). Hasil
penelitian Noviana (2014) di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang diketahui sebagian besar responden tidak mendapakan dukungan dari
keluarga untuk datang ke posyandu lansia sebanyak 34 orang (52,3%) dan 31 orang
(47,7%) lainnya didukung keluarganya untuk mengikuti posyandu lansia.
Berdasarkan latar belakang, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian
tentang hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti
kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Sekongkang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan
pada penelitian ini adalah “Adakah hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan
lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sekongkang?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Sekongkang
2. Tujuan Khusus
5

a. Mengetahui karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas


Sekongkang
b. Mengetahui dukungan keluarga lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sekongkang
c. Mengetahui keaktifan lansia mengikuti posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Sekongkang
d. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sekongkang

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan memberikan informasi
kepada pemegang program Lansia tentang dukungan keluarga dengan keaktifan
lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sekongkang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
terutama untuk keperawatan keluarga dan keperawatan gerontik bahwa
dukungan keluarga dapat meningkatkan motivasi lansia.
b. Bagi Keluarga dan lansia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
untuk pentingnya dukungan keluarga terhadap keaktifan lansia mengikuti
posyandu lansia, sehingga keluarga mengetahui sejauh mana keluarga dapat
menjadi pendukung bagi peningkatan kesehatan lansia dengan fungsinya dan
khususnya bagi lansia dapat memotivasi dan menumbuhkan kesadaran.
c. Bagi Puskesmas
6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan upaya untuk


meningkatkan penyuluhan berbagai macam hal berkaitan dengan masalah
kesehatan dalam pelayanan posyandu lansia
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
data tambahan bagi peneliti selanjutnya mengenai dukungan keluarga
dengan keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia.
e. Bagi Kader Posyandu
Hasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk
meningkatkan kinerja dalam hal berkaitan dengan masalah posyandu lansia.
7

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia
dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Sekongkang belum pernah dilaporkan
sebelumnya, beberapa penelitian terkait adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No. Nama Judul Design Penelitian Responden Hasil Penelitian Perbedaan


Penelitian Penelitian
1 Sulistio Rini Hubungan Penelitian ini Pengambilan Pengambilan sampel Perbedaan Dengan
(2017) Dukungan menggunakan sampel dengan dengan teknik accidental Peneliti
Keluarga metode survey teknik accidental sampling kemudian Sebelumnya
Dengan korelasional dengan sampling dengan teknik purposive Terletak Pada:
Keaktifan pendekatan waktu kemudian dengan sampling berjumlah 114 - Jenis Penelitian
Lansia Dalam cross Sectional. teknik purposive responden - Variabel
Mengikuti sampling Penelitian
Posyandu berjumlah 114 - Karakteristik
Lansia Di responden Responden
Dusun - Sampel
Kronggahan I Penelitian
Gamping
Kabupaten
Sleman
2 Arip Ambulan Dukungan Penelitian ini Pengambilan Hasil penelitian ini Perbedaan Dengan
Panjaitan, Eka Keluarga merupakan sampel menunjukkan bahwa Peneliti
Frelestanty, Terhadap penelitian menggunakan terdapat hubungan Sebelumnya
Siti Nur Keaktifan kuantitatif dengan total sampling dukungan keluarga Terletak Pada:
Lathifah, Lea Lansia Dalam pendekatan cross sebanyak 77 dengan keaktifan lansia - Jenis Metode
Masan, Eka Mengikuti sectional. responden dalam mengikuti Penelitian
Yorita Posyandu posyandu lansia dengan - Karakteristik
8

Noberta, Joni Lansia Di hasil uji statistik (nilai Repsonden


Herman (2017) Puskesmas p=0,03 - Sampel
Emparu Penelitian
3 Nindy Vara Hubungan Jenis penelitian Teknik Terdapat nilai signifikansi Perbedaan Dengan
Meigia (2020) Dukungan adalah pengumpulan data 0,000 < 0,05, sehingga Peneliti
Keluarga Dan observasional dengan dapat disimpulkan bahwa Sebelumnya
Pengetahuan analitik dengan melakukan simple ada hubungan antara Terletak Pada:
Dengan desain cross random sampling dukungan keluarga, - Judul Penelitian
Keaktifan sectional dengan sampel 94 pengetahuan lansia - Variabel
Lanjut Usia orang lansia dengan keaktifan lansia Penelitian
(Lansia) megikuti posyandu lansia - Karakteristik
Mengikuti di puskesmas Gading Responden
Kegiatan Surabaya - Sampel
Posyandu Penelitian
Lansia Di
Wilayah
Puskesmas
Gading
Surabaya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Dukungan Keluarga
a. Definisi
Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan
penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional.
Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada
anggota keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang
mampu membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan
tenteram. Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal
yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga,
sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. Orang yang
berada dalam lingkungan sosial yang suportif umumnya memiliki kondisi
yang lebih baik dibandingkan rekannya yang tanpa keuntungan ini, karena
dukungan keluarga dianggap dapat mengurangi atau menyangga efek
kesehatan mental individu
b. Tipe Keluarga
Dukungan Keluarga terhadap seseorang sangatlah dipengaruhi oleh tipe
keluarga. Menurut Andarmoyo (2012), pembagian tipe keluarga tergantung
pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional
tipe keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:
10

1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau juga
keduanya
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
keluarga lain yang memiliki hubungan darah seperti kakaek, nenek,
paman dan bibi.

Sedangkan di Indonesia, tipe keluarga yang dianut adalah tipe keluarga


tradsional. Menurut Achjar (2010), tipe tradisional dapat dikelompokkan
menjadi:
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak (anak kandung atau anak angkat)
2) Keluarga Besar (Extended Family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang memiliki hubungan darah misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi
3) Keluarga Dyad yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak kandung atau anak angkat
4) Keluarga usia lanjut yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
c. Bentuk dan Fungsi Dukungan Keluarga
Harnilawati (2013) membagi bentuk dan fungsi dukungan keluarga
menjadi 4 dimensi yaitu:
1) Dukungan Emosional
Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan
damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi
dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosional
11

melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat, kehangatan


pribadi, cinta, atau bantuan emosional
2) Dukungan instrumental
Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber
pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan
keuangan, makan, minum, dan istirahat
3) Dukungan Informasional
Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi
informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran,
sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.
Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk
dan pemberian informasi
4) Dukungan Penilaian atau Penghargaan
Dukungan penghargaan atau penilaian adalah keluarga bertindak
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan
validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,
penghargaan, dan perhatian
Sedangkan menurut Indriyani (2013) membagi dukungan keluarga
menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Dukungan Fisiologis
Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan dalam
bentuk pertolongan-pertolongan dalam aktivitas seharihari yang
mendasar, seperti dalam hal mandi menyiapkan makanan dan
memperhatikan gizi, toileting, menyediakan tempat tertentu atau ruang
khusus, merawat seseorang bila sakit, membantu kegiatan fisik sesuai
kemampuan, seperti senam, menciptakan lingkungan yang aman, dan
lain-lain .
12

2) Dukungan Psikologis
Dukungan psikologis yakni ditunjukkan dengan memberikan
perhatian dan kasih sayang pada anggota keluarga, memberikan rasa
aman, membantu menyadari, dan memahami tentang identitas. Selain itu
meminta pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan waktu bercakap-
cakap untuk menjaga komunikasi yang baik dengan intonasi atau nada
bicara jelas, dan sebagainya.
3) Dukungan Sosial
Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan individu untuk
mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian, perkumpulan arisan,
memberikan kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan sesuai
dengan keinginan sendiri, tetap menjaga interaksi dengan orang lain, dan
memperhatikan norma-norma yang berlaku.

2. Lansia
a. Definisi
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis (Effendi & Makhfudli, 2013).
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Berdasarkan pengerrtian diatas, dapat disimpulkan bahwa lansia
adalah seseorang yang telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan
kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari seorang diri.
13

b. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2014) :
1) Young old (usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

Sedangkan menurut Kemenkes RI (2015), mengklasifikasikan lansia


dalam kategori berikut:
1) Pralansia, seseorang yang berusia antara 45 tahun sampai 59 tahun
2) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3) Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan
4) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa
5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
c. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017) yaitu :
1) Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia,
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun.
2) Jenis kelamin
Lansia didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini
menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah
perempuan.
3) Status pernikahan
Penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar
berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya
14

yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari
keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin
ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga
presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak dan
lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi.
4) Pekerjaan
Lanjut usia sehat berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat
secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang
hidup dan tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha
(46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah tabungan, saudara atau
jaminan social.
5) Pendidikan terakhir
Pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit
yang bekerja sebagai tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan
diharapkan akan menjadi lebih baik
6) Kondisi kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI
(2015) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kesakitan
menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik. Angka
kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya bahwa
dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya mengalami
sakit. Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antar
lain hipertensi, artritis, strok, diabetes mellitus.
15

d. Perubahan pada lanjut usia


Menurut Potter & Perry (2012) proses menua mengakibatkan terjadinya
banyak perubahan pada lansia yang meliputi :
1) Perubahan Fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada
persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang memiliki
kegiatan harian atau rutin biasanya menganggap dirinya sehat,
sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik, emosi, atau sosial yang
menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit. Perubahan
fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit kering, penipisan
rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk, pengeluaran
lender, penurunan curah jantung dan sebagainya. Perubahan tersebut
tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan
terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus menerus terjadi
seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi kesehatan, gaya
hidup, stressor, dan lingkungan.
2) Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan
sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan
dengan penyakit dan tingkat keparahannya yang akan memengaruhi
kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang lansia. Status
fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku aman dalam
aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk menentukan
kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL merupakan
tanda penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan.
3) Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan
gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar
neurotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami gangguan kognitif
16

maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala gangguan kognitif


seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan berhitung,
serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses penuaan yang
normal.
4) Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan
proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia
seseorang, maka akan semakin banyak pula transisi dan kehilangan yang
harus dihadapi. Transisi hidup, yang mayoritas disusun oleh pengalaman
kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan keadaan finansial,
perubahan peran dan hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan
fungsional dan perubahan jaringan sosial.
e. Permasalahan Lansia
Menurut Suardiman (2017) usia lanjut rentan terhadap berbagai masalah
kehidupan. Masalah umum yang dihadapi oleh lansia diantaranya:
1) Masalah ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki
masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain, usia lanjut
dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat seperti
kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan
secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia yang memiliki
pensiun kondisi ekonominya lebih baik karena memiliki penghasilan
tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak memiliki pensiun, akan
membawa kelompok lansia pada kondisi tergantung atau menjadi
tanggungan anggota keluarga
2) Masalah sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak
sosial, baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat. kurangnya
kontak sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian, terkadang muncul
17

perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, serta


merengek-rengek jika bertemu dengan orang lain sehingga perilakunya
kembali seperti anak kecil
3) Masalah kesehatan
Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah
kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan
terhadap penyakit
4) Masalah psikososial
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan
atau kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang
mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling
berat seperti, kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat,
atau trauma psikis.

3. Posyandu Lansia
a. Definisi
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk mayarakat yang
sudah berusia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati dan
digerakkan oleh mayarakat dimana masyarakat yang berusia lanjut bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2015).
Posbindu adalah pos pembinaan terpadu untuk masyarakat usia lanjut
di suatu wilayah yang digerakkan oleh masyarakat, dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan dan di selenggarakan melalui
program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,
tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya
(Sunartyasih & Linda, 2017).
18

b. Tujuan Posyandu Lansia


Tujuan dibentuknya posyandu lansia menurut Hidayah (2016) yaitu:
1) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai kemampuan
dan aktifitas yang mendukung.
2) Memelihara kemandirian secara maksiamal.
3) Melaksanakan diagnose dini secara tepat dan memadai.
4) Melaksanakan pengobatan secara tepat.
5) Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik.
6) Sarana untuk menyalurkan minat lansia.
7) Meningkatkan kebersamaan antar lansia.
8) Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan lain yang sesuai kebutuhan lansia
c. Sasaran Posyandu Lansia
Sasaran dari posyandu lansia adalah sasaran langsung yaitu
kelompok prausia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60 tahun
keatas). Kelompok usia lanjut yang memiliki resiko tinggi (70 tahun keatas).
Sasaran tidak langsung yaitu keluarga lansia, masyarakat umum, organisasi
social dalam bidang lansia (Hidayah, 2016).
d. Kegiatan Posyandu Lansia
Pelayanan dalam posyandu lansia pertama pemeriksaan kegiatan
sehari-hari seperti: makan, minum, mandi, berpakaian dan naik turun tempat
tidur, dan buang air. Pemeriksaan kedua memeriksa status gizi dengan
menimbang berat badan dan tinggi badan dengan dilakukan pencatatan
dalam grafik indeks massa tubuh (IMT). Pemeriksaan status mental dan
tekanan darah menggunakan tensi meter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama 1 menit (Deri, 2016).
Pemeriksaan hemoglobin, gula darah sebagai deteksi awal adanya
penyakit diabetes mellitus.Pemeriksaan kandungan zat putih telur (protein)
19

dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal dan pelaksanaan
rujukan pukesmas bila ada rujukan.Kegiatan penyuluhan dilakukan diluar
atau didalam posyandu atau kelompok lansia. Kunjungan rumah oleh kader
dan didampingi tenaga kesehatan dari puskesmas bagian anggota lansia yang
tidak pernah hadir di posyandu (Hidayah, 2016).
e. Pemanfaatan Posyandu Lansia
Menurut Anggraini et al. (2015) menyatakan manfaat mengikuti
Posyandu lansia yaitu :
1) Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan.
2) Kesehatan tetap terpelihatra.
3) Menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang.
4) Meningkatkan komunikasi antar lansia.
f. Kegiatan Posyandu Lansia
Kegiatan posyandu lansia mencakup upaya – upaya perbaikan dan
peningkatan kesehatan (Hidayah, 2016), meliputi:
1) Promotif, yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan
perilaku hidup sehat, gizi usia lanjut dalam upaya meningkatkan
kesegaran jasmani
2) Preventif, yaitu upaya pencegahan penyakit, medeteksi dini adanya
penyakit dengan menggunakan KMS lansia
3) Kuratif, yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita lansia
4) Rehabilitasi, yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada
lansia

4. Keaktifan Lansia
a. Definisi
Keaktifan adalah suatu kesibukan yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh sesuatu. Keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia
tidak lain adalah untuk mengontrol kesehatan mereka sendiri, mereka aktif
20

dalam kegiatan fisik maupun mental dapat dilihat dari usahanya untuk
menghadiri dan mengikuti setiap kegiatan posyandu lansia. (Puspitasari
2017)
Keaktifan lansia mempunyai arti sama dengan aktivitas banyak
sedikitnya orang yang menyatakan diri atau menjelmakan perasaan dan
pikiran yang spontan ataupun seseorang yang memiliki kegiatan yang
membuat seseorang tersebut sibuk, selain itu juga aktif merupakan suatu
kegiatan atau kesibukan yang sedang dijalani (Kemenkes RI, 2010).
b. Manfaat Keaktifan lansia
Menurut Kresnawati (2016) manfaat dari keaktifan lansia di posbindu
antara lain :
1) Petugas kesehatan dapat memperoleh data-data yang berkaitan dengan
lansia saat itu, minimal diketahui berat badan, tinggi badan, denyut nadi,
tekanan darah, keluhan fisik, dan penyakit yang diderita.
2) Petugas kesehatan mendapatkan data mengenai pola makan dan cara
hidup mereka, mendapatkan data-data kondisi psikologis yang mungkin
terampil dalam keluhan fisik yang diungkapkan. Berdasarkan data-data
tersebut petugas kesehatan memberikan informasi dan penyuluhan pada
keluarga dan masyarakat tentang hal-hal yang perlu diketahui tentang
usia lanjut. Bila ada masalah fisik dan psikologis yang memerlukan
penanganan lebih lanjut petugas kesehatan perlu memberikan rujukan
pada ahli sesuai dengan kondisi dan keperluan usia lanjut.
3) Mensosialisasikan tentang persiapan mental menghadapi usia lanjut.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia
Menurut Artinawati (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan
lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia adalah :
1) Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu lansia.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghadiri
21

posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara


hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia
menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau
motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
2) Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang sulit dijangkau.
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
posyandu tanpa harus mengalami kelelahan fisik karena penurunan daya
tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi
posyandu berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau
lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang
serius maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian keamanan ini
merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi menghadiri
posyandu lansia.
3) Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan
lansia untuk datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga
bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri
untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan
lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi
segala permasalahan bersama lansia.
4) Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas posyandu
merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti
kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung
selalu hadir untuk mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia.
22

Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek. Kesiapan merupakan
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan caracara tertentu apabila
individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki suatu respon.
5) Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posyandu lansia.
Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan posyandu lansia,
dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, yaitu tempat kegiatan
(gudang, ruangan atau tempat terbuka), meja, kursi, alat tulis, buku
pencatatan kegiatan harian, timbangan dewasa, meteran atau pengukur
tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan lab sederhana,
thermometer, dan kartu menuju sehat lansia.
d. Indikator Keaktifan Lansia
Lansia yang aktif merupakan lansia yang sibuk, senang bergerak,
gembira, dan dengan kuat menantang penghalang. Menurut Notoatmodjo
(2013), terdapat indikator keaktifan lansia yang berkaitan dengan perilaku
kesehatan diantaranya :
1) Pengetahuan (Knowledge) merupakan dominan dan sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang dengan cara pengindraan.
2) Sikap (Attitude) merupakan reaksi yang masih tertutup sebelum tindakan
atau adanya kesediaan untuk bertindak.
3) Tindakan (Practice) merupakan tindakan setelah mengetahui dan
menilai bahwa apa yang telah diterimanya adalah baik.
e. Keaktifan Lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia
Keaktifan dapat diasumsikan bahwa lansia yang aktif mengikuti
setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia. Seperti olahraga,
senam lansia, pendidikan dan jalan santai, menjalani pengobatan
pemeriksaan kesehatan secara berkala, pemberian makanan tambahan maka
lansia tersebut termasuk dalam lansia yang aktif (Ismawati et al., 2016).
Namun apabila lansia tidak mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan
23

oleh posyandu lansia maka mereka tergolong yang tidak aktif. Keaktifan
lansia dalam mengikuti setiap kegiatan yang diaksakan di posyandu lansia
dapat menurunkan angka kesakitan pada lansia (Kemenkes RI, 2015).
24

B. Kerangka Teori

Faktor keaktifan
Indikator: lansia
a. Instrumental a. Pengetahuan Lansia yang aktif
b. Informasional b. Dukungan cenderung rutin
c. Emosional keluarga mengikuti kegiatan
d. Penghargaan c. Motivasi lansia posyandu
d. Kondisi fisik
Faktor Dukungan:
a. Faktor internal
(tahap AKTIF
perkembangan,
Dukungan Keluarga Keaktifan lansia
penddikan)
b. Faktor eksternal KURANG AKTIF
(praktik keluarga,
social ekonomi,
latar belakang) Lansia cenderung
Lansia aktif cenderung tidak peduli dengan
Mendukung Tidak Mendukung mengikuti kegiatan rutin kegiatan posyandu
yang diadakan di lansia
posyandu lansia
Indikator Keluarga kurang
keaktifan lansia peduli dengan
a. Pengetahuan jadwal kegiatan
b. Sikap posyandu atau
c. Tindakan mengantar ke
posyandu.

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Elis Agustina (2017)
25

C. Hipotesis
Ha: Ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti
kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Sekongkang
Ho: Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Sekongkang
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abstaraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk sauatu teori yang menjalankan ketertarikan antara variabel (baik
variabel yang diteliti dan tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu penelitian,
menghubungkan hasil penelitian dengan teori (Nursalam, 2017). Adapun kerangka
konsep dari penelitian ini dapat dijabarkan seperti gambar di bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan Keluarga Keaktifan Lansia


dalam Posyandu

Variabel Pengganggu
a. Pengetahuan
b. Jarak rumah
c. Sikap Petugas Kesehatan
d. Saranan dan Prasarana Posyandu

Gambar 3.1. Kerangka Konsep


Ket:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

B. Desain Penelitian
Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif
karena data penelitian berupa angka – angka dan analisis menggunakan statistic
(Dharma, 2017). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
27

rancangan korelasi dengan desain cross sectional (potong lintang) yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antar variable dimana variable independen dan dependen
diidentifikasi dalam satu waktu.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sekongkang Kabupaten
Sumbawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan Januari – Agustus
2023.

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subyek yang
mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2015). Populasi dalam
penelitian ini yaitu Lansia yang telah bertempat tinggal di UPTD Puskesmas
Sekongkang pada tahun 2022 yang berjumlah 110 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah terdiri atas bagian populasi yang terjangkau yang dapat
didpergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2017).
Sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus besar sampling yaitu
rumus Solvin:

Keterangan:
N : Besar populasi
n : Besar sampel
e: Nilai presisi 5% (0,05)
28

Penghitungan besar sampel sebagai berikut:

n
n= 110

1+110(0,05)

n= 110
1+110(0,0025)

n = 110

1,22
n = 90,1 = 90
Berdasarkan hasil perhitungan sampel, didapatkan bahwa sampel dalam
penelitian ini yaitu berjumlah 90 responden.
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2016), purposive sampling
merupakan suatu teknik pengambilan sampel yang dilakukan atas dasar pemenuhan
syarat kriteria eksklusi dan inklusi. Sampel yang diambil didasarkan pada kriteria
eksklusi dan inklusi sebagai berikut:
Kriteria Inklusi
29

a. Responden yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas


Sekongkang dan Berusia di Atas 23Tahun
b. Lansia yang tidak mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan
c. Bersedia menjadi responden
Kriteria Eksklusi
a. Lansia yang tinggal di luar wilayah penelitian
b. Lansia yang tidak bersedia menjadi responden
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Variabel dalam penelitian
ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent.Variabel bebas atau independen adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat) (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini variabel bebas adalah
Dukungan Keluarga.
2. Variabel Dependen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini variabel
terikat adalah Keaktifan lansia dalam posyandu.
3. Variabel Pengganggu
Variabel Pengganggu adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati
dan diukur. Variabel ini merupakan variabel pennyela yang terletak diantara
variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2016).
30

Dalam penelitian ini variabel pengganggunya adalah pengetahuan, jarak, sikap


petugas kesehatan dan sarana prasarana di posyandu.

F. Definisi Operasional
Definisi operasional dapat digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau untuk
mendefinisikan variabel – variabel yang diteliti. Definisi operasional juga bermanfaat
untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel – variabel
yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2018).
Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


Operasional

Dukungan Sebuah interaksi, Kuisioner Kategori: Ordinal


Keluarga sikap dan tindakan 1. Dukungan
kepada anggota tinggi: >43
keluarga lain yang 2. Dukungan
bersifat rendah: <43
mendukung secara
emosional,
infromasional,
instrumental serta
dukungan
penghargaan atau
penilaian pada
lansia

Keaktifan Sebuah kegiatan Kuisioner Kategori Ordinal


Lansia yang dilakukan Lembar 1. Aktif: jika
mengikuti secara rutin oleh kehadiran mengikuti
posyandu lansia lansia dalam posyandu >6
mengikuti kali dalam
posyandu lansia setahun
2. Tidak aktif:
jika mengikuti
posyandu <6
kali dalam
setahun
31

G. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2017), penelitian apapun khususnya yang menggunakan manusia
sebagai subjek tidak boleh bertentangan dengan etika, oleh karena itu, oleh karena ini
setiap peneliti menggunakan subjek untuk mendapatkan persetujuan dari subjek yang
diteliti. Peneliti memperhatikan aspek etika responden dengan menekankan masalah
etika yang meneliti:
1. Lembar konfirmasi (Informed Consed)
Informed Consed merupakan llembar persetujuan antara peneliti dan
responden yang diberikan sebelum penelitian. Tujuan Informed Consed yaitu
responden yang dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila responden
tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.
2. Tanpa nama (anonymity)
Anonimity adalah memberikan jaminan dalam penggunaan subjek peneliti
dengan cara tidak memberikan atau tidak mencantumkan nama responden nama
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembaran pengumpulan
data.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Confidentiality adalah semua informasi yang dikumpulkan dijamin
kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada
hasil riset

H. Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu uji untuk mengetahui apakah instrument yang
ada dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharunya diukur (Sugiyono, 2016).
Uji validitas kuesioner dukungan keluarga telah dilakukan oleh peneliti terdahulu
yaitu Elis Agustina (2017), dengan hasil r table adalah 0,3610 dengan derajat
kebebasan 0,5.
2. Reliabilitas
32

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat


pengukur dapat dipercaya dan diandalkan untuk dapat digunakan berkali-kali dan
hasilnya sama atau berbeda sedikit (Sugiyono, 2016). Uji reliabilitas ini tidak
dilakukan oleh peneliti karena telah dilakukan oleh Elis Agustina (2017) dengan
hasil alpha Cronbach 0,879 dengan 16 pertanyaan.

I. Alat dan Bahan Penelitian


Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel
penelitian (Sugiyono, 2016).
1. Bagian Pertama
Identitas berisi tentang data demografi responden seperti umur, jenis
kelamin, alamat, pendidikan terakhir dan pekerjaan.
2. Dukungan Keluarga
Lembar kuisioner dukungan keluarga yang digunakan berisi 16 pertanyaan
tertutup (closed ended) tentang dukungan keluarga yang diberikan kepada lansia
menggunakan skala likert. Penilaian pada skala likert dengan jenjang SS (Selalu), S
(Sering), TS (Kadang – Kadang), STS (tidak tahu)
Penilaian yang digunakan adalah SS(4), S(3), TS(2), STS (1). Pertanyaan
dalam kuisioner mengacu pada tiap indikator dukungan keluarga yaitu dukungan
secara instrumental 4 soal, dukungan informasional 3 soal, dukungan emosional 4
soal, dan dukungan penghargaan 2 soal serta harga diri 3 soal.
3. Keaktifan Lansia
Untuk mengukur apakah lansia aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia
dengan menggunakan lembar absensi kehadiran lansia dalam setahun dikatakan
aktif apabila lansia datang >6 kali dalam setahun dan tidak aktif apabila lansia
datang <6 kali dalam setahun.
33

J. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 tahapan yaitu
1. Tahap Persiapan
a. Mengurus Surat Studi Pendahuluan dari Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKES Griya Husada Sumbawa
b. Melakukan Studi Pendahuluan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sekongkang
c. Menyusun Proposal Penelitian
d. Bimbingan Proposal penelitian
e. Seminar Proposal penelitian
f. Revisi Proposal Penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mengurus surat izin penelitian di Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Griya Husada Sumbawa
b. Penelitian dilakukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sekongkang
c. Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner
d. Pengolahan data dilakukan oleh peneliti sendiri
e. Analisis data dilakukan oleh peneliti sendiri
3. Tahap akhir
a. Menyimpulkan hasil penelitian
b. Membuat laporan hasil penelitian
c. Konsultasi hasil penelitian pada pembimbing
d. Melaksanakan seminar hasil penelitian
e. Melakukan perbaikan atau revisi dari hasil yang telah diseminarkan

K. Metode Pengolahan Data


1. Teknik pengolahan data
Menurut Notoatmodjo (2018), pengolahan data merupakan satu langkah
penting, karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum
34

memberikan informasi apa – apa, dan belum siap untuk disajikan. Proses
pengolahan data dapat dilakukan melalui tahap – tahap sebagai berikut:
a. Editing (Penyuntingan data)
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kusioner.
Pada penelitian ini yang dilakukan editing adalah:
1) Mengecek isian kuesioner apakah sudah lengkap, dalam artian semua
pernyataan sudah terisi dengan lengkap.
2) Mengecek jawaban atau tulisan dari masing – masing pernyataan apakah
cukup jelas.

b. Tabulation
Tabulasi adalah meberikan skor pada setiap item dan mengubah jenis data
dengan memodifikasi sesuai dengan teknik analisis yang digunakan.
c. Coding (Membuat lembaran kode)
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka atau bilangan. Coding dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara memberi kode jawaban untuk mempermudah proses pemasukan data dan
analisa data.
d. Processing
Setelah semua lembar kuesioner terisi penuh dan telah benar serta sudah
melewati pengkodean, langkah pengolahan selanjutnya adalah memproses data
agar yang sudah di-entry dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan
cara entry data dari lembar kuesioner ke program SPSS pada komputer.
e. Cleaning (Pembersihan Data)
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry
apakah terdapat kesalahan atau tidak, seperti adanya kesalahan – kesalahan
kode, ketidaklengkapan,dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.
2. Analisis Data
35

a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan pada satu variabel
secara tunggal (Hasnidar et al., 2020). Dalam penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan masing – masing variabel. Analisa univariat pada penelitian
ini dilakukan dengan cara menyajikan hasil dalam tabel distribusi frekuensi.
Rumus:

%
Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi

N = Jumlah responden

Data univariat dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, dukungan keluarga dan keaktifan lansia

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan pada dua variabel secara
langsung yaitu variabel independen dan variabel dependen. Analisa bivariat
dilakukan dengan mengaitkan data variabel pertama dengan variabel kedua
(Hasnidar et al., 2020).
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen, yaitu hubungan dukungan keluarga dengan
keaktifan lansia mengikuti posyandu. Uji hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu uji Korelasi Sperman Rank. Guna mengetahui ada tidaknya
hubungan kedua variabel dan dengan pertimbangan besar jumlah sampel, maka
uji statistik menggunakan Sperman Rank.
Rumus:
36

2
6 Σ di
ρ=1− 2
n(n −1)
Ket:
ρ : Koefisiensi kolerasi peringkat Spearman
d i : Selisih antara kedua peringkat dari setiap pengamatan
n : jumlah pengamatan

Hasil interpretasi analisis Rank Spearman adalah sebagai berikut (Dahlan,


2015):
Tabel 3.2.interpretasi analisis Rank Spearman

No. Parameter Nilai Interpretasi


1 Kekuatan 0,0 - < 0,2 Sangat lemah
Korelasi 0,2 - < 0,4 Lemah
04 - < 0,6 Sedang
0,6 - < 0,8 Kuat
0,8 - < 1,00 Sangat kuat
2 Nilai p P < 0,05 Terdapat korelasi yang bermakna
antara dua variabel yang diuji
P > 0,05 Tidak terdapat korelasi yang
bermakna antara dua variabel yang
diuji
3 Arah kolerasi + (positif) Searah, semakin besasr nilai satu
variabel semakin besar pula nilai
variabel yang lain.
- (Negatif) Berlawanan arah, semakin besar nilai
suatu variabel, semakin kecil nilai
variabel lainnya
Sumber: Dahlan (2015).
37
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. A. H. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sanggung Seto

Ali, Z. (2017). A Study on Adjusmental Problems of Old Persons. Jurnal of Department of


Education Andhra University. 1 (1), 31-35. ijar.org.in/stuff/issues/v1-i2(1)/v1-
i2(1)-a004.pdf.

Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan keluarga Konsep, Teori, Proses dan Praktik


Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anggraini, D., Zulpahiyani., Mulyanti. (2015). Faktor Dominan Lansia Aktif. Mengikuti


Kegiatan Posyandu di Dusun Ngentak. Journal Ners, 3(3) hal:45 – 62

Anggraini, W. A. & Tutuko, B. (2017). Relathionship Of Family Support With Elderly


Liveliness To Come To Elderly Posyandu (Studied In Elderly Posyandu Of
Village Plandaan At Jombang). Nursing Joernal Of STIKes Insan Cendekia
Medika Jombang 5(1), hal:156 - 169.

Artinawati, S. (2014). Asuhan keperawatan gerontik. Bogor : In Media

Badan Pusat Statistik NTB. (2019). Profil Lansia Provinsi NTB 2019. NTB: BPS

Badan Pusat Statistik. (2019). Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2019.
BPS. Jakarta.

Badan Pusat Statistik NTB. (2020). Profil Lansia Provinsi NTB 2020. NTB: BPS

Chaplin. (2011). Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Kartini Kartono). Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada

Dahlan, S. (2015). Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Epidemiologi


Indonesia

Darmanto, (2015). Teori dukungan keluarga. Malang: bayu medika.

Deri, P. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di


Wilayah Kerja Puskesmas Sikapak Kota Pariaman. Thesis. Universitas Andalas

Dharma. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan dan


Menerapkan Hasil penelitian. Jakarta: EGC
39

Dwi, R &Fallen, R. (2019). Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas. Yogyakarta:Nuha


Medika.

Efendi, F. & Makhfudli. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan. Praktik
Dalam Keperawatan. Jakarta: Seleba Medika

Erpandei. (2014). Posyandu Lansia. Jakarta : EGC

Friedman. (2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing\

Hasnidar, Tasnim, Sitorus, S., Hidayati, W., Mustar, Yuliani, M. F., Marzuki, I., Yunianto,
A. E., Puspita, A. S. R., Pattola, Sianturri, E., & Sulfianti. (2020). Ilmu Kesehatan
Masyarakat (A. Rikki (ed.); Cetakan 1). Medan: Yayasan Kita Menulis.

Hidayah , R. (2016). Gambaran Persepsi Lansia Tentang Tugas Kader Di Posyandu


Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Penelitian. Skripsi.
Fakultas Keperawatan Universitas Diponegoro.

Hidayat. (2017). Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Data. Jakarta:
Salemba Medika

Indriyani. (2013). Buku ajar keperawatan gerontik. Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Ismawati, C. dkk. (2016). Posyandu & Desa Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Klasifikasi lansia. Jakarta: Kemenkes RI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Analisis Lansia di Indonesia. Pusat.


Data dan Informasi. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Analisis Lansia di Indonesia.


Pusat. Data dan Informasi. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI;

Kresnawati, Indah. (2016). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Keaktifan Lansia (Lanjut
Usia) Dalam Mengikuti Kegiatan Di Posyandu Lansia Gonilan Kecamatan
Kartasura. Skipsi. UMS

Lestari, widya, DKK. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Lansia


Mengunjungi Posyandu Lansia. JOM PSIK, 1(2), hal:45 – 59
40

Misgiyanto & Susilawati, D. (2014). Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan


Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif. Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro.

Mujahidullah, K. (2014). Keperawatn Gerontik. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.

Notoadmojo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka.


Cipta

Notoadmojo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka. Cipta

Nugroho, W. H. (2014). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakatra : EGC

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed). Jakarta : Salemba


Medika

Padila. (2013). Buku ajar keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika

Potter PA & Perry AG. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,. Proses dan


Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC

Puspitasari, D. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan


Lansia Mengikuti Posyandu Lansia desa Gajahan Kecamatan Colomadu. Jurnal
Keperawatan. Eprint.ums.co.id. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Ratnawati, E. (2017). Asuhan keperawatan gerontik.Yogyakarta: Pustaka Baru. Press

Suardiman, S. P. (2017). Psikologi Usia Lanjut Edisi Revisi . Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet.

Sujarweni, W. (2015). SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru

Sulistyorini, C., Pebrianti, S., Proverawati, A. (2015). Posyandu dan Desa Siaga.
Yogyakarta : Nuha Medika

Sunartyasih, R., & Linda, B. (2017). Hubungan Kendala Pelaksanaan Posbindu Dengan
Kehadiran Lansia Di Posbindu RW.08 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota
Bandung. Prosiding SNaPP2012: Sains, Teknologi dan Kesehatan
41

Suparyanto. (2012). Konsep Dukungan Keluarga. Artikel,


http://drsuparyanto.blogspot.com.

Surmiyati, Werdati, S., & Utari, D. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga dengn Tingkat
Depresi pada Lansia di Dusun Seyegan Sleman. Skripsi : Stikes Jenderal Achmad
Yani Yogyakarta.

WHO (World Health Organization) 2019. Elderly population. WHO


L
A
M
P
I
R
A
N
LAMPIRAN 1

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Menyetujui untuk menjadi responden dalan penelitian yang dilakukan oleh:

Nama : Gunawan Efendi

NIM : 1PA21016B

Judul Penelitian : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia Dalam


Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekongkang

Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan oleh peneliti, bersama ini saya menyatakan
tidak keberatan dan bersedia menjadi responden penelitian. Demikian pernyataan ini saya
buat tanpa ada paksaan dari siapapun dan dari pihak manapun.

Sumbawa Barat, Desember 2022

Peneliti Responden

(Gunawan Efendi) (………………………..……..)


LAMPIRAN 2

KUISIONER

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA


DALAM MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SEKONGKANG

A. Data Karakteristik Responden


Tanggal Pengisian:
Kode Responden :
Usia :
Jenis Kelamin :

Pendidikan : Tidak sekolah SD

SLTP/SMP SLTA/SMA

Perguruan Tinggi

Pekerjaan : Petani Wirausaha

IRT Swasta

Lainnya…
Bersama siapakah Tinggal :………………….

B. Kuisioner Dukungan Keluarga


Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang dianggap tepat
SS : Selalu
S : Sering
TS : Kadang – Kadang
STS : Sangat Tidak Pernah

No Pernyataan SS S TS STS
Dukungan Instrumental
1 Keluarga membantu lansia dalam masalah perekonomian
dengan memberikan dana
2 Keluarga pedduli dengan makanan dan minuman yang
dikonsumsi lansia
3 Keluarga menemani dan mengunjungi saat lansia sakit
4 Keluarga membantu melakukan aktivitas lansia yang
tidak bias lansia lakukan
Dukungan Informasional
5 Keluarga memberikan kekuatan pada lansia untuk
mengatasi rasa takut saat mengikuti kegiatan posyandu
lansia
6 Keluarga mencari informasi tentang posyandu lansia
7 Keluarga memberikan dukungan kepada lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia
Dukungan Emosional
9 Keluarga memberikan semangat kepada lansia untuk
tetap mengikuti kegiatan posyandu lansia
10 Keluarga memberikan suasana nyaman di rumah kepada
lansia
11 Keluarga tidak melarang lansia untuk tetap menjalin
hubungan dengan lingkungan
12 Keluarga tidak memberikan lansia
Dukungan Penghargaan
13 Keluarga memberikan nasihat kepada lansia agar tetap
mengikuti kegiatan posyandu lansia
14 Keluarga berusaha memberikan penghargaan terhadap
lansia yang selalu mengikuti kegiatan posyandu
Dukungan Harga Diri
15 Keluarga memberikan semangat kepada
lansiauntukmelakukan aktivitas sehari- hari
16 Keluarga memuji tindakan lansia dalam melakukan
aktivitas sehari –hari
17 Apakah keluarga selalu mendukung saat Bapak/Ibu
mengikuti kegiatan posyandu lansi?

C. Lembar Ceklist Kegiatan Posyandu


Petunjuk: Berilah tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang dianggap tepat

No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti kegiatan posyandu
lansia?
2 Apakah Bapak/Ibu aktiv menghadiri kegiatan posyandu
setiap bulannya?
3 Apakah Bapak/Ibu memiliki KMS lansia?
4 Apakaha Bapak/Ibu mengetahui manfaat posyandu
lansia?
5 Apakah Bapak/Ibu pernah memanfaatkan kegiatan
posyandu?
6 Apakah Bapak/Ibu mendaftarkan diri saat posyandu
lansia ?

Anda mungkin juga menyukai