Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH PANCASILA

“PERANAN MAHASISWA DALAM


MENYIKAPI KASUS PENYEBARAN HOAX
DAN UJARAN KEBENCIAN BERKAITAN
DENGAN SILA PERSATUAN INDONESIA”

Dosen Pengajar :
Drs. H. Tusiran M.M

Disusun Oleh :
Rosita Dewi
NIM : 43131510180082

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS


SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING JIA
2018
 KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
memberikan banyak nikmatnya kepada kami.Sehingga kami mampu
menyelesaikan Makalah Pendidikan Pancasila ini sesuai dengan waktu yang kami
rencanakan. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat
penilaian mata kuliah Pancasila.Yang meliputi nilai tugas, nilai kelompok, nilai
individu, dan nilai keaktifan.
Pembuatan makalah ini menggunakan metode study pustaka, yaitu
mengumpulkan dan mengkaji materi Pendidikan Pancasila dari berbagai referensi.
Penulis menggunakan metode pengumpulan data ini, agar makalah yang penulis
susun dapat memberikan informasi yang akurat dan bisa dibuktikan. Penyampaian
pembandingan materi dari referensi yang satu dengan yang lainnya akan menyatu
dalam satu makalah penulis.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Drs. H. Tusiran, MM. sebagai pengajar
mata kuliah Pancasila yang telah membimbing penulis dalam penyusunan
makalah ini. Penulis juga menghaturkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang sudi membantu penulis dalam pembuatan dan
penyusunan makalah ini. Penulis juga berharap sebesar-besarnya semoga makalah
yang telah penulis buat ini bisa bermanfaat untuk para pembaca. Dengan
kerendahan hati, saran dan kritik yang baik sangat penulis harapkan dari para
pembaca yang bertujuan untuk meningkatkan kembali dan juga memperbaiki
pembuatan makalah pada tugas lainnya dan pada waktu yang akan datang.

Bekasi, Desember 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I 1
PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 4
B. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 5
C. Sistematika Penyusunan ......................................................................... 7
BAB II BEBERAPA PENGERTIAN SEBAGAI LANDASAN TEORI .......... 7
A. Pengertian Hoax ...................................................................................... 10
B. Pengertian Ujaran Kebencian ................................................................. 11
C. Media dan Teknologi .............................................................................. 15
BAB III 15
PEMBAHASAN ................................................................................... 17
A. Sejarah Hoax di Indonesia ...................................................................... 17
B. Pengaruh Timbulnya Hoax dan Ujaran Kebencian ................................ 24
C. Contoh Kasus Penyebaran Hoax dan Ujaran Kebencian ........................ 25
D. Industri Hoax dan Ujaran Kebencian .....................................................
E. Hubungan Penyebaran Hoax dan Ujaran Kebencian dengan Sila 26
Persatuan Indonesia ................................................................................
F. Peranan Mahasiswa Dalam Menyikapi Kasus Penyebaran Hoax dan 27
Ujaran Kebencian ................................................................................... 28
G. Fakta dan Data Penyebaran Hoax dan Ujaran Kebencian ...................... 30
H. Dampak Penyebaran Hoax dan Ujaran Kebencian ................................. 33
I. Solusi Penanganan Hoax dan Ujaran Kebencian .................................. 33
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 33
A. Kesimpulan ............................................................................................. 34
B. Saran ....................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi menjadi fenomena
aktual yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Karakteristik kemajuan yang
tidak mengenal ruang dan waktu sehingga, mampu mengubah karakter
masyarakat dalam kehidupan bermedia serta berimplikasi terhadap kehidupan
manusia modern baik secara sosiologis ataupun secara individual psikologis.
Kehadiran media baru atau sering disebut new media, implementasinya sangat
cepat di berbagai bidang aktivitas manusia karena memiliki kecenderungan
yang tidak mudah dikendalikan. Media baru dapat dikelompokkan mejadi tiga
besar yaitu, pertama media baru diarahkan pada objek mengenai internet,
muncul sebagai media yang memiliki karakter tidak mengenal batas. Kedua,
media baru akan dikaitkan dengan proses digitalisasi yang sedang melanda
konvensional seperti surat kabar, majalah, televisi, dan radio. Ketiga, media
internet dan digitalisasi akan dikaitkan dengan area media telekomunikasi lebih
spesifik yaitu mengenai pengaturan media ponsel yang biasa disebut hand
phone.
Berbagai permasalahan mulai muncul akibat tidak sesuainya harapan
kemajuan teknologi bagi masyarakat sehingga perlu adanya kebijakan atau
regulasi pemerintah Indonesia mengenai media yaitu Undang-Undang
penyiaran sebagai langkah perbaikan situasi politik sejak pascareformasi
hingga sekarang, Undang-Undang telekomunikasi yang mengatur mengenai
penyelenggara konsumen jaringan dan jasa telekomunikasi, dan pesatnya
perkembangan teknologi komunikasi elektornik berupa internet yang
menimbulkan bentuk kejahatan dunia maya (cyber crime) sebagai dasar
munculnya Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
Hadirnya internet dengan media ponsel pada kehidupan manusia,
mendorong terjadi perubahan sosial yang diikuti pola pikir atau perilaku warga

1
negara (citizen) menjadi warga internet (nitizen). Dapat kita amati dalam
lingkungan sekitar kita banyak hal yang berubah, mulai dari cara
berkomunikasi, mencari informasi, hingga mencari hiburan. Jaringan media
sosial seperti whatsapp, facebook, twitter, youtube, instagram, BBM, Line,
path, ternyata memiliki posisi yang sangat penting yaitu dapat menjadi
mekanisme menghimpun aksi, protes, dan gerakan sosial masyarakat atau
publik dapat berpartisipasi langsung dan sharing informasi dengan pihak-pihak
yang dipercaya seperti teman dan keluarga.
Internet memberikan banyak kemudahan kepada penggunanya (user).
Beragam akses terhadap informasi dan hiburan dari berbagai penjuru dunia
dapat di lihat melalui internet. Waktu dan ruang bukan menjadi alasan untuk
tidak dapat diakses oleh pengguna (user) siapa pun, kapan pun, dan dimana
pun. Secara tidak langsung internet telah menciptakan budaya baru pada
masyarakat modern yaitu budaya massa dan budaya digital yang interaktif.
Akibat ketidakterbatasan internet di era serba digital mampu memperjelas,
mengaburkan identitas pengguna itu sendiri, menggandakan, ataupun
menciptakan identitas-identitas yang baru.
Internet pada hakikatnya memberikan kebebasaan kepada penggunanya
untuk berbicara dengan pengguna yang lainnya. Hak untuk mendapatkan
informasi dan mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan yang
bertujuan untuk memberikan atau menerima informasi merupakan hak asasi
setiap manusia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia ternyata pada kenyataannya kebebasan ini tidak
berlaku secara luas karena adanya berbagai hambatan yaitu, persoalan
informasi yang disajikan tidak semua memberikan manfaat positif sehingga
mengecewakan pengguna (user). Warga internet (netizen )pada saat ini sedang
khawatir disebabkan maraknya berita bohong (hoax) merupakan fenomena
internet akibat banyaknya media yang dikelola tidak jelas, tidak berbadan
hukum, membuat berita hoax mudah disebarkan kepada netizen yang kurang
bijak menyaring informasi dengan benar. Menjadi masalah sekarang adalah
dampak sosial yang timbul sehubungan dengan hadirnya berita hoax di media
sosial.

2
Dapat kita lihat, Media sosial dewasa ini sangat digemari masyarakat.
Munculnya pihak-pihak yang mengacaukan ketentraman masyarakat
merupakan efek samping dari internet tekhusus dunia maya facebook sebagai
wadah gossip dan media sosial lainnya menjadi alat komunikasi politik kotor.
Misalnya, untuk mendapatkan dukungan politik berbagai kampanye hoax
bernuansa Suku,Agama, Ras, Antar Golongan (SARA) mulai muncul di media
sosial. Hal ini pengguna media sosial semakin terperdaya, terprovokasi, bahkan
terjadinya konflik di media sosial seperti fitnah, ujaran kebencian, pencemaran
nama baik, dan berbagai masalah media sosial yang menghancurkan tatanan
demokrasi. Pentingnya penegakan hukum terhadap penyalahgunaan media
sosial untuk menyebar kebencian dan fitnah menjadi kebutuhan utama karena,
kejahatan ini sudah tergolong parah jika dilihat dari perspektif hukum, sosial-
budaya, politik, pembangunan ekonomi, Hak Asasi Manusia, dan keamanan
cyber.
Bagaimana hal itu bisa terjadi? Apa yang harus dilakukan untuk
mencegahnya? Apa sikap kita jika suatu saat terjadi hal seperti itu? Bahaya
tersebut sangat mengancam sila ketiga Pancasila yaitu “PersatuanIndonesia”.
Namun, bagaimana Pancasila itu sendiri memaknai ancaman ini? Sebagai
genetivus subjectivus, sudah hal yang wajar bahwa Pancasila digunakan
sebagai instrumen analisis masalah-masalah aktual seperti hoax. Penelitian ini
mencoba mengkaji hal tersebut, sekaligus menemukan alternatif solusi tentang
penanganan hoax menurut perspektif Filsafat Pancasila.

1. Rumusan Masalah
Setelah dipaparkan latar belakang masalah, peneliti membatasi rumusan
masalah sebagai berikut :
a. Apa pengaruh penyebaran hoax dan ujaran kebencian bagi
kelangsungan hidup bangsa? 
b. Apa pandangan Pancasila terhadap penyebaran hoax dan ujaran
kebencian?
c. Apa solusi yang ditawarkan untuk menangani penyebaran hoax dan
ujaran kebencian?

3
d. Apa peranan mahasiswa menyikapi penyebaran hoax?

2. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan pengaruh penyebaran hoax dan ujaran kebencian
bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
b. Merefleksikan pandangan Pancasila terhadap hoax dan ujaran
kebencian.
c. Menemukan solusi yang tepat untuk menangani kasus tersebut.
d. Membangun sikap bijaksana bagi mahasiswa dalam menggunakan
media dan menyaring informasi.

B. Metode Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang benar-benar akurat dan sesuai dengan yang
diharapkan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau
daftar pertanyaan tertulis yang telah disiapkan dan disusun sedemikian
rupa sehingga responden tinggal mengisi dan menandainya dengan
cepat.Adapun tujuannya ialah:
a. Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan
penelitian.
b. Untuk memperoleh reabilitas dan validitas setinggi-tingginya.
Di dalam pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner ini
pertamatama penulis membuat pertanyaan-pertanyaan yang disajikan
dalam bentuk angket, kemudian disebarkan kepada para responden. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal apa saja
ancaman dari penyebaran hoax dan bagaimana cara menyikapi dan
mengatasinya.

2. Wawancara

4
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber.
Seiring perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan
melalui media-media tertentu, misalnya telepon, email, atau skype.

3. Observasi
Pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenao
fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan
pencatatan. Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data
melalui pengamatan dan pencatatan langsung tentang objek yang akan
menjadi topik kajian penelitian. Teknik observasi dimaksudkan untu
mengungkapkan fenomena yang tidak diperoleh dari angket atau
kuesioner.

C. Sistematika Penyusunan
Untuk memahami lebih jelas makalah ini, maka materi-materi yang tertera
pada makalah ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika
penyampaian sebagai berikut :
 BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode pengumpulan data, dan sistematika penyusunan.

 BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang
diambil dari kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan makalah
serta beberapa literature review yang berhubungan dengan penelitian.

 BAB III PEMBAHASAN


Pada bab ini merupakan bagaian utama yang hendak dikaji dalam
proses penyusunan makalah. Penyususn berusaha untuk
mendeskripsikan berbagai temuan yang berhasil ditemukan dari hasil
pencarian sumber/bahan. Bab ini berisikan gambaran dan sejarah
penyebaran hoax, pengaruh timbulnya hoax, contoh penyebaran hoax,

5
hubungan hoax dengan Pancasila, peranan mahasiswa dalam
menyikapi hoax, fakta dan data, dampak penyebaran hoax, solusi
penanganan.

 BAB IV PENUTUP
Pada bagian Kesimpulan ini di paparkan tentang penutup.Pada
Kesempatan ini penyusun berusaha untuk mengemukakan terhadap
semua permasalahan-permasalahan yang dikemukakan oleh penyusun
dalam perumusan masalah.
 DAFTAR PUSTAKA
 LAMPIRAN

6
BAB II
BEBERAPA PENGERTIAN SEBAGAI
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Hoax
Hoax adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya
untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu
bahwa berita tersebut adalah palsu. Salah satu contoh pemberitaan palsu yang
paling umum adalah mengklaim sesuatu barang atau kejadian dengan suatu
sebutan yang berbeda dengan barang/kejadian sejatinya. Suatu pemberitaan
palsu berbeda dengan misalnya pertunjukan sulap; dalam pemberitaan palsu,
pendengar/penonton tidak sadar sedang dibohongi, sedangkan pada suatu
pertunjukan sulap, penonton justru mengharapkan supaya ditipu (Wikipedia,
n.d.).
Secara bahasa hoax (synonyms: practical joke, joke, jest, prank, trick)
adalah lelucon, cerita bohong, kenakalan, olokan, membohongi, menipu,
mempermainkan, memperdaya, dan memperdayakan. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia (KBBI), hoax diterjemahkan menjadi hoaks yang diartikan dengan
“Berita Bohong”. Dalam Kamus Jurnalistik, mengartikan berita bohong (Libel)
sebagai berita yang tidak benar sehingga menjurus pada kasus pencemaran
nama baik. Istilah lain berita bohong dalam konteks jurnalistik adalah Berita
Buatan atau Berita Palsu (Fabricated News/Fake News). Hampir sama dengan
berita bohong, berita buatan adalah pemberitaan yang tidak berdasarkan
kenyataan atau kebenaran (nonfactual) untuk maksud tertentu.
Secara umum hoax dapat didefinisikan sebagai “a particular kind of
disinformation”  (sejenis penyalahgunaan informasi) yaitu berupa  “false facts
that areconceived in order to deliberately deceive or betray
audience” (penyebarluasan fakta yang tidak benaruntuk menipu audiens). Jadi
berdasarkan definisi umum ini, informasi dalam hoax berisikan fakta yang
salah (tidak ada dalam kenyataan) dan dengan sengaja disebarluaskan untuk

7
menipu atau membohongi audiens (publik). Dalam laman Wikipedia, hoax
didefinisikan sebagai “a deliberately fabricated falsehood made tomasquerade
as truth”  (kebohongan yang diproduksi secara sengaja dan dibuat untuk
menyamarkankebohongan sebagai sebuah kebenaran). Definisi lain diberikan
oleh Wikipedia Community Guidelines seperti yang dikutip oleh Kumar, West
dan Leskovec (2016). Disitu dikatakan bahwa hoax adalah “an attempt to trick
an audience into believing that something false is real”  (suatu upaya
untukmenipu audiens agar mempercayai sesuatu yang salah sebagai sesuatu
yang nyata).
Pada awalnya, hoax berfungsi sebagai lelucon, candaan, atau humor.
Dalam kamus Oxford AdvancedLearners Dictionary (1995), dikatakan bahwa
hoax merupakan “a lie or an act of deception, usuallyintended as a joke” (suatu
kebohongan atau tindakan untuk menipu, yang biasanya ditujukan
sebagaisebuah lelucon). Kamus tersebut memberikan contoh tentang cerita
pemadam kebakaran yangmenerima panggilan telepon dari seseorang untuk
memadamkan kebakaran, tetapi, padakenyataannya, kebakaran tersebut tidak
pernah ada. Cerita panggilan telepon untuk memadamkanapi ini adalah lelucon
dan dikategorikan sebagai hoax.
Ciri-Ciri Hoax :
Menurut Ketua Dewan Pers periode 2016-2019 ada beberapa ciri ciri hoax,
yaitu :

 Mewartakan secara sensasional. Dalam arti, berita yang menggugah perasaan


dan emosi orang secara berlebihan. Begitu disebar ia dapat mengakibatkan
kecemasan, permusuhan dan kebencian pada diri masyarakat yang
terpapar.
 Ketidakjelasan sumber berita.
 Kurang aspek keaktualannya. Misalnya, berita lama pun bisa dinaikkan lagi,
ditulis ulang seolah peristiwanya baru terjadi.
 Isi pemberitaan tidak berimbang dan cenderung menyudutkan pihak tertentu.
 Sering bermuatan fanatisme atas nama ideologi.
 Biasanya berita hoax sudah melalui proses pengeditan. Dalam arti, ada
informasi yang sudah dipotong maupun ditambahkan tanpa seperlunya.

8
Jenis-jenis Informasi Hoax:
1. Hoax Proper
Hoax dalam definisi termurninya adalah berita bohong yang dibuat
sengaja. Pembuatnya tahu bahwa berita itu bohong dan bermaksud untuk
menipu orang dengan beritanya. Berita ini bertujuan untuk memalsukan
atau memasukkan ketidakbenaran dalam suatu berita. Penulis berita
bohong biasanya menambahkan hal-hal yang tidak benar dan teori
persengkokolan, makin aneh, makin baik. Berita bohong bukanlah
komentar humor terhadap suatu berita.
2. Judul heboh tapi berbeda dengan isi berita
Kebiasaan buruk banyak netixen adalah hanya membaca headline
berita tanpa membaca isinya. Banyak beredar artikel yang isinya benar tapi
diberi judul yang heboh dan provokatif yang sebenarnya tidak sama
dengan isi artikelnya.
3. Berita benar dalam konteks menyesatkan
Kadang-kadang berita benar yang sudah lama diterbitkan bisa beredar
lagi di sosial media. Ini mebuat kesan bahwa berita itu baru terjadi dan
bisa menyesatkan orang yang tidak mengecek kembali tanggalnya.
4. Clickbait (tautan jebakan)
Tautan yang diletakkan secara stategis di dalam suatu situs dengan
tujuan untuk menarik orang masuk ke situs lainnya. Konten di dalam
tautan ini sesuai fakta namun judulnya dibuat berlebihan atau dipasang
gambar yang menarik untuk memancing pembaca.
5. Confirmation bias (bias konfirmasi)
Kecenderungan untuk menginterpretasikan kejadian yang baru terjadi
sebaik bukti dari kepercayaan yang sudah ada.
6. Satire
Sebuah tulisan yang menggunakan humor, ironi, hal yang dibesar-
besarkan untuk mengkomentari kejadian yang sedang hangat. Berita satir
dapat dijumpai di pertunjukan televisi seperti “Saturday Night Live” dan
“This Hour has 22 Minutes”.

9
7. Post-truth (pasca-kebenaran)
Kejadian di mana emosi lebih berperan daripada fakta untuk
membentuk opini publik.

B. Pengertian Ujaran Kebencian


Arti dari pada Ujaran Kebencian (Hate Speech) sendiri adalah Tindakan
komunikasi yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok dalam bentuk
provokasi, hasutan, ataupun hinaan kepada individu atau kelompok yang lain
dalam hal berbagai aspek seperti ras, warna kulit, gender, cacat, orientasi
seksual, kewarganegaraan, agama dan lain-lain.
Dalam arti hukum Ujaran Kebencian (Hate Speech) adalah perkataan,
perilaku, tulisan, ataupun pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu
terjadinya tindakan kekerasan dan sikap prasangka entah dari pihak pelaku
pernyataan tersebut ataupun korban dari tindakan tersebut. Website  yang
menggunakan atau menerapkan Ujaran Kebencian (Hate Speech) ini
disebut (Hate Site). Kebanyakan dari situs ini menggunakan Forum Internet
dan Berita untuk mempertegas suatu sudut pandang tertentu.

Bentuk-bentuk ujaran kebencian :


Di dalam Surat Edaran (SE) Kapolri dengan Nomor SE/06/X/2005 yang
tercantum pada Nomor 2 huruf (E) dijelaskan bahwa hate speech dapat berupa
tindak pidana yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP), yang berbentuk antara lain:
1. Penghinaan
2. Pencemaran nama baik
3. Penistaan
4. Perbuatan tidak menyenangkan
5. Memprovokasi
6. Menghasut
7. Menyebarkan berita bohong dan semua tindakan di atas memiliki tujuan
atau bisa berdampak pada tindakan diskriminasi, kekerasan, penghilangan
nyawa, dan atau konflik sosial.

10
Hate speech bertujuan untuk menghasut dan menyulut kebencian terhadap
individu dan/atau kelompok masyarakat yang dibedakan dari aspek:
1. Suku

2. Agama

3. Aliran keagamaan

4. Keyakinan atau kepercayaan

5. Ras

6. Antargolongan

7. Warna kulit

8. Etnis

9. Gender

10. Kaum difabel


11. Orientasi seksual

Hate speech bisa dilakukan melalui berbagai media, di antaranya:


1. Orasi kegiatan kampanye

2. Spanduk atau banner

3. Jejaring media sosial,

4. Penyampaian pendapat di muka umum (demonstrasi),

5. Ceramah keagamaan,
6. Media massa cetak atau elektronik
7. Pamflet

11
C. Media dan Teknologi Informasi
 Media
Jika komunikasi tidak dilakukan secara langsung, misal dengan cara
bertatap muka makakomunikasi masih dapat terjalin dengan perantara yang
dapat kita sebut media. Istilah “media” merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang dapat diartikan sebagai alat,sarana komunikasi, perantara
atau pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantarasumber pesan (a
source) dengan penerima pesan (a receiver) dalam menyampaikan pesan
(message) dengan tujuan untuk menyebarkan informasi atau pesan itu
sendiri kepada audiens.
1) Beberapa Jenis Media
Berikut merupakan beberapa jenis media yang biasanya banyak
digunakan di dunia pembelajaran :
a) Media Cetak
Kita dapat memanfaatkan media cetak di mana saja dan kapan saja.
Media ini dipandangsebagai media yang relatif murah dan fleksibel
bagi para penggunanya. Media cetakmemiliki ragam yang bervariasi
yang meliputi: buku, brosur, poster, dan hand out.
b) Media audio
Media audio adalah penerimaan pesan yang tersampaikan dengan
menggunakan indra pendengaran contohnya: Radio, Tape recorder dll.
Media audio merupakan jenis mediaspresifik yang efektif dan efisien
untuk digunakan sesuai dengan tujuan yang ingindicapai. Misalnya,
media jenis ini cocok dimanfaatkan untuk pembelajaran
tentangkemampuan berbahasa dan seni. Contoh, berlatih
pronounciation akan lebih efektifmenggunakan radio. Karakteristik
radio adalah hanya dapat memberi rangsangan audio dan berfungsi
sebagai pemberi maupun penerima informasi.
c) Media visual adalah penerimaan pesan yang tersampaikan
menggunakan indra penglihatan. Contohnya : Televisi dan Foto
d) Media Audio Visual

12
Media audio visual adalah media komunikasi yang dapat dilihat
sekaligus didengar jadiuntuk mengakses informasi yang disampaikan,
digunakan indra penglihatan dan pendengaran sekaligus contohnya :
Televisi dan Film.

 Teknologi informasi
Secara Umum, Pengertian Teknologi Informasi adalah suatu studi
perancangan, implementasi, pengembangan, dukungan atau manajemen
sistem informasi berbasis komputer, terutama pada aplikasi hardware
(perangkat keras) dan software (perangkat lunak komputer). Secara
sederhana, Pengertian Teknologi Informasi adalah fasilitas-fasilitas yang
terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak dalam mendukung dan
meningkatkan kualitas informasi untuk setiap lapisan masyarakat secara
cepat dan berkualitas.
Sedangkan menurut Wikipedia, bahwa pengertian teknologi Informasi
(IT) adalah istilah umum tekologi untuk membantu manusia dalam
membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan menyebarkan
informasi. Tujuan teknologi informasi adalah untuk memecahkan suatu
masalah, membuka kreativitas, meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam
aktivitas manusia.

Fungsi Teknologi Informasi


Fungsi Teknologi Informasi (IT) - Ada enam fungsi Teknologi
Informasi antara lain sebagai berikut :
1. Menangkap (Capture)
2. Mengolah (Processing); Mengolah/memproses data masukkan yang
diterima untuk menjadi suatu informasi. Pengolahan atau pemrosesan
dapat berupa pengubahan data ke bentuk lain (konversi), analisis kondisi
(analisis), perhitungan (kalkulasi), penggabungan (sintetis), segalah
bentuk data dan informasi.

13
3. Menghasilkan (Generating); Menghasilkan atau mengorganisasi informasi
dengan bentuk yang berguna. Contohnya laporan, grafik, tabel dan
sebagainya.
4. Menyimpan (Store); Merekam atau menyimpan data dan informasi ke
dalam suatu media untuk keperluan lainnya. Contohnya disket, hardisk,
tape, compact disk dan sebagainya.
5. Mencari kembali (Retrival); Menelusuri mendapatkan kembali informasi
atau menyalin (copy) data dan informasi yang telah tersimpan, contohnya
spplier yang sudah lunas, dan sebagainya.
6. Transmisi (Transmission); Mengirim data dan informasi dari suatu lokasi
ke lokasi yang lain dengan melalui jaringan komputer. Contohnya
mengirimkan data penjualan ke user A ke user lainnya, dan sebagainya.

14
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Hoax di Indonesia


Sejarah maraknya berita hoax di Indonesia terjadi pada saat menjelang
pemilu legislatif dan pemilihan Presiden tahun 2014 terdapat banyak berita
murahan dimana banyak sejumlah pemilik media membuat partai atau masuk
partai dan menggunakan medianya untuk berkampanye, sejumlah wartawan
menjadi tim sukses, politisi menarik-narik wartawan, mengunjungi media atau
organisasi wartawan, sehingga publik kehilangan kepercayaan terhadap
netralitas pers dan kebenaran isi media. Ada saat masyarakat tidak percaya
dengan informasi media mainstream, maka mereka mencari alternatif yaitu dari
social media. Namun media sosial seperti Facebook yang awal mulanya
digunakan untuk bertemu banyak orang berubah menjadi sarana beropini
politik, mengomentari pendapat oranglain, dan ajang orang bertikai karena
seseorang saling menukarkan informasi dan diteruskan ke lain orang tanpa
mengetahui dari mana asal info tersebut. Seiring berjalannya waktu, berita
hoax pun marak dan sejumlah orang tidak bertanggungjawab membuat akun-
akun palsu untuk bersenang-senang ataupun komersial.
Jamilah anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dikabarkan meraih
piala dari Ketua CC PKI DN Aidit atas prestasinya melayani hasrat seks para
Pemuda Rakyat yang berlatih di Lubang Buaya. Jamilah juga disebut-sebut

15
sebagai perempuan jahanam yang menyilet-nyilet kemaluan jenderal dan ikut
menyiksa mereka dalam sebuah perhelatan yang bernama Pesta Harum Bunga.
Sejumlah media cetak terkemuka turut memberitakan kisah tersebut selah dua
bulan setelah peristiwa 1 Oktober 1965 berlangsung. Tak ada yang bisa
memastikan sejauh mana kebenaran berita tersebut.
Warga yang membakar berita itu sontak terbakar amarah. Di banyak
tempat di Indonesia, khususnya di Jawa, mereka memburu siapa pun yang
diduga punya kaitan dengan Partai Komunis Indonesia, partai yang dituduh
berada di balik aksi biadab tersebut. Tak hanya mereka yang yang diduga
anggota PKI, setiap orang yang mendukung pemerintah Sukarno turut terseret
dalam amuk massa yang terjadi sepanjang tahun 1965-1966. Upaya
memadamkan bara kemarahan yang dilakukan oleh Presiden Soekarno dengan
mengatakan pemotongan kelamin jenderal bohong belaka tak banyak
berpengaruh. Api kemarahan terlanjur membakar hangus rasa kemanusiaan,
menyisakan luka dan duka di seantero negeri.
Kini cara yang sama marak digunakan seiring pesatnya penggunaan media
sosial. Hoax menyebar bak air bah, membanjiri ruang-ruang pribadi,
mempengaruhi cara pandang orang terhadap satu isu tertentu yang sedang
marak diperbincangkan. Mungkin bukan kebetulan jika dari sekian banyak
tema hoax, beberapa di antaranya berkaitan dengan memori kolektif sejarah
kita, antara lain komunisme dan rasialisme.
Presiden Joko Widodo menjadi target utama dari para penyebar hoax itu.
Sejak awal masa kampanye pemilihan presiden 2014 yang lampau, serangan
hoax beruntun ditujukan kepadanya. Dia disebut-sebut sebagai anak seorang
anggota PKI, keturunan Cina, bahkan terakhir tersebar gossip kalau Jokowi
mempraktikkan ajaran komunis dalam menjalankan pemerintahannya. Puncak
respons terhadap isu tersebut terjadi tatkala Presiden Jokowi melontarkan
kalimat, “kalau PKI nongol, gebuk saja,” ujar Presiden Jokowi di hadapan para
pemimpin media massa di Istana Merdeka, 17 Mei lalu. Pertanyaannya, apakah
reaksi presiden itu ingin membuktikan kalau memang PKI memang ada
(sehingga perlu digebuk) atau wujud mekanisme mempertahankan diri dari
tuduhan terkait dengan partai yang sudah dibubarkan sejak 12 Maret 1966 itu?

16
Satu hal yang mengemuka dari fenomena tersebut yaitu betapa digdayanya
hoax hingga menggerus legitimasi seorang presiden dan berhasil membuatnya
bereaksi keras membela diri. Reaksi itu semakin mengukuhkan stigma negatif
komunisme yang pada akhirnya tetap kekal dalam ingatan orang banyak dan
selalu memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan fitnah menjatuhkan
seseorang. Jenis hoax lain yang kini bertebaran di media sosial berkaitan
dengan sentiment rasialme. Salah satunya adalah kabar Menteri Dalam Negeri
Tjahjo Kumolo yang meresmikan monument Pao An Tui di Taman Mini
Indonesia Indah setahun yang lalu. Pao An Tui yang berdiri pada masa revolusi
kemerdekaan Indonesia itu memang punya rekam jejak kelam sebagai
organisasi milisi Tionghoa yang bersekutu dengan Belanda. Benarkah
Mendagri meresmikan monument Pao An Tui? Ternyata yang diresmikan
monument kerjasama laskar Jawa-Tionghoa dalam pemberontakan melawan
VOC usai pembantaian massal warga Tionghoa di Batavia pada 1740. Tapi
hoax sengaja terus ditebar untuk mendelegitimasi peran etnis Tionghoa dalam
sejarah di Indonesia sebagai landasan delegitimasi peran orang Tionghoa di
hari ini.
Akhirnya pola sejarah kembali pada satu titik yang sama yaitu hoax selalu
jadi cara efektif untuk “memobilisasi” dukungan massal lewat manipulasi
informasi dengan tujuan akhir mendelegitimasi peran seseorang atau kelompok
masyarakat di sebuah negeri.

B. Pengaruh Timbulnya Hoax dan Ujaran Kebencian


Berikut adalah penyebab mengapa berita hoax mudah tersebar dan cukup
sulit ditangani belakangan ini yang terjadi di tanah air :
1. Revolusi media sosial: keterbukaan informasi dan tingginya konsumsi
media sosial (Indonesia pengguna FB ke-4 terbesar di dunia)
2. Literasi media: minim, kurang kritis terhadap informasi
3. Pengguna media sosial menjadi pengedar informasi tanpa mampu melacak
kebenarannya

17
4. Era "Post-Truth" : yang diunggulkan bukan kebenaran, tetapi kedekatan
emosi dan keyakinan pribadi dengan informasi yang diedarkan.
5. Konflik horisontal, penajaman perbedaan, peredaran pesan kebencian, dan
kecenderungan pada "bullying" sosial.

C. Contoh Kasus Penyebaran Hoax dan Ujaran Kebencian di


Indonesia
Berikut Beberapa Kasus Ujaran Kebencian dan Hoaks yang Tersebar di
Indonesia :
1. Ropi Yatsman
Ropi Yatsman (36) merupakan salah satu pelaku yang ditangani di awal
terbentuknya Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri. Di akun alter
Facebook bernama Agus Hermawan dan Yasmen Ropi, ia mengunggah
konten penghinaan terhadap pemerintah dan Presiden Jokowi. Selain
Jokowi, Ropi mengedit foto sejumlah pejabat, termasuk mantan Gubernur
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ia juga merupakan admin
dari akun grup publik Facebook Keranda Jokowi-Ahok. Atas perbuatannya,
Ropi telah divonis 15 bulan penjara.
2. Ki Gendeng Pamungkas

Paranormal Ki Gendeng Pamungkas membuat video sepanjang 54 detik


yang yang memuat unsur kebencian yang bersifat rasial. Video itu dibuatnya
pada 2 Mei 2017. Selain video, Ki Gendeng juga memproduksi atribut
seperti kaus, stiker, jaket, hingga kantong plastik bermuatan kebencian suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA). Bahkan, Ki Gendeng membagikan
atribut berkonten SARA itu kepada orang-orang di lingkungannya. Kepada

18
polisi, ia mengaku sudah lama memendam kebencian terhadap etnis
tertentu.
3. Akun Muslim_Cyber1
Inisial HP (23), admin akun Instagram Muslim_Cyber1 ditangkap karena
mengunggah screenshoot  (bidik layar) percakapan palsu antara Kapolri
Jenderal Pol Tito Karnavian dengan Kabid Humas Polda Metro Jaya
Kombes Argo Yuwono. Isi percakapan membahas kasus pemimpin Front
Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab. Dalam potongan pesan itu,
seolah Tito dan Argo berencana merekayasa kasus untuk menjatuhkan
Rizieq. HP tak hanya membuat hoaks percakapan antara Tito dan Argo.
Dalam akun @muslim_cyber1 itu juga termuat unggahan berbau SARA,
fitnah, serta ujaran kebencian. Dalam sehari, akun tersebut bisa
mengunggah tiga hingga lima gambar provokatif yang seluruhnya
menyinggung ras dan suku tertentu. Selain HP, ada 18 admin lain yang
mengoperasikan akun tersebut. Namun, baru HP yang dipidanakan karena
polisi masih menelusuri keterlibatan admin lainnya. Atas perbuatannya, HP
akan dikenai Pasal 28 ayat (2) juncto Pasal 45a UU ITE dan atau Pasal 4
huruf d angka 1 juncto Pasal 16 UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Penghapusaan Diskriminasi Ras dan Etnis.
4. Tamim Pardede

Muhammad Tamim Pardede (45) ditangkap lantaran mengunggah video


di Youtube yang memuat penghinaan terhadap Presiden dan Kapolri. Dalam
salah satu videonya, Tamim menyebut bahwa Jokowi berpihak pada blok
komunis. Ia juga menyatakan bahwa Tito termasuk antek Jokowi yang
berpaham komunis. Ia lantas menantang polisi untuk menangkapnya.
"Kalau Jokowi memerintahkan anteknya yang bernama Tito Karnavian dan

19
pasukannya untuk menangkap saya, saya tidak akan tinggal diam. Jangan
harap polisi bisa bawa saya hidup-hidup," ujar Tamim dalam video
berdurasi hampir 4 menit itu. Gelar Profesor yang sering dibawa-bawa oleh
Tamim Pardede pun diduga palsu. Sebab, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) secara resmi menyatakan bahwa tidak pernah ada
penganugerahan gelar profesor kepada Tamim. Dalam salah satu kalimatnya
tertulis bahwa ketenaran LIPI di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
kerap membuat orang mencatut nama LIPI untuk tujuan tertentu. "Salah satu
contohnya adalah seseorang yang mengaku bernama Tamim Pardede dan
mengklaim dirinya adalah profesor riset dari LIPI. Dan setelah LIPI
melakukan penelusuran data dan fakta, ternyata nama Tamim Pardede
bukan merupakan profesor riset dari LIPI dan lembaga ini tidak pernah
mengukuhkan yang bersangkutan sebagai profesor riset," bunyi siaran pers
tersebut.
5. Asma Dewi

Polisi menangkap Asma Dewi, pada 11 September 2017 karena diduga


mengunggah konten berbau ujaran kebencian dan diskriminasi SARA di
akun Facebooknya Mulanya, Polri menyebut ada aliran uang dari Dewi ke
kelompok Saracen sebesar Rp 75 juta. Namun, hal tersebut tidak disebutkan
dalam dakwaan yamg dibacakan jaksa penuntut umum dalam persidangan.
Dewi sendiri juga telah membantah soal uang itu dan menyatakan tak ada
hubungan dengan kelompok Saracen. Dewi didakwa dengan sengaja
menumbuhkan kebencian atau rasa benci kepada orang lain berdasarkan
diskriminasi ras dan etnis melalui tulisan atau gambar, untuk diletakkan,
ditempelkan, atau disebarluaskan di tempat umum atau tempat lain yang
dapat dilihat atau dibaca orang lain. Selain itu, ia juga didakwa dengan

20
sengaja di muka umum dengan lisan atau tulisan menghina suatu penguasa
atau badan umun yang ada di Indonesia. Dewi menjelaskan bahwa konten
yang dia unggah di Facebooknya hanya candaan, bukan ujaran kebencian. Ia
juga menganggap kata-katanya merupakan ungkapan kekecewan, karena
pemerintah dinilai tidak memberikan solusi atas permasalahan negara.
Srikandi ACTA (Advokat Cinta Tanah Air) selaku kuasa hukum Asma
Dewi memaparkan, dalam berita acara pemeriksaan (BAP) maupun surat
dakwaan, tidak ada tuduhan bahwa Asma Dewi adalah bendahara Saracen
dan tidak ada tuduhan telah melakukan transfer sebesar Rp 75 juta kepada
Saracen. Dalam surat dakwaan, Asma Dewi dituduh menyebarkan informasi
yang bisa menimbulkan kebencian berdasarkan SARA. Menurut ACTA,
tuduhan tersebut juga tidak benar karena status Facebook Asma Dewi tidak
menghina suku, agama, etnis atau golongan apa pun. "Status tersebut
merupakan bentuk ekpresi kebebasan menyampaikan pendapat serta kritikan
terhadap pemerintah yang masih dalam koridor hukum," demikian ACTA
membantah.
6. Ahmad Dhani
Artis Ahmad Dhani jadi tersangka karena dianggap menyebarkan
kebencian terhadap kelompok tertentu melalui akun Twitternya. Dhani
berkicau menggunakan akun @AHMADDHANIPRAST yang nadanya
dianggap menghasut dan penuh kebencian terhadap pendukung Ahok.
Dhani dilaporkan atas tuduhan melanggar Pasal 28 Ayat (2) juncto Pasal 45
Ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE. Dhani hanya
mengakui satu dari tiga tweet dari akun Twitter Dhani yang diperkarakan
karena dinilai sarkastik. Dua lainnya, kata Dhani, diunggah oleh admin
Twitternya. Tim kuasa hukum Ahmad Dhani yang tergabung dalam
Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) menilai, kasus ujaran kebencian yang
dikenakan pada kliennya tidak layak dilanjutkan. Mereka menganggap
kicauan Dhani bersifat umum dan tidak tendensius.
7. Siti Sundari Daranila
Baru hitungan hari menjadi Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto
sudah menjadi sasaran penyebar hoaks. Penyidik Direktorat Tindak Pidana

21
Siber Bareskrim Polri menangkap pemilik akun Facebook Gusti Sikumbang
yang bernama asli Siti Sundari Daranila (51). Sehari-hari, Sundari
berprofesi sebagai dokter. Ia ditangkap pada 15 Desember 2017 karena
menyebarkan konten hoaks yang menyatakan istri Hadi Tjahjanto
merupakan etnis Tionghoa. Sehari setelah ditangkap, Sundari ditahan di
rumah tahanan Bareskrim Polri. Berikut kalimat hoaks yang diunggahnya:
KITA PRIBUMI RAPATKAN BARISAN.. PANGLIMA TNI YANG
BARU MARSEKAL HADI TJAHYANTO BERSAMA ISTRI *LIM SIOK
LAN* DGN 2 ANAK CEWEK COWOK....ANAK DAN MANTU SAMA
SAMA DIANGKATAN UDARA..... Kalimat itu merupakan caption sebuah
foto yang menampilkan Hadi Tjahjanto beserta keluarga. Setelah dicek, di
dalam akun pribadinya juga ditemukan sejumlah unggahan menyinggung
SARA. Sundari dikenakan UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi
Transaksi Elektronik dan UU 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan
Diskriminasi Ras dan Etnis. Ia terancam hukuman penjara enam tahun.
8. Penyerangan Ulama
Baru-baru ini publik dibuat resah dengan beredarnya isu penyerangan
ulama yang dilakukan oleh orang gila. Akibatnya, sejumlah wilayah pun
melakukan razia terhadap orang gila guna meminimalisir adanya serangan
yang dikabarkan menyasar kepada ulama. Kepala Satgas Nusantara, Irjen
Gatot Pramono Eddy mengatakan, setidaknya ada 45 berita penyerangan
terhadap ulama selama kurun waktu Februari 2018. Namun, dari puluhan
berita hoax tersebut, hanya ada 3 berita yang benar-benar terjadi.
Selebihnya adalah berita hoax yang memang diproduksi oleh Muslim
Cyber Army (MCA) dan Saracen. Sejumlah pengamat menyebutkan bahwa
dugaan kuat para oknum tidak bertanggung jawab tersebut memproduksi
berita hoax adalah untuk memecah belah bangsa. Presiden RI Joko Widodo
pun menegaskan bahwa tindakan penyebaran kebencian maupun berita
hoax berpotensi untuk menciptakan disintehrasi bangsa.
9. Garam Campur Kaca
Para kaum ibu pun sempat dibuat geger dengan beredarnya kabar
penjualan garam yang bercampur dengan serpihan kaca. Sebagian orang

22
yang mendapatkan kabar itu menduga, mahalnya harga garam membuat
penjual tega mencampurkannya dengan kaca, dan menjualnya ke
masyarakat. Akibat kabar hoax tersebut, sejumlah produsen garam di
beberapa wilayah di Indonesia pun mengalami kerugian yang cukup besar.
Penjualan produk garam yang dihasilkannya pun sempat menurun drastis.
Dari hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh BPOM menunjukkan
bahwa semua garam yang diduga tercampur dengan serpihan kaca dapat
larut di dalam air.
10. FPI Bakar Ormas GMBI
Pada awal Januari 2018, sekelompok orang yang tergabung dalam ormas
Front Pembela Islam (FPI) melakukan penyerangan dan membakar markas
Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) di Bogor. Menurut
sejumlah saksi mata, penyerangan tersebut dilakukan oleh anggota FPI
yang berjumlah sekitar 150 orang. Alasan penyerangannya pun dipicu dari
kabar hoax yang didapat para anggota FPI dari media sosial bahwa ada
salah satu anggota FPI yang ditusuk oleh anggota GMPI. Akibat
penyerangan tersebut, satu markas GMBI serta sebuah rumah hangus
terbakar. Kerugian yang ditimbulkan pun mencapai ratusan juta rupiah.
11. Telur Palsu
Telur merupakan salah satu makanan berprotein tinggi dan paling
banyak dicari oleh masyarakat. Namun belakangan ini, masyarakat dibuat
resah dengan beredarnya isu soal peredaran telur palsu di beberapa pasar
tradisional. Beredar pula di media sosial video viral yang memperlihatkan
seorang pedagang membuktikasn telur palsu ke konsumennya di Pasar
Johar Baru, Jakarta Pusat. Menanggapi hal tersebut, pihak kepolisian pun
segera melakukan pengecekan di laboratorium. Hasilnya, telur-telur
tersebut tidak palsu dan memang aman untuk dikonsumsi. Hingga kini,
pihak kepolisian pun masih menyelidiki terkait motif orang yang membuat
video viral telur palsu tersebut.
12. Ojek Online versus Angkot
Pada Rabu, 8 Maret 2017 sore ribuan ojek online se-Jabodetabek
melakukan aksi sweeping terhadap angkutan perkotaan (angkot) di wilayah

23
Kota Tangerang. Setiap angkot yang melintas di kawasasn Kota Tangerang
dicegat dan dirusak oleh para driver ojek online. Akibatnya puluhan mobil
angkot mengalami kerusakan parah. Penyerangan tersebut berawal adanya
aksi aniaya yang dilakukan oleh sejumlah supir angkot terhadap driver ojek
online. Mereka yang tak terima pun melakukan balas dendam dengan
merusak angkot di Kota Tangerang. Sekitar Rabu dini hari, Organda Kota
Tangerang, Polres Metro Tangerang dan Dishub JKota Tangerang
melakukan mediasi dan sepakat untuk tidak melanjutkan aksi balas
dendam. Pada Kamis, 9 Maret 2017 kembali beredar isu bahwa supir
angkot akan kembali melakukan aksi sweeping dalam jumlah besar.
Suasana Kota Tangerang pun mendadak mencekam, angkot dan ojek online
tidak tampak beredar di wilayah Kota Tangerang.Namun, isu yang beredar
tersebut tidak terbukti, situasi berangsur aman dan masyarakat dapat
beraktivitas seperti biasa.
13. Orang Gila Culik Anak
Orang gila kembali menjadi target sasaran penyebaran isu hoax.
Masyarakat dibuat resah dengan beredarnya isu penculikan anak yang
dilakukan oleh orang gila. Awalnya orang gila tersebut mengajak bermain
anak-anak, namun secara tiba-tiba anak-anak yang berada didekatnya
digendong dan dibawa kabur. Akibat dari beredarnya info hoax tersebut,
orang gila pun menjadi target kemarahan warga. Salah satunya terjadi di
Pontianak, Kalimantan Barat. Seorang pria paruh baya harus kehilangan
nyawa lantaran diduga akan menculik seorang anak. Kapolri Jenderal Tito
Karnavian mengimbau kepada masyarakat untuk tidak termakan isu dan
resah terhadap maraknya kabar penculikan anak dan penjualan organ tubuh
di media sosial. Tetap tingkatkan kewaspadaan tetapi tidak over reaktif dan
panik.

D. Industri Hoax dan Ujaran Kebencian

Sindikat kejahatan di dunia maya (cyber crime) bernama Saracen akhir


akhir ini menjadi viral, Karena memanfaatkan media social sebagai bisnis

24
untuk meraup untung. Sindikat ini telah diciduk oleh Bareskrim Mabes
Polri. Modus nya yaitu menyebarkan berita bohong (hoax) dan hate speech
(ujaran kebencian) berupa pencemaran nama baik, penghinaan, penistaan
agama, memprovokasi dan lainnya. Tujuannya untuk menciptakan api
permusuhan dan kerusuhan berbasis SARA. Mereka memanfaatkan politik
agar didanai oleh sponsor gelap dan meraup ratusan juta rupiah hanya dalam
beberapa bulan.
Munculnya bisnis penyebar hoax yang dilakukan oleh Saracen
merupakan puncak dari munculnya beberapa berita hoax di media social
beberapa tahun terakhir. Salah satu yang berhasil yaitu dengan
memprovokasi pilihan publik pada Pilpres 2014 dan Pilkada DKI 2017.
Berdasarkan data KOMINFO, terdapat 3,252 konten negatif di Twitter
yang dilaporkan, termasuk Google dan Youtube, terdapat 1.204 konten
negatif.
Bisnis berita hoax kelompok Saracen sudah tergolong political
hackers, yaitu aktivitas politik bisnis dengan mengkampanyekan yang
merugikan lawan politik, kelompok ini memanfaatkan momen politik
untuk menjatuhkan lawan politik. Ini sangat berbahaya apabila dibiarkan,
akan terjadi konflik di masyarakat maupun di pemerintahan.
Contoh Industri Hoax di Indonesia
1. Voa-islam.com
2. Nahimunkar.com
3. Kiblat.net
4. Bisyarah.com
5. Dakwahtangerang.com
6. Islampos.com
7. Suaranews.com
8. Izzamedia.com
9. Gensyiah.com
Selain 9 situs tadi, Pemerintah juga memblokir  situs yang terindikasi
melakukan phising dan malware, yaitu muqawarnah.com,
antiliberalnews.com, mediaislamia.com, abuzubair.net.

25
E. Hubungan Penyebaran Hoax dan Ujaran Kebencian dengan
Sila Persatuan Indonesia

Merebaknya hoax di media sosial membuat pemerintah mengambil langk
ah tegas dengan mengesahkan UU no.11/tahun 2008 tentang ITE. Khusus
pelanggaran freedom of speech diatur dalam pasal 27 UU ITE. Bukan berart
UU ITE meniadakan kebebasan berpendapat dalam pasal 28 UUD 1945, justru
itu adalah penegasan bahwa pemerintah sangat menghargai kebebasan individu
dan sebagai batas bagi individu untuk tidak mengganggu kebebesan orang lain
seenaknya (Notanubun, 2014, p. 115). Pancasila sila ketiga berbunyi
“Persatuan Indonesia” mengandung arti Indonesia adalah satu kesatuan yang
utuh yang  terdiri dari bagian bagian yang saling menyatu (Kaelan, 2009).
Persatuan itu tercermin dalam semboyan nasional Bhinneka Tunggal Ika yang
berarti meski terdiri dari beraneka ragam suku bangsa yang berbeda-beda,
tetapi tetap  menjunjung  tinggi  Negara  Kesatuan  Republik
Indonesia (Kaelan, 2009, p. 185). Sila ketiga sangat menentang bentuk-bentuk
aksi yang mengancam persatuan dan kesatuan nasional, terutama hoax
yang bersifat propagandis dan hate speech. Susunan kodrat kedudukan
manusia adalah sebagai makhluk Tuhan dan makhluk bebas. Dengan
menyebarkan hoax, ia telah mengabaikan kedudukannya sebagai makhluk
Tuhan, dimana moral dan tanggung jawab melekat padanya. Dalam etika,
seharusnya kebebasan  diiringi dengan tanggung jawab, tetapi mereka
mengabaikan hal itu. Oleh karena itu, wajar saja UU ITE disahkan agar
penyelewengan hakikat diri manusia menurut Pancasila tidak lagi terjadi.

F. Peranan Mahasiswa Dalam Menyikapi Kasus Penyebaran


Hoax dan Ujaran Kebencian

Mahasiswa sebagai insan intelektual harus gencar mensosialisasikan


betapa bahayanya berita hoax bagi kesatuan Indonesia. Mahasiswa harus

26
berkreasi dan berinovasi untuk terus mengedukasi masyarakat. Bermacam cara
dapat ditempuh untuk memerangi, menghentikan penyebaran berita hoax. Hal
paling mudah dpat dilakukan mulai dari diri sendiri. Sebagi seorang
mahasiswa, kita perlu menyeleksi hal apa saja yang penting dan perlu untuk di
publikasikan. Setelah merubah kebiasaan pada diri sendiri baru kita tularkan
apa yang kita miliki kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Mahasiswa
yang menyumbangkan tenanganya dapat bergerak dalam usah pembersihan
otak masyarakat yang sudah terdokterin oleh berita hoax. Mahasiswa adalah
pengendali dalam menegakkan keadilan dan mahasiswa jugalah penyambung
keinginan bagi masyarakat yang ingin perubahan. Untuk itu dalam menangkal
berita hoax yang beredar, mahasiswa harus lebih peka dengan stuasi yang ada.
Banyak dalam memperangi berita hoax salah satunya dengan membudayakan
literasi media kepada masyarakat. Merebaknya informasi palsu yang beredar di
masyarakat meresahkan karena menjadi modus narasi penyebaran radikalisme
untuk membentuk opini dari berita sesat. Tak jarang, berita hoax juga
seringkali menunggangi isu nasional untuk meradikalisasi masyarakat. Kondisi
ini menyuburkan pelaku hoax menyebarkan pesan radikal yang menghasut
pembacanya. Upaya selanjutnya yang dapat di lakukan untuk memberantas
berita hoax adalah mengajak masyarakat untuk mengonsumsi berita benar dari
sumber sumber terpercaya atau situs web yang juga telah terdaftar di kementria
komunikasi dan informatika. Mahasiswa juga membuat kelompok khusus
untuk memabahas berita hoax tersebut. Jika pemerintah membuat badan cyber
nasional (BCN), maka para mahasiswa dari berbagai indonesia ini membentuk
kelompok crew cyber. Tugas dan fungsi crew cyber dengan badan cyber
nasional tidaklah berbeda, mereka sama sama membuat aplikasi yang bisa
menyaring berita hoax dan megahapus berita hoax yang beredar. Hal ini tentu
sangatlah bagus karena pemerintah juga terbantu dalam memberantas berita
hoax.

G. Fakta Dan Data Penyebaran Hoax dan Ujaran Kebancian

27
Melalui riset ini, DailySocial mencoba mendalami karakteristik
persebaran hoax dari sudut pandang penggunaan platform. Bekerja sama
dengan Jakpat Mobile Survey Platform, kami menanyakan kepada 2032
pengguna smartphone di berbagai penjuru Indonesia tentang sebaran hoax dan
apa yang mereka lakukan saat menerima hoax. Berikut ini beberapa temuan
yang didapatkan:
 Informasi hoax paling banyak ditemukan di platform Facebook (82,25%),
WhatsApp (56,55%), dan Instagram (29,48%).
 Sebagian besar responden (44,19%) tidak yakin memiliki kepiawaian
dalam mendeteksi berita hoax.
 Mayoritas responden (51,03%) dari responden memilih untuk berdiam diri
(dan tidak percaya dengan informasi) ketika menemui hoax.

Sebanyak 5.061 kasus cyber crime atau kejahatan siber ditangani Polri selama
2017. Angka itu naik 3% dibanding pada 2016, yang berjumlah 4.931 kasus.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan jumlah kasus cyber crime yang
dapat diselesaikan Polri tahun 2017 sebanyak 1.368 kasus. Kasus yang bisa
diselesaikan itu meningkat dari tahun 2016, yang berjumlah 1.119. Sementara itu,
Polri juga telah menangani 3.325 kasus kejahatan hate speech atau ujaran
kebencian. Angka tersebut naik 44,99% dari tahun sebelumnya, yang berjumlah
1.829 kasus. Penanganan 2.108 kasus hate speech itu selesai tahun 2017. Adapun
tindak pidana hate speech yang paling banyak terjadi adalah kasus penghinaan,
yaitu 1.657 kasus, atau naik 73,14% dibanding pada 2016. Kemudian, hate speech
dengan kasus perbuatan tidak menyenangkan sebanyak 1.224 kasus. Sedangkan
hate speech dengan kasus pencemaran nama baik sebanyak 444 kasus. Seperti
diketahui, tahun 2017 kasus tindak pidana cyber crime yang paling menonjol
adalah Saracen. Polisi menetapkan 4 tersangka dalam kasus itu, yakni Jasriadi, M
Abdullah Harsono, Sri Rahayu Ningsih, dan Muhammad Faizal Tonong.

H. Dampak Penyebaran Hoax dan Ujaran Kebencian

28
1. Merugikan suatu pihak
Judul yang provokatif dan isi berita yang tidak akurat dapat menuai
berbagai opini negatif, tentu opini negatif ini dapat merugikan pihak yang
bersangkutan.
2. Menguntungkan pihak tertentu
Selain dapat merugikan suatu pihak ternyata hoax dan ujaran
kebencian dapat menguntungkan pihak tertentu, seperti yang dilakukan
oleh komplotan-komplotan saracen, mereka membuat berita hoax demi
mendapatkan nominal. Keuntungan bisa mencapai 100 juta dalam suatu
proyek, tentunya yang menuai untung bukan hanya pembuat dan penyebar
melainkan si dalang atau aktor dan orang yang mempunyai kepentingan
paling besar merasakan.
3. Memberikan reputasi buruk akan seseorang/sesuatu
Apabila berita tersebut tidak di teliti dan langsung di share dan
seantero publik juga jadi ikut percaya, itu bisa jadi bahaya. Sebab isi berita
hoax yang merugikan tersebut bisa membuat image seseorang menjadi
jelek dan ketika sudah viral tidak akan ada yang mau bertanggung jawab.
4. Menyebarkan fitnah
Selain reputasi buruk yang terbentuk, fitnah pun bisa tercipta melalui
berita hoax dan ujaran kebencian yang tersebar
5. Hoax mengakibatkan fakta tidak lagi di percaya
Masyarakat dapat dibingungkan antara berita hoax dan berita fakta,
hal ini bisa menyebabkan presepsi yang menyebar di masyarakat kian
memburuk.
6. Memicu perpecahan
Berita hoax umumnya dibumbuhi oleh unsur-unsur berbau sara,
banyak oknum-oknum yang memanfaatkan atau membuat berita hoax
untuk suatu kepentingan tersendiri, oknum-oknum ini pun memanfaatkan
media-media informasi yang dapat dijangkau oleh masyarakat seperti
contoh sosial media dan jejaring sosial lainnya, dengan sosial media
mereka secara brutal menebarkan hasutan dan provokasi dengan mudah.
7. Generasi muda menjadi intolaran dan diskriminatif

29
Anak muda adalah pengguna paling banyak disosial media, jika
mereka mendapati atau menemukan konten-konten berbau ujaran
kebencian merak akan mengarah untuk menjadi pribadi yang intoleran dan
deskriminatif, hal ini sangat berbahaya dikarenakan kalangan mudah
menjadikan internet sebagai rujukan utama mereka dalam mencari suatu
informasi, maka kurangilah penyebaran konten-konten yang bersifat
negatif seperti halnya provokasi dan hasutan hasutan yang berdampak
merugikan.
8. Konflik horizontal hingga genosida
Ujaran kebencian dapat menyebabkan terjadinya konflik horizontal,
konflik horizontal bisa menimpa pihak individu maupun kelompok,
konflik ini terjadi pada kelas yang sama seperti kelas sosial, kelas strata,
dan yang paling buruk adalah terjadinya peristiwa genosida.

Dampak hoax bisa saja lebih dari keempat dampak yang sudah
disebutkan, hoax tidak semata mengenai reputasi pihak korban yang
dijadikan hoax, namun banyak hal kompleks lainnya yang disebabkan oleh
hoax. Dengan dampak hoax yang demikian besarnya sebenarnya sudah
ada langkah yang diambil oleh pihak Kominfo untuk mengurangi
penyebaran hoax, selain melakukan pemblokiran pada situs yang diduga
memiliki unsur negatif nantinya pihak Kominfo juga akan melakukan
edukasi pada jurnalis dan masyarakat.Selain dari pihak pemerintahan
dibutuhkan lapisan lainnya untuk mengajak masyarakat lebih ‘melek’
terkait berita hoax, untungnya gerakan-gerakan anti hoax kini juga ikut
bergerak mengedukasi masyarakat yang dimana bergerak melalui sosial
media Facebook, serta dibutuhkannya media yang konsisten untuk
memberikan berita yang akurat.

I. Solusi Penanganan Hoax dan Ujaran Kebencian

1. Hati-hati dengan judul provokatif

30
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif,
misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun
bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar
menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax. Oleh
karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya
Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi,
kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan
demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh
kesimpulan yang lebih berimbang.
2. Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link,
cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang
belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan
domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan. Menurut
catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia
yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah
terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat
setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di
internet yang mesti diwaspadai.
3. Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari
institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya
apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber,
pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu
diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan
opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti,
sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga
memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
4. Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa
dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada

31
kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi
pembaca. Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan
mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom
pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-
gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax,
misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage &
Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup
Sekoci. Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu
informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang
sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi
sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan
tenaga banyak orang.

32
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Seiring berkembangnya teknologi pada saat ini, memang penggunaanya
sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Terutama penggunaan internet
dan social media. Peran internet dan social media menjadi sangat sentral dan
menjadikan wadah bagi seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, seperti
berniaga, sarana edukasi dan lainnya. Akan tetapi internet dan social media
yang sekarang semakin tidak terkendali, ada pihak-pihak atau orang-orang
yang menggunakan internet dan social media dengan cara yang tidak benar,
diantaranya yaitu Hoax dan Hate speech, dari kata Hoax dan Hate speech
memiliki keterikatan yaitu sama sama memberikan pengaruh negatif kepada
masyarakat. Jangan mau terperdaya oleh berita-berita hoax Karena si-
penyebar berita tersebut hanya mengincar keuntungan semata yaitu uang dari
hasil per-klik dari para pembaca berita tersebut.

B. Saran
Saran kami dalam menghadapi berita hoax dan hate speech, perlu
diketahui bahwa ada beberapa cara yaitu : Jangan mudah percaya dahulu,
periksa faktanya seperti sumbernya dari institusi pemerintahan, jangan mudah
percaya jika sumbernya berasal dari ormas-ormas, tokoh politik, website-

33
website yang mengatas namakan agama. Periksa alamat situsnya,
informasinya akan meragukan jika bukan domain website yang berbayar
seperti blogspot.com, wordpress.com weebly.com, dll. Contoh domain
website yang terverifikasi/berbayar yaitu seperti .com, .id, .go.id, .net, dll.
Cek keaslian foto/gambar bila berita tersebut disertakan dengan gambar,
biasanya para penyebar hoax mengedit fotonya agar masyarakat lebih
percaya.

Daftar Pustaka

https://news.detik.com/berita/d-3790973/selama-2017-polri-tangani-3325-kasus-
ujaran-kebencian
https://dailysocial.id/post/laporan-dailysocial-distribusi-hoax-di-media-sosial-
2018
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/02/08/21160841/kenapa.hoax.mudah.t
ersebar.di.indonesia.
http://www.academia.edu/35473186/Ancaman_Hoax_Terhadap_Sila_Persatuan_I
ndonesia_dan_Pentingnya_Literasi_Media
https://www.komunikasipraktis.com/2017/01/penyebab-hoax-cara-
mengetahui.html
https://tirto.id/mengapa-orang-membuat-ujaran-kebencian-cqJK
https://islami.co/asal-usul-kebencian-media-sosial/
http://inialamatnya.blogspot.com/2013/01/contoh-pembuatan-makalah-yang-baik-
dan.html?m=1
https://news.detik.com/berita/d-3790973/selama-2017-polri-tangani-3325-kasus-
ujaran-kebencian
https://nasional.kompas.com/read/2018/06/08/16095701/hingga-mei-2018-bkn-
terima-14-aduan-ujaran-kebencian-oleh-asn
https://news.detik.com/berita/d-3517151/polri-80-persen-kejahatan-siber-
didominasi-ujaran-kebencian

34
Contoh Berita Hoax Ahokers

35
Contoh Berita hoax Ratna Sarumpaet

Kiprah Saracen

36
Jensi berita bohong

Seberapa Sering menerima berita hoax

37
Ekspresi Ujaran kebencian

Saluran berita hoax

38
Penanganan ujaran kebencian

39

Anda mungkin juga menyukai