PROPOSAL
Oleh :
Disa Desfaryan
NIM : 1913201033
rahmat dan karunia-Nya serta telah memberi nikmat kesehatan, kekuatan, pikiran
yang jernih dan keterbukaan hati, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Proposal yang berjudul “Hubungan Perilaku dan Lingkungan Dengan Kejadian ISPA
Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi Tahun 2023”.
Penulisan Proposal ini merupakan salah satu syarat yang harus di penuhi dalam
arahan, serta dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang tulus terutama kepada kepada yang terhormat
ibu Silvia, M.Biomed selaku pembimbing 1 dan ibu Dr. Oktavianis S.ST, M.Biomed
terhormat :
1. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes selaku Rektor Universitas Fort De Kock
Bukittinggi.
3. Ibu Adriani, S.Kp M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
i
4. Seluruh Dosen Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang sudah membantu
dalam penulisan.
5. Dan teristimewa dalam hidup penulis, kedua orang tua tercinta yang tak putus –
6. Serta semua sahabat dan rekan-rekan yang senasib dan seperjuangan yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
kritik serta saran yang membangun, akhirnya kepada-Nya jua kita berserah diri,
Peneliti, 2023
Disa Desfaryan
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL........................................................................................ v
DAFTAR BAGAN...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Penelitian.......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 9
E. Ruang Lingkup................................................................................. 9
iii
E. Jenis Pengumpulan Data................................................................... 39
F. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 39
G. Teknik Pengolahan Data.................................................................. 40
H. Analisa Data..................................................................................... 41
I. Etika Penelitian.................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR BAGAN
Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
fisik dan mental yang akan dirasakan ketika berumur dewasa. Oleh karena itu,
manusia yang berdaya di masa depan. Investasi yang dikeluarkan oleh suatu
sehat akan menjadi SDM di masa depan yang berkualitas. Peningkatan status
Kesehatan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Hal ini menyebabkan perlu dilakukan upaya kesehatan anak secara
Anak dan Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan
penyakit, utamanya penyakit infeksi (Fikawati, dkk, 2017). Salah satu penyakit
infeksi yang sering terjadi pada balita adalah ISPA yang sebagian besar
1
2
berbedanya upaya yang mungkin dilakukan setiap orang, baik untuk mencegah
berdasarkan data WHO dari ± 13 juta balita yang meninggal setiap tahun di dunia,
(Sabila, dkk, 2020). Separuh dari kematian balita akibat pneumonia tersebut
terjadi di lima negara, yaitu Nigeria (162.000), India (127.000), Pakistan (58.000),
Estimasi global menunjukkan bahwa setiap satu jam ada 71 anak di Indonesia
prevalensi balita ISPA sebesar 31,41%. Jumlah kematian balita karena ISPA
adalah sebanyak 444 kasus, 256 kematian diantaranya laki-laki dan 188 kasus
74.071 kasus dan terendah terdapat di Sulawesi Utara sebanyak 281 kasus
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2022,
prevalensi kejadian ISPA pada balita sebesar 18,40%. Prevalensi pada laki-laki
sebanyak 1.989 kasus dan perempuan sebanyak 1.606 kasus. Jumlah kematian
balita karena ISPA sebanyak 9 kasus, 8 kasus diantaranya perempuan dan 1 kasus
sebanyak 884 kasus, diikuti Kota Padang sebanyak 655 kasus dan Kabupaten
penduduk usia balita di Kota Bukittinggi sebanyak 13,872 orang dengan jumlah
537, Puskesmas Rasimah Ahmad sebanyak 471 kasus dan Puskesmas Tigo Baleh
yaitu faktor anak, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor anak meliputi:
umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor
Faktor lingkungan meliputi: pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap
dilakukan oleh keluarga, khususnya ibu (Kusuma, 2014). Pengetahuan ibu sangat
adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap obyek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, mulut dan sebagainya). Dengan
adanya pengetahuan yang baik maka ibu akan dapat menjaga dan meningkatkan
4
penderita yang kurang tentang cara bahaya penyakit, penularannya, dan cara
pencegahan akan berpengaruh terhadap sikap dan tindakan sebagai orang yang
sakit dan akhirnya menjadi sumber penular bagi sekelilingnya (Ibrahim, 2018).
kenikmatan bagi perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk
bagi perokok itu sendiri maupun orang disekitarnya. Terkandung tidak kurang
dari 4000 zat kimia beracun. Ironisnya para perokok sebenarnya sudah
mengetahui dampak dan bahaya rokok, namun masih saja tetap melakukan
Lantai yang baik adalah lantai yang menggunakan bahan bangunan yang
kedap air dan tidak bisa ditembus binatang melata ataupun serangga dibawah
tanah. Permukaan lantai harus selalu terjaga dalam kondisi kering (tidak lembab)
dan tidak licin sehingga tidak membahayakan penghuni rumah. Lantai yang
debu apabila tidak rajin disiram. Hal tersebut berisiko terhadap kesehatan balita
rumah. Jumlah penghuni yang berada dalam satu rumah dapat mempermudah
(72,8%) memiliki perilaku yang baik. Ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan orang tua dengan ISPA kejadian (p = 0,007). Ada juga hubungan
yang signifikan antara perilaku orang tua dengan kejadian ISPA (p=0,038).
orang tua di dalam rumah menjadikan balita sebagai perokok pasif yang selalu
terpapar asap rokok. Rumah yang orang tuanya mempunyai kebiasaan merokok
bermakna antara jenis lantai rumah dengan kejadian ISPA pada Balita di
Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2016.
Dengan didapatkan nilai P.Value 0,014 < 0,05. Dari hasil tersebut juga terdapat
nilai odds ratio (OR) yaitu 1,900 artinya bahwa seseorang yang mempunyai lantai
rumah kurang baik memiliki resiko akan mengalami ISPA 1,900 kali lebih besar
Between the Physical Environment of the House anf the Incidence of Pneumonia
syarat beresiko 13 kali lebih besar untuk terjadinya ISPA pada balita. Penelitian
ini juga menunjukkan adanya hubungan antara jenis lantai dengan kejadian ispa,
6
dimana nilai OR menunjukkan 1,09 yang artinya jenis lantai yang tidak
Berdasarkan survei awal yang telah peneliti lakukan, terdapat 3,084 balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh sebanyak 2 orang mengatakan tidak tahu
tentang ISPA. 2 orang tua mengatakan pernah diberitahu oleh petugas Puskesmas
di Posyandu secara lisan dan pada saat ditanya tindakan yang dilakukan sebelum
selama dirumah biasanya diberikan obat yang dibelinya di warung dan 1 orang
keluarga dan teman sebaya, dari 5 orang tua yang diwawancarai, kelima nya
Kajian mengenai ISPA sangat penting bagi orang tua untuk mengenal ISPA
lebih dalam agar dapat memberikan pencegahan dan penanganan yang tepat untuk
Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota
B. Rumusan Penelitian
ini adalah “Hubungan Perilaku dan Lingkungan Dengan Kejadian ISPA Pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi Tahun 2023”.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
dengan kejadian ispa pada balita di wilayah kerja puskesmas Tigo Baleh Kota
2. Tujuan Khusus
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota
Tahun 2023.
ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi
Tahun 2023.
dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh
ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi
Tahun 2023.
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Puskesmas
pada balita.
2. Bagi Masyarakat
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh tahun 2023.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
anggota keluarga, jenis lantai rumah dan kepadatan hunian kamar dengan variabel
dependen penelitian adalah kejadian ISPA pada balita. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh ibu yang memili balita di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh
sebanyak 3.084 balita. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dan
univariat dan bivariat. Uji statistik pada analisis data menggunakan uji chi square.
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Agustus tahun 2023.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris yaitu Acute Respiratory Infections.
ringan atau tanpa gejala hingga penyakit yang parah dan mematikan, namun
ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau
lebih dari saluran napas, infeksi ini diakibatkan oleh bakteri, virus dan jamur
(Marni, 2014). Infeksi saluran pernapasan atas disebut juga infeksi primer
yang terdiri dari bagian tonsilitis, rinosinusitis, faringitis, otitis media dan
peka sehingga kuman penyakit mudah berkembang biak serta belum kuatnya
daya tahan tubuh pada anak balita (Kursani, Yulianto dan Ramadhani, 2019).
10
11
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh
meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang
ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat ditolong dengan
tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernafasan (Depkes RI, 2008).
2. Etiologi
disebabkan oleh berbagai etiologi yang terdiri dari 300 lebih jenis virus,
bakteri, jamur dan riketsia. Etiologi tersebut bebas diudara yang akan masuk
dan menempel pada saluran pernapasan bagian atas dan biasanya menyerang
dengan keadaan lingkungan yang tidak hygienis teruatam dialami pada anak
kecil. Namun demikian, ISPA sering juga diidentifikasi sebagai penyakit yang
(Masriadi, 2017). ISPA juga disebabkan oleh polusi udara yang terjadi diluar
Beberapa zat tersebut misalnya debu-debu tertentu, serbuk sari, zat kimia
b. Virus, adalah penyebab ISPA yang paling sering, beberapa virus yang
3. Klasifikasi
a. ISPA bagian atas, yaitu infeksi yang utama mengenai struktur saluran
nafas di sebelah laring. Penyakit yang tergolong ISPA bagian atas adalah
b. ISPA bagian bawah, yaitu infeksi utama mengenai struktur saluran napas
bagian bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli, penyakit yang
a. Ringan (bukan pneumonia), batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari
berair.
b. Sedang (pneumonia sedang), batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang
telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis
servikal).
c. Berat (pneumonia berat), batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor,
membran keabuan di taring, kejang, apne, dehidrasi berat atau tidur terus,
sianosis dan adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah
bawah ke dalam.
kekebalan atau daya tahan tubuh, bakteri dan virus penyebab ISPA di udara
bebas akan masuak dan menempel pada saluran pernapsan bagian atas yaitu
a. Batuk
b. Dahak
Dahak terbentuk secara berlebihan dari kelenjar lendir (mucus lendir) dan
selgoblet oleh adanya stimulasi, misalnya yang berhasil dari gas, pratikum,
dahak dalam saluran pernapasan juga terbentuk cairan eksudat berasal dari
c. Sesak nafas
Tanda dan gejala pada penyakit infeksi saluran pernapasan : batuk, sakit
kelompok, yaitu:
a. ISPA ringan
1) Batuk
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°c atau jika dahi anak
b. ISPA sedang
1) Pernapasan lebih dari 50 kali permenit pada anak berumur kurang dari
satu tahun atau lebih dari 40 kali permanit pada anak yang berumur
c. ISPA berat
bernapas
gelisah
5) Nadi lebih cepar dari 160 kali permenit atau tidak teraba
5. Cara Penularan
udara yang telah tercemar, bibit-bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui
pernafasan, maka dari itu penyakit ispa termasuk dalam Air Borne Disease.
menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian
melalui udara pernapasan atau percikan dari ludah penderita. Pada prinsipnya
kuman ISPA yang ada di udara terhisap oleh penjamu baru dan masuk ke
seluruh tubuh, apabila orang terinfeksi ini rentan maka ia akan terkena ISPA.
c. Melalui aerosol lebih keras, seperti batuk dan bersin melalui kontak
<1 cm melalui udara dan terdeposit dimukosa mata, mulut, hidung dan
tenggorokan atau faring orang lain karena droplet tidak harus melayang di
6. Cara Pencegahan
terhindar dari peyakit. Makan teratur dengan pola gizi seimbang, banyak
minum air putih serta istirahat yang cukup. Kesehatan gizi yang baik akan
menjaga menjaga badan tetap sehat maka kekebalan tubuh akan semakin
18
meningkat sehingga dapat mencegah virus atau bakteri penyakit yang akan
b. Imunisasi
tubuh agar tidak mudah terserang berbagai macam penyakit terutama yang
vetilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi
asap rokok bahkan asap dapur yang ada di dalam rumah, sehingga dapat
penyakit ISPA.
bakteri yang ditularkan oleh seorang yang telah terjangkit penyakit ini
melalui udara.
7. Pegobatan
persoalan pada diagnostik dan pengobatannya. Sampai saat ini belum ada obat
sesuai dengan kuman penyebab. Untuk itu, kuman penyebab ISPA dideteksi
mikroorganisme itu diketahi dalam waktu yang lama, kuman yang di temukan
ketahui kuman penyebab beserta anti mikroba yang sesuai, terapi berikutnya
di sesuaikan.
dengan cara memebrikan obat yang sifatnya aman dan alami pada balita.
makanan sedikit demi sedikit tetapi rutin dan berulang, agar penderita ISPA
tidak kekurangan cairan, memberi air lebih banyak daripada biasanya baik air
putih maupun air sari buah. Asupan minuman yang banyak akan membantu
1. Faktor Lingkungan
ruang rumah menyebut bahwa luas ventilasi rumah yang sehat yaitu
kedap air, tidak lembab, bahan lantai yang mudah dibersihkan, dalam
keadaan kering, dan tidak menghasilkan debu. Lantai rumah kedap air
c. Kepadatan Hunian
dengan luas lantai rumah tersebut. Hal tersebut bertujuan supaya tidak
21
bagi seseorang dan apabila salah satu anggota keluarga terjangkit suatu
penyakit maka transmisi penyakit ke anggota yang lain dapat lebih mudah
tahun.
d. Tingkat Kelembaban
Jumlah uap air dalam udara dipengaruhi oleh cuaca dan suhu lingkungan.
rumah sehat yaitu berkisar antara 40-60% Rh. Apabila kelembaban udara
membuka jendela rumah, menambah jumlah dan luas jendela rumah, dan
ISPA pada Balita yaitu tingkat pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga
setiap bulannya.
b. Pendapatan Keluarga
Beberapa faktor resiko ISPA jika dilihat dari individu balita sebagai
yang terjangkit penyakit yaitu status nutrisi, status imunisasi, dan riwayat
pemberian ASI Ekslusif. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) juga menjadi
a. Status Nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat-zat penting yang berasal dari makanan
yang telah dicerna dan di metabolism oleh tubuh menjadi zat-zat yang
serangan penyakit.
b. Status Imunisasi
dan anak dnegan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat
zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu supaya balita dapat
HB1, HB2, HB3, dan HB4), BCG, Polio (Polio 1,2,3, dan 4), DPT (DPT
ASI adalah Air Susu Ibu. ASI Ekslusif merupakan pemberian ASI
makanan lain, meskipun hanya air putih dan diberikan sampai bayi berusia
6 bulan. Manfaat ASI akan meningkat jika bayi hanya diberikan ASI saja
penuh.
24
BBLR adalah bayi yang lahir denganberat badan kurang dari 2.500
gram. Terdapat beebrapa gangguan yang mungkin timbul pada bayi akibat
4. Faktor Perilaku
a. Pengetahuan
1) Tahu (Know)
yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja bahwa orang
25
anak balita.
2) Memahami (Comprehension)
3) Aplikasi (Application)
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi
4) Analisis (Analysis)
5) Sintesis (Syntesis)
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
6) Evaluasi (Evaluation)
dan sebagainya.
seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung
27
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertutup.
itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau
tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap
1) Menerima (Receiving)
2) Merespon (Responding)
mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau
3) Menghargai (Valuing)
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga.
4) Bertanggungjawan (responsible)
Pada tingkat ini, sikap individu akan bertanggung jawab dan siap
(Notoatmodjo, 2010).
antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang sudah positif terhadap
faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami atau istri, orang
2) Mekanisme (Mecanism)
3) Adaptasi (Adaptation)
d. Kebiasaan Merokok
Rokok merupakan salah satu hasil dari produk industri dan komoditi
unsur kimiawi yang terdapat pada rokok yaitu tar, nikotin, benzopyrin,
Terdapat dua jenis perokok, yaitu perokok aktif dan perokok pasif.
secara tidak sengaja menghisap asap rokok dari orang yang melakukan
aktivitas merokok. Polusi udara didalam rumah bisa berasal dari asap
tinggi jumlah perokok dalam rumah dan jumlah rokok yang dihisap
dihisap setiap harinya. Tiga tipe tersebut yaitu : perokok berat apabila
30
apabila menghisap 5-14 rokok dalam sehari, dan perokok ringan apabila
C. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka dari penelitian ini maka kerangka teori dari
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber Penyakit:
1. Bakteri: Streptococcus, Haemophilus,
Mycoplasma pneumonia
2. Virus: Influenzavirus, Human
Metapneumovirus, Adenovirus
3. Rickettsia dan Jamur
Komponen Lingkungan
1. Luas ventilasi kamar
2. Jenis lantai rumah
3. Kepadatan hunian
4. Tingkat kelembab
Faktor perilaku
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tindakan
4. Kebiasaan merokok
A. Kerangka Konsep
kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati dan diukur
melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep yang digunakan dalam
pengetahuan dan perilaku dan lingkungan dengan kejadian ISPA pada balita.
keluarga, jenis lantai rumah dan kepadatan hunian kamar yang digambarkan
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Pengetahuan
Kebiasaan Merokok
Anggota Keluarga Kejadian ISPA
Kepadatan hunian
kamar
32
33
B. Defenisi Operasional
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Cara Alat Ukur Hasil ukur Skala
Ukur Ukur
Variabel Independen
1 Pengetahuan Tingkat pemahaman Angket Kuesioner 0. Rendah, jika nilai Ordinal
ibu balita tentang < mean
ISPA yang meliputi 1. Tinggi, jika nilai ≥
pengertian, penyebab, mean
pencegahan,
penatalaksanaan,
faktor resiko.
2 Kebiasaan Ada atau tidaknya Angket Kuesioner 0. Ya, bila ada Nominal
merokok anggota keluarga perokok dalam
orang tua yang merokok dan rumah
terbiasa merokok 1. Tidak, bila tidak
dirumah (baik ayah, ada perokok
ibu, maupun org lain dalam rumah
yg tinggal serumah
dengan balita)
3. Jenis lantai Jenis lantai yang ada Pengamat Lembar 0. Tidak memenuhi Ordinal
rumah di dalam ruangan an Observasi syarat (jika salah
(ruang tamu, ruang satu ruangan atau
keluarga, dan ruang lebih tidak
tidur) berlantai atau
tidak permanen)
1. Memenuhi syarat
(jika setiap
ruangan
laintainya terbuat
dari lantai
permanen dan
kedap air)
4. Kepadatan Perbandingan antara Lembar Roll Meter 0. Tidak memenuhi Nominal
hunian kamar luas lantai kamar Observasi syarat jika < 8
dengan jumlah m2/ orang
anggota keluarga 1. Memenuhi syarat
yang dalam kamar jika ≥ 8 m2/ orang
responden
Variabel Dependen
4. Kejadian Terjadinya tanda dan Angket Kuesioner 0. Ya Nominal
ISPA gejala yang mengarah 1. Tidak
pada Infeksi Saluran
Pernafasan pada batita
(1-3 tahun) dengan
gejala batuk, pilek
dengan atau tidak
disertai nafas
cepat/sesak yang
berlangsung selama
14 hari.
34
C. Hipotesis Penelitian
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh tahun 2023.
3. Adanya hubungan antara jenis lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita
4. Adanya hubungan antara kepadatan hunian kamar dengan kejadian ISPA pada
A. Desain Penelitian
sectional yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali, mencari
2013). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku dan
lingkungan dengan kejadian ispa pada balita di wilayah kerja puskesmas Tigo
1. Populasi
Populasi adalah total dari setiap elemen yang akan diteliti yang memiliki
ciri sama, bisa berupa individu dari suatu kelompok, peristiwa, atau sesuatu
yang akan diteliti (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu yang memiliki balita di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh
35
36
2. Sampel
Sampel adalah seluruh atau bahkan sebagian dari populasi yang nilai/
karakteristik nya kita ukur dan yang nantinya kita pakai untuk menduga
N
n=
1+ N ( d )
2
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
N
n=
1+ N ( d 2 )
3.084
n=
1+3.084 (0,12 )
3.084
n=
1+30,84
3.084
n=
31,84
n=96,85 → 97 orang
a. Kriteria Inklusi :
b. Kriteria Ekslusi
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, sebagai
berikut:
D. Instrumen Penelitian
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik, sudah matang,
artinya semua jawaban sudah ada dan sudah tersedia. Kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini telah diuji reliabilitas dan validitas oleh penelitian
sebelumnya.
38
1. Data Primer
lantai rumah dan kepadatan hunian kamar responden terhadap kejadian ISPA
pada balita.
2. Data sekunder
1. Tahap Persiapan
a. Administrasi Penelitian
terkait dalam hal ini Puskesmas Tigo Baleh sebagai lokasi penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
kuesioner.
lanjut
c. Tahap Penyelesaian
dilengkapi.
berbentuk angka/ bilangan untuk mempermudah pada saat analisis data dan
Melakukan entry data pada setiap pertanyaan sesuai kode yang telah
Untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan pada data, baik dalam
pengkodean maupun membaca kode, dan melengkapi data yang tidak lengkap.
5. Tabulasi (Tabulating)
penelitian
H. Analisa Data
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
I. Etika Penelitian
dalam kegiatan penelitian, dari Skripsi penelitian sampai dengan publikasi hasil
penelitian. Pelaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau
teguh pada etika penelitian (Notoadmodjo, 2010). Secara garis besar dalam
melakukan penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh, yakni:
tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu,
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,