Anda di halaman 1dari 46

TINGKAT KEBISINGAN DI PERMUKIMAN

SEKITAR PABRIK PENGGILINGAN PADI X


DI KAPUBATEN BARITO KUALA

Proposal
Karya Tulis Ilmiah guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh
predikatAhli Madya Kesehatan

Oleh
MASTINA MURNI
P07133118020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SANITASI PROGRAM DIPLOMA TIGA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2021
TINGKAT KEBISINGAN DI PERMUKIMAN
SEKITAR PABRIK PENGGILINGAN PADI X
DI KABUPATEN BARITO KUALA

Proposal Karya Tulis Ilmiah guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh
Predika Ahli Madya Kesehatan

Oleh
MASTINA MURNI
P07133118020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SANITASI PROGRAM DIPLOMA TIGA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah berjudul “Intensitas Kebisingan di Permukiman


Sekitar Pabrik Penggilingan Padi X di Kabupaten Barito Kuala” telah disetujui
untuk diajukan di hadapan Tim Penguji Proposal KTI Politeknik Kesehatan
Banjarmasin Program Studi Sanitasi Program Diploma Tiga Jurusan Kesehatan
Lingkungan.

Banjarbaru, Desember 2020

Pembimbing I, Pembimbing II,

Zulfikar Ali As, S.KM, M.T Munawar Raharja, S.Si, M.PH


NIP. 197507031998031002 NIP. 197601181996031002

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Kebisingan
di Permukiman Sekitar Pabrik Penggilingan Padi X di Kabupaten Barito
Kuala” guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh predikat Ahli Madya
Kesehatan Lingkungan pada Politeknik Kesehatan Banjarmasin Jurusan
Kesehatan Lingkungan.
Penulisan proposal karya tulis ilimiah ini tidak terlepas bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak H. Mahpolah M.Kes, Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Banjarmasin.
2. Bapak Zulfikar Ali As, S.KM, MT, selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan.
3. Ibu Noraida, S.KM, M.Kes selaku Ketua Prodi Program Studi Sanitasi
Program Diploma III Kesehatan Lingkungan.
4. Bapak Zulfikar Ali As, S.KM, MT selaku pembimbing I Proposal karya tulis
ilmiah yang telah memberikan masukan arahan serta nasehat dalam penulisan
proposal karya tulis ilmiah ini.
5. Bapak Munawar Raharja, S.Si, M.PH selaku pembimbing II Proposal karya
tulis ilmiah ini yang telah memberikan masukan arahan serta nasehat dalam
penulisan proposal karya tulis ilmiah ini.
6. Ibu dan Ayah serta keluarga tercinta yang telah banyak memberikan dukungan
lahir dan batin bagi penulis
7. Kepada pemilik pabrik penggilingan padi X di Desa Anjir Pasar Kota II handil

seluang yang telah memberikan izin dan informasi untuk penelitian ini.

8. Seluruh teman-teman angkatan 2018 Program Studi Sanitasi Diploma 3

Poltekkes Kemenkes Banjarmasin.

iv
Demikian Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini dibuat sebagai bahan

pertimbangan pihak yang bersangkutan, penulis masih banyak kekurangan dalam

penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga penulis mengharapkan saran

dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan karena keterbatasan

ilmu dan pengetahuan yang dimiliki.

Semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat diterima dan di

pertimbangkan sebagaimana mestinya. Tentunya segala kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak yang sangat penulis harapkan demi perbaikan

selanjutnya.

Banjarbaru, Desember 2020

v
DAFTAR ISI

SAMPUL HALAMAN..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 4
...................................................................................................
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 5
...................................................................................................
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 5
...................................................................................................
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 6
...................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 7
A. Pengertian Penggilingan Padi................................................... 7
B. Pengertian Kebisingan.............................................................. 7
...................................................................................................
C. Sumber Kebisingan................................................................... 10
...................................................................................................
D. Tipe-tipe Kebisingan................................................................. 11
E. Instrumen dan Teknik Pengukuran Kebisingan Lingkungan.... 11
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebisingan........................ 12
G. Media Kebisingan..................................................................... 13
H. Kerentanan Terhadap Penerima Kebisingan............................. 14
I. Pengaruh kebisingan Pada Manusia.......................................... 15
J. Peraturan Perundangan Baku Mutu Kebisingan....................... 18
K. Pengendalian Kebisingan.......................................................... 19
L. Kerangka Konsep Penelitian..................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.......................................................................... 22
...................................................................................................
B. Desain Penelitian....................................................................... 22
C. Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 22
D. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 23
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional........................... 24
...................................................................................................
F. Metode Pengumpulan Data....................................................... 24

vi
G. Pengolahan dan Analisis Data................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Baku Tingkat Kebisingan..............................................................


19
Tabel 2.2 Noise Reduction Menurut, Tabel dan Massa dari Bahan...............
20
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 24

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian....................................................... 21

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Paduan Observasi Faktor Barier Yang Dapat Meminimalisirkan


Tingkat Kebisingan Di Sekitar Pabrik Penggilingan Padi X di
Kabupaten Barito Kuala.
Lampiran 2 Kartu Konsultasi

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Menurut Kementerian Pertanian (2015), jumlah penduduk Indonesia

yang mencapai 255,46 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,31%

serta tingkat konsumsi beras mencapai 124,89 kilogram/kapita/tahun,

memerlukan pangan yang cukup besar. Beras merupakan salah satu komoditi

pangan yang memiliki peran strategis baik dari sisi produsen diketahui

produksi padi nasional pada tahun 2012 mencapai 68,59 juta ton setara

dengan 41,16 juta ton beras.

Sistem agribisnis melibatkan sejumlah subsistem, mulai dari

subsistem penyediaan input sampai dengan subsistem pemasaran. Industri

penggilingan padi merupakan salah satu subsistem agribisnis yang berperan

penting mengolah gabah sebagai input beras dan side product lainnya.

Sebagai industri perantara maka industri penggilingan padi berperan penting

sebagai mata rantai suplai beras nasional. Di sisi lain dengan adanya

operasional penggilingan padi dapat menimbulkan beberapa permasalahan

baik terhadap tenaga kerja maupun lingkungan sekitarnya. Permasalahan

yang terjadi di pabrik penggilingan padi selain dispresi debu karena sekam

yang dibuang keluar pabrik, adalah bising akibat operasional mesin-mesin

produksi.

Bising yang dihasilkan pabrik penggilingan padi tidak hanya terjadi di

dalam, namun juga diluar pabrik, Bising didalam pabrik akan memapar para

1
2

pekerja, dan dapat berdampak pada gangguan pendengaran (auditory) maupun

non pendengaran (non auditory) (Tana, 2002). Sedangkan bising yang terjadi

di luar pabrik dapat berdampak terhadap masyarakat berupa gangguan tidur,

gangguan komunikasi, gangguan janin, gangguan psikologis, gangguan

psikologis, gangguan pekerjaan, dan sebagainya.

Hasil penelitian (Hasanah, 2016) menyebutkan bahwa paparan bising

yang melebihi NAB tidak hanya berdampak buruk terhadap karyawan yang

terpapar, tetapi juga terhadap selain karyawan di lingkungan sekitar pbrik.

Kebisingan yang berasal dari PLTD Muara teweh juga menyebabkan bunyi

bising terhadap lingkungan permukiman disekitarnya yang menimbulkan

berbagai keluhan, antara lain gangguan komunikasi sekitar 32,4%, gangguan

fisiologis berupa nyeri kepala sebelah 56% dan gangguan psikologis berupa

ketidaknyamanan, mudah marah sebesar 91,9%. Amalia, dkk (2014),

melaporkan bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan dengan intensitas

kebisingan di atas nilai ambang batas yang dianjurkan untuk permukiman (55

dBA), mengalami dampak subyektif gangguan pendengaran akibat

kebisingan. Masyarakat yang mengalami dampak ini umumnya ibu rumah

tangga, karena mereka lebih banyak berada di rumah dan terpapar bising lebih

lama dibandingkan anggota keluarga yang lain.

Kebisingan atau noise adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha

atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH

No.48 Tahun 1996). Kebisingan merupakan salah satu penyebab “penyakit


3

lingkungan“ yang penting. World Health Organization (WHO) melaporkan

pada tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%) penduduk dunia mengalami

gangguan pendengaran akibat kebisingan dalam berbagai bentuk. Di Amerika

Serikat terdapat sekitar 5-6 juta orang terancam menderita tuli akibat bising.

Sedangkan di Belanda jumlahnya mencapai 200.000-300.000 orang, di

Inggris sekitar 0,2%, di Canada dan Swedia masing-masing sekitar 0,3% dari

seluruh populasi dan sekitar 75-140 juta (50%) di Asia Tenggara. Indonesia

menempati urutan ke empat di Asia Tenggara yaitu 4,6% sesudah Srilanka

(8,8%), Myanmar (8,4%) dan India (6,3%).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan

Selatan pada tahun 2017-2019 produksi tanaman pangan Kabupaten Barito

Kuala (Batola) merupakan produksi padi terbesar di Kalimantan Selatan umum

dengan urutan pertama selama tiga tahun berturut-turut. Hal ini tidak terlepas khusus

dari besarnya Peran Desa Anjir Pasar Kota 2 Yang merupakan desa di

Kecamatan Yang ada di Kabupaten Barito Kuala (Batola), Menurut catatan

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Barito Kuala (Batola), lahan yang

digunakan untuk pertanian mencapai 656 Ha. Konsekuensi luasnya lahan

pertanian di Desa ini adalah berdirinya pabrik-pabrik penggilingan padi yang

beroperasi sepanjang tahun.

Di Desa Anjir Pasar Kota II khususnya di Handil Seluang terdapat 1

buah buah pabrik penggilingan padi yang telah beroperasi sejak tahun 2007.

Pabrik penggilingan padi ini berada di tengah permukiman dan letaknya

sangat dekat dengan rumah penduduk. Dimensi pabrik kurang lebih 10 x 20


4

meter, berdinding papan dan beratap seng. Lantai bangunan sebagian berada

di daratan dan sebagian lagi berada di atas permukaan air (sungai). Lantai

papan digunakan pada bagian yang menjorok ke sungai, sedangkan di bagian

daratan hanya berlantai tanah. Pabrik ini memiliki tenaga kerja sebanyak 6

orang dan beroperasi selama 8 jam perhari. Akibat letaknya yang berdekatan

dengan permukiman maka suara dari mesin-mesin penggilingan padi

menimbulkan kebisingan di rumah penduduk yang berdekatan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pendahuluan diperoleh

hasil bahwa masyarakat sekitar pabrik memiliki keluhan ketika sedang

bersantai. Dalam percakapan harus berbicara lebih keras agar pembicaraan

bias lebih jelas. Sebagian masyarakat juga mengeluhkan pusing, nyeri kepala,

dan ketidaknyamanan ketika istirahat tidur siang.

Berdasarkan masalah tersebut menarik untuk diketahui lebih lanjut

mengenai Intensitas Kebisingan di Permukiman Sekitar Pabrik Penggilingan

Padi Handil Seluang, Desa Anjir Pasar Kota II di Kabupaten Barito Kuala.

B. Rumusan Masalah

Kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan,

salah satu tempat yang menimbulkan kebisingan adalah usaha pabrik

penggilingan padi yang kebisingannya bersumber dari mesin-mesin suara

yang digunakan.
5

Masalah penelitian dapat dirumuskan berdasarkan uraian latar

belakang adalah “Berapa Tingkat Kebisingan di Permukiman Sekitar Pabrik

Penggilingan Padi X di Kabupaten Barito Kuala“.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Tingkat Kebisingan di Permukiman Sekitar Pabrik

Penggilingan Padi X di Kabupaten Barito Kuala.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya proses Penggilingan Padi di Pabrik X yang meliputi alur,

waktu, dan kapasitas produksi, serta jumlah mesin yang digunakan.

b. Diketahuinya arah angin, Suhu, Kelembaban, dan tekanan udara pada

saat pengukuran kebisingan di permukiman sekitar Pabrik Penggilingan

Padi X di Kabupaten Barito Kuala.

c. Diketahuinya Tingkat kebisingan di permukiman Sekitar Pabrik

Penggilingan Padi X di Kabupaten Barito Kuala.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

A. Bagi Masyarakat

Memberi informasi tambahan yang berguna dalam penilaian suatu

paparan bising yang diterima oleh masyarakat dan masukan dalam

pengendalian kebisingan.
6

B. Bagi Industri terkait

Sebagai informasi tentang kondisi kebisingan di pabrik

penggilingan padi dan dampaknya terhadap masyarakat sekitar.

C. Bagi Program Studi Sanitasi Program Diploma III Kesehatan Lingkungan

Menambah informasi, wacana dan pengetahuan serta referensi di

perpustakaan Program Studi Sanitasi Program Diploma III Kesehatan

Lingkungan berkaitan tentang Penyehatan Udara (PU).

E. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan dan berhubungan dengan

penelitian lain :

1. Uswatun Hasanah. Penelitian ini yang berjudul Tingkat kebisingan di

kawasan Permukiman Sekitaran PLTD Muara Teweh. Persamaan antara

penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada jenis

penelitian yaitu deskriptif. Perbedaanya terletak pada variabel penelitian,

dan tempat penelitian

2. Afifah Hidayati. Penelitian ini berjudul Pajanan Tingkat Kebisingan Bagi

Para Tenaga kerja Di Ruang Produksi Penggilingan Padi Sumber Rezeki.

Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak

pada jenis penelitian yaitu deskriptif. Perbedaanya terletak pada variabel

penelitian, dan tempat penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penggilingan Padi

Penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong

terbesar di Indonesia, yang mampu menyerap lebih dari 10 juta tenaga kerja,

menangani lebih dari 40 juta ton gabah menjadi beras giling per tahun.

Penggilingan padi merupakan titik sentral agroindustri padi, karena dari

sinilah diperoleh produk utama berupa beras dan bahan baku untuk

pengolahan lanjutan produk pangan dan industri (Thahir, dkk., 2008).

B. Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai

dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan

terhadap kenyamanan (Dwi P. Sasongko, dkk, 2000:1). Definisi lain

kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan

dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun

1996) atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat

kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran

(KepMenNaker No.51 Tahun 1999). World Health Organization (WHO) juga

menjelaskan, kebisingan juga bisa diartikan sebagai suara apa saja yang sudah

tidak diperlukan dan memiliki efek yang buruk untuk kualitas kehidupan,

kesehatan, dan kesejahteraan (WHO,2001). Sedangkan menurut Kepmenkes

7
8

RI No 1405/MENKES/SK/XI/2002 menjelaskan bahwa kebisingan

merupakan bunyi terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki, sehingga

mengganggu atau membahayakan kesehatan.

Berdasarkan dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang

tidak diinginkan yang bersumber dari usaha atau kegiatan manusia yang dapat

menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia dan kenyamanan

lingkungan.

1. Bunyi

Bunyi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

sehari-hari. Begitu banyak hal yang menguntungkan yang dapat diperoleh

dari bunyi, antara lain menikmati musik, mendiagnosa suatu penyakit

bahkan memperkirakan kedalaman lautan. Bunyi juga memberikan

sensasi tersendiri bagi pendengaran tergantung pada persepsi apa yang

ada dalam otak manusia. Bunyi yang tidak diharapkan atau lebih sering

disebut sebagai bising (noise) akan sangat mengganggu bahkan berbahaya

bagi manusia (sriwigiyanto, 2006).

Menurut Leslie L. Doelle, 1990, disebutkan bahwa bunyi memiliki

duadefinisi yaitu:

a. Secara fisis merupakan pergerakan partikel melalui medium udara,

disebut sebagai bunyi objektif.

b. Secara fisiologis bunyi dianggap sebagai sensasi pendengaran yang

ditimbulkan oleh kondisi fisik, disebut sebagai bunyi subjektif.


9

2. Frekuensi Bunyi

Jumlah pergeseran atau osilasi sebuah partikel dalam satu skon

disebut frekuensi. Frekuensi dinyatakan dalam satuan hertz (Hz).

Frekuensi adalah gejala fisis obyektif yang dapat diukur oleh instrument-

instrument akustik.Telinga normal manusia tanggap terhadap bunyi

diantara jangkauan (range) frekuensi audio sekitar 20 sampai 20.000 Hz.

Jangkauan ini dan jangkauan frekuensi lain dari bermacam-macam sumber

bunyi, jangkauan frekuensi audio orang yang berbeda umurnya juga

berbeda. Dan dengan bertambahnya umur batas atas turun dengan banyak.

Peranan frekuensi yang lebih tinggi dari 10.000 Hz dapat diabaikan dalam

inteligibilitas pembicaraan atau kenikmatan musik.Kebanyakan bunyi

(pembicaraan, musik, bising) terdiri dari banyak frekuensi, yaitu

komponen-komponen frekuensi rendah, tengah, dan medium. Karena itu

amatlah penting memeriksa masalah-masalah akustik meliputi spectrum

frekuensi yang dapat didengar (Indrawati, 2009).

3. Intensitas Bunyi

Intensitas bunyi adalah arus energi er satuan luas, satuan dari

intensitas kebisingan dinyatakan dengan desibel (dB) (Young, 2004).

4. Sumber bunyi

Sumber bunyi adalah semua alat atau benda yang dapat bergetar

sehingga menghasilkan energi bunyi. Saat di petik, digesek, ditiup,

ataupun dipukul, sumber bunyi akan mengalami getaran. Dari getaran

inilah dihasilkan energi bunyi yang dapat kita dengar. Sumber bunyi
10

mampu menghasilkan gelombang bunyi yang merambat ke segala arah

dalam suatu ruang (Rifa’i, 2014).

C. Sumber Bising

Sumber bising adalah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap

mengganggu pendengaran baik dari sumber gergerak maupun tidak bergerak.

Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri,

perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan

kegiatan rumah tangga. Di industri, sumber kebisingan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut (Tambunan, 2005) :

1. Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin yakni kebisingan dari

beroperasinya mesin-mesin yang digunakan dalam suatu proses produksi.

2. Benturan antara alat kerja dan benda kerja merupakan kebisingan yang

ditimbulkan akibat dari gesekan, benturan atau ketidakseimbangan

gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, batang torsi, piston, fan,

bearing, dan lain-lain.

3. Pergerakan udara, gas dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri

misalnya pada pipa penyalur gas, outlet pipa, gas buang jet, flare boom,

dan lain-lain.

4. Manusia merupakan kebisingan yang yang jika dibandingkan dengan

sumber kebisingan lainnya, tingkat kebisingan suara manusia memang

jauh lebih kecil. Namun demikian, suara manusia tetap diperhitungkan

sebagai sumber bising ditempat kerja.


11

D. Tipe-tipe Kebisingan

Kebisingan memiliki kriteria, yaitu tingkat kebisingan terendah yang

disyaratkan untuk ruangan tertentu menurut fungsi utama dari ruangan

tersebut. Jika kriteria kebisingan dari suatu ruang telah diketahui, maka akan

dapat diketahui bagaimana cara mengurangi kebisingan tersebut.

Pengurangan kebisingan adalah dengan mengurangi besar kekuatan bunyi

yang di terima untuk memperkecil tingkat kebisingan yang dihasilkan

(Satwiko, 2005).

Tipe-tipe kebisingan dapat dibagi sebagai berikut : (Laksono, 2009).

1. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (wide hand

noise), misalnya mesin, kipas angin dan lain-lain.

2. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (narrow band

noise) misalkan gergaji silkuler, kantup gas dan lain-lain.

3. Kebisingan terputus-putus (Intermittent), misalnya lalu lintas, suara

pesawat terbang di bandara dan lain-lain.

4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti tembakan bedil

atau meriam dan ledakan.

5. Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

E. Instrumen dan Teknik Pengukuran Kebisingan Lingkungan

Alat untuk mengukur kebisingan adalah Sound Level Meter (SLM).

Pengukuran dalam SLM dikategorikan dalam tiga jenis karakter respon

frekuensi, yaitu dengan skala A,B dan C. Skala A yang ditemukan paling
12

dapat mewakili batas pendengaran manusia dan respon telinga manusia

terhadap kebisingan, termasuk kebisingan yang dapat menimbulkan gangguan

pendengaran. Skala A tersebut dinyatakan dalam satuan dBA (Djanlate,

2010).

Pengukuran kebisingan yang terdapat dalam keputusan Menteri

lingkungan Hidup Nomor 48/MENLH/11/1996 dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu:

1. Cara sederhana. Dengan sebuah Sond Level Meter diukur tingkat tekanan

bunyi dBA selama 10 menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan

dilakukan setiap 5 detik.

2. Cara Langsung. Dengan sebuah Integrating Sound Level Meter yang

mempunyai fasilitas LTSM, yaitu dengan waktu ukur setiap 5 detik,

dilakukan pengukuran selama 10 menit.

Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan

cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS)

pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam (LM)

pada selang 22.00 – 06.00

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebisingan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan menurut (Mediastika,

2005) dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Faktor Akustikal

a) Tingkat kekerasan bunyi


13

b) Frekuensi bunyi

c) Durasi munculnya bunyi

d) Fluktuasi frekuensi bunyi

e) Waktu munculnya bunyi

2. Faktor non-akustikal

a) Pengalaman terhadap kebisingan

b) Kegiatan

c) Perkiraan terhadap kemungkinan munculnya kebisingan

d) Manfaat objek yang menghasilkan kebisingan

e) Kepribadian

f) Lingkungan dan keadaan sekitar

G. Media Kebisingan

Faktor yang mempengaruhi kebisingan dilihat dari medianya, antara

lain (Moller, 2006):

1. Jarak

Gelombang bunyi memerlukan waktu untuk merambat. Gelombang

bunyi merambat melalui udara di permukaan bumi. Gelombang bunyi

akan mengalami penurunan intensitas karena gesekan dengan udara

dalam perjalanannya.

2. Arah Angin
14

Arah angin akan mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang diterima

oleh pendengar. Arah angin yang menuju pendengar akan mengakibatkan

suara terdengar lebih keras, begitu juga sebaliknya.

3. Kecepatan Angin

Kecepatan angin akan mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang di

terima oleh pendengar. Semakin cepat kecepatan angin maka pendengar

akan mengakibatkan suara terdengar lebih keras, begitu juga sebaliknya.

4. Tingkat Kerapatan Tanaman

Tanaman penyerap pencemaran pencemaran udara dan kebisingan adalah

jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun

yang padat dan dapat menyerap pencemar udara dari gas emisi kendaraan

dan kebisingan.

H. Kerentanan Terhadap Penerima Kebisingan

Kerentanan suatu individu terhadap bising dipengaruhi beberapa

faktor yaitu (Emmerich, 2008) :

1. Intensitas Bising

Makin tinggi intensitasnya maka makin besar pula resiko

terjadinya penurunan pendengaran (Dwiatmo, 2005).

2. Frekuensi Bising

Makin tinggi frekuensi makin besar kontribusinya terhadap

penurunan pendengaran manusia (Buchari, 2007).

3. Jenis Kebisingan
15

Kebisingan yang kontinyu besar kemungkinannya untuk

menyebabkan terjadinya gangguan penurunan pendengaran daripada

kebisingan yang terputus-putus.

4. Lamanya Pajanan yang dialami Setiap Hari

Makin lama pemaparan makin besar resiko terhadap terjadinya

gangguan penurunan pendengaran.

5. Umur

Umur merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap

kerentanan pada gangguan pendengaran akibat bising. Pada orang usia

yang lebih tua akan menurun pula ambang reflek akustik (Emmerich,

2008).

6. Jenis Kelamin

Gangguan pendengaran yang terjadi pada laki-laki ambangnya

lebih tinggi dibanding pada perempuan (Kahari, 2003).

I. Pengaruh Kebisingan Pada Manusia

Pengaruh suara bising terhadap manusia di bagi dua yaitu pengaruh

pada indera pendengaran (Auditory Effect) dan pengaruh bukan pada indera

pendengaran (Non Auditory Effect) yaitu (Malaka,2010):

1. Pengaruh pada indera pendengaran (Auditory Effect)

a) Tuli Sementara (Temporary Treshold Effect = TTE)


16

Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas

tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang

sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat.

b) Tuli Menetap (Permanen Treshold Shift = PTS)

Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya

PTS di pengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

- Tingginya level suara

- Lama paparan

- Spectrum suara

- Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka

kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar

- Kepekaan individu

- Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat

(pengaruh synergisik) ketulian apabila diberikan bersamaan

dengan kotak suara, misalnya quinine, aspirin dan beberapa obat

lainnya.

- Keadaan kesehatan

2. Presbycusis Prekoks

Penurunan daya dengar pada nada tinggi sebagai akibat

pertambahan usia yang mempengaruhi gejala yang dialami hampir semua

orang. Gejala ini harus diperhitungkan jika penurunan daya dengar akibat

pajanan bising.

a) Pengaruh bukan pada indera pendengaran (Non Auditory Effect)


17

Meskipun suara bising hampir selalu dikaitkan dengan organ

pendengaran, tetapi bukan hanya pendengaran yang dapat

terpengaruhi oleh suara bising. Pengaruh suara bising ini bahkan bisa

merentang dari pengaruh fisiologis, pengaruh psikologis, hingga

gangguan komunikasi.

b) Pengaruh terhadap komunikasi

Kegiatan penting dalam kehidupan sehari-hari adalah

komunikasi terutama dengan bicara, radio, telepon, dan televisi. Bila

kebisingan menutup suara-suara dalam komunikasi maka terjadi

gangguan komunikasi. Penutupan suara satu dengan lainnya

tergantung pada frekuensi, intensitas dan komposisi dari kedua

sarana tersebut (Nugroho, 2003).

c) Pengaruh fisiologis

Gangguan fisiologis berupa kenaikan metabolisme, keringat

tangan dan kaki, gaya refleks, tekanan darah/nadi dan denyut jantung

dalam waktu singkat, dan terjadinya vasokontriksi (Mansyur, 2003).

d) Pengaruh psikologis

Menurut KepMen LH No.48/LH/11/1996, pengaruh tingkat

intensitas atau tekanan suara terhadap manusia secara fisiologis dan

psikologis sebagai berikut.

Kebisingan dapat mempercepat dan memperberat terjadinya

kelainan jiwa yang sudah terjadi. Penelitian menunjukan bahwa

pengaruh kebisingan berhubungan dengan banyak gejala seperti


18

cemas, stress, gelisah, mual, nyeri kepala, mudah tersinggung,

impotensi, perubahan mood, konflik sosial dan gangguan jiwa

lainnya seperti neurosis dan psikosis (Mansyur, 2003).

Bising juga menimbulkan perasaan tidak senang atau mudah

marah. Faktor-faktor yang mempengaruhi ini adalah (Siswanto,

1991) :

a. Karakteristik kebisingan meliputi tingkat intensitas dan

frekuensi

b. Sikap individu pada penerimaan kebisingan

c. Sikap individu terhadap bising

d. Interupsi dari bising, yaitu sedang berkosentrasi

J. Peraturan Perundangan Baku Mutu Kebisingan

Peraturan pemerintah yang mengatur tentang baku mutu tingkat

kebisingan terdapat dalam KEPMEN/LH/No.48/Th.1996 sebagai berikut :

Tabel 2.1 Baku Tingkat Kebisingan


Tingkat Kebisingan
Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kesehatan
(dBA)
a. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan permukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Ruang terbuka hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus :
- Bandar udara 60
- Stasiun kereta api 70
- Pelabuhan laut
- Cagar budaya
19

b. Lingkungan kegiatan :
1. Rumah sakit dan sejenisnya 55
2. Sekolah dan sejenisnya 55
3. Tempat ibadah dan sejenisnya 55

Sumber : Lampiran KepMenLH No. 48 /MenLH/11/1996, tentang Baku Mutu Kebisingan

K. Pengendalian Kebisingan

Menurut (Chandra, 2006) mengatasi atau mengendalikan kebisingan

dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

1. Pengurangan sumber kebisingan

Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan peredam suara pada

sumber kebisingan, melakukan modifikasi mesin, bangunan, mengganti

mesin dan menyusun perencanaan bangunan baru.

2. Penempatan penghalang pada jalan tranmisi suara

Isolasi antara ruangan kerja dengan ruangan mesin merupakan

upaya cepat dan baik untuk mengurangi kebisingan. Agar efektif, harus

disusun rencana yang sebaik mungkin dan bahan-bahan yang dipakai

untuk penutup harus di buat cukup berat dan dilapisi oleh bahan yang

dapat menyerap suara agar tidak menimbulkan getaran yang kuat.

Pembuatan barier atau penyekat untuk menghalangi bunyi yang

sampai kepemukiman dengan bahan yang sesuai untuk reduksi bising

yang diinginkan. Berikut penyekat/barier menurut jenis, tebal dan massa

dari bahan yang digunakan adalah :


20

Tabel 2.2 Noise Reduction Menurut Jenis, Tebal dan Massa dari Bahan
Massa Noise
Jenis Bahan Tebal (mm) 3
(Kg/m ) Reduction
Asbestos-semen 6 12 26
Bata 113 220 35-40
Papan/kayu 18 12 26
Batako 75 100 23
Plywood/tripleks 6 4 21
Allumanium 1,5 5 22
Sumber : Sulaksmono, M. Bahaya Bising dan Cara Pengendalian. Public Health FK
Unair, Surabaya.

3. Pengontrolan kebisingan pada penerima

Dalam pengawasan kebisingan ini dilakukan program pencegahan

serta penanggulangan masalah yang sudah melampaui ambang batas

yang telah ditentukan untuk wilayah tersebut. Akan lebih baik lagi bila

dalam suatu wilayah dijumpai tingkat kebisingan yang akan terjadi sudah

dilakukan usaha-usaha atau penanggulangan kebisingan. Dengan

demikian terjamin tingkat kebisingan yang ditentukan dalam Rencana

Detail Tata Ruang (RDTR), sehingga terjamin pula pembagian zona

wilayah tersebut.
21

L. Kerangka Konsep Penelitian

Auditory Effect
-Jarak 1. Trauma akustik
-Barier 2. Ketulian sementara
3. Ketulian menetap

Bising
Bising Pabrik
Permukiman

Kondisi Meteorologi Non Auditory Effect


- Alur 1. Gangguan
- Waktu - Arah Angin Psikologis
- Kapasitas - Suhu 2. Gangguan
produksi - Kelembaban Psikologis
- Jumlah Mesin - Tekanan udara 3. Gangguan
Komunikasi

Keterangan

Diteliti :

Tidak diteliti :
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu mendeskriptifkan Tingkat

Kebisingan di Permukiman Sekitar Pabrik Penggilingan Padi X di Kabupaten

Barito Kuala. Kemudian dibandingkan dengan baku mutu lingkungan yang

terdapat dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor

48/MENLH/11/1996 yang mengatur tentang batas baku mutu kebisingan pada

area permukiman ataupun industri masyarakat termasuk Pabrik Penggilingan

Padi.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk adalah observasional, bertujuan untuk

mengetahui Tingkat Kebisingan di Permukiman Sekitar Pabrik Penggilingan

Padi X di Kabupaten Barito Kuala.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan di kawasan Permukiman Sekitar Pabrik

Penggilingan Padi X Handil Seluang Desa Anjir Pasar Kota II, Kabupaten

Barito Kuala.

22
23

Dan penelitian ini memerlukan waktu kurang lebih 8 bulan mulai dari

penyusunan proposal hingga penelitian laporan penelitian, dimulai dari bulan

September 2020-April 2021.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

menyatakan bahwa populasi merupakan semua anggota kelompok orang,

kejadian, atau objek yang telah dirumuskan secara jelas (Furchan, 2004: 193).

Adapun populasi pada penelitian ini yaitu seluruh rumah yang berdekatan

dengan Pabrik Penggilingan Padi X Handil Seluang Desa Anjir Pasar Kota II,

Kabupaten Barito Kuala..

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi ( Furchan, 2004: 193). Adapun sampel pada penelitian ini

yaitu sampel yang berjumlah 4 titik yang terbagi menjadi 2 titik pada radius

<200 m, dan 2 titik pada radius > 200 m, dikarenakan adanya permukiman

perumahan warga dikawasan sekitar pabrik penggilingan padi X di

Kabupaten Barito Kuala. Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu dan

setiap titik diukur pada jam 08.00, 13.00, 16.00, 18.00, 22.00, 01.00, dan

05.00.
24

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah uraian tentang variabel yang dimaksud

atau diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoadmojo, 2010).

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Variabel Definisi
No. Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Penelitian Operasional
1 Bising Suara yang Lembar Nominal Alur, waktu,
Pabrik tidak Observasi dan kapasitas
diinginkan produksi
dari usaha pabrik
penggilingan
pabrik
padi X di
penggilingan Kabupaten
padi Barito Kuala.
2 Bising Suara yang Sound Level Nominal Hasil
Permukima tidak Meter Pengukuran
n diinginkan 1. ≤ 55 dBA
yang 2. > 55 dBA
menyebar di
permukiman
3 Jarak Kondisi dekat Rol Meter Rasio Meter
atau jauhnya
permukiman
dengan pabrik
penghasil
bising
4 Barier Penghalang Lembar Nominal Ada atau
yang dapat Observasi tidak adanya
menghambat penghalang
bunyi sampai
ke
permukiman

F. Metode Pengumpulan Data

1. Pengukuran

Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat Sound

Level Meter yang diukur tingkat tekanan bunyi dBA selama 10 menit
25

untuk tiap pengukuran, pembacaan dilakukan setiap 5 detik dengan jumlah

data yang dikumpulkan adalah 120 buah.

Pengukuran dilakukan selama 8 jam yang dibagi 4 periode. Periode-

periode tersebut sesuai dengan lampiran keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat

Kebisingan, yaitu :

c. L1 diambil pada jam 08.00 mewakili jam 06.00-09.00

d. L2 diambil pada jam 13.00 mewakili jam 09.00-14.00

e. L3 diambil pada jam 16.00 mewakili jam 14.00-17.00

f. L4 diambil pada jam 18.00 mewakili jam 17.00-22.00

g. L5 diambil pada jam 22.00 mewakili jam 22.00-24.00

h. L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00-03.00

i. L7 diambil pada jam 05.00 mewakili jam 03.00-06.00

Keterangan :

Leq : Equivalent Continous Noise Level atau Tingkat Kebisingan

Sinambung Setara ialah nilai tingkat kebisingan yang berubah-

ubah (Fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat

kebisingan ajeg (Steady) pada selang waktu yang sama. Satuannya

adalah dBA.

LTM5 : Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik

LS : Leq selama siang hari

LM : Leq selama malam hari

LSM : Leq selama siang dan malam har


26

2. Observasi

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui proses Penggilingan padi

yang meliputi Alur, waktu , kapasitas produksi, dan jumlah mesin di

Kabupaten Barito Kuala..

D. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Kebisingan mengacu pada KepMenLH No. 48 /MenLH/11/1996

LS dihitung sebagai berikut :

LS = 10 Log 1/16 {T1.10 0,1.L1 + ... + T4.10 0,1.L4}

Lm di hitung sebagai berikut:

Lm = 10 log 1/16 {T1.5 0,1.L1 + ... T7.10 0,1.L4}

Untuk mengetahui apakah kebisingan sudah melampaui Tingkat

kebisingan maka perlu dicari nilai Lsm dari pengukuran lapangan. Lsm

dihitung dengan rumus :

Lsm = 10 log 1/24 {16.10 0,1.Ls + ... + 8.10 0,1.(Lm+5)}

Keterangan :

Ls = Tingkat Kebisingan selama siang hari (dBA)

Lm = Tingkat kebisingan selama malam hari (dBA)

Lsm = Tingkat kebisingan selama siang dan malam hari (dBA)

T = Jumlah frekuensi kemunculan L


27

L = Tingkat kebisingan (dBA)

b. Kondisi Lingkungan Sekitar Sumber Pabrik Penggilingan Padi di

Kabupaten Barito Kuala.

2. Analisis Data

a. Proses Penggilingan Padi di Kabupaten Barito Kuala

Data proses penggilingan padi yang meliputi alur, waktu, dan

kapasitas produksi, jumlah mesin, didapatkan oleh pemilik pabrik

penggilingan padi dalam bentuk narasi.

b. Arah Angin, suhu, kelembaban dan tekanan udara

Hasil di dapatkan apabila arah angin bertiup ke pemapar, maka

akan semakin cepat angin sehingga semakin cepat juga terpaparnya

bising ke pendengar, sedangkan suhu, kelembaban, dan tekanan udara

didapatkan pada waktu yang bersamaan saat pengukuran kebisingan.

Kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.

c. Tingkat Kebisingan di Permukiman Sekitar Pabrik Penggilingan Padi X

di Kabupaten Barito Kuala.

Hasil pengukuran ini akan dibandingkan dengan Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu

Tingkat Kebisingan di kawasan perumahan dan permukiman 55 dB.

Data ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sesuai dengan

hasil pengukuran kebisingan di 4 titik terdekat sumber pabrik

penggilingan padi X dari permukiman atau perumahan warga.


DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lia dan Gunawan Lanjahi. 2014. Pengaruh Intensitas Kebisingan Dan
Lama Tinggal Terhadap Derajat Gangguan Pendengaran Masyarakat
Sekita Kawasan PLTD Telaga Kota Gorontalo.

Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan hearing Conservation Program. USU


Repository.

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: ECG. Doelle,

Djalnate, S. 2010. Analisis Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya Yang


Menggunakan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lingtas (APIL) (Studi Kasus:
Simpang Ade Swalayan). Jurnal SMARTek. Vol. 8 No. 4. November 2010:
280-300.

Dwi, P. Sasongko, dkk. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang: Badan Penerbit


Universitas Diponegoro Semarang.

Emmerich. 2008. Is the Audiologic Status of Professional Musicians a Reflection


of the Noise Exposure in Classical Orchestral music, Eur Arch
Otorhinolaryngol. London.

Furchan, A.. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Hidayati, Nor Afifah. 2019. Pajanan Tingkat Kebisingan Bagi Para Tenaga
Kerja Di Ruang Produksi Penggilingan Padi Sumber rezeki.

Hasanah, Uswatun. 2016. Tingkat Kebisingan di Kawasan Permukiman Sekitar


PLTD Muara Teweh.

Indrawati, Evi dan M. Tirono. 2009. Koefisien Penyerapan Bunyi Bahan Akustik
Dari Pelepah Pisang Dengan Kerapatan Yang berbeda.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. 1996. Keputusan Menteri Negara


Lingkungan Hidup No. Kep-46/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan Sekertariat Negara. Jakarta.

Keputusan Meteri Tenaga Kerja RI. 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja,
Nomor : Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di
Tempat Kerja. Jakarta.
Keputusan Manteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri.

Kahari, K., Zachau, G., Eklof, M., Sandjso, L., Mioler, C. 2003. Assesment of
Hearing and Hearing Disorders in rock/jazz musician. Int J Audiol. 42(5) :
279-288.

Leslie L., Lea Prasetyo. 1990. Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga.

Laksono, R.A. 2009. Gambaran Kebisingan. Jakarta: FKM Universitas indonesia.

Malaka, M. L. 2010. Kebisingan di Tempat Kerja. Jurnal Kesehatan Bina


Husada, Vol. 6 No. 2 :80.

Mansyur, Dr. M. 2003. Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan. Direktorat


PPM & PL, depkes.

Mediastika, C.E., 2005. Akustik Bangunan: Prinsip-prinsip dan Penerapannya di


Indonesia. Erlangga. Jakarta: 7-8, 13-18, 27, 33.

Moller. AR. 2006. Hearing Anatomy, Physiologi, and Disorders of the Auditory
System 2nd ed. Texas: Elsevier. Pp 41-56.

Nugroho, S. 2003. Formulir Survey Dampak Kebisingan. Direktorat PPM & PL,
Kepkes.

Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metedeologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Putri, Tursina Andita, Nunung Kusnandi, Dwi Rachmina. 2013. Kinerja Usaha
Penggilingan Padi, Studi Kasus Pada Usaha Penggilingan Padi di Cianjur
Jawabarat.

Rifa’i, A. 2014. Perancangan dan Implementasi Sound Level Meter Sebagai


Alat Ukur Intesitas Bunyi. Surabaya: Uliversitas Negeri Surabaya.

Rachmawati, Ike Agustin. 2015. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan


Dengan Keluhan Non Auditory Effect Dia Area Turbin Dan Boiler
Pembangkit
Sasongko D.P, A. Hadiarto, Sudharto P Hadi, Nasio A.H, A. Subagyo. 2000.
Kebisingan Lingkungan, bada Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.

Renita, Serra. 2019. Pengaruh Produksi Beras , Harga beras, Tingkat


Konsumsi Beras Terhadap Impor Beras Di Indonesia Tahun 2011-2017.

Siswanto, A. 1991. In Alat Pelindung diri. Surabaya: Balai Hyperkes dan


Keselamatan Kerja.

Sriwigiyanto, K. 2006. Analisis Pengaruh Kolom udara Terhadap Nilai Koefisien


Serapan Bunyi Pada Dinding Partisi Menggunakan Metode Tabung
Impedansi Dua Mikrofon. Surakarta : Jurusan Fisika Fakultas Matematiks
Dan Ilmu Pengethuan Alam Universitas Sebelas Maret.

Satwiko, P. 2005. Fisika Bangunan 1 (edisi 2). Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Tambunan, STB. 2005. Kebisingan di Tempat Kerja (Occupational Noise).


Yogyakarta: CV. Andi Offset

Tana, 2002. Pengertian Bising dan Bahaya Bising Di Tempat Kerja.

Thahir, R., R, Rachmat dan Suismono. 2008. Pengembangan Agrobisnis


Padi. Dalam Suyatmo dkk (Ed). Buku 1: Padi Inovasi Teknologi dan
ketahanan pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,
Sukamandi.

Young, R.F. 2004. Fisika Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Lampiran 1

PANDUAN OBSERVASI FAKTOR BARIER YANG DAPAT

MEMILIMALISIRKAN TINGKAT KEBISINGAN DI SEKITAR PABRIK

PENGGILINGAN PADI X DI KABUPATE BARITO KUALA

1. Data Umum

Tanggal :

Waktu :

Lokasi :

Kapasitas Produksi :

Waktu Produksi :

Jumlah Mesin :

Alur Produksi :

2. Data Khusus

Variabel Hasil Pemeriksaan


Pengamatan
(Barier)
Ya Tidak
1. Titik 1

2. Titik 2

3. Titik 3
4. Titik 4

Lampiran 2

KARTU KONSULTASI

Nama : Mastina Murni

NIM : P07133118020

Pembimbing : I. Zulfikar Alis As, S.KM, MT,

II. Munawar Raharja, S.Si, M.PH

Judul : Tingkat Kebisingan Di Permukiman Sekitar Pabrik Penggilingan

Padi X Di Kabupaten Barito Kuala.

No Tanggal Saran Perbaikan Paraf

1
Pembimbing I

(Zulfikar Ali As, S.KM, MT,)


NIP. 19750703199803002
KARTU KONSULTASI

Nama : Mastina Murni

NIM : P07133118020

Pembimbing : I. Zulfikar Alis As, S.KM, MT,

II. Munawar Raharja, S.Si, M.PH

Judul : Tingkat Kebisingan Di Permukiman Sekitar Pabrik Penggilingan

Padi X Di Kabupaten Barito Kuala.

No Tanggal Saran Perbaikan Paraf


Pembimbing II

(Munawar Raharja, S.Si, M.PH)


NIP. 197601181996031002

Anda mungkin juga menyukai