Anda di halaman 1dari 89

STRATEGI MEWUJUDKAN PUSKESMAS RAMAH ANAK

DALAM PENURUNAN STATUS GIZI DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS BULASAT KABUPATEN
MENTAWAI TAHUN 2023

PROPOSAL

Oleh :

ERIKA RUMAHORBO
2013101050

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Proposal ini, yang

diajukan sebagai syarat menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister

Kesehatan Masyarakat Universitas Fort De Kock Bukittinggi, dengan judul

“Strategi Mewujudkan Puskesmas Ramah Anak Dalam Penurunan Status

Gizi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Mentawai Tahun

2023”.

Dalam menyelesaikan Proposal ini, penulis merasakan betapa besarnya

manfaat bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak. Pada kesempatan ini

izinkan penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr.Hj Evi Hasnita, S.pd, Ns, M.Kes selaku Rektor Universitas Fort De

Kock Bukittinggi.

2. Ibu Oktavianis, S.ST,M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Fort De Kock Bukittingg

3. Ibu Dr. Neila Sulung, S.Pd, Ns, M.Kes selaku Ketua Program Studi Magister

Kesehatan Masyarakat sekaligus pembimbing I yang dengan sabar dan ikhlas

memberikan bimbingan selama penulisan proposal ini.

4. Bapak Dr. Nurdin, SKM, MPH selaku pembimbing II yang dengan sabar dan

ikhlas memberikan bimbingan selama penulisan proposal ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Proposal ini kurang mendekati

sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan

i
Proposal ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan dan motivasinya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal ini.

Bukittinggi, Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv
DAFTAR SKEMA ................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 8
D. Manfaat Penulisan.............................................................................. 11
E. Ruang Lingkup……………………………..………... ...................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi.......................................................................................... 13
B. Puskesmas Ramah Anak ................................................................... 22
C. Sosial Ekonomi ................................................................................. 34
D. Pola Makan ........................................................................................ 35
E. Pola Asuh ........................................................................................... 41
F. Kerangka Teori ................................................................................. 43
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep ............................................................................... 44
B. Definisi Operasional .......................................................................... 45
C. Hipotesis ........................................................................................... 47
D. Definisi Istilah ................................................................................... 47
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian……….................................................................... 51
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................. 51
C. Populasi dan Sampeling ..................................................................... 51
D. Informan Penelitian............................................................................ 53
E. Instrumen Penelitian .......................................................................... 54
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 54
G. Alat Pengumpul Data ......................................................................... 58
H. Langkah Penelitian ............................................................................ 59
I. Etika Penelitian .................................................................................. 59
J. Pengolah Data .................................................................................... 63
K. Penyajian Data ................................................................................... 64
L. Validitas Data .................................................................................... 64
M. Analisa Data....................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Status Gizi ..................................................................................... 19

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 45

Tabel 4.1 Informan Wawancara .................................................................... 53

Tabel 4.2 Matriks Wawancara....................................................................... 56

iv
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Kerangka Teori .............................................................................. 43

Skema 3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 44

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Persetujuan Responden

Lampiran 3 Quesioner

Lampiran 4 Pedoman Wawancara

Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Universitas Fort De Kock

Lampiran 6 Lembar Konsultasi Proposal

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO), menyatakan bahwa sekitar 17%, atau 98

juta anak di bawah usia lima tahun di negara-negara berkembang menderita gizi

kurang. Prevalensi gizi kurang tertinggi yaitu di wilayah PBB Asia selatan (30%),

diikuti oleh Afrika Barat (21%), Oceania dan Afrika Timur (keduanya 19%) dan

Asia Tenggara dan Afrika Tengah (keduanya 16%), dan Afrika selatan (12%).

Prevalensi di bawah (10%) diperkirakan terdapat di daerah PBB Timur,

Tengah, Asia Barat, Afrika Utara, Amerika Latin dan Karibia (WHO, 2020).

Gizi merupakan kebutuhan dasar manusia yang amat penting, gizi dibutuhkan

untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan memberikan bahan bakar bagi

berbagai proses tubuh dalam mencapai kualitas hidup. Gizi juga dipandang

sebagai faktor penentu yang penting dalam upaya mempertahankan kesehatan dan

mencegah penyakit. Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang

berdampak serius terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) (Nurlinda,

2020).

Kekurangan gizi pada anak dapat mengakibatkan gagalnya tumbuh kembang

otak anak. Gizi kurang yang terjadi pada anak –anak dapat menghambat

pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan rendahnya tingkat kecerdasan

anak. Keadaan gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangnya asupan

makanan dan penyakit infeksi, sedangkan secara tidak langsung disebabkan oleh

ketersediaan pangan, sanitasi, pelayanan kesehatan,pola asuh,kemampuan daya

beli keluarga,pendidikan dan pengetahuan (Sulistyadewi, 2017).

1
2

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Upaya Perbaikan Gizi, perlu dilakukan perbaikan gizi perseorangan dan gizi

masyarakat dalam upaya penerapan gizi seimbang. Setiap keluarga harus mampu

mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya.

Adapun upaya yang dilakukan untuk mengenal, mencegah, dan mengatasi

masalah gizi yaitu dengan cara menimbang berat badan secara teratur,

memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI

Eksklusif), menu makanan yang bervariasi, menggunakan garam beryodium, dan

pemberian suplemen gizi sesuai anjuran petugas kesehatan. Suplemen gizi yang

diberikan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 tahun 2016 tentang

Standar Produk Suplementasi Gizi, meliputi kapsul vitamin A, tablet tambah

darah (TTD), makanan tambahan untuk ibu hamil, anak balita, dan anak usia

sekolah, makanan pendamping ASI, dan bubuk multi vitamin dan mineral.

Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 didapatkan

persentase underweight (berat badan kurang dan sangat kurang) pada balita

sebesar 17%. Data Aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis

Masyarakat (e-PPBGM) melalui Surveilans Gizi Tahun 2021, didapatkan balita

dengan berat badan sangat kurang sebesar 1,2% dan berat badan kurang sebesar

6,1%. Provinsi dengan persentase tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur,

sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Provinsi Bali. Baduta berat

badan sangat kurang sebesar 1,2% dan baduta berat badan kurang sebesar 5,2%.

Provinsi dengan presentase berat badan sangat kurang dan berat badan kurang

tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan provinsi terendah adalah

Provinsi Bali. Sementara untuk Provinsi Sumatera Barat ststus gizi pada balita 0-
3

59 bulan berada pada urutan ke 16 yaitu memiliki balita berat badan sangat

kurang sebesar 1,3% dan berat badan kurang sebesar 7,3% (Kemenkes RI, 2022).

Indikator BB/TB dan IMT/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya

akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama

(singkat), misalnya: mengidap penyakit tertentu dan kekurangan asupan gizi yang

mengakibatkan anak menjadi kurus. Kasus Balita Gizi Buruk Ditemukan

sebanyak 445 orang di Provinsi Sumatera Barat yang mendapat perawatan sebesar

100 %, dalam pemantauan status gizi (PSG), Provinsi Sumatera Barat memiliki

gambaran prevalensi Wasting (gizi kurang dan gizi buruk) untuk 5 (lima) tahun

belakangan juga terjadi penurunan, dimana prevalensi balita wasting sebesar

10,1% tahun 2017, sebesar 11,3% tahun 2018, sebesar 6,0% tahun 2019, sebesar

6,1 tahun 2020 dan sebesar 7,4% tahun 2021 (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

Barat, 2021).

Di Indonesia permasalahan kesehatan anak belum usai, berdasarkan data dari

Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 ada 4 masalah utama kesehatan anak di

Indonesia yaitu pertama berat badan lahir rendah sehingga anak bisa mengalami

hambatan tumbuh kembang, serta lebih mudah terserang infeksi dari virus dan

bakteri. Yang kedua, adanya gizi buruk sehingga anak bisa bertubuh pendek dan

perkembangan otaknya tak maksimal. Yang ketiga adalah kegemukan dan

obesitas serta yang keempat merokok yang bisa menyebabkan beragam masalah

kesehatan seperti ISPA, asma, penyakit paru obstruktif kronik, hingga

meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kanker di masa depan. Perilaku

merokok pada anak dan remaja usia 10-18 tahun mengalami kenaikan dari 7,2

persen pada 2013 menjadi 9,1 persen di tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018).
4

Adanya berbagai permasalahan terkait anak, pemerintah sebagai pemangku

kebijakan wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan

yang komprehensif bagi anak salah satunya dengan membuat sebuah program

yang berorientasi kepada pemenuhan terhadap hak anak yaitu adanya Puskesmas

Ramah Anak. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat pada pasal 1 menyatakan

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas ada lah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamanakan

upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggitingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan masyarakat tingkat pertama yang

merupakan rujukan pertama bagi masyarakat yang sakit. Selama ini, Puskesmas di

datangi begitu banyak masyarakat dari berbagai kalangan, tidak hanya orang-

orang yang sedang sakit namun di datangi oleh anak-anak sehat yang terpaksa ikut

bersama dengan orang dewasa yang datang untuk berobat. Hal ini menyebabkan

anak-anak beresiko besar tertular berbagai penyakit. Oleh sebab itu, setelah

pulang dari puskesmas banyak anak menjadi sakit karena anak berada pada ruang

yang sama dengan orang-orang yang sedang sakit. Anak-anak yang rentan

kesehatannya membuat mudah memicunya timbul penyakit. Hal ini dapat

membawa banyak kerugian pada keluarganya mulai dari proses pertumbuhan,

pendidikan, serta mengganggu aktivitas sehari-hari anak. Maka dari itu puskesmas

sangat perlu diperhatikan dan dimaksimalkan dalam hal pelayanan dan fasilitas
5

yang ramah terhadap anak yaitu dengan pengembangan Puskesmas Ramah Anak

di Puskesmas dalam upaya pemenuhan dan perlindungan terhadap hak anak.

Puskesmas Ramah Anak termasuk ke dalam indikator Program Kota Layak

Anak. Menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak Nomor 11 Tahun 2011 pasal 1 tentang Kebijakan Pengembangan

Kabupaten/Kota Layak Anak bahwa Kota Layak Anak adalah Kabupaten/Kota

yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian

komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha yang

terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan

kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak dan perlindungan anak (Sarwono,

2018).

Puskesmas Ramah Anak adalah upaya yang dilakukan puskesmas kepada

anak berdasarkan pemenuhan, perlindungan, dan penghargaan atas hak-hak anak

sesuai dengan prinsip perlindungan anak yaitu, non deskriminasi, kepentingan

terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan, serta

penghargaan terhadap pendapat anak. 7 Upaya pelaksanaan Puskesmas Ramah

Anak ini didukung dengan adanya Surat Edaran Bersama Menteri Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor

2KPPPA/Dep.IV/03/2012, Nomor HK.03.03/MENKES/136/2016, Nomor

440/4769/SJ tentang Pengembangan Pelayanan Ramah Anak di Pusat Kesehatan

Masyarakat yang mana pemerintah daerah wajib menyediakan fasilitas dan

menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak agar setiap


6

anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan

(Sarwono, 2018).

Salah satu cara mewujudkan Kabupaten/Kota Layak Anak dan menangani

permasalahan anak di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Puskesmas ramah anak

menjadi salah satu program prioritas. Puskesmas ramah anak yang merupakan

salah satu indikator Kabupaten/Kota Layak Anak. Pelayanan ramah anak di

Puskesmas menjalankan fungsi berdasarkan empat prinsip perlindungan anak

yakni: 1) nondiskriminasi, 2) kepentingan terbaik bagi anak, 3) hak untuk hidup,

kelangsungan hidup, dan perkembangan, dan 4) penghargaan terhadap pendapat

anak. Tujuannya adalah untuk membangun kesehatan ibu dan anak yang

mencakup kualitas hidup anak meningkat, tumbuh kembang optimal baik secara

fisik, mental, emosi, dan sosial, serta intelegensi majemuk sesuai potensi

genetiknya.

Menurut penelitian Arfa (2021) yang berjudul Program Pelayanan Ramah

Anak Di Puskesmas (PRAP) Dalam Upaya Mewujudkan Kota Layak Anak

(KLA) Di Bidang Kesehatan Di Puskesmas Mokoau Kelurahan Padaleu

Kecamatan Kambu, Kota Kendari menyatakan bahwa Hasil penelitian

menunjukan bahwa Implementasi PRAP di Puskesmas Mokoau. Pertama,

Puskesmas Mokoau telah memiliki tenaga kesehatan yang dilatih Konvensi Hak

Anak, hanya 1 (satu) orang, sehingga belum maksimal. Kedua, Puskesmas

Mokoau dalam menyediakan Pusat Informasi Hak Anak atas Kesehatan, informasi

dalam bentuk audio belum tersedia. Ketiga, Puskesmas Mokoau dalam

menyediakan ruang tunggu/bermain bagi anak yang berjarak aman dari ruang

tunggu pasie telah dilaksanakan. Namun, belum memiliki matras. Keempat,


7

Puskesmas Mokou dalam melaksanakan pelayanan penjangkauan kesehatan anak

di Sekolah, berupa pemeriksaan kesehatan dan upaya untuk mendeteksi sedini

mungkin penyakit yang dapat dialami oleh anak. Kelima, Puskesmas Mokou

Menyelenggarakan Tata Laksana Kasus Kekerasan Terhadap Anak/Konseling

(KTA), tenaga kesehatan telah menunjukan keterbukaan dalam menghadapi anak,

yang disesuaikan dengan umur dan berusaha memahami anak serta tidak

menyalahkan anak dalam proses pertolongan kepada anak.

Ashanul (2022) dengan penelitian yang berjudul “Does a child's mid‐upper

arm circumference‐for‐age z‐scorerepresent another nutritional indicator

of childhood malnutrition status?” menyatakan bahwa pengukuran lingkar

lengan berhubungan dengan status gizi karena pengukuran status gizi cocok untuk

mendeteksi malnutrisi akut pada anak usia 3-23 bulan. Tumaini (2021)

menyatakan dalam penelitian yang berjudul “Prevalence of early childhood

caries, risk factors and nutritional status among 3-5-yearold preschool children

in Kisarawe, Tanzania” bahwa berat badan berpengaruh terhadap status gizi anak

dengan OR 4,2 ( 3-5,8).

Puskesmas Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan Kabupaten Kepulauan

Mentawai merupakan salah satu puskesmas dari 15 Puskesmas di Kabupaten

Kepulauan Mentawai yang memiliki kasus gizi kurang pada balita masih tinggi.

Berdasarkan hasil pemantauan status gizi di Puskesmas Bulasat tahun 2021

dengan angka 52 kasus gizi kurang pada area kerja Puskesmas Bulasat. Sementara

tahun 2022 terdapat balita gizi kurang di beberapa Puskesmas yang memiliki data

tertinggi dari yang ditargetkan sebesar 7,5% yaitu Puskesmas Sikakap dengan

kasus 94 (15,5%), Puskesmas Saumanganyak sebanyak 89 kasus (16,4%) dan


8

Puskesmas Bulasat sebanyak 52 kasus (13,4%). Dengan adanya angka kenaikan

kasus gizi kurang setiap tahunnya, tentu menjadi perhatian khusus dalam

menangani kasus gizi kurang pada area kerja Puskesmas Bulasat (Laporan

Tahunan Puskesmas Bulasat, 2022).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Puskesmas Bulasat belum

melaksanakan program Puskesmas Ramah Anak. Masih banyak indikator-

indikator yang harus dipenuhi dalam mewujudkan Puskesmas Ramah Anak pada

Puskesmas Bulasat. Adapun Puskesmas Ramah Anak terdiri dari 6 komponen,

yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana dan Prasarana Lingkungan,

Pelayanan, Pengelolaan, Partisipasi Anak, Pemberdayaan Masyarakat. Total

indikator Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas sebanyak 15 indikator.

Berdasarkan Uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Strategi Mewujudkan Puskesmas Ramah Anak Dalam Status Gizi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Mentawai Tahun 2023.”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Strategi Mewujudkan

Puskesmas Ramah Anak Dalam Status Gizi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulasat

Kabupaten Mentawai Tahun 2023?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Strategi Mewujudkan Puskesmas Ramah Anak Dalam

Penurunan Status Gizi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten

Mentawai Tahun 2023


9

2. Tujuan Khusus

a. Tujuan Kuantitatif

1) Mengetahui distribusi frekuensi Dukungan Keluarga Di Wilayah

Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun

2023

2) Mengetahui distribusi frekuensi Peran tenaga kesehatan Di Wilayah

Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun

2023.

3) Mengetahui distribusi frekuensi pekerjaan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun 2023.

4) Mengetahui distribusi frekuensi pola asuh Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun 2023.

5) Mengetahui distribusi frekuensi pola makan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun 2023.

6) Mengetahui distribusi frekuensi sosial ekonomi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun 2023.

7) Mengetahui distribusi frekuensi status Gizi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun 2023.

8) Mengetahui hubungan Dukungan Keluarga dengan status Gizi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai

Tahun 2023.

9) Mengetahui hubungan peran tenaga kesehatan dengan status Gizi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai

Tahun 2023.
10

10) Mengetahui hubungan pola asuh dengan status Gizi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun 2023.

11) Mengetahui hubungan pekerjaan dengan status Gizi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun 2023.

12) Mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun

2023

13) Mengetahui hubungan sosial ekonomi dengan status gizi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun

2023

14) Mengetahui Faktor Yang paling berpengaruh dengan status gizi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai

Tahun 2023

b. Tujuan Kualitatif

1) Mengetahui Input (Kebijakan, SDM, Pendanaan, sarana dan

prasarana) Puskesmas Ramah Anak Dalam Penurunan status gizi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai

Tahun 2023.

2) Mengetahui Proses (Pelaksanaan, Sosialisasi, Monitoring dan

Evaluasi) Puskesmas Ramah Anak Dalam Penurunan status gizi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai

Tahun 2023.
11

3) Mengetahui Output Puskesmas Ramah Anak Dalam Penurunan status

gizi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan

Mentawai Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan ilmiah dan bahan

referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dalam penerapan

Puskesmas Ramah Anak dalam rangka menekan angka status gizi serta

menambah referensi bahan kajian dan sumber bacaan di lingkup Universitas

Fort De Kock.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian dapat memberikan gambaran dan pedoman bagi

Puskesmas Bulasat, Kec. Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai

dalam melakukan pelayanan yang telah dilaksanakan dan untuk bahan

pertimbangan dalam pembangunan di masa selanjutnya, terutama untuk

Puskesmas Ramah Anak.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Mewujudkan Puskesmas

Ramah Anak Dalam Penurunan Status Gizi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulasat

Kabupaten Mentawai Tahun 2023. Pada penelitian Kuantitatif, populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh balita gizi kurang 63 orang. Desain penelitian yaitu

case control study dengan teknik sampling total sampling, maka sampel diambil
12

dengan 1:1 yaitu 63 kasus, 63 kontrol dengan total 126 sampel. Untuk penelitian

kualitatif memiliki 13 informan yang terdiri dari 1 Kepala Puskesmas, 1 orang

Pemegang program Gizi Puskesmas , 3 orang petugas pelaksana, 3 orang Kader, 5

orang ibu yang memiliki balita gizi kurang. Metode dalam penelitian adalah

metode Mixed Methods (Metode kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif)

dengan desain penelitian Sequential Explanatory design. Metode pengumpulan

data kuantitatif menggunakan kuesioner, sedangkan penelitian kualitatif

menggunakan pedoman wawancara. Rancangan kualitatif dalam penelitian ini

adalah deskriptif dengan pendekatan study fenomenology dan menggunakan

metode wawancara mendalam (indepth interview) agar ditemukan masalah lebih

terbuka. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner, kemudian diolah secara

komputerisasi. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu anlisis univariat,

bivariat dengan uji chi-square dan multivariat dengan uji Regresi Logistik

Berganda, jika P ≤ 0,05 maka ada pengaruh antara variabel independen dan

dependen. Sedangkan untuk kualitatif menggunakan analisa data secara

triangulasi agar ditemukan permasalahan secara lebih terbuka serta melakukan

observasi dan studi dokumen.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi

1. Pengertian Gizi

a. Gizi

Kata Gizi berasal dari bahasa arab “ghida” yang berati makan.

Menurut dialek mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian orang

menerjemahkan kata gizi dari bahasa inggris nutrition menjadi nutrisi.

Namun yang resmi, baik dalam dokumen maupun aturan pemerintah

digunakan kata gizi. Berdasarkan kamus umum bahasa indonesia Badudu

Zain, nutrisi lebih mengacu pada makanan ternak (Suhaimi 2019).

Secara etimologi, kata “gizi” berasal dari bahasa Arab, yaitu

“ghidza”, yang berarti “makanan”. Menurut dialek Mesir, “ghidza” dibaca

“ghizi”. Jadi, gizi adalah keseluruhan dari berbagai proses di dalam tubuh

makhluk hidup untuk menerima bahan- bahan dari lingkungan hidupnya

serta menggunakan bahan- bahan agar menghasilkan berbagai aktivitas

penting dalam tubuhnya sendiri. Bahan- bahan tersebut dikenal dengan

istilah nutrisi (Indryani, 2013).

Gizi adalah proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluatan zat- zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

organ- organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2013). Zat besi

13
14

(nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan

fungsinya, yaitu menghasilkan energy, membangun dan memelihara

jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan.

Gizi merupakan salah satu faktor utama kualitas sumber daya

manusia, gizi yang baik terdapat pada jenis pangan yang berkualitas pula

yang mempunyai ketahanan pangan dan keamanan pangan. Ketahanan

pangan (food security) ini haru mencakup aksesibilitas, ketersediaan,

keamanan dan kesinambungan. Aksesbilitas pangan, adalah setiap rumah

tangga maupun memenuhi kecukupan pangan keluarga dengan gizi yang

memenuhi kebutuhan konsumsi di tingkat wilayah dan rumah tangga.

Sedangkan keamanan pangan (food safety) dititik beratkan pada kualitas

pangan yang memenuhi kebutuhan gizi.

b. Status Gizi

Menurut (Mardelena, 2017) gizi (nutrition) adalah suatu proses

organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui

proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan

kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ-organ, serta

mengahasilka energi.

Status gizi balita merupakan hasil interaksi dari suatu proses yang

komplek melibatkan banyak faktor (sharma et al,1996). Status gizi anak

balita biasanya diukur pada usia kurang dari lima tahun, bahkan di

anjurkan pada usia kurang dari tiga tahun, karena anak-anak pada saat itu

sedang mengalami pertumbuhan cepat, sehingga kekurangan asupan gizi


15

pada rentang umur tersebut akan menyebabkan gangguan pertumbuhan.

Gangguan pertumbuhan ini seringkali tidak dikoreksi, dan bila anak dapat

bertahan hidup, maka diakan tumbuh menjadi remaja yang pendek, kurus

dan lemah, sehingga produktivitasnya rendah.

Status gizi anak balita merupakan indicator bagi tingkatan

kesejahteraan suatu bangsa, semakin miskin suatu bangsa (biasanya di

ukur dengan GNP) semakin rendah status gizi balitanya. Sebaliknya, status

gizi yang rendah pada anak balita akan menurunkan produktivitas suatu

bangsa, yang berakibat pendapatan pe kapitalnya rendah. Hubungan timbal

balik ini mendapatkan perhatian dari banyak organisasi dunia seperti

Word Bank, UNICEF dan Who. Pada tahun 1990-an UNICEF

mengajukan kerangka konseptual yang menjelaskan terjadinya gizi kurang

pada anak balita, kerangka konseptual ini kemudian dipakai oleh WHO

untuk menyusun program penanggulangan kurang gizi pada anak yang

terbagi dalam tiga aras, pertama adalah penyebab langsung yaitu asupan

gizi dan kesehatan anak; kedua penyebab tidak langsung yaitu ketahanan

pangan keluarga, pengasuh anak, pelayanan kesehatan dan lingkungan

yang sehat, yang ketiga penyebab dasar yaitu sumber-sumber potensial

yang dimiliki serta struktur politik dan ekonomi yang dianut oleh Negara

tersebut. Hal interaksi dari berbagai penyebab tadi dapat berujung pada

terjadinya kurang gizi pada anak balita (Suhaimi, 2012).

Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa

parameter, kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan

standar atau rujukan. Peran penilaian status gizi menjadi penting kerena
16

dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan

status gizi. Oleh karena itu dengan diketahuinya status gizi, dapat

dilakukan upaya untuk memperbaiki tingkat kesehatan pada masyarakat

(Kemenkes RI, 2022).

2. Status Gizi Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun

atau lebih popular dengan pengertian usia anak dibawah lima

tahun.(Pritasari,2017). Para ahli mengolongkan usia balita sebagai tahapan

perkembangan anak yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit

yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu

(Kemenkes RI, 2018)

3. Klasifikasi Status Gizi

Menurut (Adriani & Wijatmadi ,2016) dalam menentukan klasifikasi

status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Buku

antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO – NCHS

(World Helth Organization National Canter fo Health Statistic). Berdasarkan

buku Havrad status gizi dapat dibagi menjadi 4 yaitu :

a. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas

b. Gizi baik untuk well mourushed

c. Gizi kurang untuk underweight yang menacakup mild dan moderate PCM (

Protein Calori Malnutriation)

d. Gizi buruk untuk server PCM, termasuk marsamus, marasmikkwashiorkout

dan kwashiorkor
17

(Permenekes 2 Tahun, 2020) menyatakan bahwa klasifikasi status gizi

balita menurut BB/U dibagi menjadi 4, yaitu :

1) Gizi buruk :<- 3 SD

2) Gizi kurang : -3 SD sampai <-2 SD

3) Gizi baik : -2 SD sampai 2 SD

4) Gizi lebih : > 2 SD

Seseorang yang mengalami kekurangan gizi atau kelebihan gizi

disebut dengan malnutrisi (Djauhari, 2017) membagi malnutrsi menjadi

empat bentuk, yaitu :

1) Undernutrition, yaitu suatu kondisi dimana seseorang mengalami

kekurangan pangan secara relative atau absolute selama periode

tertentu.

2) Specife deficiency, yaitu suatu kondisi dimana seseorang mengalami

kekurangan zat gizi tertentu.

3) Overnutrition, yaitu suatu kondisi dimana seseorang mengalami

kelebihan konsumsi pangan selama periode tertentu.

4. Penilaian Status Gizi

Menurut (Djauhari,2017) penilaian status gizi dapat dilakukan dengan

beberapa pendekatan yaitu penilaian status gizi secara langsung maupun tidak

langsung.

1) Secara langsung penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi

4 (empat) penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.

a) Antropometri

(1) Pengertian
18

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia

ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

(2) Jenis parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan

dengan mengukur beberapa parameter.parameter adalah ukuran

tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi

badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar

pinggul dan tebal lemak bawah kulit.

Indeks Antropometri

(a) Berat Badan Menurut (BB/U) Berat badan adalah salah satu

parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh

sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,

misalnya terserang penyakit infeksi, penurunan nafsu makan, atau

jumlah yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter

antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, yaitu

ketika keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi

dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang

mengikuti pertambahan umur

(b) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan merupakan

parameter antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh

seiring dengan pertambahan umur.


19

(c) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan

memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam

keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan

pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks

BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi

saat ini (sekarang). Indeks BB/TB adalah Indeks yang independen

terhadap umur.

(d) Lingkar Lengan Atas Menurut Umum (LILA/U) Lingkar lengan

atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringa otot dan

lapisan lemak bawah kulit. Lingkar dengan atas berkorelasi

dengan indeks BB/U dan BB/TB Lingkar lengan atas merupakann

parameter antropometri yang sangat sederhana dan mudah oleh

tenaga yang bukan profesional.

Kader posyandu dapat melakukan pengukuran ini.

Tabel 2.1

Interpretasi Status Gizi Bayi-Balita berdasarkan indeks

Antropometri

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas

( z-score)

Berat badan sangat kurang < - 3 SD

(severely underweight)

BB/U Bera badan kurang - 3 SD sd < - 2 SD

(0-60 (underweight)

bulan ) Berat badan normal - 2 SD sd + 1SD


20

Resiko berat badan lebih > + 1 SD

Sangat pendek (severely < - 3 SD

TB/U stunted)

(0-60 Pendek (stunted) - 3 SD sd < -2 SD

bulan) Normal - 2 SD sd + 3SD

Tinggi > - 3 SD

Gizi buruk (severely wasted) < - 3 SD

Gizi kurang (wasted) - 3SD <- 2 SD

BB/TB Gizi baik (normal) - 2 SD sd +1 SD

(0-60 Berisko gizi lebih (possible risk - + 1 SD sd + 2 SD

bulan) of overweight)

Gizi lebih (overweight) > + 2 sd + 3 SD

Obesitas (obse) > + 3 SD

IMT/U( Gizi buruk (severely wasted) < - 3 SD

0-60 Gizi Kurang (Wasted) - 3 SD sd < - 2 SD

bulan) Gizi baik (normal) - 2 SD sd + 1 SD

Berisiko gizi lebih (possible > + 1 SD sd + 2 SD

risk of overweight)

Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD

Obesitas (obese) > + 3 SD

Sumber : Permenkes Nomor 2 Tahun 2022.

b) Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat

Penting
21

untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi terkait ketidak cukupan zat gizi. Hal

ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues)

seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-orang

yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjer tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat

(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi lebih

zat gizi selain itu, metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat

status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu tanda

(sign) dan gejala (sympyom) atau riwayat penyakit.

c) Penilaian Status Gizi

Secara biokimia penilaian status gizi dengan biokimia adalah

pemeriksaan spesimen yangh diuji secara laboratorium yang dilakukan

pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan

antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti

hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa

kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.

Banyak gejala klinis yang kurang spesifil, maka penemuan kimia faal

lebih banyak menolong untuk menentukan diagnosis atau kekurangan/

kelebihan gizi yang spesifik (Djauhari, 2017)

d) Penilaian Status Gizi Secara Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status

gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khusus nya jaringan) dan

melihat perubahan struktur jaringan.


22

Secara Tidak Langsung Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi 3

(tiga) yaitu : survey konsumsi makanan, statistic vital dan faktor

ekologi.

B. Puskesmas Ramah Anak

Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas (PRAP) adalah Puskesmas

yang dalam menjalankan fungsinya berdasarkan 4 (empat) prinsip

perlindungan anak yakni:

1. Non diskriminasi,

2. Kepentingan terbaik bagi anak,

3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan, dan

4. Penghargaan terhadap pendapat anak.

Hal utama untuk menciptakan pelayanan ramah anak di Puskesmas

dimulai dari Sumber Daya Manusia (SDM), Sarpras dan lingkungan,

pelayanan, pengelolaan, partispasi anak dan pemberdayaan masyarakat,

(DP3KB Kabupaten Brebes). Berdasarkan Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Pelayanan Puskesmas Ramah Anak

adalah upaya protektif yang diberikan Puskesmas berdasarkan pemenuhan,

penghargaan dan perlindungan hak asasi anak atas kesehatan dengan prinsip

hak anak. Puskesmas ramah anak akan terwujud apabila sumber daya

manusia, pelayanan, sarana prasarana dan pengelolaan ramah anak.

Kesimpulannya Puskesmas dengan pelayanan ramah Anak adalah Puskesmas

lebih mengedepankan pelayanan yang ramah kepada anak, baik kepada anak

yang sedang berobat ataupun anak sehat yang sedang berkunjung ke

Puskesmas. Upaya Kesehatan di Puskesmas sebagai Puskesmas dengan


23

pelayanan Ramah Anak meliputi UKP (Upaya Kesehaan Perorangan), seperti

Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA), Pelayanan Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS) termasuk Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM),

pelayanan deteksi dini tumbuh kembang, pelayanan kesehatan mata anak,

pelayanan konsultasi anak, konsultasi kesehatan lingkungan, gizi, dan

psikologi.

1. Komponen Puskesmas Ramah Anak

a. Sumber Daya Manusia

Pelayanan di Puskesmas akan ramah anak apabila tenaga di

Puskesmas memahami, mempunyai sikap dan pola pikir yang

sensitif dan responsif akan hak asasi anak khususnya hak atas

kesehatan anak. Tenaga Puskesmas yang ada perlu dilatih dan

ditingkatkan kapasitas dan sensitifitasnya tentang hak-hak anak

dengan pelatihan standar yang ditetapkan oleh Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Tenaga yang ada

harus memahami hak anak, prinsip pemenuhan hak anak serta

kebutuhan khusus anak. Pelatihan tenaga Puskesmas dilakukan oleh

tanaga dari Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi yang telah dilatih oleh

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau

pihak lainnya. Selanjutnya, beberapa tenaga Puskesmas yang telah

dilatih dapat melatih petugas lainnya melalui mekanisme pendidikan

internal Puskesmas. Pelatihan dapat dilakukan serentak dalam satu

waktu atau dilakukan secara bertahap.


24

b. Sarana, Prasarana dan Lingkungan

Sarana, prasarana dan lingkungan ramah anak di Puskesmas

meliputi:

1) Tersedia ruang tunggu, ruang periksa dan ruang konseling untuk

anak atau remaja.

2) Toilet terpisah untuk anak laki-laki dan anak perempuan.

3) Lingkungan yang sehat, bersih dan anak terlindung dari penularan

penyakit.

4) Ada tempat atau sarana bermain anak ketika menunggu

pemeriksaan atau menunggu orang tuanya untuk diperiksa.

5) Ada ruang laktasi / ASI ( menyusui ).

6) Tersedia media untuk informasi kesehatan kepada anak dan orang

tua/keluarga.

7) Ada larangan merokok.

c. Pelayanan

Pelayanan pemenuhan hak anak dan perlindungan anak dimulai

dari anak dalam kandungan, bayi, balita, usia sekolah dasar, hingga

remaja, termasuk anak yang memerlukan perlindungan khusus

(sebanyak 15 kategori sesuai amanat UU Nomor 35 Tahun 2014).

Dalam hal ini semua anak harus mendapat hak kesehatan tanpa

membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,

budaya, bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran dan kondisi fisik

atau mental anak (prinsip non-diskriminasi). Selain anak berada di

rumah, di sekolah/lembaga pendidikan, di panti atau Lembaga


25

Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), anak yang berada di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak (LPKA) akibat bermasalah hukum, serta

anak yang tinggal bersama ibunya di lembaga pemasyarakatan, juga

berhak dipenuhi hak kesehatannya. Pelayanan meliputi peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan serta pemulihan

kesehatan fisik dan mental termasuk pemberian informasi yang sesuai

dengan usia kematangan anak, yang dilakukan melalui upaya

kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perseorangan.

Petugas pemberi pelayanan bersikap baik, sopan dan menghargai

anak. Pelayanan diberikan di dalam gedung maupun di luar gedung

Puskesmas. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan milik pemerintah

juga berfungsi memberdayakan orang tua/keluarga dalam pemenuhan

hak anak atas kesehatan, memberikan informasi dan bantuan sesuai

fungsinya kepada orang tua agar mampu memenuhi hak anak atas

kesehatan. Pembinaan kepada Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan

Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) terkait anak harus

dilakukan dengan lebih intensif. Diupayakan tersedia data terpilih

sesuai usia, jenis kelamin, kebutuhan dan permasalahan kesehatan

fisik dan mental anak. Data tersebut sangat penting untuk mengetahui

kemajuan dan permasalahan pemenuhan hak anak atas kesehatan agar

kebijakan, program dan kegiatan dirancang berdasarkan data,

sehingga akan lebih efektif dan efisien.


26

d. Pengelolaan

Pengelolaan disesuaikan ketetapan pengelolaan Puskesmas yang

ada, namun diharapkan upaya peningkatan pemenuhan hak anak atas

kesehatan menjadi prioritas. Dalam perencanaan, pelaksanaan, serta

pemantauan dan evaluasi program dan kegiatan hendaknya

mempertimbangkan prinsip perlindungan anak yakni non diskriminasi

(Sebagai contoh melayani semua anak yang datang ke Puskesmas

meskipun bukan wilayah kerja Puskesmas), kepentingan terbaik bagi

anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan, serta

penghargaan terhadap pendapat anak. Malibatkan anak dalam proses

pengelolaan Puskesmas marupakan penghargaan terhadap pendapat

anak dalam pemenuhan hak kesehatannya. Dengan mendengar

pendapat anak dapat diketahui kebutuhan dan kepentingan anak

sehingga program dan kegiatan yang dirancang lebih tepat dan lebih

efektif.

Mekanisme mendengar pendapat anak adapat dilakukan melalui

forum anak atau kelompok anak, yang terdapat di tingkat

Desa/Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota. Selain itu, dalam

pengelolaan juga harus menyediakan data secara terpilah menurut

umur, jenis kelamin dan domisili sehingga pelayanan ramah anak akan

terlaksana dengan optimal.

e. Partisipasi Anak

Partisipasi anak adalah keterlibatan anak dalam proses

pengambilan keputusan hal-hal yang berhubungan dengan anak dan


27

dilaksanakan atas kesadaran, pemahaman serta kemauan bersama

sehingga anak dapat menikmati perubahan hasil keputusan tersebut.

Sebagai wujud pemenuhan hak anak atas partisipasi maka dibentuklah

forum anak, mulai dari tingkat nasional hingga tingkat Desa/Kota.

Forum anak merupakan suatu organisasi yang anggotanya anak-anak

yang menjadi pengurus organisasi anak, sanggar atau kelompok

kegiatan anak dan sejenisnya yang pada umumnya berbasis

pengembangan bakat, minat, kemampuan dan pemanfaatan waktu

luang.

Forum anak sampai saat ini terbentuk di 32 Provinsi, 265

Kabupaten/Kota dan 300 Kecamatan. Dalam pengembangan

Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) telah ada forum anak yang

terlibat muali dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi pembangunan daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan

dan Desa/Kelurahan. Dalam pengembangan pelayanan ramah anak,

forum anak dapat dilibatkan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi, agar dapat dipastikan bahwa pelayanan di Puskesmas telah

ramah anak. Apabila forum anak belum terbentuk, maka Puskesmas

dapat melibatkan kelompok anak yang ada di Kecamatan atau

Desa/Kelurahan untuk didengar pendapatnya.

f. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang

bersifat non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kempuan

masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi,


28

potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya

dengan memanfaatkan potensi setempat berupa pemberian informasi

kepada individu, keluarga atau kelompok secara terus menerus dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses

membantu klien agar klien tahu, mau dan mampu melaksanakan

perilaku yang diperkenalkan. Upaya pemenuhan hak anak atas

kesehatan dilakukan oleh orang tua/keluarga. Untuk itu upaya

pemberdayaan, pembinaan dan pendampingan keluarga merupakan

kegiatan utama yang harus dilakukan secara berkesinambungan.

Pemberdayaan keluarga perlu dibarengi dengan pengorganisasian

masyarakat untuk mendukung keluarga. Dalam hal ini pengembangan

dan pembinaan upaya kesehatan berbasis masyarakat terkait kesehatan

perlu ditingkatkan antara lain melalui: Gerakan Sayang Ibu (GSI),

Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), posyandu Bina

Keluarga Balita (BKB), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Bina

Keluraga Remaja (BKR), kelompok aktivitas remaja, dan pramuka.

Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) juga perlu dibina dan direvitalisasi.

Pelatihan dan penyuluhan tentang pemenuhan hak anak atas

kesehatan, termasuk pengasuhan anak yang tepat bagi orang

tua/keluarga harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.

Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan bersama

sektor terkait, lembaga masyarakat dapat dilakukan bersama sektor

terkait, lembaga masyarakat peduli anak, perguruan tinggi, dan pihak

swasta yang ada di wilayah Puskesmas atau Kabupaten/Kota.


29

2. Indikator Puskesmas Ramah Anak

Puskesmas Dengan Pelayanan Ramah Anak (PPRA) memiliki

indikator. Indikator yang dimaksud sebagai berikut:

a. Cakupan pengelola puskesmas dilatih Konvensi Hak Anak

b. Tersedia media dan materi Kesehatan Ibu dan Anak (KIE) terkait

kesehatan anak

c. Tersedia ruang pelayanan dan konseling bagi anak.

d. Tersedia ruang tunggu/bermain bagi anak yang berjarak aman dari

ruang tunggu pasien.

e. Tersedia Ruang ASI

f. Terdapat tanda peringatan dilarang merokok sebagai kawasan tanpa

rokok

g. Tersedia sanitasi lingkungan Puskesmas yang sesuai standar

h. Tersedia sarana dan prasarana bagi anak penyandang disabilitas

i. Cakupan bayi kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif

j. Cakupan Pelayanan konseling Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

k. Menyelenggarakan Tata Laksana Kasus Kekerasan Terhadap Anak

(KTA)

l. Tersedia data anak yang memperoleh pelayanan kesehatan anak

m. Pusat informasi tentang hak-hak anak atas kesehatan

n. Adanya mekanisme untuk menampung suara anak.

o. Pelayanan penjangkauan kesehatan anak.


30

3. Pelaksanaan Puskesmas Ramah Anak

Langkah-langkah Pengembangan Pelayanan Ramah Anak di

Puskesmas (PPRAP) adalah sebagai berikut:

a. Pusat

1) Advokasi dan sosialisasi tentang pemenuhan hak dan

perlindungan anak yang dilakukan oleh Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang bertujuan

untuk membangun komitmen dan meningkatkan pemahaman

stakeholders bidang kesehatan tentang hak anak atas kesehatan.

2) Menyusun kebijakan, program dan kegiatan serta pedoman untuk

mengembangkan pelayanan ramah anak di Puskesmas.

3) Fasiltas pelatihan TOT tentang KHA yang dilakukan oleh

Kementerian PP-PA dan Kementerian Kesehatan.

4) Melakukan pemantauan dan evaluasi secara terpadu dan

terkoordinasi dengan program terkait lainnya agar lebih efektif

dan efisien sesuai dengan mekanisme yang sudah diatur.

b. Provinsi

1) Advokasi dan sosialisasi tentang pemenuhan hak anak dan

perlindungan anak yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak, yang bertujuan untuk

membangun komitmen dan meningkatkan pemahaman

stakeholders bidang kesehatan tentang hak anak atas kesehatan.

2) Fasiltas pelatihan TOT tentang KHA yang dilakukan oleh

Kementerian PP-PA dan Kementerian Kesehatan.


31

3) Melakukan pemantauan dan evaluasi.

4) Fasilitas sarana dan prasarana yang diperlukan dalam

mengembangkan pelayanan ramah anak di Puskesmas.

c. Kabupaten/Kota

1) Sosialisasi tentang pengembangan pelayanan ramah anak di

Puskesmas kepada para pihak di Kabupaten/Kota oleh Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Badan/Biro

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi atau

Dinas Kesehatan Provinsi.

2) Identifikasi Puskesmas yang akan dikembangkan menjadi

Puskesmas dengan pelayanan ramah anak sesuai dengan komitmen,

sumber daya yang dimiliki, peluang yang ada serta kondisi

Puskesmas, peluang yang dimaksud misalnya sumber daya pihak

swasta, lembaga donor atau perorangan, Perguruan Tinggi yang

dapat kontribusi dalam tenaga, fasilitas maupun pemikiran.

Identifikasi kebutuhan sarana prasarana untuk pemenuhan hak anak

seperti ruangan, format pencatatan dan pelaporan, buku KIA,

pencatatan kesehatan remaja, dan sebagainya.

3) Dari dokumen tersebut mungkin ada yang perlu disempurnakan

agar pemetaan pemenuhan hak anak atas kesehatan dapat

menggambarkan permasalahan pada tiap tahap usia anak baik anak

laki-laki maupun anak perempuan. Media untuk memberi informasi

kepada orang tua/keluarga, masyarakat maupun anak perlu dibuat

dan dilengkapi serta dirancang sesuai kebutuhan sasaran. Media


32

juga harus dipublikasikan sesuai kesempatan/waktu yang tepat.

Sarana dan prasarana tersebut dilengkapi dengan alokasi dana yang

ada dari Dinas Kesehatan dan Dinas lain yang terkait misalnya

Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, serta

bantuan dari pihak swasta, donor atau perorangan yang peduli

kesehatan anak.

4) Menyelenggarakan pelatihan tenaga kesehatan tentang hak anak.

Tenaga yang dilatih tidak hanya paham menyebutkan hak anak

tetapi diharapkan sensitif dan responsif terhadap hak anak,

kepentingan terbaik bagi anak, tidak diskriminatif terhadap anak

dan dapat mendengar pendapat anak. Dengan demikian tenaga

kesehatan akan proaktif memenuhi hak anak karena menyadari

bahwa kesehatan adalah hak asasi anak.

5) Membuat atau melengkapi sarana dan prasarana sesuai hasil

identifikasi yang telah dilakukan sebelumnya.

6) Melalukan supervisi, pemantauan dan evaluasi. Sebaiknya kegiatan

ini dirancang untuk memastikan apakah kegiatan dilakukan sesuai

dengan perencanaan. Umpan balik hasil juga perlu disampaikan

Puskesmas agar Puskesmas memahami tindakan koreksi yang

harus dilakukan sebagai tindak lanjut.

7) Menyediakan data yang meliputi data tentang kebijakan,

pendanaan, petugas yang telah dilatih, peran masyarakat/swasta,

partisipasi anak serta angka cakupan pencapaian program dan

kegiatan sebagai hasil upaya pemenuhan hak anak di wilayah kerja


33

Kabupaten/Kota. Data yang didapat diharapkan terpilah menurut

usia, jenis kelamin serta permasalahan kesehatan anak

d. Puskesmas

Setelah kepala Puskesmas atau pengelola Puskesmas yang

bertanggung jawab diberi informasi tentang pengembangan

Puskesmas dengan Pelayanan Ramah Anak oleh Kabupaten/Kota,

selanjutnya kepala Puskesmas atau pengelola tersebut segera

mensosialisasikan kepada seluruh tenaga kesehatan yang ada di

Puskesmas, menyusun rencana kegiatan meliputi:

1) Penyesuaian dan/atau penyediaan sarana fisik dan peralatan untuk

pelayanan kesehatan bagi anak.

2) Menggerakkan seluruh kegiatan agar lebih intensif dan

komprehensif.

3) Melaksanakan kegiatan pelayanan komprehensif.

4) Membentuk/membina/mengembangkan UKBM.

5) Memberdayakan orang tua/keluarga dan anak.

6) Membangun jejaring dengan para pemangku kepentingan.

7) Memastikan kelengkapan sarana prasarana dalam hal ini adalah

membuat sendiri dengan sederhana, memfotokopi, mendapatkan

dari lembaga yang ada, melibatkan sponsor, dan lain-lain.

8) Meningkatkan intensitas pembinaan UKBM terkait pemenuhan

hak anak atas kesehatan. Dalam kegiatan ini seharusnya

Pusekesmas mempunyai peta tentang kondisi UKBM di


34

wilayahnya, sehingga pembinaan direncanakan dan dilaksanakan

sesuai kondisi dan permasalahan masingmasing UKBM.

9) Menyediakan data hak kesehatan anak secara terpilah

C. Sosial Ekonomi

Pendapatan merupakan jumlah semua pendapatan kepala keluarga

maupun anggota lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang.

Berdasarkan penggolongannya. Pengertian upah minimum menurut Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Pengertian upah minimum menurut Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Permenakertrans) No 7 Tahun 2013

tentang Upah Minimum adalah, upah bulanan terendah yang terdiri atas upah

pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring

pengaman. Upah ini wajib dijadikan acuan oleh pengusaha dan pelaku

industri sebagai standar minimum dalam memberi upah pekerjanya.

Dalam Permenakertrans maupun UU Pengupahan No 78 Tahun 2015,

disebutkan ada empat jenis upah minimum:

1. Upah Minimum Provinsi (UMP), yaitu upah minimum yang berlaku

untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi.

2. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), yaitu upah minimum yang

berlaku di wilayah kabupaten/kota.

3. Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP), yaitu upah minimum yang

berlaku secara sektoral di satu provinsi. Sektoral artinya kelompok

lapangan usaha beserta pembagiannya menurut Klasifikasi Baku

Lapangan usaha Indonesia (KBLI).


35

4. Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK), yang berlaku untuk

sektor tertentu di satu wilayah kabupaten/kota.

D. Pola Makan

1. Pengertian

Pola Makan Merupakan cara seseorang atau sekelompok orang

memilih makan tertentu dan mengonsumsinya akibat pengaruh fisiologis,

psikologis, social, dan budaya sebagai bentuk perubahan gaya hidup (

Amelia, 2019) Pola makan merupakan perilaku yang dapat memengaruhi

keadaan gizi (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Pola makan atau sering

disebut dengan kebiasan makan merupakan sebuah Informasi memuat

gambaran makanan yang dikonsumsi seseorang setiap harinya baik dari segi

jumlah, jenis,d an frekuensinya (Amelia, 2019).

Menurut (Fitri, 2017) Pola makan ialah berbagai informasi yang

memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang

dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu

kelompok masyrakat tertentu. Pola makan merupakan faktor yang

berhubungan langsung dengan status gizi. Konsumsi makan yang rendah

kualitas maupun rendah gizi menagkibatkan kondisi atau keadaan gizi

kurang. Sebaliknya, konsumsi makan yang baik akan memungkinkan untuk

mencapai kondisi kesehatan dan kondisi gizi yang sebaikbaiknya

(Damaiyanti&Sari,2017)

Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses

pertumbuhan pada balita, karena dalam makanan banyak mengandung gizi.

Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi di


36

dalamnya memilik keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan

kesehatan dan kecerdasan. Apabila terkena defisiensi gizi maka

kemungkinan besar sekali anak akan mudah terkena infeksi. Gizi ini sangat

berpengaruh terhadap nafsu makan, jika pola makan tidak tercapai dengan

baik pada balita maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus,

pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita (Purwani et al., 2013)

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat

mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan oleh kuantitas dan kualitas

makan dan minum yang konsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan

individu dan masyarakat. Gizi optimal sang penting untuk pertumbahan

normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan seluruh kelompok umur.

Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, yaitu yang

memiliki faktor resiko penyakit tidak menular seperti penyakit

kardiovaskular, diabetes, serta kanker yang merupakan penyebab utama

kematian di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2014)

Menurut Permenkes No 41 Tahun 2014 mengenai Pedoman Gizi

Seimbang. Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat

mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan

kualitas makan dan minum yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan

gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Gizi

yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta

perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh

kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh

tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta


37

terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Agar tubuh tetap sehat

dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular

terkait gizi, maka pola makan masyrakat perlu ditingkatkan kearah

konsumsi gizi seimbamg. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan

kesehatan individu dan masyarakat.

Zat gizi atau nutrisi merupakan sumber energi untuk menjalankan

berbagai aktivitas metabolisme. Selama masa pertumbuhan dan

perkembangan, bayi dan anak balita harus mendapatkan semua zat gizi yang

diperlukan oleh tubuhnya. Maka pola makan yang diberikan harus berupa

menu yang seimbang dengan keanekaragaman pangan dan memenuhi

standar gizi yang dibutuhkan. Pola makan bergizi seimbang ini akan

menjamin tubuh anak untuk memperoleh makanan yang mengandung

semua zat gizi dalam jumlah yang dibutuhkan. Pola makan anak untuk

setiap usia tidak sama. Hal ini disebabkan perkembangan sistem

pencernaanya berbeda pada setiap tahap usia. Dalam memberikan makan

pada balita, harus dipahami bahwa faktor lingkungan turut membantu

sukses tumbuh kembang anak (Sari et. al, 2016)

Pola makan yang baik, frekuensi yang sesuai dengan kebutuhan,

jadwal makan yang teratur dan hidanganyang bervariasi dapat terpenuhinya

kecukupan sumber tenaga, asupan zat pembangun, zat pengatur bagi

kebutuhan gizi anak balita sehingga proses tumbuh kembang anak balita

tetap sehat (Novitasari dkk, 2016)

Pola makan adalah cara seseorang atau kelompok orang

memamfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadao tekanan


38

ekonomi dan socia budaya yang dialaminya (Almatsier, 2011). Pola makan

ialah kebiasaan makan yang terbentuk maupun kualitasnya, maka tubuh

mendapat kondisi kesehatan gizi yang tidak baik. Konsumsi yang

mengahasilkan kesehtan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi yang

adekuat (Asediaoetama, 1996 didalan (Adriani & Wijatmadi, 2016)

Klasifikasi tingkat konsumsi kelompok/rumah tangga atau

perorangan belum ada standar yang pasti. Berdasarkan Buku Pedoman

Petugas Gizi Puskesmas (Depkes RI, 1990, dalam Almatsier, 2005),

klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat dengan cut off point

masing-masing sebagai berikut ;

(a) Baik : ≥100% AKG

(b) Sedang : > 80-99% AKG

(c) Kurang : 70-80%

(d) Deficit : < 70 %

2. Jenis Bahan Makanan Balita

Berdasarkan (Adelina,2015) menyatakan, terdapat dua kelompok bahan

makanan yaitu :

a. Bahan makanan yang dianjurkan

1) Bahan makanan yang dianjurkan untuk bayi 6-9 bulan.

a) Sumber serealia : tepung beras putih atau merah, tepung maizena,

tepung jagung dan havermut.

b) Umbi-umbian : kentang ubi jalar dan singkong


39

c) Kacang-kacang : kacang hijau (tepung hunkwe dan susu kacang

hijau), kacang polong, kacang merah, kacang kedelai ( tempe, tahu,

dan susu kedelai)

d) Sumber protein hewani : daging sapi tanpa lemak, ayam, ikan segar

( tanpa duri), hati ayam dan susu (diutamakan ASI)

e) Buah-buahan : pisang, apel, jeruk, pepaya, melon dan alpukat

f) Sayuran : bayam, wortel, buncis, tomat, labu dan brokoli

2) Bahan makanan yang dinajurkan untuk bayi usia > 9 bulan

a) Sumber serealia : beras, jagung, gandum, bihun, makaroni, dan mie

b) Umbi-umbian : Singkong

c) Kacang-kacangan ; kacang merah, kacang kedelai dan kacang hijau

d) Daging ayam, daging sapi, daging kambing, daging itik, hati ayam,

hati sapi, kuning telur ras/buras/puyuh, ikan air tawar ( lele, gabus,

mujair, bawal) dan ikan air laut ( salmon, tuna, tenggiri, gindara)

e) Minyak dan lemak : margarin, minyak, (minyak zaitun, minyak

kedelai, dan minyak kelapa murni ) dan santan

f) Sayuran : wortel, labu kuning, bayam (hijau dan merah),

kangkung, brokoli, kembang kol (putih dan merah), kentang,

mentimun, tomat, jagung, buncis muda, sawi, daun katuk, labu

siam, dan kacang panjang

g) Buah-buahan : jeruk, jambu biji, pepaya, pir, melon, semangka,

apel, alpukat, anggur, belimbing manis, mangga, pisang, srikaya

dan blewah
40

h) Cairan : ASI, susu kedelai, yoghurt, air jeruk manis, air mata dan

kaldu.

3) Bahan makanan yang tidak dianjurkan

a) Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk bayi usia 6-12 bulan

(1) Sumber protein hewani : ikan berduri banyak, jeroan, daging

ayam/sapi berlemak dan telur.

(2) Buah yang mengandung gas : durian, nangka dan buah yang

terlalu asam

(3) Kacang-kacangan : kacang tanah, kacang mete, kacang almond

dan kenari

(4) Makanan yang bercitra rasa asin

(5) Bumbu yang merangsang seperti cabe dan merica

(6) Cokelat batangan, bumbu penyedap rasa dan bumbu instan

b) Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk bayi usia > 12 bulan

(1) Sumber serealia dan olahannya : tepung teriggu dan ubi jalar

(2) Buah-buahan : buah kaleng, jus buah dalam kemasan, jeli,

manisan kismis dan buah-buahan yang berasa asam

(3) Kacang-kacangan dan olahannya : kacang tanah, kacang mete,

kacang almond, kacang kenari dan selai kacang

(4) Penambahan cita rasa : gula pasir, sirup, garam, coklat bubuk,

cabai, merica, essen dan bahan pewarna.

(5) Lain-lain : putih telur, gading berlemak, minuman bersoda, teh,

kopi, daging, ikan kalengan, serta susu kental manis.


41

E. Pola Asuh

1. Pengertian

Pola asuh adalah proses pemeliharaan anak dengan menggunakan

teknik dan metode yang menitikberatkan pada kasih sayang dan ketulusan

cinta dari kedua orang tua. Pola asuh merupakan upaya yang persisten dan

konsisten dalam menjaga dan membimbing anak dari mulai dilahirkan

hingga remaja. Pola asuh dalam keluarga merupakan cara orangtua, yaitu

ayah dan ibu dalam memberikan kasih sayang dalam mengasuh yang

mempunyai pengaruh yang besar kepada anak untuk beradaptasi dengan

dirinya dan lingkungannya. Bentuk pola asuh orangtua akan

mempengaruhi pembentukan kepribadian anak setelah ia menjadi dewasa.

1. Tipe-tipe pola asuh orangtua dalam keluarga antara lain :

a. Pola Asuh Otoriter

1) Tipe pola asuh otoriter adalah tipe pola asuh dimana orang tua yang

Memaksakan kehendak anaknya. Pola asuh otoriter merupakan

pola asuh yang mencerminkan sikap orang tua yang bertindak keras

dan cenderung diskriminatif,pola asuh otoriter ditandai dengan

hubungan orang tua dengan anak tidak hangat dan sering

menghukum. Pola asuh otoriter menunjukan bahwa sikap orangtua

dalam berinteraksi dengan anaknya ditandai dengan sikap yang

tidak hangat, sehingga anak merasa kurang mendapatkan kasih

sayang, sementara orangtua lebih memaksa kehendaknya. Pola

asuh otoriter ini tidak bisa menjamin atas terciptanya generasi yang

paripurna dan menjadi harapan bangsa. Hal ini dikarenakan pola


42

asuh otoriter, tidak memberikan pendidikan karakter dan

penanaman moral yang baik kepada anak.

2) Pola Asuh Permisif Tipe pola asuh Permisif adalah tipe pola asuh

dimana orang tua biasanya memberikan kebebasan penuh kepada

anak untuk berprilaku sesuai dengan apayang diinginkan. Tipe ini

mengakibatkan anak tumbuh menjadi seseorang yang berprilaku

agresif dan antisosial.

3) Pola Asuh Demokratis Tipe pola asuh Demokratis atau pola asuh

responsif dimana orang tua bersifat fleksibel, responsif dan

merawat. Orang tua memberikan tuntutan dan pengawasan kepada

anak, tetapi juga hangat, rasional dan mau berkomunikasi. Anak

diberi kebebasan, tetapi dalam peraturan yang mempunyai acuan.

4) Pola Asuh Pengabaian Tipe pola asuh ini bentuk ketidak pedulian

orang tua,mereka tidak mengambil tanggung jawab pengasuhan

serta tidak menetapkan aturan-aturan.Anak tumbuh tanpa

keterlibatan ayah dan ibu,sehingga anak meraba raba sendiri apa

yang harus dilakukan.

Selain peran di atas, keluarga terutama orang tua memiliki 3

fungsi pokok terhadap anggota keluarganya yaitu:

a. Asuh

Adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan

anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga

diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik

fisik, mental, sosial dan spiritual.


43

b. Asih

Adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,

kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan

mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan

kebutuhannya.

c. Asah

Adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga

siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam

mempersiapkan masa depannya

F. Kerangka Teori

Puskesmas Ramah Anak

Analisis dokumen
1. Maping Puskesmas
2. SDM
3. Dana
Faktor Internal
Faktor Eksternal Kegiatan Program
1. Peran Petugas
1. Kebijakan pemerintah Gizi: Penurunan 2. Sarana Prasarana
daerah Status Gizi 3. Pola Makan
2. Dukungan Keluarga 4. Pola asuh
5. Pekerjaan

1. Pelaksanaan
2. Sosialisasi
3. Monitoring
4. Evaluasi

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber (Kemenkes RI, 2018), (SSGI; Kemenkes RI, 2022)


44

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Dari kerangka teori diatas, alur pikir yang digunakan pada penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Kuantitatif

Independen Dependen

Dukunga
Keluarga

Peran Petugas

Pola Asuh

Status Gizi
Pekerjaan

Sosial Ekonomi

Pola Makan
Bagan 3.1
Kerangka Konsep

2. Kualitatif

Input Proses
Pelaksanaan
Kebijakan Output
Sosialisasi
SDM
Monitoring Perencanaan
Sarana dan prasarana
Dana Evaluasi

Bagan 3.2
Kerangka Pikir
45

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Gizi Kurang Gizi kurang yang KMS Melihat 0 = BGM Nominal
diperoleh dari KMS 1= Tidak BGM
Penilaian status
gizi balita diukur
berdasarkan Z-
Score.

Dukungan Dukungan Kuesioner Wawancara 0= Negatif < Ordinal


Keluarga Keluarga untuk mean
melaksanakan 1= Positif ≥
program mean
puskesmas layak
anak untuk
penurunan gizi
kurang
Peran Peran petugas Kuesioner Wawancara 0= Negatif < Ordinal
Petugas kepada mean
responden untuk 1= Positif ≥
menurunkan gizi mean
kurang

Pola asuh Pola pengasuhan kuesioner Wawancara 0. kurang baik Ordinal


yang < dari
diterapkan pada mean
responden oleh 1. baik ≥
orang tua yang dari
46

dapat mean
mempengaruhi
terjadinya
Pekerjaan Status Pekerjaan kuesioner Wawancara 0. Tidak Bekerja Nominal
Ibu ibu balita 1. Bekerja

Sosial Penghasilan Kuesioner Wawancara 0= Rendah < Ordinal


Ekonomi keluarga yang di UMR (2.742.476)
peroleh dari 1= Tinggi ≥ Rp.
perkerjaan utama UMR (2.742.476)
dan perkerjaan
sampingan dari
orang tua dan
anggota keluarga
lainnya dalam 1
bulan
Pola Makan Suatu bentuk Kuesioner Wawancara 0 = tidak sesuai Ordinal
bagimana bila nilai < mean
kebiasaan dalam 1= sesuai bila
memperhatikan nilai ≥ mean
dan memberikan
makanan kepada
batita dengan
menyesuaikan
nilai gizi yang
bagi balita
47

C. Hipotesa

Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan Dukungan Keluarga dengan penurunan status gizi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai

Tahun 2023.

2. Ada hubungan peran petugas dengan penurunan status gizi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun 2023.

3. Ada hubungan pekerjaan dengan penurunan status gizi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun 2023.

4. Ada hubungan pola asuh dengan penurunan status gizi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun 2023.

5. Ada hubungan sosial ekonomi dengan penurunan status gizi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun 2023.

6. Ada hubungan pola makan dengan penurunan status gizi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun 2023

D. Definisi Istilah

Pada penelitian kualitatif dilakukan untuk menganalisis Puskesmas

Ramah Anak Dalam Penurunan Status Gizi Di Wilayah Kerja Puskesmas

Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai Tahun 2023.

1. Input

a. Kebijakan

Definisi : Ketentuan-ketentuan yang menjadi Pedoman Pada


Pelaksanaan Puskesmas Ramah Anak dalam
penurunan status gizi
48

Alat ukur : Pedoman wawancara, voice rocorder, alat tulis, buku


catatan.
Cara ukur : Wawancara mendalam, merekam proses saat
wawancara, dan mencatat hal-hal penting.

b. SDM

Definisi : Orang- orang yang mempunyai peranan dan bertanggung


jawab Pada Pelaksanaan Puskesmas Ramah Anak dalam
penurunan gizi kurang.
Alat ukur : Pedoman wawancara, voice rocorder, alat tulis, buku
catatan.
Cara ukur : Wawancara mendalam, merekam proses saat wawancara,
dan mencatat hal-hal penting.

c. Dana

Definisi : Dana atau biaya yang dianggarkan untuk intervensi


Puskesmas Ramah Anak dalam penurunan gizi
kurang.
Alat ukur : Pedoman wawancara, voice rocorder, alat tulis,
catatan.
Cara ukur : Wawancara mendalam, merekam proses saat
wawancara dan mencatat hal-hal penting.

d. Sarana dan Prasarana

Defenisi : Alat atau bahan yang digunakan sebagai intervensi


Puskesmas Ramah Anak dalam penurunan gizi
kurang.
Alat Ukur : Pedoman wawancara, voice rocorder, alat tulis,
catatan.
Cara Ukur : Wawancara mendalam, merekam proses saat
wawancara, dan mencatat hal-hal penting
49

Proses, adalah Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai program

sesuai target (Pelaksanaan, Sosialisasi, Monitoring dan Evaluasi)

a. Pelaksanaan

Definisi : Tindakan atau penerapan pelayanan


kesehatan yang telah disusun.
Alat ukur : Pedoman wawancara, voice rocorder, alat
tulis, buku catatan.
Cara ukur : Wawancara mendalam, merekam proses
saat wawancara, dan mencatat hal-hal
penting.

b. Sosialiasi

Definisi : Aktivitas ditujukan untuk memberikan


informasi tentang Sebab dari suatu
kebijakan yang dilaksanakan.
Alat ukur : Pedoman wawancara, voice rocorder, alat
tulis, buku catatan.
Cara ukur : Wawancara mendalam, merekam proses
saat wawancara, dan mencatat hal-hal
penting

c. Monitoring

Definisi : Aktivitas ditujukan untuk memonitoring


tentang sebab dari suatu kebijakan yang
dilaksanakan.
Alat ukur : Pedoman wawancara, voice rocorder, alat
tulis, buku catatan.
Cara ukur : Wawancara mendalam, merekam proses
saat wawancara, dan mencatat hal-hal
penting.
50

d. Evaluasi

Definisi : Aktivitas untuk mengevaluasi hasil dari


kegiatan.
Alat ukur : Pedoman wawancara, voice rocorder, alat
tulis, buku catatan.
Cara ukur : Wawancara mendalam, merekam proses
saat wawancara, dan mencatat hal-hal
penting

2. Output

Merupakan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan Puskesmas

Ramah Anak dalam penurunan gizi kurang.


51

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan Mixed Methods dengan

menggabungkan penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan mencampurkan

kedua metode tersebut secara seimbang. Rangangan kuantitatif dalam

penelitian ini menggunakan desain Case Control, yaitu suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika kolerasi antara factor-faktor resiko dan efek, dengan

cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data (Notoatmodjo, 2018).

Metode pengumpulan data kuantitatif menggunakan kuesioner

sedangkan pengumpulan data kualitatif dengan analisa kualitatif dan

menggunakan metode wawancara mendalam (Indeph interview) agar

ditemukan permasalahan secara terbuka serta observasi dan studi dokumen.

Variabel penelitian ini adalah Dukungan Keluarga, petugas kesehatan,

sosial ekonomi, pola makan dan variabel dependen yaitu gizi kurang. Alat

dalam penelitian ini adalah Quesioner.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Maret - April 2023 di wilayah kerja

Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepualauan Mentawai.

C. Populasi dan Sampling

Pada penelitian Kuantitatif, populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh balita gizi kurang 63 orang. Sampel dalam penelitian ini


52

menggunakan teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, maka

sampel diambil dengan case control 1:1 yaitu 63 kasus, 63 kontrol dengan

total 126 sampel.

Adapun kriteria dalam penelitian ini :

1) Kriteria inklusi :

- Kasus:

a. Responden yang memiliki balita gizi kurang

b. Dapat berkomunikasi dengan baik

c. Dalam keadaan sadar penuh

d. Tidak menderita gangguan jiwa.

e. Bisa tulis baca

- Kontrol:

a. Responden yang memiliki balita gizi normal

b. Dapat berkomunikasi dengan baik

c. Dalam keadaan sadar penuh

2) Kriteria Ekslusi:

- Kasus:

a. Tidak dapat ditemui

b. Responden yang tidak kooperatif.

- Kontrol:

a. Responden yang tidak berobat ke Puskesmas

b. Responden yang tidak kooperatif.


53

D. Informan Penelitian

Pada penelitian kualitatif yaitu pertanyaan dengan cara wawancara

(indepth interview) berupa catatan, rekaman audio, serta foto kemudian

digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan informasi dan menilai sarana

pengumpilan data. Panduan wawancara ini berisikan daftar pertanyaan yang

akan diajukan kepada informan. Wawancara mendalam akan dilakukan

langsung oleh penulis kepada setiap responden

Tabel 4.1
Informan Wawancara Mendalam

NO Informan Jumlah

1 Kepala Puskesmas 1 orang

2 Pemegang Program Gizi Puskesmas 1 orang

3 Petugas Pelaksana 3 orang

4 Kader 3 orang

5 Ibu yang memiliki balita gizi kurang 5 orang

1. Informan Kunci dan Informan pendukung

a. Informan kunci adalah seseorang yang membangun hubungan dengan

peneliti secara khusus dalam bertukar informasi. Informan kunci dalam

penelitian ini yaitu 1 Kepala Puskesmas, 1 orang Pemegang program Gizi

Puskesmas , 3 orang petugas pelaksana.

b. informan Pendukung dalam penelitian ini yaitu beberapa 3 orang Kader,

5 orang ibu yang memiliki balita gizi kurang. Pemilihan Informan


54

ditentukan dengan purposive sampling dan dilakukan berdasarkan prinsip

sebagai berikut (Sugiyono, 2017):

a. kesesuaian ( Appropriateness ) dengan topik penelitian

b. kecukupan ( adequacy ) jumlah informan dianggap cukup jika data

yang didapatkan telah menggambarkan seluruh fenomena yang

berkaitan dengan topik penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri (internal Objective)

dengan memakai alat bantu berupa pedoman wawancara mendalam.

Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara untuk

mewawancarai informan terkait dengan Implementasi Puskesmas Ramah

Anak dalam penurunan gizi kurang. Instrumen penelitian lain dalam

pengumpulan data adalah pedoman observasi serta melakukan telaah

dokumen. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat berupa alat tulis, kamera

untuk pengambilan gambar, perekam suara untuk merekam pembicaraan

selama wawancara berlangsung agar dapat memperkuat akurasi data dalam

pedoman wawancara. Cara penelitian adalah dengan melakukan wawancara

mendalam (indepth interview) terhadap informan utama dan informan

triangulasi. Selain itu untuk penelitian kuantitatif yaitu dengan Kuesioner.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara.


55

Adapun sumber data yang digunakan untuk mendapatkan informasi

yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain yaitu :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari informan, dan

didapatkan dengan wawancara mendalam serta observasi lapangan.

2. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan dari laporan tahunan Dinas

Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai dan wawancara mendalam.

Adapun Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Wawancara Mendalam

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah metode wawancara. Wawancara dapat didefinisikan sebagai

interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling

berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta

informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di

sekitar pendapat dan keyakinannya di dalam buku (Notoatmodjo, 2017).

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data. Dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (informan), atau

bercakap – cakap berhadapan muka dengan orang tersebut ( face to face)

(Notoatmodjo, 2017).

Jenis wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara

mendalam. Wawancara mendalam atau indepth interview adalah satu

jenis wawancara yang dilakukan oleh seorang pewawancara untuk

menggali informasi, memahami pandangan, kepercayaan, pengalaman,

pengetahuan informan mengenai sesuatu hal secara utuh. Dalam


56

wawancara mendalam, peneliti mengajukan pertanyaan terbuka kepada

informan, dan berupaya menggali informasi jika diperlukan untuk

memperoleh informasi yang mendalam (Notoatmodjo, 2017).

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semi

struktur, yang termasuk dalam kategori in-depth interview, yaitu dalam

pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur.

Tujuan dari teknik ini adalah untuk menemukan permasalahan secara

lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat,

dan ide – idenya.

Wawancara mendalam akan dilakukan kepada petugas

penanggung jawab program Gizi, Kepala Puskesmas, kader dan beberapa

ibu yana memiliki balita di wilayah kerja Puskesmas Bulasat, saat

melakukan penelitian hasil wawancara tersebut direkam menggunakan

tape recorder dan kemudian disajikan dalam bentuk transkip hasil

wawancara mendalam.

Tabel 4.2
Matriks Wawancara

Kepala Pemegan Petugas


Kade
Variabel Puskesma g Pelaksan Ibu
r
s Program a
Input :
• Kebijakan V V V
• SDM V V V
• Dana V V V

• Prasarana V V V

Proses :
• Pelaksanaan V V V V V
57

• Sosialisasi V V V V V
• Monitoring V V V
• Evaluasi V V V

Output :
• Berhasilnya V V
Penurunan
Status Gizi

b. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan – bahan yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatan perhatian yang terfokus

terhadap kajian, gejala, atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya,

mengungkapkan faktor – faktor penyebabnya, dan menemukan kaidah –

kaidah yang mengaturnya di dalam buku. Dalam observasi ini, yang

peneliti lakukan adalah melihat kesesuaian alur pelayanan dengan

kebijakan serta Format ceklist yang sudah dibuat.

c. Telaah dokumen.

Telaah dokumen yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara pemeriksaan dokumen – dokumen yang dimiliki. Pada penelitian ini

peneliti akan menggunakan Format ceklist yang sudah dirancang, serta

data cakupan program Posyandu Puskesmas Kumanis. Hasil pengamatan

dan wawancara peneliti bandingkan kesesuaiannya menggunakan

dokumen – dokumen tersebut.

d. Triangulasi data.

Triangulasi data adalah teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data


58

yang telah ada (Sugiyono, 2017). Pendekatan penelitian kualitatif

memiliki sampel yang sedikit, sehingga untuk menjaga keabsahan data

yang di dapat dilakukan dengan triangulasi, diantaranya :

1) Triangulasi dengan sumber

Pengumpulan data dengan bermacam – macam cara pada

sumber yang sama. Pada penelitian ini dengan cara wawancara

mendalam kepada informan, observasi dengan lembar checklist

dan telaah dokumen berupa data pelaksanaan Puskesmas Ramah

Anak.

2) Triangulasi dengan teknik

Pengumpulan data dengan satu teknik pengumpulan data

pada bermacam-macam sumber data Pada penelitian ini dengan

melakukan wawancara terhadap pemegang program, Kepala

Puskesmas, petugas pelaksanan, kader, dan ibu yang memiliki

balita.

G. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data sebagai berikut :

1. Pedoman wawancara

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk

mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi,

perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang

diwawancarai (interview).
59

2. Lembar Checklist

Observasi adalah cara menghimpun bahan – bahan yang dilakukan

dengan mengadakan pengamatan perhatian yang terfokus terhadap kajian,

gejala, atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya, mengungkapkan

faktor – faktor penyebabnya, dan menemukan kaidah – kaidah yang

mengaturnya observasi dilakukan dengan menggunakan lembar checklist

(Sugiyono, 2017)

3. Voice Recorder

Voice recorder digunakan untuk merekam pembicaraan selama

proses wawancara berlangsung antara peneliti dan partisipan sehingga

tidak ada informasi yang terlewatkan dan akan menjadi bukti dari

keabsahan penelitian akan terjamin, karena peneliti betul-betul

melakukan pengumpulan data (Sugiyono, 2017).

H. Langkah Penelitian

Pertama sebelum mewawancarai narasumber, terlebih dahulu di

jelaskan petunjuk wawancara mendalam seperti pembukaan, proses

wawancara, dan penutup. Pada saat proses wawancara dengan narasumber,

peneliti akan merekam suara narasumber dengan tape recorder atau dengan

kamera HP, sebagai bukti dokumentasi telah melakukan penelitian.

I. Etika Penelitian.

Masalah etik dan dilema etik dapat saja muncul selama proses

penelitian dilakukan, untuk mengantisipasi masalah tersebut peneliti berusaha

memenuhi prinsip etika penelitian. Permasalahan etika dalam penelitian


60

kualitatif dapat terjadi karena bertemunya dua atau lebih kepentingan peneliti

untuk memperoleh hasil penelitian ilmiah dan penghormatan terhadap hak

partisipan atau pihak lain yang terkait dengan hasil penelitian yang dilakukan.

Pertimbangan etik dalam studi kualitatif berkenaan dengan

pemenuhan hak-hak partisipan. Maunthner, Birch, Jessop, dan Miller

(Rachmawati, 2014) menyatakan bahwa pemenuhan hak-hak tersebut

minimal memiliki prinsip-prinsip :

1. Menghargai harkat dan martabat para partisipan

Prinsip ini dilakukan untuk memenuhi hak-hak partisipan dengan

cara menjaga rahasia identitas partisipan (anonymity), kerahasiaan data

(confidentiality), menghargai privacy dan dignity, dan menghormati

otonomi (respect for autonomy).

Memenuhi hak tersebut, sebelum melakukan penelitian, peneliti

telah memberikan penjelasan kepada calon partisipan tentang tujuan dan

prosedur penelitian. Pada penelitian ini hanya melakukan proses

wawancara, dimana waktu dan tempat pelaksanaan sesuai dengan

kesepakatan bersama partisipan.

Dalam penelitian ini peneliti memenuhi hak-hak partisipan tersebut

dengan memberikan informed consent yang memungkinkan peneliti

untuk mengevaluasi kesediaan partisipan untuk berpartisipasi terhadap

penelitian yang dilakukan. Sebelum melakukan wawancara peneliti

menanyakan kesediaan partisipan penelitian untuk direkam

menggunakan alat perekam. Peneliti menghormati otonomi partisipan


61

dimana partisipan memiliki hak menentukan dengan bebas, tanpa

paksaan untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan.

Dalam menjamin kerahasiaan (confidentiality), peneliti menyimpan

seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa lembar persetujuan

mengikuti penelitian, biodata, hasil rekaman, dan transkrip wawancara

dalam tempat khusus yang hanya bisa diakses oleh peneliti. Hasil

rekaman diberi kode partisipan tanpa nama (anonymity), untuk

selanjutnya disimpan dalam file khusus dengan kode partisipan yang

sama. Semua bentuk data hanya digunakan untuk keperluan proses

analisa data sampai penyusunan laporan penelitian.

2. Memperhatikan kesejahteraan partisipan

Penerapan prinsip ini dilakukan dengan memenuhi hak-hak

partisipan dengan cara memperhatikan kemanfaatan (benefit) dan

meminimalkan risiko (non mal eficience) dari penelitian yang dilakukan

dengan memperhatikan kebebasan dari bahaya (free from harm),

eksploitasi (free from exploitasi), dan ketidak nyamanan (free from

discomfort).

Dalam penelitian ini, peneliti harus memberikan kemanfaatan

yang lebih besar dari pada risiko atau bahaya yang dapat ditimbulkan dari

kegiatan penelitian yang dilakukan. Disini peneliti tidak hanya

mementingkan kepentingan peneliti sendiri, tetapi juga memastikan tidak

menimbulkan risiko bahaya apapun terhadap partisipan penelitian.

Oleh karena itu, sebelumnya peneliti memberikan penjelasan secara

bertahap tentang penelitian yang akan dilakukan, tujuan penelitian,


62

manfaat yang diperoleh, dan memastikan tidak adanya bahaya yang dapat

dialami partisipan akibat penelitian ini. Partisipan juga diberi informasi

bahwa jika dalam kegiatan penelitian yang dilakukan menyebabkan

ketidaknyamanan, maka partisipan memiliki hak untuk tidak melanjutkan

partisipasinya dalam kegiatan riset yang dilakukan. Selanjutnya,

partisipan harus dipastikan bahwa informasi yang telah mereka berikan

tidak digunakan untuk balik menentangnya.

3. Keadilan (justice) untuk semua partisipan

Prinsip ini menyatakan setiap partisipan penelitian memiliki hak

untuk diperlakukan secara adil dan tidak dibeda-bedakan selama kegiatan

penelitian dilakukan. Peneliti memberikan perlakuan dan penghargaan

yang sama dalam proses wawancara dan selama kegiatan penelitian

dilakukan tanpa memandang suku, agama, etnis, dan kelas sosial.

4. Mempertimbangkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada

khususnya. Pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling

tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek

penelitian.
63

J. Pengolahan Data

1. Penelitian Kualitatif:

Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan

dengan proses pengumpulan data. Teknik analisis yang dilakukan

dengan menggunakan teknik analisis mencakup 3 kegiatan:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam direduksi ke

dalam matriks hasil wawancara. Kemudian data-data itu dikategorikan

ke dalam input, proses dan output sehingga diperoleh pola keteraturan

data yang jelas.

b. Penyajian Data

Data yang telah dikategorikan kemudian disajikan kedalam bentuk

narasi.

c. Penarikan Kesimpulan

Setelah data disajikan dilakukan penarikan kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya.

2. Peneltian Kuantitatif :

a. Penyuntingan Data (Editing)

Hasil wawancara dan observasi dari lapangan dilakukan

penyuntingan (Editing) terlebih dahulu. Penyuntingan data adalah

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi formulir atau kuesioner.

Apabila data belum lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan


64

pengambilan data ulang, tetapi apabila tidak memungkinkan maka data

tersebut tidak diolah dan dimasukkan dalam pengolahan data missing.

b. Pengkodean (coding)

Pada tahap ini dilakukan pengkodean yaitu mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau huruf.

c. Memasukkan Data (Data Entry)

Data atau jawaban- jawaban dari masing-masing responden yang

dalam berbentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam

software komputer.

e. Pembersihan Data

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan dan koreksi.

(Notoatmodjo 2018, p.176).

K. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan

dilengkapi dengan matriks hasil wawancara untuk menjelaskan

implementasi Puskesmas Ramah Anak.

L. Validasi Data

Dalam pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh, peneliti

menggunakan triagulasi data yang diperoleh. Teknik triagulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang


65

lain diluar data yang diperoleh untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data.

M. Analisis Data

1. Penelitian Kualitatif:

a. Triagulasi Sumber

Triagulasi Sumber adalah menggali kebenaran informasi tertentu

melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain

melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi

terlibat (participant observation), arsip, dokumen tertulis, dokumen

sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.

Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang

berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda

pula mengenai fenomena yang diteliti.

b. Triagulasi Metode

Triagulasi Metode dilakukan dengan cara membandingkan

informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian

kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan

survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan

gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa

menggunakan metode wawancara dan observasi atau pengamatan untuk

mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan

informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.

Triagulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh

dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.


66

2. Penelitian Kuantitatif:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo

2018, p.182). Dalam penelitian ini analisis univariat bertujuan untuk

melihat rata-rata jumlah masing – masing variabel.

b. Analisis Bivariat

Analisis secara simultan dari dua variabel. Hal ini biasanya

dilakukan untuk melihat apakah satu variabel terkait dengan variabel

lain. Analisis bivariat terdiri atas metode-metode statistik inferensial

yang digunakan untuk menganalisis data dua variabel penelitian.

Penelitian terhadap dua variabel biasanya mempunyai tujuan untuk

mendiskripsikan distribusi data, meguji perbedaan dan mengukur

hubungan antara dua variabel yang diteliti. Analisis bivariat

menggunakan tabel silang untuk menyoroti dan menganalisis perbedaan

atau hubungan antara dua variabel. Menguji ada tidaknya

perbedaan/hubungan antara variabel. Dengan rumus sebagai berikut:

X2 = ∑(O-E)2

Keterangan :

O : Frekuensi hasil observasi

E : Frekuensi yang diharapkan

Nilai E : Jumlah Sebaris x jumlah sekolom) / df=(b-1)(k-1)


67

Dengan uji Chi-square bisa diketahui variabel independen

mana yang secara bermakna berhubungan dan layak untuk diuji secara

bersama – sama (multivariate). Apabila hasil uji Chi-square nilai

p<0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan atau assosiasi antara

variabel independen dan dependen.

c. Analisis Multivariat

Tujuan analisis multivariat untuk melihat atau mempelajari

pengaruh beberapa variabel independen dengan variabel dependen

dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Variabel

independen yang mempunyai hubungan bermakna dengan variabel

dependen dimasukkan dalam analisis multivariate (pv<0,25, walaupun

tidak bermakna tapi kecil 0,25 tetap masuk kedalam analisis

multivariate), sedangkan variabel yang tidak bermakna dalam

hubungan tersebut tidak dimasukkan dalam analisis multivariate

(p>0,25)
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wijatmadi, B. (2016). Konsep Dasar Ilmu Gizi. Pengantar Gizi

Masyarakat.

Amelia. (2019). Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Remaja Di SMK IT

An Naba Kota Bogor. Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Vol. 2

No. 6, Desember 2019, pp: 450-460.

Ahshanul. (2022). Does a child's mid‐upper arm circumference‐for‐age z‐score

represent another nutritional indicator of childhood malnutrition status.

Maternal Child Nutrition. 2022;18. 1-12

Arfa. (2021). Implementasi Program Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas

(PRAP) Dalam Upaya Mewujudkan Kota Layak Anak (KLA) Di Bidang

Kesehatan Di Puskesmas Mokoau Kelurahan Padaleu Kecamatan Kambu,

Kota Kendari. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial. Vol 2(1), 299-340

Damayanti, M. (2017). Improving Students ’ V ocabulary Mastery By Using

Blended Learning Model in Politeknik Negeri Padang. 2(1).

Dinas Kesehatan Sumbar, (2020). Profil kesehatan Kesehatan Sumatera Barat.

Padang: Dinkes Sumbar

Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, (2022). Laporan Tahunan

Puskesmas Bulasat, Kabupaten Kepulauan Mentawai: Puskesmas Bulasat

Fitri. (2017). Hubungan Antara Pola Makan Dengan Status Gizi Balita Di Daerah

Transmigrasi Ring I Trisik, Pantai Selatan Kulonprogo. Jurnal Ilmiah

Ilmu Keperawatan Dan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 12. No. 1

Januari 2017, 11-17.


Kemenkes RI. (2018). Buku Saku Pemantauan Status Gizi tahun 2018. Jakarta :

Kemenkes RI

Kemenkes RI. (2019). Profil kesehatan Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kemenkes

RI

Kemenkes RI. (2020). Profil kesehatan Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kemenkes

RI.

Kemenkes RI. (2022). Studi Status Gizi Indonesia tahun 2021. Jakarta :

Kemenkes RI.

Mardalena, l. (2017). Dasar-dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan. In Pustaka

Baru Press.

Mahalia. (2019). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dukungan Dengan

Kemandirian Keluarga Pada Anak Stunting Di Puskesmas Bulak Banteng

Surabaya. Skripsi. Surabaya: STIKes Hang Tuah

Notoatmodjo,Soekidjo,(2017).MetodologiPenelitianKesehatan,Jakarta:Rineka

Cipta

Notoatmodjo,Soekidjo,(2018).MetodologiPenelitianKesehatan,Jakarta:Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, (2017). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Jakarta :

RinekaCipta.

Nurlinda, (2020) Edukasi Gizi Melalui Media “Isi Pringku” Dalam Rangka

Pemenuhan Zat Gizi Dan Sosialisasi Stunting Pada Murid SD Di Kota

Makssar, Vol 3 (2020): PProsiding Seminar Nasional Ketiga Sinergitas

Multidisiplin Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi 2020


Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Permenakertrans) No 7 Tahun

2013

Permenkes No 41 Tahun 2014 mengenai Pedoman Gizi Seimbang

Sarwono, B. (2018). Mutu Pelayanan Puskesmas Ramah Anak. Jurnal Jendela

Inovasi Daerah, II(2), 109–121

Sugiyono,(2017). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Alfabeta,

CV

Supriasa, I. D. N., Bakri, B., Fajar, I. (2013).Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

www. Google scholar

Sulistyadewi & Puspaningrum.(2017). Tingkat pengetahuanTerhadap pola Makan

Dan Status Gizi Anak Balita Di Taman Kanak-kanak Denpasar selatan.

Jurnal Kesehatan Terpadu. Vol 1(1), pp : 25-29

Tumaini. (2021). Prevalence of early childhood caries, risk factors and nutritional

status among 3-5-yearold preschool children in Kisarawe, Tanzania. PLoS

ONE 16(2). 1-16

WHO.(2020). Nutritional Status. Estimate by : WHO, UNICEF, UNFPA, World

Bank Group and the United Nations Population Division


PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Calon Responden

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Erika Rumahorbo

NIM : 2013101050

Mahasiswa : Universitas Fort De Kock Bukittinggi

Menyatakan bahwa akan mengadakan penelitian dengan judul “Strategi

Mewujudkan Puskesmas Ramah Anak Dalam Penurunan Status Gizi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Mentawai Tahun 2023” untuk itu meminta

bapak/ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Kerahasiaan informasi

yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Apabila bapak/ibu menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk

menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang diberikan.

Atas perhatian dan kerjasamanya sebagai responden, saya ucapkan

terimakasih.

Kepulauan Mentawai, Maret 2023

(Erika Rumahorbo)
PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang diadakan oleh

mahasiswa Program Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Fort De Kock

Bukittinggi yang bernama Erika Rumahorbo dengan judul penelitian “Strategi

Mewujudkan Puskesmas Ramah Anak Dalam Penurunan Status Gizi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Mentawai Tahun 2023”.

Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan suka rela dan tanpa

paksaan dari siapapun.

………….., ……………….

Responden

( )
QUESIONER

STRATEGI MEWUJUDKAN PUSKESMAS RAMAH ANAK DALAM

PENURUNAN STATUS GIZI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BULASAT KABUPATEN MENTAWAI TAHUN 2023

A. Identitas Responden No. Responden

1. Inisial Responden :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan : Bekerja Tidak Bekerja

5. Sosial Ekonomi/ Pendapatan : ......................... Rupiah

B. Identitas Balita

1. Nama Balita : ……………………

2. Jenis Kelamin : ……………………

3. Tanggal Lahir : ……………………

C. Status Gizi

1. Umur : ……………………

2. Berat Badan : ……………………

3. Tinggi Badan : ……………………

D. Dukungan Keluarga

No Penyataan SS S TS STS

1 Keluarga menerima kondisi anak apa adanya

2 Keluarga bertekad untuk mendampingi anak sampai


keadaannya membaik

3 Keluarga memberi pujian ketika anak melakukan hal

positif, seperti menghabiskan makanan yang diberikan

4 Keluarga mengingatkan anak untuk makan

5 Keluarga menjelaskan kepada anak pentingnya

mengkonsumsi makanan bergizi

6 Keluarga menjelaskan dan melatih cara menjaga

kebersihan diri kepada anak, seperti cuci tangan

sebelum makan

7 Keluarga membantu anak untuk makan dan

mengawasi makanan yang diberikan dihabiskan

8 Keluarga merasakan masalah yang dihadapi oleh anak

adalah masalah yang harus dihadapi bersama

Sumber: Mahalia, 2019

E. Pola Asuh

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Orang tua dengan keras melarang anaknya makan

makanan cepat saji

2. Orang tua anda melarang keras jika anak tidak

makan 3 kali sehari

3. Orang tua anda tidak pernah mengajak berdiskusi

tentang makanan yang disukai anaknya

4. Orang tua anda tidak pernah mau mendengar anak

tentang makanan yang tidak disukai anaknya


5. Orang tua selalu memberi anak susu setiap saat

6. Saya selalu menganjurkan anak saya untuk tidur

siang

7. Saya selalu memberikan rangsangan terarah

mengenai polamakan yang teratur

8. Saya selalu membersihkan dan memotong kuku

anak secara teratur

9. Saya selalu memperhatikan dan menjaga

kebersihan anak saya

10. Saya selalu membersihkan atau mengajurkan anak

untuk membersihkan gigi setiap hari

Sumber : Mahalia, 2019

F. Peran Petugas

No Pertanyaan SS S TS STS

1. Tenaga Kesehatan memberikan penjelasan

mengenai penurunan status gizi

2. Tenaga Kesehatan menjelaskan manfaat

mengikuti konseling Gizi untuk penurunan

status gizi

3. Tenaga Kesehatan menjelaskan cara membuat

makanan yang bergizi untuk balita

4. Tenaga Kesehatan meyakinkan ibu bahwa ibu

dapat memberikan makanan yang bergizi

kepada anaknya
5. Tenaga Kesehatan menjelaskan tentang solusi

masalah-masalah yang timbul saat tidak

terjadi kenaikan berat badan pada anak

6. Bidan memberikan saran mengenai

kebutuhan nutrisi pada ibu terutama selama

menyusui

7. Petugas kesehatan tidak memberitahu

petingnya memberikan ASI saja pada saat

bayi berusia 0-6 bulan

8. Tenaga Kesehatan memberikan pengertian

yang jelas mengenai permasalahan menyusui

yang dikeluhkan ibu.

G. Pola Makan

> 1x/ hari


No Keterangan 1 x / hari 7x/ minggu 1x/ 1 bulan
(sebutkan)

1. Makanan

Pokok

a. Nasi

b. Jagung

c. Bubur

d. Mie

e. Pengganti

sebutkan
……….

2. Lauk Hewani

a. Daging

b. Ikan

c. Telur

d. Lainnya

……….

3. Lauk Nabati

a. Tahu

b. Tempe

c. Lainnya

………

4. Sayur

5. Buah

6. Susu

FFQ (Food Frequency Quistionaire), 2018


PEDOMAN WAWANCARA

STRATEGI MEWUJUDKAN PUSKESMAS RAMAH ANAK DALAM

PENURUNAN STATUS GIZI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BULASAT KABUPATEN MENTAWAI TAHUN 2023

No Informan :

Hari/ tanggal :

Tempat wawancara :

Nama Informan :

Jenis kelamin : L / P

Pekerjaan :

Lama betugas :

Pendidikan :

INFORMAN : Kepala Puskesmas, Pemegang Program Gizi,

Petugas Pelaksana

1. Input

a. Kebijakan Pemerintah

- Bagaimana kebijakan pemerintah mengenai Puskesmas Ramah

Anak di wilayah kerja Puskesmas Bulasat Kabupaten Kepulauan

Mentawai?

- Metode dan tata cara apa yang dilakukan untuk Puskesmas

Ramah Anak?
b. Dana

- Apakah ada anggaran dana khusus untuk kegiatan ramah anak

dalam penurunan status gizi ?

- Apakah dana yang disediakan sesuai dengan yang dibutuhkan

untuk program Puskesmas Ramah Anak dalam penurunan status

gizi ?

c. SDM

- Siapa saja SDM yang harus dilibatkan dalam pelaksanaan

Puskesmas Ramah Anak dalam penurunan status gizi ?

- Apa saja tugas dan tanggung jawab petugas dalam program

Puskesmas Ramah Anak dalam penurunan status gizi ?

d. Sarana dan Prasarana

- Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana dalam program

Puskesmas Ramah Anak dalam penurunan status gizi ?

2. Proses

a. Pelaksanaan

- Bagaimana menurut bapak/ibu pelaksanaan kegiatan puskesmas

Ramah Anak dalam upaya penurunan status gizi, apakah

pelaksanaan program puskesmaa ramah anak yang sudah ada

menghasilkan informasi yang membantu bapak/ibuk dalam

pengambilan keputusan?

- Siapa yang dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan ?

- Apakah tenaga kesehatan melaksanakan tugasnya sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat ?


- Bagaimana alur pelayanan implementasi puskesmas ramah anak

dalam upaya penurunan status gizi ?

b. Sosialisasi

- Apakah program tersebut disosialisasikan kepada masyrakat

dan lintas sektor terkait?

c. Monitoring

- Apakah bapak/ibuk melakukan monitoring terhadap

pencapaian kegiatan puskesmas ramah anak di puskesmas dan

apakah terdapat kendala yang dihadapi pada saat melakukan

program tersebut ?

d. Evaluasi

- Apakah bapak/ibuk melakukan evaluasi dalam pencapaian

kegiatan puskesmas ramah anak di puskesmas. Setelah

mendapatkan hasil evaluasi, apa tindak lanjut Bapak/Ibuk dari

hasil evaluasi yang telah didapatkan tersebut ?


PEDOMAN WAWANCARA

STRATEGI MEWUJUDKAN PUSKESMAS RAMAH ANAK DALAM

PENURUNAN STATUS GIZI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BULASAT KABUPATEN MENTAWAI TAHUN 2023

No Informan :

Hari/ tanggal :

Tempat wawancara :

Nama Informan :

Jenis kelamin : L / P

Pekerjaan :

Lama betugas :

Pendidikan :

INFORMAN : Kader, Ibu yang memiliki balita

1. Proses

a. Pelaksanaan

- Bagaimana menurut bapak/ibu pelaksanaan kegiatan puskesmas

Ramah Anak dalam upaya penurunan status gizi, apakah

pelaksanaan program puskesmas ramah anak yang sudah ada

menghasilkan informasi yang membantu bapak/ibuk ?

- Apakah tenaga kesehatan melaksanakan tugasnya sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat ?


- Bagaimana alur pelayanan puskesmas ramah anak dalam

penurunan status gizi ?

b. Sosialisasi

- Apakah program tersebut sudah disosialisasikan kepada

ibu/masyarakat?

2. Output

- Bagaimanakah capaian dari pengembangan Puskesmas layanan

ramah anak dalam penurunan status gizi ?

- Apa saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan capaian

puskesmas ramah anak dalam penurunan status gizi ?

Anda mungkin juga menyukai