TINSY CLAUDIA .A
NIM : F20170118
Proposal ini telah kami setujui untuk diajukan pada Seminar Proposal Program
Penulisan.
Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
STIKES-MW Kendari.
dilakukan semaksimal mugkin meskipun jauh dari kata sempurna oleh karena itu saran-
saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk meningkatkan mutu dari
Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa menghanturkan rasa terimakasih yang
kepada Wa Ode Nova Noviyanti R, S.Psi., M.Kes selaku Pembimbing II atas semua
waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam membimbing, mengarahkan,
memberi saran maupun kritik sehingga Proposal Penelitian ini menjadi lebih baik.
Demikian semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
amin
penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LatarBelakang................................................................................................ 1
B. RumusanMasalah........................................................................................... 2
C. TujuanPenelitian ........................................................................................... 3
D. ManfaatPenelitian.......................................................................................... 3
E. KebaruanPenelitian........................................................................................ 4
BAB II TINJAUANPUSATAKA
1. Jerawat ..................................................................................................... 6
2. Uraian Antibakteri.................................................................................. 14
iv
C. Kajian Empiris .............................................................................................. 27
E. Hipotesis Penelitian....................................................................................... 31
DAFTARPUSTAKA................................................................................................ 42
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kebaruan Penelitian.........................................................................................................4
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
1. cm centimeter
2. C Celcius
4. G Gram
5. kg kilo gram
6. mg mili gram
7. mL mili Liter
viii
BAB I
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kesehatan adalah salah satu bidang ilmu yang mengalami perkembangan
paling cepat saat ini begitu pula dengan perkembangan tindak pidana dibidang ilmu
kesehatan. Tindak pidana yang terjadi di bidang ilmu kesehatan antara lain malpraktek,
pemalsuan obat, pengedaran dan penyalahgunaan obat tanpa izin dan transplantasi
baik negara maju maupun sedang berkembang, karena kesehatan merupakan salah satu
faktor yang menentukan kemajuan suatu negara dan merupakan hak asasi manusia.
kesehatan yang mengkombinasi ilmu kesehatan dan ilmu kimia, mempunyai peran dan
Obat dalam bidang farmasi dapat berupa obat untuk kesehatan tubuh dan untuk
Jerawat atau acne vulgaris merupakan penyakit kulit obstruktif dan inflamatif
kronik pada pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja. Di Indonesia sekitar 95-
100% laki-laki maupun 83-85% perempuan usia 16-17 tahun menderita jerawat.
Prevalensi jerawat pada perempuan dewasa sekitar 12% dan pada laki-laki dewasa 3%.
Dalam suatu penelitian lain didapatkan bahwa jerawat merupakan masalah kulit sampai
melewati masa remaja dengan prevalensi perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-
laki pada rentang usia 20 tahun atau lebih (Ika et al., 2015).
2
Jerawat atau yang biasa disebut acne vulgaris adalah gangguan pada folikel
rambut dan kelenjar sebasea. Jerawat terjadi akibat tersumbatnya folikel polisebasea
sebasea yang didukung dengan kurangnya kebersihan kulit dan tersumbatnya pori-pori
kulit sehingga berakibat pori-pori kulit sulit untuk bernafas dan dapat mengakibatkan
dalam jangka panjang dapat menimbulkan resistensi, kerusakan organ dan imuno
dan alkaloid. Kontrol positif yang digunakan adalah klindamisin 4μg/disk sedangkan
kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 10%. Analisis data menggunakan
program R-Commander versi 3.0.3. Berdasarkan hasil penelitian fraksi n-Heksana kulit
buah naga merah memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. acnes, dengan rata-rata
zona hambat dari konsentrasi 20; 40 dan 80 mg/mL masing-masing secara berurutan
adalah 9 mm; 10,25 mm dan 10,5 mm. Sedangkan pada S. epidermidis fraksi n-
Heksana kulit buah naga merah tidak memiliki aktivitas antibakteri ( et al., 2014).
Penelitian lain menunjukkan bahwa Fraksi n-heksan dan etil asetat dapat
dan semakin membesar seiring dengan bertambahnya konsentrasi. Pada fraksi air dapat
epidermidis dimulai pada konsentrasi 12, 5 mg/mL. Hasil uji korelasi menunjukkan
hubungan yang yang sangat kuat dengan nilai Asymp Sig (2- tailed) > 0,05 dengan
pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap diameter zona hambat sebesar 80,5 sampai
3
Hasil riset lain menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba krokot dapat
bening disekitar disc, diameter daya hambat yang dihasilkan oleh konsentrasi 25%
(10,0) konsentrasi 50% (11,0) dan 75% (11,5). Dari hasil zona hambat yang didapatkan
penelitian dengan judul “Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksan, Etil Asetat dan Air
Staphylococcus Epidermidis”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aktivitas antibakteri fraksi n-heksana, etil asetat dan air herba krokot
epidermidis ?
2. Pada konsentrasi berapakah fraksi n-heksana etil asetat dan air herba krokot
3. Pada konsentrasi berapakah fraksi herba krokot yang paling efektif dalam
epidermidis ?
C. Tujuan Penelitian
4
1. Mengetahui aktivitas antibakteri fraksi n-heksana etil asetat dan air herba krokot
epidermidis.
2. Mengetahui konsentrasi fraksi n-heksana etil asetat dan air herba krokot (Portulaca
3. Mengetahui konsentrasi fraksi herba krokot yang paling efektif dalam menghambat
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
epidermidis dari fraksi n-heksana etil asetat dan air herba krokot (Portulaca
oleracea L.)
2. Manfaat Praktis
5
b. Bagi Institusi, penelitian ini dapat meningkatkan kredibilitas institusi prodi
Lokal.
E. Kebaruan Penelitian
6
Daun Jawer Kotok (Coleus yang sama berbeda
atropurpureus L.) terhadap
bakteri Propionibacterium
acnes ATTC 123 dan
Staphylococcus epidermidis
ATTC 12228
5. Rachman Uji Aktivitas Antibakteri Menggunakan Menggunakan
(2017) Fraksi Ekstrak Etanol Biji bakteri uji sampel yang
Alpukat (Persea americana yang sama berbeda
Miller) terhadap Bakteri
Propionibacterium acnes
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
membunuh pertumbuhan bakteri yang merugikan dan relatif aman digunakan oleh
bakteri pada inang yang telah terinfeksi serta mencegah terjadinya kerusakan yang
Antibakteri harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin, artinya zat
harus bersifat sangat toksik terhadap bakteri, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes.
mensintesis sendiri dari asam para amino benzoat (PABA). Apabila antibakteri
7
Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan. Kerja antibakteri ini adalah
menjadi tidak. Akibatnya, tekanan osmotik dalam sel bakteri menjadi lebih
tinggi daripada tekanan di luar sel maka kerusakan dinding sel bakteri akan
protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiah. Jika kondisi atau substansi
protein terjadi dengan cara terikatnya salah satu komponen ribosom dengan
Protein, DNA, dan RNA berperan penting dalam proses kehidupan normal sel
bakteri. Apabila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat
8
Aktivitas antibakteri diukur secara in vitro agar dapat ditentukan kemampuan
(spektrum luas atau spektrum sempit), cara kerja (bakterisidal atau bakteriostatik),
mempunyai aktivitas yang tinggi apabila KHM terjadi pada kadar yang rendah
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu (Aisyah,
a. Metode Difusi
berdifusinya zat antibakteri dari titik awal pemberian ke daerah difusi. Pada
metode ini dapat digunakan kertas cakram atau lubang sumuran yang
mengandung zat antibakteri di atas media yang diinkubasi pada suhu dan waktu
Kekuatan zat antibakteri bisa digolongkan sesuai dengan lebar diameter zona
hambat.
b. Metode Dilusi
suspensi kuman dalam media, sedangkan pada dilusi padat tiap konsentrasi
antibakteri dicampur dengan media agar lalu ditanami bakteri dan diinkubasi
pada suhu dan waktu disesuaikan dengan bakteri uji. Hasil inkubasi dengan
9
bakteri. Potensi antibakteri ditentukan dengan melihat konsentrasi terendah
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Propionibacteriaceae
Marga : Propionibacterium
cara merusak stratum corneum dan stratum germinat dengan cara menyeksresikan
mengeras. Jika jerawat disentuh maka inflamasi akan meluas sehingga padatan
10
Obat-obat yang biasa digunakan untuk terapi topikal kebanyakan mengandung
unsur sulfur dan astrigen lainnya. Benzoil peroksida 2,5-10% sangat aktif dalam
melawan Propionibacterium acnes. obat ini bersifat komedolitik, karena obat ini
juga sama efektifnya dengan benzoil peroksida (Dewi, Habibah, & Mastra, 2020).
perut kosong akan mengakibatkan dampak yang buruk. Studi terbaru menyatakan
daripada tetrasiklin.
Kingdom : Protista
Divisi : Schizophyta
Class : Schyzomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Staphylococcus
sebagai flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia. Staphylococcus
biasanya tersusun dalam rangkaian tidak beraturan seperti anggur dan bersifat
anaerob fakultatif. Bakteri ini merupakan penyebab infeksi kulit ringan yang
11
C. Tinjauan Umum Variabel Bebas
a. Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Portulacaceae
Genus : Portulaca
b. Deskripsi Tanaman
12
Krokot (Portulaca oleracea L.) merupakan tanaman yang dapat
obat herbal dan beberapa jenis karena keindahan bunganya digunakan sebagai
tumbuh tegak; berdaun tunggal, tebal berdaging berbentuk bulat telur dengan
warna permukaan atas daun hijau tua dan permukaan bawahnya merah tua,
tangkainya pendek, dan bagian ujung daun bulat melekuk ke dalam (Putra,
dalam ekstrak krokot (Portulaca oleracea L.) adalah golongan tannin, saponin dan
2. Uraian Fraksinasi
Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara zat cair dengan zat cair.
non polar, semi polar, dan polar. Senyawa yang memiliki sifat non polar akan larut
dalam pelarut non polar, yang semi polar akan larut dalam pelarut semi polar, dan
yang bersifat polar akan larut kedalam pelarut polar. Fraksinasi ini umumnya
fase pelarut yang memiliki massa jenis berbeda yang tidak tercampur (Luntungan,
13
Ekstrak yang telah dilarutkan dalam, nantinya akan dimasukkan ke dalam
Setelah itu corong pisah dikocok. Setelah dikocok, akan terbentuk dua lapisan
seperti pada Pelarut yang memiliki massa jenis lebih tinggi akan berada di lapisan
bawah, dan yang memiliki massa jenis lebih kecil akan berada di lapisan atas.
Senyawa yang terkandung dalam ekstrak nantinya akan terpisah sesuai dengan
tingkat kepolaran pelarut yang digunakan. Senyawa akan tertarik oleh pelarut yang
1) Presipitasi
larutan.
suhu larutan ekstrak. Komponen yang kurang larut akan mengendap keluar
dan dapat dipisahkan dengan sentrifugasi atau filtrasi. Jika satu zat hadir
banyak digunakan sebagai tahap akhir dalam isolasi senyawa tunggal dari
dengan pendinginan agak terbatas di kasus larutan air. Jika ekstrak awalnya
14
pada suhu kamar, hanya sedikit penurunan suhu yang dimungkinkan
berbeda. Jika asli ekstrak dibuat dengan air, kemudian metanol, etanol 96%
untuk ekstraksi awal, penambahan dengan cara yang sama pelarut miscible,
relatif polar seperti aseton akan mengendap komponen polar paling sedikit.
kuat yang sangat larut dalam air. Senyawa non-ionik yang kurang larut
hadir dalam ekstrak akan dipindahkan dan akan diendapkan. Teknik ini
komponen protein dan peptida dari ekstrak. Amonium sulfat adalah salah
adalah kompleksasi antara senyawa dalam ekstrak dan satu dalam larutan
dilarutkan dalam cairan lain yang tidak bercampur dengan yang pertama,
15
dua lapisan terbentuk. Setiap komponen campuran akan memiliki kelarutan
oleh pencampuran yang cukup kuat dari dua fase dalam labu pemisah
(Gambar 2).
Kelarutan zat yang tidak bermuatan dalam fase apa pun pada suhu
tetap tergantung pada kesamaannya dalam polaritas dengan fase cair, itu
tinggi untuk cairan di mana sejumlah besar ion dengan muatan berlawanan
ada dan dengan demikian, dalam hal ini, 'berlawanan menarik', mis. zat
asam akan larut lebih banyak dalam basa daripada fase berair netral atau
asam. Rasio konsentrasi suatu zat dalam dua fase disebut koefisien partisi,
k. Zat yang berbeda akan memiliki koefisien partisi yang berbeda sehingga,
jika satu senyawa cukup polar, koefisien partisi-nya relatif terhadap fase
yang lebih polar jauh lebih tinggi dari pada senyawa fase non-polar. Jadi
ketika ekstrak terkena dua cairan yang tidak dapat bercampur, zat terlarut
16
3) Destilasi
pengaruhi oleh destilasi frasional. Proses ini digunakan secara luas dalam
disepanjang kolom pendingin yang terletak di atas titik didih. Senyawa yang
didih sedangkan paling banyak volatile menguap jauh lebih jauh. Penarikan
poin diposisikan di sepanjang kolom dan kondensat cair yang diambil dari
17
4) Dialisis
membran sel dan sangat penting dalam banyak proses fisiologis. Bagian
tipis, terdiri dari bahan polimer dengan pori-pori biasa, yang memungkinkan
lewatnya molekul kecil (massa molekul <1000 dalton). Bagian dari molekul
yang lebih besar sangat terhambat atau tidak mungkin. Di bawah tekanan
air. Senyawa massa molekul rendah seperti garam, gula dan zat lainnya
18
luar membran harus diganti secara berkala, karena pergerakan melintang
2) Prosedur kromatografi
kuantitasi satu atau lebih senyawa dalam campuran tanpa perlu banyak
prosedur pembersihan. Teknis yang dibahas disini adalah pada prinsip yang
mg zat.
antara dua fase, salah satunya bergerak relatif terhadap lainnya. Fase- fase
ini disebut fase gerak dan stasioner, masing- masing fase fgerak adalah
fluida yang dapat berupa cairan, gas, atau super kritis, tetapi dalam
diam seperti yang digunakan biasanya nampak padat yang terdiri dari
dalam kasus lain fase diam, sejauh menyangkut proses ini adalah film
monomolekuler dari cairan yang terkait pada bahan pendukung padat atau
19
3. Uraian n-heksan
harus yang tidak toksik, mudah diuapkan, memiliki tingkat absorbsi yang baik, dan
dalam mengekstraksi suatu ekstrak. n-Heksana adalah bahan kimia yang dibuat dari
minyak mentah. N-Heksana murni adalah cairan tidak berwarna dengan bau sedikit
tidak menyenangkan. Bersifat sangat mudah terbakar, dan uap yang dapat meledak.
digunakan dalam industri dicampur dengan bahan kimia serupa yang disebut
dan gas alam dan juga digunakan sebagai reagen pada industri kimia dan
hidrokarbon dengan 6 atom karbon dan memiliki 19 isomer 2-metil pentana dan 3-
karbon dengan rumus molekul C6H14. Isomer n-heksana tidak reaktif dan
digunakan secara luas sebagai pelarut inert dalam reaksi organik karena n-heksana
bersifat non polar. n-Heksana didapatkan dari hasil penyulingan minyak mentah
dimana untuk produk industrinya ialah fraksi yang mendidih pada suhu 65-70 °C.
n-heksana biasa digunakan untuk mengekstrak minyak dan lemak yang memiliki
kepolaran yang sama. n-Heksana merupakan salah satu pelarut yang baik untuk
20
mengekstraksi senyawa-senyawa yang bersifat non polar. Dalam keadaan standar
senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air (Sugiarti et
al., 2020).
Etil asetat merupakan hasil reaksi antara asam asetat (CH3COOH) dan etanol
(reversible) atau dalam suasana asam reaksi ini disebut dengan esterifikasi Fischer.
Reaksi eterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks
asam karboksilat bersama etanol dengan katalis asam (Sugiarti et al., 2020).
Dalam proses tersebut, terbentuk azeotrop antara senyawa reaktan dan produk
sehingga sulit untuk memperoleh produk dengan kemurnian yang tinggi. Azeotrop
yang terbentuk pada reaksi tersebut yaitu antara etanol dan etil asetat (EtOH-EtAc),
etanol dan air (EtOH-H2O), etil asetat dan air (EtAc-H2O), serta etanol, etil asetat,
dan air (EtOH-EtAc-H2O). Dari keempat azeotrop yang terbentuk tersebut bentuk
ketiga komponen tersebut menjadi sulit, sehingga perlu adanya optimasi proses
Etil asetat atau yang sering disebut Ethyl Acetate dalam nama dagang
berat molekul 88,106 g/mol. Etil asetat adalah pelarut yang cukup polar yang
memiliki keuntungan sebagai Volatile, relatif tidak beracun, dan tidak higroskopis.
Etil asetat umumnya dibuat dengan esterifikasi etanol dan asam asetat (Johnston, V.
J., dkk. 2011). Etil asetat umumnya digunakan sebagai pelarut industri yang
digunakan untuk cat, pelapis, noda kayu, pernis berbasis minyak dan enamel,
21
perekat, selulosa, tinta, plastik, atau lemak. Selain itu, etil asetat dapat digunakan
dalam pembuatan film dan pelat fotografi, sebagai perantara obat atau penghilang
cat kuku. Di Indonesia terdapat dua Industri yang memproduksi etil asetat dengan
kapastas total 67.500 ton pertahun, Perusahaan tersebut adalah PT. Indo Acidatama
Tbk dengan kapasitas 7.500 ton per tahun dan PT. Showa Esterindo Indonesia
dengan kapasitas 60.000 ton per tahun. Namun produk etil asetat yang diproduksi
oleh kedua industri tersebut belum memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga
Indonesia sendiri masih membutuhkan import etil asetat dari luar negeri salah
satunya yaitu dari Cina dan Malaysia (Mailani & Pratiwi, 2019).
D. Kajian Empiris
Secara empiris tanaman pengobatan pada penyakit kulit berupa jerawat telah
banyak dilakukan, yaitu salah satunya dengan menggunakan tanaman herbal seperti
krokot yang telah dilaporkan memiliki efek antibakteri. Tanaman krokot digunakan
sebagai obat alternatif untuk mengobati penyakit kulit (borok, bisul, radang kulit, dan
kudis) yang disebabkan oleh bakteri serta secara oral untuk pengobatan disentri,diare
akut, radang akut usus buntu, radang payudara, wasir berdarah, keputihan, gangguan
system saluran kencing, sakit kuning, cacingan dan sebagai bakterisida (Rahardjo,
2007). Hal tersebut telah sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gazali (2016)
dijelaskan bahwa Ekstrak Etanol Akar krokot (Portulaca oleracea L.) mampu
menghambat bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri gram positif dan
22
BAB III
Jerawat atau yang biasa disebut acne vulgaris adalah gangguan pada folikel
polisebasea (saluran minyak) yang salah satu penyebabnya adalah infeksi bakteri
4μg/disk sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 10%. Analisis
penelitian fraksi n-Heksana kulit buah naga merah memiliki aktivitas antibakteri
terhadap P. acnes, dengan rata-rata zona hambat dari konsentrasi 20; 40 dan 80
mg/mL masing-masing secara berurutan adalah 9 mm; 10,25 mm dan 10,5 mm.
Sedangkan pada S. epidermidis fraksi n-Heksana kulit buah naga merah tidak
23
Penelitian lain menunjukkan bahwa Fraksi n-heksan dan etil asetat dapat
dan semakin membesar seiring dengan bertambahnya konsentrasi. Pada fraksi air dapat
epidermidis dimulai pada konsentrasi 12, 5 mg/mL. Hasil uji korelasi menunjukkan
hubungan yang yang sangat kuat dengan nilai Asymp Sig (2- tailed) > 0,05 dengan
pengaruh konsentrasi ekstrak terhadap diameter zona hambat sebesar 80,5 sampai
97,3% (Sugiarti et al., 2020). Hasil riset lain menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba
terbentuknya zona bening disekitar disc, diameter daya hambat yang dihasilkan oleh
konsentrasi 25% (10,0) konsentrasi 50% (11,0) dan 75% (11,5). Dari hasil zona hambat
: Variabel Dependen
: Variabel Independen
dan dependen
C. Variabel Penelitian
24
2. Variabel bebas 2. Variabel bebas pada penelitian ini adalah fraksi n-
heksan etil asetat dan air herba krokot (Portulaca
olerace L.).
3.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
a. Antibakteri
Kriteria objektif :
a. Fraksi n-heksan dan metanol herba krokot adalah hasil yang didapatkan dari
E. Hipotesis Penelitian
Keterangan :
25
P Value < 0,05 Ha diterima dan H0 ditolak
Keterangan :
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui
aktivitas antibakteri fraksi n-heksan etil asetat dan air herba krokot (Portulaca oleracea
rancangan penelitiannya adalah herba krokot yang akan di fraksi n-Heksan etil asetat
dan air kemudian hasil dari fraksi tersebut akan dibagi 3 konsentrasi (10%, 15% dan
20%) yang akan di uji aktivitasnya sebagai antibakteri. Table desain penelitian dapat
Replikasi
Keterangan:
C = Kosentrasi fraksi 20 %
26
E = Kontrol negatif larutan DMSO
Alat yang digunakan adalah Alat yang digunakan adalah autoklaf, batang
pengaduk, bunsen, botol coklat, blender, cawan petri, cawan porselin, corong, cutter,
gelas kimia, gelas ukur, hot plate, jangka sorong, inkubator, kaca objek, lampu spiritus,
laminar air flow (LAF), ose, oven, pipet tetes, pinset, rotary evaporator, sendok
alkohol 70%, pereaksi dragendorff, HCI pekat, kloroform, spirtus, pereaksi Mayer,
serbuk Mg, antibiotik sebagai kontrol positif (klindamisin), larutan NaCl (0,9%)
Bakteri uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Propionibacterium acnes
1. Populasi
Tenggara.
27
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah herba krokot (Portulaca oleracea L.) yang
1. Pengambilan Sampel
Herba krokot yang digunakan dalam penelitian diambil dari kebun warga
Sulawesi Tenggara. Sampel herba krokot diambil dalam kondisi segar pada pagi
hari.
2. Pengolahan Sampel
Herba krokot yang telah dikumpulkan terlebih dahulu dilakukan sortasi kering
dipisahkan daun, batang, bunga dan akarnya, setelah daun dan batangnya
dipisahkan dari bunga dan akarnya kemudian dilakukan sortasi basah dengan tujuan
untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada daun dan batang dengan
menggunakan air yang mengalir. Setelah itu sampel ditiriskan untuk mengurangi
kandungan air pada saat sortasi basah, kemudian dilakukan perajangan untuk
herba krokot semakin besar. Tanaman herba krokot yang telah dirajang kemudian
3. Ekstraksi Sampel
ditambahkan etanol 96% hingga seluruh bahan terendam. Wadah maserasi ditutup
28
rapat dibiarkan selama 3 hari, disimpan ditempat yang tidak terkena sinar matahari
langsung dengan pengadukan 1x24 jam dan pelarutnya diganti tiap 1x24 jam pula,
setelah itu disaring dengan kertas saring. Ampas dari hasil maserasi selanjutnya
dimaserasi kembali, dilakukan perlakuan yang sama hingga pelarut yang digunakan
tidak berubah warna. Sehingga diperoleh filtrat. Filtrat yang diperoleh diuapkan
4. Fraksinasi
Fraksinasi n-heksan, etil asetat, dan air dilakukan pembuatan dengan cara
heksan aquades (1:1) sebanyak 250 kemudian dikocok selama 10-15 menit setelah
itu didiamkan sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan n-heksan dan lapisan air.
ditambahkan dengan pelarut etil asetat lalu dikocok selama 10-15 menit setelah itu
didiamkan sehingga terbentuk 2 lapisan. Dikeluarkan lapisan air dan etil asetat
fraksi n-heksan, etil asetat dan air. Hasil fraksi ini kemudian dipekatkan dengan
a. Pemeriksaan Alkaloid
29
pereaksi Mayer sebanyak 3 tetes. Terbentuknya endapan jingga pada tabung ke
dua dan endapan putih pada tabung ke tiga menujukkan adanya alkaloid
asam sulfat pekat melalui dinding tabung tersebut. Bila berbentuk warnah hijau
kebiruan menunjukkan adanya sterol. Jika hasil yang diperoleh berupa cincin
c. Pemeriksaan Tanin
d. Pemeriksaan Saponin
Terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-
10cm. pada penambahan HCI 2 N, buih tidak hilang (Afriani et al., 2016).
e. Pemeriksaan Flavonoid
pada sampel. Tes positif bila terjadi warna merah-jingga (Afriani et al., 2016).
f. Pemeriksaan Kuinon
30
Tes Kuinon Sampel dipanaskan dalam air, kemudian disaring. Kemudian
g. Pemeriksaan Fenol
Tes Polifenol: fraksi uji di tambahkan dengan sejumlah air dalam tabung,
kemudian tabung dipanaskan dan disaring dalam kondisi panas. Filtrat yang
6. Skrining Kandungan Kimia Fraksi n-heksan, Etil asetat dan Air Herba Krokot
a. Pemeriksaan Alkaloid
dua dan endapan putih pada tabung ke tiga menujukkan adanya alkaloid
asam sulfat pekat melalui dinding tabung tersebut. Bila berbentuk warnah hijau
kebiruan menunjukan adanya sterol. Jika hasil yang di peroleh berupa cincin
31
kecoklatan atau violet pada perbatasan dua pelarut, menunjukan adanya
c. Pemeriksaan Tanin
Hasil positif tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam kebiruan pada
d. Pemeriksaan Saponin
Terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-
10cm. Pada penambahn HCI 2 N, buih tidak hilang (Afriani et al., 2016).
e. Pemeriksaan Flavonoid
pada sampel. Tes positif bila terjadi warna merah-jingga (Afriani et al., 2016).
f. Pemeriksaan Kuinon
g. Pemeriksaan Fenol
Tes Polifenol: fraksi uji ditambahkan dengan sejumlah air dalam tabung,
kemudian tabung dipanaskan dan disaring dalam kondisi panas. Filtrat yang
32
F. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-heksan, Etil asetat dan Air Herba Krokot
a. Sterilisasi Alat
Sterilisasi dilakukan pada alat-alat yang telah dicuci bersih dan dikeringkan.
Pembakar Bunsen, untuk mensterilkan peralatan seperti ose, jarum, dan spatula
dengan cara membakar ujung peralatan tersebut di atas api bunsen sampai
berpijar. Oven untuk mensterilkan cawan petri, pipet tetes, batang pengaduk dan
tabung reaksi. Penggunaan alat ini dengan memasukkan alat-alat tersebut kedalam
oven dan dipanaskan dengan suhu 160- 170ºC selama 1-2 jam (Andriani, 2016).
tersebut kemudian ditutup mulutnya dengan kapas dan dibungkus dengan kertas.
selama 15 menit pada suhu 121ºC dan tekanan 1 atm (Rambiko dkk., 2016).
b. Pembuatan Media
Media yang sudah steril, kemudian dituang dalam tabung reaksi steril
sebanyak 5 mL. Media dituang dalam kondisi hangat (40°C-45°C). Tabung reaksi
Bagian mulut tabung reaksi disumbat dengan kapas, kemudian ditunggu sampai
33
media memadat. Pembuatan media dilakukan secara aseptis dalam Laminar Air
Flow).
Bakteri uji ditumbuhkan pada media Nutrient Agar (NA) miring dengan
cara menggoreskan 1 ose bakteri dari biakan murni pada media NA miring.
Baketri uji ditumbuhkan pada medium Nutrient Agar (NA) dengan cara
menggoreskan bakteri dari biakan murni menggunakan jarum ose pada permukaan
agar miring. Bakteri yang sudah digoreskan pada media kemudian diinkubasi pada
fisiologis.
Adapun prosedur pengujian zona hambat pada fraksi n-heksan, etil asetat
dan air herba krokot dalam penelitian ini yaitu disiapkan media nutrient agar (NA)
steril yang telah di cairkan dan biarkan pada suhu 45°C, kemudian ditambahkan 1
mL suspensi bakteri uji, dipipet sebanyak 15 mL media nutrient agar (NA) tanpa
biakan biarkan hingga memadat, diletakkan 5 paper disk diatas permukaan yang
telah dicelupkan pada ekstrak etanol herba krokot (Portulaca oleracea) 10%, 15%
dan 20%, kontrol (+) Klindamicin dan kontrol (-) DMSO dengan menggunakan
pinset, diatur jarak paper disk satu dengan lainnya agar tidak saling berhimpitan,
diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37°C kedalam incubator, dikeluarkan dari
34
incubator dan diamati luas daerah hambatan pertumbuhan bakterinya dan diukur
Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data untuk penelitian ini adalah data
primer hasil zona hambat ekstrak herba krokot (Portulaca oleracea) yang dapat
diamati atau di observasi langsung kemudian diukur dan dihitung zona hambatan
b. Pengolahan data
(ANOVA).
H. Etika Penelitian
STIKES-MW, selanjutnya peneliti menentukan alat dan bahan yang akan digunakan
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni.
35
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, N., Harahap, M. R., & Arfi, F. (2020). ANALISIS FITOKIMIA DAN UJI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BIDARA (Ziziphusmauritiana L.)
TERHADAP Esherichia coli DAN Staphylococcus aureus. 2(3), 106–113.
Anggraeni, V. J., Yulianti, S., & Panjaitan, R. S. (2020). Fitokimia Dan Aktivitas
Antibakteri Dari Tanaman Mangga (Mangifera indica L). Indonesia Natural Research
Pharmaceutical Journal, 5(2), 102–113.
Dewi, K. E. K., Habibah, N., & Mastra, N. (2020). UJI DAYA HAMBAT BERBAGAI
KONSENTRASI PERASAN JERUK LEMON TERHADAP BAKTERI
Propionibacterium acnes. JST (Jurnal Sains Dan Teknologi), 9(1), 86–93.
https://doi.org/10.23887/jst-undiksha.v9i1.19216
Gelar, M., & Masyarakat, S. K. (2021). Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk.
Indriana, I., Meitasari, A. D., & Dewi, A. O. T. (2021). Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol
Herba Krokot (Portulaca oleracea L.) terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis.
Jurnal Farmasindo Politeknik Indonusa Surakarta, 5. Retrieved from
infikaindriannaa@gmail.com
Khumaidi, A., Nugrahani, A. W., & Gunawan, F. (2020). Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Kapas (Gossypium barbadense L.) terhadap Staphylococcus epidermidis
dan Propionibacterium acnes. Jurnal Farmasi Udayana, 9(1), 52.
https://doi.org/10.24843/jfu.2020.v09.i01.p08
Luntungan, B. M., Wewengkang, D. S., & Rumondor, E. (2021). UJI AKTIVITAS
ANTIBAKTERI EKSTRAK DAN FRAKSI SPONS Mycale Vansoesti DARI
PERAIRAN PULAU MANTEHAGE MINAHASA UTARA TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus.
Pharmacon, 10(2), 889. https://doi.org/10.35799/pha.10.2021.34040
Mailani, D. P., & Pratiwi, N. (2019). Pra Rancangan Pabrik Etil Asetat dari Asam Asetat
dan Etanol dengan Proses Esterifikasi Menggunakan Katalis Aberlyst-15 Kapasitas
57.000 Ton/Tahun. Jurnal Tugas Akhir Teknik Kimia, 4(2), 73–77.
Marpaung, J. K. (2020). Fraksinasi dan Karakterisasi Ekstrak Etanol Buah Pandan
Jeronggi (Iris domestica (L.) Goldblatt & Mabb) Serta Uji Aktivitas ANtibakteri Dari
Masing- Masing Fraksi.
Putra, B., Azizah, R. N., & Nopriyanti, E. M. (2020). Efek Imunomodulator Ekstrak Etanol
Herba Krokot (Portulaca oleracea L.) terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan
dengan Parameter Delayed Type Hypersensitivity (DTH). Jurnal Farmasi Galenika
(Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal), 6(1), 20–25.
https://doi.org/10.22487/j24428744.2020.v6.i1.14106
36
Savitri, G. R., Triatmoko, B., & Nugraha, A. S. (2020). Skrining Fitokimia dan Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Tumbuhan Anyang-Anyang (Elaeocarpus
grandiflorus J. E. Smith.) terhadap Escherichia coli. JPSCR: Journal of
Pharmaceutical Science and Clinical Research, 5(1), 22.
https://doi.org/10.20961/jpscr.v5i1.32206
Sugiarti, L., Adriyani, D. M., Pratitis, M. P., & Setyani, R. (2020). AKTIVITAS
ANTIBAKTERI FRAKSI N-HEKSAN, ETIL ASETAT DAN AIR EKSTRAK
ETANOL DAUN PARIJOTO (Medinilla speciosa Blume) TERHADAP
Propionibacterium acnes DAN Staphylococcus epidermidis. Cendekia Journal of
Pharmacy, 4(2), 120–130.
Wahdaningsih, S., Untari, E. K., & Fauziah, Y. (2014). Antibakteri Fraksi n-Heksana Kulit
Hylocereus polyrhizus Terhadap Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium
acnes. Pharmaceutical Sciences and Research, 1(3), 180–193.
https://doi.org/10.7454/psr.v1i3.3490
Wardania, A. K., Malfadinata, S., & Fitriana, Y. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri
Penyebab Jerawat Staphylococcus epidermidis Menggunakan Ekstrak Daun Ashitaba
(Angelica keiskei). Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian, 1(1), 14.
https://doi.org/10.31764/lf.v1i1.1206
Yuniastri, R., Hanafi, I., & Sumitro, E. A. (2020). Potensi Antioksidan pada Krokot
(Portulaca oleracea) Sebagai Pangan Fungsional. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis
Dan Biosistem, 8(3), 284–290. https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2020.008.03.10
37