LITERATURE REVIEW
Disusun Oleh
MALANG
2020
i
LEMBAR PESETUJUAN
LITERATURE REVIEW
YUREL BERNARD
1608.14201.520
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Puji syukur Kepada Tuhan yamemberi rahmat dan karuni Yang Maha
Esa, penilisan ucapan kata syukur yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat terselesaikan tugas Proposal dengan judul “Efetifitas Pemberian
Terapi Air Hangat Terhadap Nyeri Punggung Pada Lansia” sebagai salah satu
persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Program Studi
Ners Terhadap Akademisi Sekolah Ilmu Kesehatan Widyagama Husada Malang.
Semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga tugas praproposal ini berguna baik bagi diri kami
sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.
(Yurel Bernard)
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTA...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................vii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
1. Tujuan Umum.................................................................................................4
2. Tujuan Khusus...............................................................................................5
BAB II................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................6
B. KONSEP.........................................................................................................16
iv
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri Punggung..........................17
5. Manifestasi Klilnis.......................................................................................19
6. Patogenesis..................................................................................................19
7. Pathway.........................................................................................................21
9. Pengukuran Nyeri........................................................................................24
1. Definisi...........................................................................................................30
3. Prosedur Pelaksanaan...............................................................................31
E. Keaslian Penulisan.........................................................................................32
F. KERANGKA TEORI..........................................................................................34
BAB III.............................................................................................................................35
2. Kata kunci.....................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................47
v
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
3.1 Tabel Kriteria Inklusi dan Eklusi 35
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kawasan Asia tenggara sebesar 142 juta jiwa atau 8%,
sedangakan pada populasi lansia pada tahun 2050 di perkirakan
meningkat 3 kali lipat dari tahun ini, pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar
5,300,000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan tahun 2010 jumlah lansia
24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dantahun 2020 di perkirakan
jumlah lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Pada
tahun 2020 di Indonesia sendiri di perkirakan jumlah lansia sekitar
80.000.000 (WHO,2013).
Prevalensi nyeri punggung pada lansia yang berusia di atas 55
tahun masih tinggi. Data dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan tahun 2013 sejumlah 11,9% dan berdasarkan gejala yang
pernah terjadi yaitu 24,7%. Di provinsi Jawa Timur prevalensi gangguan
nyeri punggung berdasar diagnosis yang pernah dilakukan oleh tenaga
kesehatan yaitu sebanyak 11,2% sedangkan yang berdasarkan gejala
yang pernah ada yaitu sebanyak 25,5%. Hasil penelitian yang dilakukan
kelompok studi nyeri PERDOSSI (Persatuan Dokter Saraf Seluruh
Indonesia) tahun 2002 menunjukkan penduduk Pulau Jawa berusia di
atas 55 tahun sejumlah 2 juta jiwa, yang tergolong lansia sebanyak 40%
pernah menderita nyeri punggung bawah, prevalensi pada laki-laki 57,2%
dan pada wanita 42,8%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien dengan
keluhan nyeri punggung ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar
antara 13- 17% dari total penyakit yang dikeluhkan pasien (Sadeli,
2011).Ada juga Prevalensi penyakit nyeri punggung bawah di Indonesia
sesuai diagnosis yang telah dilakukan tenaga kesehatan yaitu 11,9% dan
berdasarkan gejala yang pernah terjadi yaitu 24,7%. Di provinsi Jawa
Tengah prevalensi gangguan nyeri punggung bawah berdasar diagnosis
yang pernah dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu sebanyak 11,2%
1
sedangkan yang berdasarkan gejala yang pernah ada yaitu sebanyak
25,5% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
Lansia adalah proses alami menjadi tua pasti semua orang pada
masa tua tidak dapat di hindari kemunduran fisik, social dan mental
secara bertahap akan di alami seseorang menjadi tua (Azizah2011).
Nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan yang terjadi jika
mengalami cedera atau pun kerusakan pada tubuh. Keluhan nyeri dapat
terasa seperti terasa panas, kesemutan/tertusuk, dan ditikam. Nyeri akan
menjadi suatu masalah gangguan kesehatan dapat menganggu aktivitas
yang akan di lakukan dan ketidak nymanan yang berkepanjangan
(Mujianto, 2013).
Nyeri punggung merupakan nyeri akibat gangguan
muskuloskeletal yang mengenai pada punggung bawah di thoracal 12
sampai bawah pinggul. Pada nyeri punggung dapat merasakan nyeri dan
spasme pada otot punggung. Keluhan nyeri punggung dapat menurunkan
kemampuan produktivitas dan kemampuan fungsional manusia, keluhan
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Susanti,
2012).Menurut Humantech yang dikutip Bukhori (2010), pada awalnya
keluhan muskuloskeletal menyebabkan rasa sakit, nyeri, mati rasa,
kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa
terbakar yang pada akhirnya mengakibatkan ketidak mampuan
seseorang untuk melakukan pregerakan dan kordinasi gerkana anggota
tubuh atau ekstremitas sehingga dapat menggakibatkan efesiensi
menjadi berkurang.
Penanganan nyeri dapat di lakukan dengan dua metode yaitu
dengan farmakologi dan non farmakologi. Dengan farmakologi bias
menggunakan obat-obatan jenis analgesik, namun lansia pada proses
penuaan mengalami perubahan farmakodinamik, farmakokinetik serta
metabolisme tubuh pada lansia sehingga sangat beresiko pada lansia.
Selain itu efek yang dapat timbul dalam jangka panjang dapat
mengakibatkan perdarahan pada saluran cerna, tukak peptik, perforasi
dan gangguan ginjal (Thomas, 2012). Salah satu komplementer yang
digunakan untuk mengurangi nyeri adalah dengan teknik relaksasi dan
distraksi .selain itu ada cara lain yaitu dengan kompres hangat yang
2
bertujuan untuk menstimulasi permukaan kulit yang mengontrol nyeri
(Prasetyo, 2010).
Kompres hangat merupakan pengobatan tradisonal yang bisa
digunakan untuk meredakan rasa sakit dan nyeri (Kozier et al., 2010).
Kompres panas juga biasa disebut dengan istilah thermotherapy yaitu
pemberian aplikasi panas pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut
maupun kronis, terapi ini juga efektif untuk mengurangi nyeri yang
berhubungan dengan ketegangan otot, sprain, dan strain (Arovah,
2010).Sehingga suplai makanan dan oksigen lebih baik dan nyeri
punggung berkurang (utami& Puspa Ningtyas, 20013). Dari kedua
metode kompres air hangat sangat mempunyai keistimewaannya yaitu
mudah di dapat, murah tidak mengandung bahan kimia, dan tidak
mengandung efek samping dengan kadar yang terlalu tinggi.
B. Rumusan Masalah
3
Bagaimanakah efektifitas kompres air hangat terhadap penurunan
nyeri punggung berdasarkan literatur review?
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi skalakompres air hangat sebelum di berikan nyeri
punggung bawah berdasarkan literatur review.
b. Mengidentifikasi kompres air hangat setelah di berikan nyeri
punggung berdasarkan literatur review.
c. Menganalisis efektifitas kompres hangat terhadap nyeri punggung
pada lansia berdasarkan literatur riview
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
a. Fase inventus, antara 25-40 tahuns
b. Fase virilities, antara 45-55 tahun
c. Fase presenium, antara 55-65 tahun
d. Fasesenium, antara 65 tahun hingga tutup usia
8
e. Melakukan penyusunan terhadap kehidupan sosial/masyarakat
secara santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan
5. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi prroses penuaan
secara degenerative yang akan berdampak pada perubahan-perubahan
pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif,
perasaan, sosial, dan seksual, diantaranya (Azizah, 2011) yaitu:
a. Perubahan fisik
1) Sistem indra
a) Sistem penglihatan
Lansia kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga
lensa lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi
dari jarak jauh atau dekat berkurang. Penggunaan
kacamata dan sistem penerangan yang baik. Masalah
yang terjadi pada sistem penglihatan pada lansia yaitu
glukoma, karatak, retinopati diabetes.
b) Sistem pendengaran
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
2) Sistem integument
Pada lanisa kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis,
kering, dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga
menjadi tipisdan berbecak. Kekeringan kulit disebabkan atrofi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal denngan liver spot.
Perubahan kulit lebih banyak dipengaruhi faktor lingkungan
antara lain angina dan matahari, terutama sinar ultra violet.
3) Sistem Muskuloskeletal
a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)
Kolagen sebagai pendukung utama pada kulit, tendon,
tulang, kartilago, dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
Perubahan pada kolagen tersebut merupakan penyebab
turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan
9
dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk
meningkatkan kekuatan otot, kesuliatan bergerak dari dduk
ke berdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
b) Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak akan mengalami
granilasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata,
kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi
berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendian
menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut
seiring terjadi pada sendi besar penempuh berat badan
akibat perubahan itu sendi mengalami peradangan , nyeri
kekakuatan, keterbatasan gerak, dan tergantungnya
aktivitas sehari-hari.
c) Tulang
Berkuangnya kepadatan tulang setelah diobservasi adalah
bagian dari penuaan fisiolofis trabekula lonlitudinal menjadi
tipis dan trabekula transvesal terabsorpsi kembali. Dampak
berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan
osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas,
dan fraktur.
d) Otot
Dampak perubahan morfologis pada otot adalah
penurunan kekuatan penurunan fleksibilitas, peningkatan
waktu reaksi, penurunan kemampuan fungsional otot.
e) Sendi
Terjadi degenerasi, erosi, dan klasifikasi pada kartilago
dan kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya
sehingga terjadi penurunan luas dan gerak sendi.
4) Sistem Kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami
hipertrofi dan kemampuan perenggan jantung berkurang
karena perubahan pada jaringan ikat, penumpukan lipofusin,
10
klasifikasi SA node, dan jaringan koduksi berubah menjadi
jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal
berkurang sehingga kapasitas paru menurun.
5) Sistem Respirasi
Ada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ke paru udara
yang megalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago, dan sendi thoraxs mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan thoraxs
berkurang.
6) Perencanaan dan metabolisme
Berikut ini ada beberapa hal yang dapat terjadi pada
sistem pencernaan dan metabolisme:
a) Kehilangan gigi : penyebab utama adalah peridontal
disiase yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun,
penyebab lainmeliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
b) Indra pengecap menurun : adanya iritasi yang kronis dari
selaput lendir, atrofi indra pengecap (80%), hilangnya
senssitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa
asin, asam, dan pahit.
c) Pada lambung : rasa lapar menurun (sensifitas lapar
menurun), waktu mengosonkan menurun, peristaltik lemah
dan biasanya timbul kontisipasi.
7) Sistem perkemihan
Berbeda dengan sistem pencernaan, pada sistem ini
terjadi perubahan signifikan. Banyak funsi yang mengalami
kemunduran, contohnya laju filtrasi eksres, dan reabsorosi
soleh ginjal. Hal ini akan memberikan efek dalam pemberian
obat. Mereka kehilangan kemampuan untuk mengeksresikan
obat atau produk metabolisme obat. Pada perkemihan tidak
normal, seperti banyak berkemih dimalam hari sehingga
11
mengharuskan mereka pergi ke toilet sepanjang malam. Hal
ini menunjukan intokenensia urine meningkat.
8) Sistem saraf
Sistem susunan mengalami perubahan anatomi dan atrofi
yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan penurunan
presepsi sensori dan respon motorik pada susunan saraf
pusat dan penurunan resptor propioseptif, hal ini terjadi karena
SSPpada lansia mengalami perubahan morfologis dan,
perubahan tersebut mengakibatkan penurunan fungsi kognitif.
9) Sistem reproduksi
Perubahan pada sistem reproduksi ditandai dengan
munculnya ovari dan uterus terjadinya atrofi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa
meskipun adanya penurunan berangsur-angsur dorongan
seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun.
b. Perubahan kognitif (Kusharyadi, 2010) yaitu:
1) Memory (daya ingat)
Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima,
mencamkan, menyimpan, dan menghindari kembali
rangsangan atau peristiwa, yang pernah dialami seseorang.
Pada lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu
fungsi kognitif yang sering kali paling awal mengalami
penurunan, inagtan jangka panjang (long term memory)
kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka
pendek (short term memory)atau seketika 0-10 menit
memburuk.
2) IQ (intellegent Quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informansi
matematika, dan perkataan verbal, tertapi presepsi dan daya
membayangkan menurun. Walaupun mengalami kontravesi,
tes intelegensi kurang kurang memperlihatkan adanya
penurunan kecerdasan pada lansia. Hal ini terutama dalam
12
bidang voka bular (koza kata), ketrampilan praktisi dan
pengetahuan umum.
3) Kemampuan belajar (learning)
Lanjut usia yang sehat tidak mengalami dimensia masih
melmiiki kemampuan belajar yang baik. Bahkan dinegara
industri maju didirikan university of the third age. Hal ini sesuai
dengan prinsip belajar seumur hidup (life long learning),
bahwa manusia itu memiliki kemampuan utuk belajar sejak
dilahirkan sampai akhir hayat.
4) Kemampuan pemahaman
Kemampaun pemahaman ataumenangkap pengertian
pada lansia mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh
konsentrasi dan funsi pendengaran lansia yang mengalami
penurunan.
14
B. KONSEP
1. Pengertian Nyeri Punggung
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah
punggung yang disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi
tulang. Nyeri punggung dapat diikuti dengan cedera atau trauma
punggung, tapi juga rasa sakit dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif
misalnya penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit tulang lainnya,
infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan bawaan
pada tulang belakang (Tatilu, 2014).
2. Penyebab Nyeri Punggung
Beberpa faktor yang menyebabkan terjadinya nyeri punggung, antara
lain:
a. Faktor Mekanik
Gaya berat tubuh dapat menimbulkan rasa nyeri pada punggung
dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain,
misalnya pada genu valgum, geni varum, coxa valgum dan
sebagainya beberapa pekerjaan yang mengharuskan berdiri dan
duduk dalam waktu lama juga dapat menimbulkan nyeri pada
punggung (Adhiyati, 2011).
b. Faktor Non mekanik
Faktor-faktor yang termasuk dalam non mekanik adalah neoplasia
seperti tumor primer atau metastasis, penyakit infeksi seperti
osteomyelitis dan keadaan inflamasi artritis seperti rhematik
artritis, dan spondylitis (Adhiyati, 2011).
c. Faktor Neurogenik
Herniasi diskus, stenosis pada spinal, fisura anular dengan iritasi
pada akar saraf, kegagalan pada operasi surgikal seperti herniasi
berulang dan pendekatan apidural juga dapat menyebabkan
terjadinya nyeri punggung (Adhiyati, 2011).
d. Faktor Penyebab Lain
Faktor-faktor lain seperti fibromyalgia, gangguan somatofrom, dan
malingering (Adhiyati, 2011).
15
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri Punggung
1. Usia
2. Jenis kelamin
16
(kg/m2). Panduan terbaru dari WHO tahun 2000 mengkategorikan
indeks massa tubuh untuk orang Asia dewas menjadi underweight
(IMT <18.5), normal range (IMT 18.5-22.9) dan overweight (IMT
≥23.0). overweight di bagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT 23.0-
24.9), obese 1 (IMT 25-29.9) dan obese 2 (IMT ≥ 30.0)
(Purnamasari, 2010)
4. Masa Kerja
5. Kebiasaan Merokok
5. Manifestasi Klilnis
Nyeri pada daerah lumbosakral (bagian daerah punggung) adalah
gejalah utama nyeri punggung. Nyeri itu mungkin menyebar ke depan,
samping atau belakang kaki, atau mungkin terbatas pada punggung.
rasa sakit bisa menjadi buruk dengan aktivitas. Kadang-kadang rasa
sakitnya mungkin lebih buruk di malam hari atau dengan duduk lama.
Seseorang mungkin memiliki mati rasa atau kelemahan dibagian
kaki yang memerima sarafnya dari kompresi saraf. Ini dapat
menyebabkan ketidak mampuan untuk plantarflexi kaki. Ini berarti
seseorang tidak dapat berdiri di atas jari kaki seseorang atau bawah
kaki ke bawah. Ini terjadi ketika yang pertama saraf sakral di kompresi
atau terluka (Appley, 2013)
6. Patogenesis
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang
elastis yang tersususn atas banyak unit rigit (vertebrae) dan unit
18
fleksibel (diskus intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot para vertebralis.
Kontruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas
sementara disisi lain tetap memberikan perlindungan yang maksimal
terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang
akan meyerap goncangan yang vertikal pada saat berlari atau
melompat, batang tubuh membantu mengstabilkan tulang belakang .
otot-otot abdominal dan thorak sangat penting pada aktifitas
mengangkat beban, bila tidak pernah di pakai maka akan
melemahkan struktur prndukung ini. Obesitas, masalah postur,
masalah struktur, dan peregangan berlebihan pendukung tulang
belakang dapat berakibatkan nyeri punggung (Yuliansia, 2013)
19
7. Pathway
Fibrokartilago padat
dan tak teratur Trauma primer seperti: Trauma sekunder seperti: adanya Kelebihan beban
trauma secara spontan penyakit HNP, osteoporosis, lumbalsakral
contohnya kecelakaan spondilitis, stenosis spinal,
spondilitis osteoatritis.
Stres mekanis diskus
lumbal bawah Pembentukan kurva
lumbal abnormal
Kontraksi punggung
21
Distraksi visual atau penglihatan adalah pengalihan
perhatian selain nyeri yang dirahkan ke dalam tindakan visual
atau melalui pengamatan. Misalnya melihat pertandingan
olahraga, menonton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan atau gambar.
b) Distraksi Audio/pendengaran
Pengalihan perhatian selain nyeri yang di arahkan ke
dalam tindakan-tindakan melalui orang pendengaran.
Misalnya mendengarkan musik yang di sukai atau mendengar
suara kicau burung serta gemercik air. Saat mendengrkan
musik, individu dinganjurkan untuk memilih musik yang di
sukai dan musik tenang seperti musik klasik dan di minta
untuk berkonsentrasi pada lirik dan irama lagu klien juga
diperbolekan untuk menggerakan tubuh mengikuti irama lagu
seperti bergoyang, mengetukka jari atau kaki.
c. Kompres
Pilihan alternatif lain dalam merdakan nyeri adalah terapi es
(dingin) dan panas. Namun begitu, perlu adanya studi lanjut untuk
melihat keefektifannya dan bagaimana mekanisme kerjanya.
Terapi es (dingin) dan panas di duga brkerja dengan menstimulasi
resport tidak nyeri(non nosiseptor) dalam bidang respoter yang
sama pada cedera.
Pemberian kompres panas biasa di lakukan hanya setempat
saja pada bagian tubuh tertentu. Dengan pemberian panas
pembuluh-pembuluh darah akan melebar sehingga memperbaiki
peredaran darah di sdalam jaringan tersebut. Dengan cara ini
penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel di perbesar
dan pembuangan dari zat-zat yang di buang akan di perbaiki.
Aktifitas sel yang meningkat akan mengurangi rasa sakit/nyeri dan
akan menunjung proses luka dan proses peradangan (Walsh,
2010).
22
d. Relaksasi
Relaksi adalah surat tindakan untuk membebaskan mental
dan fiasik dari ketegangan dan stres dan sehingga dapat
meningkatkan teleransi terhadap nyeri. Teknik relasi yang
sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat,
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas
dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat
dipertahankan dengan menghitug dalam hati dan lambat bersama
setiap inhalasi (“hirup,dua,tiga) dan ekshalasi (“hembus, dua,
tiga). Pada saat perawat mengerjakan ini akan sangat membantu
bil menghutung dengan keras bersama pasien pada awlnya.
Napas yang lambat, berirama, juda dapat di gunakan sebagai
teknik distraksi. Hampir semua orang dengan nyeri kornis
mendapatkan manfaat dari metode relaksi periode relaksi yang
teratur dapat membantu untuk melawan kelatihan dan keterangan
otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningtkan nyeri
(Salma, dkk, 2010)
e. Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi
seseorang dalam suatu cara yang sudah di rencanakan secara
khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Tindakan ini
membutuhkan konsentrasi yang cukup. Upaya kondisi lingkungan
klien mendukung untuk tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau
menyengat, atau cahaya yang sangat terang perlu dipertimbakan
agar tidak mengganggu klien untuk berkomunikasi beberapa klien
lebih rilex dengan cara menutup matanya (prasetyo 2010).
9. Pengukuran Nyeri
Intensitas nyeri adalah laporan mandiri tentang nyeri.
Perawat bisa mendapatkan laporan mandiri ini dengan meminta
klien untuk mengukur nyeri pada skala yang harus mereka
bayangkan atau menunjukkan skala yang ada pada klien. Individu
yang mengalami nyeri mungkin mendapatkan kesulitan untuk
23
berkonsentrasi pada tugas mental dan merasa kesulitan untuk
berespons terhadap skala yang harus mereka bayangkan. Di
beberapa rumah sakit sangat menguntungkan jika disediakan
salinan skala intensitas nyeri di tempat yang dapat dilihat dengan
jelas oleh tiap klien, biasanya ditempelkan di dinding sebelah
tempat tidur (Black & Hawks, 2014). Intensitas nyeri merupakan
suatu gambaran untuk mendeskripsikan seberapa parah nyeri
yang dirasakan oleh klien, pengukuran nyeri sangat subyektif dan
bersifat individual sehingga intensitas nyeri yang dirasakan akan
berbeda dengan individu lainnya (Tamsuri, 2007 dalam (Wiarto,
2017). Penilaian dan pengukuran derajat nyeri sangatlah penting
dalam proses diagnosis penyebab nyeri, sehingga dapat dilakukan
tindakan selanjutnya yang tepat meliputi tindakan farmakologi dan
tindakan non farmakologi. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin
menggunakan metode pengukuran skala nyeri meliputi Numeric
Rating Scale (NRS) dan Wong Baker FACES Pain Rating Scale,
masing-masing dari kelebihan serta kekurangan skala pengukuran
nyeri tersebut meliputi: Ukuran Intensitas Nyeri
.
1. Skala Intensitas Nyeri Deskriptif (VDS)
Verbal Descriptor Scale (VDS) adalah garis yang terdiri
dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang telah disusun dengan
jarak yang sama sepanjang garis. Ukuran skala ini diurutkan dari
“tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahan”.Perawat
menunjukkan ke klien tentang skala tersebut dan meminta klien
untuk memilih skala nyeri terbaru yang dirasakan.Perawat juga
menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan
seberapa jauh nyeri terasa tidak menyakitkan.Alat VDS
memungkinkan klien untuk memilih dan mendeskripsikan skala
nyeri yang dirasakan.
24
Gambar 2.1
Verbal Descriptor Scale (VDS)
Sumber : (Yudiyanta, Khoirunnisa, & Novitasari, 2015)
25
Tabel : 2.
Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Skala Keterangan
1. 0 : Tidak nyeri
2. 1-3 : Nyeri ringan dapat berkomunikasi
3. 4-6 : Nyeri sedang, mendesisi menyeringai
4. 7-9 : Nyeri berat : tidak dapat mengikuti perintah
5. 10 : Nyeri sangat berat : tidak mampu
lagi berkomunikasi.
Gambar 2.2
Numeric Rating Scale (NRS)
Sumber : (Yudiyanta, Khoirunnisa, & Novitasari, 2015)
26
Gambar 2.3
Visual Analog Scale (VAS)
Sumber : (Yudiyanta, Khoirunnisa, & Novitasari, 2015)
27
Gambar 2.4
5. Kuisioner Paindetects
Kuesioner ini bersifat selt-report sederhana dan sangat
bermanfaat dalam mendekati Paindetectsi komponene nyeri oada
pasien dengan nyeri kronik.Paindetect Quenstionnari (PDQ) di
kembangkan di jerman pada populasi nyeri punggung bawah
kronik. PDQ ini terdiri atas empat sesi pertanyaan. Deskripsi sesi
pertanaan pertama terdiri atas tiga item dengan ketentuan 0=
tidak nyeri, 10= nyeri maksimal. Disebut sebagai skala penilaian
intensitas nyeri sewaktu, yang umun kita kenal dengan VAS san
NRS. Item-item pada pertanyaan ini menilai nyeri sewaktu,
intensitas rata-rata nyeri beberapa minggu terakhir dan nyeri
terberat beberaoa minggu terakhir. Sesi pertama ini untuk
mengetahui adanya keluhan nyeri meskipun tidak termasuk dalam
sistem skoring kuisioner (Margareta, 2014).
Pertanyaan sesi kedua, pasien diminta untuk menandai
satu dari empat gambaran poladenhgan penilaian sebagai
28
berikut : nyeri menetap dengnan sedikit fluktuasi (0), nyeri
persisten dengan nyeri lebih kuat (-1), serangan nyeri tanpa ada
rasa nyeri diantaranya hilang timbul (1 poin), serangan nyeri
diantara rasa nyeri yang ada (1 poin).
Pertanyaan ketiga, meliputi pemetaan sensori sesuai
dermatom. Pasien di minta untuk memberikan tanda pada
gambar, area nyeri yang dirasakan pada bagian tubuhnya dan
menjawabpertanyaan dikolom ya atau tidak adanya pelajaran
nyeri. Jawaban positif adanya pelajaran diberi skor 2.
Sesi pertanyaan terakhir terdiri dari 7 butir pertanyaan
sensorik. Butir-butir ini dinilain 6 poin dalam bentuk ordinal
responden dengan batasan 0= tidak ada, 1= hampir tidak terasa,
2= sedikit, 3 = sedang, 4= kuat, 5 sangat kuat. Poin jawaban
tersebut berlaku padapertanyaan sensorik: rasa terbakar, tertusuk,
tusuk, serangan nyeri, mati rasa danstimulus tekan. Jumlah skor
pada blok terakhir berkisar antara 0 hingga 35. Kisaran total skor
kuisioner antara -1 sampai 38, dengan total scoring:
1) 0-12= tidak nyeri
2) 13-18= nyeri ringan
3) 19-38= nyeri sedang sampai berat
Kuisioner paindetect memiliki keunggulan yang lebih di lihat
dari bentuk kuisioner murni tanpa di sertai dengan pemeriksaan
fisik sehingga menjadikan paindetectmudah, singkat dan dapat
digunakan secara mandiri baik oeh klinis maupun penderita
ditingkat pelayanan kesehatan primer. Paindetect memiliki
sensitifitas dan spesifitasi yang cukup tinggi dalam mengukur
komponen nyeri. Paindetect alat pengukur nyeri yang mudah
diimplementasikan pada survei skala besar nyeri dibandingkan
dengan alat ukur lainnya. Paindetect ini cocok diteliti karena smua
pertanyaan tertera didalam kuisioner, pasien lebih mudah
memahami pertanyaan yang diberikan dan akurat untuk di teliti.
Kelebihan kuesioner painDETECT yang lebih karena di lihat
dari bentuk kuesioner murni tanpa di sertai pemeriksaan fisik
bedside membuat painDETECT mudah, singkat dan dapat di
29
gunakan secara mandiri oleh klinis dan menghemat waktu serta
dapat menghasilkan informasi segera. Kekuranganya yaitu tingkat
kegagalan dalam mengidentifikasi nyeri neuropatik sekitar 10-
20%. Oleh karena itu terkadang penilaian klinis nyeri neuropatik
tetap tidak dapat di gantikan.
30
a. Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
b. Dekatkan alat
c. Memberikan posisi yang nyaman pada klien
3) Pelaksanaan
a. Cuci tangan
b. Mengisi buli-buli dengan air panas: ¼ - ¾ (saat mengisi air,
buli-buli diletakan rata dengan kepala, buli-buli ditekuk
samapai permukaan air kehilangan agar udara tidak
masuk).
c. Tutp dengan rapat dan balik kepala buli-buli ke bawah
untuk meyakinkan bahwa air tidak tumpah
d. Letakan buli-buli pada daerah yang akan dikompres
e. Angkat buli-bulin setelah 15-30 menit, kemudian isi lagi
kantung karet air hangat lakukan kompres ulang jika klien
menginginkan
f. Catat perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan
pada menit ke 15-30
g. Setelah selsai, keringkan daerah kompres atau bagian
tubuh yang basah den rapikan alat
h. Cuci tangan
4. Penatalaksanaan Nyeri punggung Kompres air Hangat
Kompres hangat berdampak pada peningkatan
metabolisme sehingga aliran darah meningkat, transportasi
oksigen dan nutri adekuat, mengalirkan leucocyt-leucocyt
sehingga mengurangi mediator-medoator nyeri dan nyeri
berkurang. Air hangat dapat menigkatkan efek relaksasi
sehingga hormon endrofhin di keluarkan yang merupakan
analgesic alami. Air hangat dapat meningkatkan elastisitas
kolagen yang bermanfaat terhadap fleksibilitas pergerakan
membuka lpembuluh darah. Kompres air hangat ini suatu
tundakan atau menghilangkan sensasi nyeri, mengurangi atau
mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat (Hidayat
dan Uliyag 2012).
31
Menurut yohana (2017), mengatakan bahwa kompres
hangat dapat memberikan dampak untuk lansia merasakan
nyeri, dimana pada saat kompres di letakan di tempat yang
nyeri maka rasa panas tersebut akan berpinda ke tubuh atau
kulit, sehingga terjadilah kondusi yang terjadi pada tubuh
sehingga menyebabkan vasodilatasi pembulu darah dan
menurukan otot yang tegang agar otot menjadi relaksasi dan
rasa nyeri berkurang.
Menurut stefen (2014), dengan pemberian kompres
hangat, pembulu-pembulu darah akan melebar sehingga
memperbaiki peredaran dara dalam jaringan tersebut. Dengan
cara ini penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel di
perbesar dan pembuangan dari zat-zat di buang akan di
perbaiki. Aktifitas sel meningkat akan mengurangi rasa nyeri
dan akan menunjang proses penyembuhan.
Hal ini sesuai dengan penilitian Chlyatis Zahroh, Kartika
Faiza (2018) dengan judul pengaruh kompres hangat terhadap
penurunan nyeri pada penderita penyakit artritis goud. Hasil
penelitian dari Chlyantis Zahroh, terapi kompres air hangat
efektif untuk mengurangi nyeri sendi pada lansia.
32
33
F. KERANGKA TEORI
Sistem
muskuloskeletal
Nyeri punggug
penatalaksanaan
34
BAB III
METODE
2. Kata kunci
Pencarian artikel atau jurnal menggugunakan keyword dan
bolean operator (AND, OR NOT or AND NOT) yang digunakan
untuk memperluas atau menspesifikan pencarian sehingga
mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
35
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang diperboleh bukan dari pengamatan langsung
kakan tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti-peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang
didapat berupa artikel atau jurnal yang relevan dengan topik yang
dilakukan menggunakan database Scient Drect, dan Google
Scholar
36
C. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas
1. Hasil penilaian dan seleksi studi
Berdasarkan hasil pencarian literatur melalui publikasi
Scient Direct, dan Google Scholar menggunakan kata kunci
“Compress warm water” AND “back pain” AND ”elderly” penelitian
menemukan 120 jurnal yang sesuai dengan kata kunci tersebut.
Jurnal penelitian tersebut kemudian diskrining sebanyak 20 jurnal
di ekslusi karena terbitan tahun 2010 kebawah dan menggunakan
bahasa Inggris dan Indonesia assement kelayakan terhadap 30
jurnal, jurnal yang di publikasi tidak sesuai dengan kriteria inklusi
dilakukan ekslusi, sehingga di dapatkan sepuluh jurnal yang
dilakukan review.
37
Pencarianmenggunakan Excluded (n = 64)
keyword melalui database
Problem/populasi :
scient direct, dan google sholar
- Tidak sesuai dengan topik (n
N=120 = 20)
Intervention :
Seleksi jurnal 10 tahun terakhir dan
- Tidak ada terapi kompres air
menggunakan bahasa inggris dan
hangat (n = 10)
bahasa Indonesia
Outcome :
N = 100
- Tidak ada hubungan dengan
nyeri punggung (n = 14)
Seleksi judul dan duplikat
Study design :
N = 86
- Deskriptif (n = 18)
Identifikasi Abstrak
N= 22
Excluded (n = 12)
N= 10
38
dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti,
tahun terbit, judul, metode hasil penelitian serta database.
No Author Tahun Volume Judul Metode (Desain, Hasil database
angka Sampel, Variabel, penelitian
Instrumen,
Analisis)
39
in pain
intensity,
disability,
quality of life,
and back
performance.
3 Mahmud 2018 Volume Perbedaan D: Quasy diketahui Google
Ady 4 no. 2 Tingkat Nyeri Eksperimental bahwa scholar
Yuwanto, Low Back S: sebelum
Kustin Pain V: tingkat nmyeri dilakukan
sebelumdan low back pain dan kompres
sesudah kompres air hangat nyeri
dilakukan hangat responden
kompres air I:pretest-posttest dalam
hangat A: uji normalitas kategori nyeri
Shapiro-Wilk sedang
setelah
dilakukan
kompres
hangat nyeri
responden
dalam
kategori nyeri
ringan. Hasil
dari analisa
didapatkan
nilaipvalue =
0,000 < α
0,01
menunjukkan
bahwa ada
perbedaan
tingkat skala
nyeri
sebelum dan
setelah
dilakukan
kompres
hangat,
40
kompres
hangat dapat
menurunkan
nyeri LBP.
Diharapkan
pada pekerja
khusunya
pekerja
sektor
perkebunan
menggunaka
n terapi
alternatif
kompres air
hangat untuk
mengurangi
rasa nyeri
LBP.
4 Priyani 2018 Volume Efektifitasko D: quasy Rata-rata Google
Haryanti1 5 no 2 mpres eksperimental penurunan scholar
, Gloria hangan dengan pre and skala nyeri
Juniarti basah dan post test without kompres
kering control. hangat
terhadap S: quota kering 1,94
nyeri sampling, dan basah
punggung V: kompres 0,19 dengan
pada lansia hangat basa dan P value
kering terhadap 0,000 ≤ 0,05.
nyeri punggung Uji beda
pada lansia kompres
I: pretest dan hangat
posttest kering dan
A: uji Mann basah P
Whitney value 0,48.
41
Dewi 1, no 2 penurunan experiment informasi scholar
SLI , skala nyeri adanya
S:purposive
Alfrina antara perbedaan
sampling
Hany , bekam yang
Dion kering signifikan
V:Perbedaan
Kuntho kompres ketiga
penurunan skala
Adi panas kering intervensi
nyeri antara
dan infrared dengan p =
bekam kering
radiasi pada 0,00 dan
kompres panas
penderita alpha 0,05.
kering dan
nyeri Setelah
infrared radiasi
punggung dilakukan uji
pada penderita
bawah Tukey
nyeri punggung
didapatkan
bawah
informasi
I: pre test bahwa terapi
radiasi infra
A: iji anova merah
memberikan
pengaruh
paling baik
dalam
menurunkan
nyeri
punggung
bawah
dengan p =
0,00 dan
alpha 0,05.
Berdasarkan
penelitian ini
disarankan
menggunaka
n terapi
bekam kering
sebagai
alternatif
mengurangi
42
nyeri karena
lebih efisien
dari segi
waktu dan
biaya.
43
pada lansia berarti ho
ditolak dan
I: pre test dan
ha diterima
post test
yaitu latihan
gerak pinggul
A: uji paired
(streetching)
sample t-test
lebih
berpengaruh
terhadap
penurunan
intensitas
nyeri
punggung
bawah pada
lansia jika
dibandingkan
dengan
pemberian
kompres
hangat.
44
A: uji satatistik yang
mann diberikan
kompres air
hangat
mayoritas
mengalami
penurunan
skala nyeri
sebanyak 4
responden.
Analisa
data
menggunak
an uji
statistik
Mann
Whitney
dengan
nilai p
45
9 MUHAM 2016 Volum Pengaruh D:quasi diharapkan Google
MAD e 2 no pemberian eksperiment dapat scholar
FAQIH 3 kompres menjadi
S:purposive
AMINU panas dan bahan
sample
DIN. kompres acuan
dingin peneliti
V: Pengaruh
terhadap selanjutnya
pemberian
penurunan mengenai
kompres panas
nyeri pada kompres
dan kompres
low back panas dan
dingin terhadap
pain kompres
penurunan nyeri
dingin yang
pada low back
lebih efektif
pain
terhadap
I:pre-test and penurunan
post-test nyeri Low
Back Pain
A:uji Wilcoxon Mogenic.
dan
46
terdapat
perbedaan
tingkat nyeri
antara
kelompok
terapi bekam
dan
kelompok
kompres
hangat
(p=0,369),
sehingga
kedua
perlakuan
memiliki
persamaan
pengaruhnya
pada tingkat
nyeri
punggung
bawah. Hasil
penelitian
tersebut bisa
memberikan
masukan
kepada
tenaga
kesehatan
dalam
memberikan
intervensi
keperawatan
mandiri dan
khususnya
kepada
masyarakat
dalam
menangani
47
masalah
nyeri
pungguh
bawah
DAFTAR PUSTAKA
Andini, F. (2015). Risk Factors Low Back Pain in worl. faktor kesehatan , 12-19.
48
Haryanti, P., & Juniarti, G. (2017). Efektifitas Kompres Hangat Basa Dan Kering
terhadap Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Telen Kutai Timur Kalimantan Timur. Kesehatan , 28-36.
Husanna, G. S., & Dewi, N. S. (2012). The Effect Of Slow Stroke Back
Massage(SSBM) TO The Change Of The Pain Intensity In Patients With acute
Low Back Pain (LBP). Nursing studies , 66-72.
Kholifa, S. N., Dwisatyadini, M., Enny, S., Suparmi, & Sosiawan, A. (2016).
Keperawatan Gerontik. Jakarta: Pundik SDM Kesehatan.
Nurlis, E., Bayhakki, & Erika. (2012). Pengaru Terapi Dingin Ice Massage
Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Penderita LOw Back Pain. pengaru
Terhadap dingin , 185-191.
Putri, O. R., Andarmoyo, S., & Sari, R. M. (2019). Efektivitas Terapi Kompres Air
Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Sendi Pada Lansia. Ilmu Kesehatan , 135-139.
Yuswatiningsi, E., Meiedietik, D. E., & ningrum, N. M. (2019). The Effect of Tai
Chi Gymnastic on Decreasing Low Back Pain of Elderly Farmers. of Health
Advancement (AIJHA) , 118-122.
49
Zahro, C., & Faiza, K. (2018). Pengaru Kompres Hangat Terhadap Penurunan
Nyeri Pada Penderita Penyakit Atritis Goat. jurnal dan kebidanan , 182-187.
Zuriati. (2017). Efektifias Kompres Air Hangat Dan Kompres Jahe Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Asam Urat Di Puskesmas Lubuk Bagalung.
Efektifita
50
Sri Yanti1, I. (2019). Pengaruh Latihan Gerak Pinggul (Streetching) dan Kompres
Hangat terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Punggung Bawah pada Lansia.
Junal pendidikan olahragaVol. 9, No. 2, Juli-Desember 2019 , 6-10.
51
LAMPIRAN
52
53
54
55
STANDAR OPERATING PROSEDUR (SOP)
KOMPRES AIR HANGAT
56
g. Lap kerja
h. Alat dokumentasi
3) Persiapan klien dan lingkungan
d. Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
e. Dekatkan alat
f. Memberikan posisi yang nyaman pada klien
4) Pelaksanaan
i. Cuci tangan
j. Mengisi buli-buli dengan air panas: ¼ - ¾ (saat mengisi air,
buli-buli diletakan rata dengan kepala, buli-buli ditekuk
samapai permukaan air kehilangan agar udara tidak
masuk).
k. Tutp dengan rapat dan balik kepala buli-buli ke bawah
untuk meyakinkan bahwa air tidak tumpah
l. Letakan buli-buli pada daerah yang akan dikompres
m. Angkat buli-bulin setelah 15-30 menit, kemudian isi lagi
kantung karet air hangat lakukan kompres ulang jika klien
menginginkan
n. Catat perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan
pada menit ke 15-30
o. Setelah selsai, keringkan daerah kompres atau bagian
tubuh yang basah den rapikan alat
p. Cuci tangan
57