Anda di halaman 1dari 19

KLENTENG TJOE HWIE KIONG KEDIRI

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPS SD/MI

Dosen Pengampu:
Aulia Rohmawati, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Fafa Akhlaqul Aulia 21206012


2. Lilik Qurrotul A'yuni 21206015
3. Sirina Ulinuha Khumairoh 21206037
4. Nisa Nur Faizah 21206043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat, taufiq serta
hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan Makalah Pembelajaran SD/MI
yang berjudul “Sejarah Klenteng Tjoe Hwie Kiong” dengan tepat waktu. Kami
berterimakasih kepada pihak yang terkait yang telah membantu menyusun makalah ini
sampai selesai. Kami juga berterimakasih kepada Ibu Aulia Rahmawati M.Pd yang telah
memberikan tugas ini. Dengan adanya tugas ini dapat menambah wawasan bagi kita semua
khususnya bagi penulis. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah kami masih jauh dari
kata sempurna. Sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan
acuan dalam penyusunan artikel kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................7
A. Sejarah berdirinya Klenteng Tjoe Hwie Kiong di Kota Kediri.......................................7
1. Pendirian awal Klenteng Tjoe Hwie Kiong.................................................................7
2. Struktur dan Fungsi Klenteng Tjoe Hwie Kiong........................................................9
B. Proses Tradisi tradisi yang dilakukan di Klenteng Tjoe Hwie Kiong...........................10
1. Wayang Potehi...........................................................................................................10
2. Kirab..........................................................................................................................11
3. Imlek..........................................................................................................................11
4. Cap Go Meh...............................................................................................................11
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14
LAMPIRAN.............................................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kota Kediri merupakan kota menengah dengan luas wilayah 63,404 km² dan
masuk dalam Provinsi Jawa Timur. Kota kediri merupakan salah satu daerah di Provinsi
Jawa Timur yang memiliki ragam situs bersejarah. Salah satunya ialah Klenteng Tri
Darma Tjoe Hwie Kiong. Klenteng Tjoe Hwie Kiong, merupakan salah satu cagar budaya
yang dilindungi oleh Pemerintah Kota Kediri. Bangunan ini memiliki sejarah panjang
dengan usia yang mencapai 206 tahun. Berada di Jalan Yos Sudarso Nomor 148, Pakelan,
Kecamatan Kota, Kota Kediri, Jawa Timur 64129.

Dalam rangka melestarikan cagar budaya yang ada di Kediri, peneliti melakukan
riset dan kajian mengenai situs sejarah Klenteng Tjoe Hwie Kiong melalui berbagai
sumber dengan tujuan data yang diperoleh dapat dipaparkan secara mendetail dengan
harapan mampu menambah wawasan pembaca mengenai sejarah maupun tradisi yang ada
di Kota Kediri tepatnya Klenteng Tjoe Hwie Kiong. Selain itu, adanya kajian ini
merupakan salah satu bentuk toleransi beragama karena peneliti dapat mengetahui
peribadatan dan tradisi dari agama lain yang ada di Kota Kediri. Sebagai salah satu proses
pembelajaran disiplin ilmu pengetahuan sosial, adanya kunjungan situs sejarah yang
dilakukan para peneliti menghasilkan laporan mengenai sejarah dan tradisi yang ada di
Klenteng Tjoe Hwie Kiong. Adapun metode penelitian yang dilakukan melalui observasi
dan library research (kepustakaan), sehingga penelitian yang dihasilkan dipaparkan dalam
bentuk data deskriptif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya Klenteng Tjoe Hwie Kiong di Kota Kediri?


2. Bagaimana proses tradisi yang dilakukan di Klenteng Tjoe Hwie Kiong?

C. Tujuan

1. Mengetahui sejarah berdirinya klenteng Tjoe Hwie Kiong di Kota Kediri.


2. Mengetahui proses tradisi yang dilakukan di klenteng Tjoe Hwie Kiong.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada penulisan laporan dari kunjungan situs bersejarah Klenteng Tjoe Hwie Kiong,
peneliti juga menyertakan beberapa teori dan penelitian terdahulu sebagai referensi dan
perbandingan agar peneliti dapat menjadikan teori para peneliti terdahulu sebagai acuan
dalam penulisan laporan.

Penelitian pertama oleh Abdul Qodir tahun 2009 dengan judul “Pengaruh Klenteng
Kwan Sing Bio Terhadap Keberagamaan Warga Tionghoa”. Penelitian ini secara garis besar
menjelaskan tentang bagaimana klenteng Kwan Sing Bio dapat memberi motivasi
keberagamaan para penganut Tri Dharma untuk lebih meningkatkan keberagamaan umat Tri
Dharma. Dalam hal ini pihak pengurus mendatangkan para pendeta dari Tri Dharma dalam
setiap minggu sekali guna memberi pencerahan terhadap umat Tri Dharma. Penelitian ini
dilakukan di Tuban Jawa Timur.1 Adapun pertimbangan menggunakan penelitian terdahulu
karya Abdul Qodir untuk mengetahui teorinya mengenai ajaran Tri Dharma sebagaimana juga
akan dibahas dalam laporan kunjungan situs sejarah Klenteng Tjoe Hwie Kiong Kediri.
Penelitian yang dilakukan di Klenteng Kwan Sing Bio juga bertujuan untuk mengetahui
pengaruh klenteng Kwan Sing Bio terhadap keberagamaan umatnya dalam segi kepercayaan,
peribadatan, sosial, dan pengetahuannya. Sehingga, penelitian ini juga memaparkan
pandangan toleransi beragama yang damai.

Penelitian kedua, karya Dewi Hartati, Yulie Neila Chandra, dan Aprilliya Dwi dengan
judul “Klenteng Hok Lay Kiong Bekasi”. Adapun pertimbangan peneliti menggunakan hasil
penelitian karya Dewi Hartati, Yulie Neila Chandra, dan Aprilliya Dwi adalah teori-teori yang
dipakai untuk menjelaskan sistem-sistem budaya keagamaan yang ada di Klenteng Hok Lay
Kiong Bekasi. Penelitian ini secara garis besar menjelaskan perkembangan Klenteng dari
masa orde baru yang membawa dampak signifikan terhadap ajaran dan seni kebudayaan
Tionghoa, serta menjelaskan ajaran dengan garis besar tradisi dan Dewi-Dewi yang dianut
masyarakat Tionghoa. Hal ini menjadi pertimbangan dan rekomendasi karena penelitian
“Klenteng Hok Lay Kiong Bekasi” memaparkan dengan jelas. Sehingga, para peneliti maupun
pembaca awam dapat mengetahui dan menambah wawasannya tentang adat dan tradisi

1
Abdul Qodir. 2009. Pengaruh Klenteng Kwan Sing Bio Terhadap Keberagamaan Warga Tionghoa. Universitas
Islam Negeri syarif Hidayatulah Jakarta.

5
masyarakat Tionghoa. Meskipun demikian, pemaparan akan berbeda karena segi karakteristik
tempat dan topik yang peneliti lakukan.2

Penelitian ketiga, karya Herwiratno dengan judul “Kelenteng : Benteng Terakhir dan
Titik Awal Perkembangan Kebudayaan Tionghoa di Indonesia.” Sebagai salah satu bahan
referensi yang digunakan dengan pertimbangan bahwa artikel karya Herwiratno memaparkan
budaya masyarakat Tionghoa yang mengalami perubahan sejak insiden anti-Tionghoa pada
masa orde baru. Adapun peneliti menggunakan artikel sebagai bahan tinjauan pustaka yang
membahas awal sejarah klenteng berdiri di Indonesia hingga mengalami masa sulit dan
kembali bangkit. Penelitian ini juga membahas bahwa klenteng tidak hanya sebagai tempat
sumber ajaran spiritual, melainkan dapat digunakan sebagai penanda sejarah perkembangan
masyarakat Tionghoa, sebagai simbol ajaran berbagai kepercayaan, serta sebagai pusat
kegiatan sosial dan pembauran kesenian. Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan di
Klenteng Tjoe Hwie Kiong adalah pembahasan dan tradisi di daerah klenteng dengan ciri
khas masyarakat Kediri. Kemudian, pemaparan dilengkapi dengan hasil penelitian
Herwiratno untuk membahas perkembangan sejarah dan tradisi Tionghoa dari garis
besarnya.3

2
Dewi Hartati, Yulie Neila Chandra, dan Aprilliya Dwi. Klenteng Hok Lay Kiong Bekasi.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=http://repository.unsada.ac.id/
1032/1/Klenteng%2520Hok%2520Lay
%2520Kiong.pdf&ved=2ahUKEwjv1tzToOqBAxV8TmwGHZBzBW4QFnoECAkQAQ&usg=AOvVaw0ESk4
oVTJwB17cHYDUZnJ3 Diakses tanggal 10 September 2023 Pukul 7.48 WIB.
3
Herwiratno. 2007. Kelenteng : Benteng Terakhir dan Titik Awal Perkembangan Kebudayaan Tionghoa di
Indonesia. Vol. 1 Nomor 1 hal. 78-86. Jurnal Ljngua Cultura: Jakarta Timur.

6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Sejarah berdirinya Klenteng Tjoe Hwie Kiong di Kota Kediri

1. Pendirian awal Klenteng Tjoe Hwie Kiong


Kediri merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang tak luput dari
pengaruh Etnis Tionghoa. Etnis adalah suatu kelompok sosial yang memiliki
kesamaan sistem sosial dan kebudayaan dengan arti atau kedudukan tertentu
berdasarkan garis keturunan yang sama. yang eksis di Indonesia adalah Etnis
Tionghoa. Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mendorong dilakukannya
migrasi orang Cina ke Nusantara, selain itu terdapat faktor lain yang mendorong
orang Cina melakukan migrasi ke Nusantara, yaitu karena keadaan politik seperti
Perang Candu 1839, Pemberontakan Taiping 1851 serta krisis ekonomi yang terjadi
berulang kali seperti wabah kelaparan akibat kegagalan panen telah mendorong ribuan
imigran dari Cina Selatan mencari pekerjaan di luar negeri. Sungai Brantas adalah
jalur yang memiliki peran penting di masa lampau. Tak terkecuali masyarakat Etnis
Tionghoa yang sering melewati di Sungai Brantas untuk melakukan perjalanan
maupun perdagangan. Hal ini dapat dilihat dari dibangunnya Klenteng Tjoe Hwie
Kiong di pinggir sungai Brantas. Salah satu kebiasaan perantau Cina adalah selalu
membawa Dewa mereka saat bepergian. Mereka sering berhenti sejenak untuk
melakukan doa. Berdasarkan kebiasaan tersebut, kawasan yang sekarang telah berdiri
klenteng, dulunya sering didatangi perantau Cina untuk berdoa.
Ada banyak versi cerita tentang siapa dan bagaimana pendirian klenteng Tjoe
Hwie Kiong ini. Bahkan pengurus klenteng pun hingga kini tak bisa memastikan
siapa pendiri sebenarnya. Klenteng Tjoe Hwie Kiong berdiri sekitar tahun 1817,
usianya sudah lebih dari 200 tahun dan tidak dibangun oleh satu orang. Namun
dibangun dari sumbangan orang-orang yang sering berdoa di tempat tersebut. Jadi
dapat disimpulkan bahwa seorang musafir dari Tiongkok yang singgah ke Kota Kediri
dulunya masuk dalam jalur perdagangan melalui jalur air yang melintas di Sungai
Brantas. Musafir membawa dewa mereka yakni Dewi Laut atau Thian Sang Sing Bo
karena sudah menjadi suatu kebiasaan musafir atau perantau dari China untuk
membawa dewa mereka untuk melakukan ibadah dan mendirikan tempat sederhana
untuk berdo'a. Dewi Thian Sang Sing Bo sebagai tuan rumah terletak di tengah
bangunan utama yang menghadap ke Sungai Brantas berdasarkan pertama kali

7
musafir meletakkan Dewi Thian Sang Sing Bo persis di sisi Sungai Brantas inilah
yang menjadi alas an kenapa Klenteng berada tepat di sisi timur Sungai Brantas.
Klenteng Klenteng Tjoe Hwie Kiong sudah ada sekitar tahun 1800 di Jl. Yos
Sudarso No 148, Pakelan, Kota Kediri, Jawa Timur, Hal ini diketahui dari tulisan
tahun dari barang-barang yang disumbangkan di Klenteng Tjoe Hwie Kiong. 4 Adanya
Klenteng Tjoe Hwie Kiong menunjukkan jejak masyarakat Tionghoa di Kediri.
Klenteng Tjoe Hwie Kiong merupakan kelenteng Tri Dharma atau “tiga ajaran
kebenaran” yaitu Tao, Budha dan Konghucu. Pada awalnya ketika mengambil
dokumentasi hanya diperbolehkan memotret bagian luar saja tetapi pada saat ini
sudah diperbolehkan mengambil dokumentasi dibagian dalam namun tidak semua
sudut diperbolehkan seperti gedung utama, didalam gedung utama terdapat patung
patung dewa / dewi, altar untuk persembahan, dan dekorasi artistik yang
mencerminkan warisan budaya dan kepercayaan 3 agama tersebut. Pada klenteng ini
terdapat 3 gedung yaitu Gedung utama, mitra graha, dan prasada graha. Berikut
penjelasannya:
a. Gedung utama
Merupakan Gedung tertua yang didirikan sekitar tahun 1817 oleh musafir
china. Fungsi dari Gedung ini adalah tempat beribadah bagi kepercayaan tri
dharma. Tri dharma ini menjadi salah satu daya Tarik atau keunikan klenteng
ini yang mana dapat membuktikan bahwa pada zaman dahulu khususnya etnis
tionghoa dikediri sangat menghargai adanya keberagaman agama dan sikap
toleransi.
b. Mitra graha
Gedung ini diresmikan oleh walikota kota kediri sejak tahun 1982. Gedung ini
merupakan Gedung serbaguna yang biasanya dimanfaatkan hiburan bagi
lansia setempat.
c. Prasada graha
Prasada graha merupakan gedung yang paling baru dan dibangun oleh PT.
Gudang Garam pada 24 Mei 2011. Prasada graha juga termasuk gedung
serbaguna yang biasanya digunakan sebagai badminton oleh masyarakat
sekitar.

4
Dena Mahardiana, “AKTIVITAS SOSIAL EKONOMI PECINAN KEDIRI TAHUN 1900-1930,” AVATARA, e-Journal
Pendidikan Sejarah 11, no. 1 (2021): 2.

8
Pintu gerbang Klenteng Tjoe Hwie Kiong terbuat dari dinding susunan bata
berwarna merah menyala dan garis kuning. Lubang masuk ke dalam kelenteng
berbentuk lengkung bertulis "Yayasan Tri Dharma Tjoe Hwie Kiong Kediri", dan
hiasan guci serta di atas temboknya. Di luar bangunan utama, disamping ada
bangunan mirip rumah panggung berukuran kecil bercat merah yang biasa digunakan
sebagai pertunjukan wayang potehi, pada waktu tertentu.

2. Struktur dan Fungsi Klenteng Tjoe Hwie Kiong


Klenteng yang dibilang cukup tua ini menjadil tempat ibadah Tionghoa yang
memiliki nilai historis. Tri Darma, penyebab klenteng ini dinamakan nama tersebut
karena klenteng ini digunakan untuk tiga penganut yaitu penganut Tao, Budha dan
Konghucu. Klenteng ini juga menjadi salah satu cagar budaya di Kediri, menjadi
objek wisata
Memasuki halaman klenteng yang begitu luas ini terlihat bangunan utama
klenteng berikut bangunan pendukung lainnya. Sebelum masuk bangunan utama,
tepat di depan pintu terdapat hiolo (tempat menancapkan hio) yang terbuat dari
kuningan. Di sebelah kiri dan kanan pintu masuk ada kan chuang (jendela rendah
yang dapat memberikan pemandangan keliling dan berbentuk bulat. Di atas
wuwungan, terlihat huo zhu (mutiara api berbentuk bola) ditaruh di atas kepala
orang dan diapit oleh dua xing long (naga berjalan). Sedangkan, di kanan di depan
bangunan utama terdapat kim lo (tempat pembakaran kertas persembahyangan).
Lanjut ke dalam, akan dijumpai beberapa altar untuk memuja para dewa, di
antaranya altar Tri Nabi Agung. Altar sebelah kiri yang berlogo Yin-Yang berisi
rupang Lao Tze yang digunakan sebagai altar pemujaan penganut Tau. Di tengah
ada altar berlogo Swastika berisi rupang Buddha Sakyamuni yang diperuntukkan
bagi penganut Budda, dan yang di sebelah kanan berupa altar berlogo Genta adalah
rupang Kong Hu Cu yang digunakan bagi penganut Kong Hu Cu. Keluar dari
bangunan utama searah mata memandang ke barat, Anda akan melihat bangunan
mirip rumah panggung berukuran kecil bercat merah. Panggung ini digunakan
untuk pertunjukkan wayang potehi. Anda bisa menonton sambil duduk yang telah
disediakan oleh pengurus klenteng.
Wayang ini akan dilakonkan pada sore (15.00 WIB – 17.00 WIB) maupun
malam hari (19.00 WIB-21.00 WIB) tapi tidak setiap hari. Pagelaran wayang
Potehi ini berdasarkan pemesanan dari jemaatannya.

9
Tepat di belakang panggung wayang Potehi, berdiri menjulang patung Makco
Thian Siang Sing Boo. Patung seberat 18, 7 ton dengan tinggi 5 meter ini sengaja
didatangkan dari Desa Buthien, Tiongkok, yang diyakini sebagai asal Makco pada
9 Oktober 2011. Makco, di kalangan orang Tionghoa dikenal sebagai dewi
penolong yang welas asih. Sehingga, harapan dipasangnya patung Makco yang
menghadap langsung ke Sungai Brantas ini adalah untuk menjaga keamanan,
ketertiban dan kedamaian masyarakat Kota Kediri.
Selain bangunan utama klenteng yang menghadap ke barat atau Sungai Brantas, di
sebelah kanan terdapat gedung Mitra Graha berlantai 2. Gedung ini digunakan
untuk mendukung bagi bangunan klenteng secara keseluruhan. Sedangkan, di
sebelah kiri klenteng terdapat gedung Pasada Graha. Gedung ini dibangun oleh PT.
Gudang garam Tbk pada 24 Mei 2011. Selain untuk acara yang berhubungan
dengan agenda klenteng, gedung berlantai 3 ini juga bisa disewakan untuk umum.5.

B. Proses Tradisi tradisi yang dilakukan di Klenteng Tjoe Hwie Kiong

1. Wayang Potehi
Tradisi yang rutin digelar yaitu adanya pertunjukan wayang potehi
semenjak tahun 19836. Pertunjukan wayang potehi merupakan salah satu
upacara peringatan ulang tahun sang Dewi Samudra Makco. Wayang potehi
merupakan seni pertunjukan boneka tradisional asal Cina Selatan. “Potehi”
berasal dari akar kata “pou” (kain), “te” (kantong), dan “hi” (wayang).
Mempunyai makna wayang yang berbentuk kantong dari kain. Wayang ini
dimainkan menggunakan kelima jari. Tiga jari tengah mengendalikan kepala,
sementara ibu jari dan kelingking mengendalikan tangan sang wayang.
Kesenian tradisional dari Tionghoa ini telah berkembang selama kurang lebih
3.000 tahun lalu telah ada sejak Dinasti Jin (265-420 M) 7. Pertunjukan wayang
ini biasanya dilakukan selama tiga bulan berturut-turut. Dan dilaksanakan
dalam dua pagelaran, yaitu pagelaran pertama pada jam 14.00-16.00 dan
pagelaran kedua pada jam 17.00-19.00. Pemilihan kisah pagelaran wayang
potehi tidak sembarangan, kisah yang akan disajikan pasti melalui ritual
persembahan terlebih dahulu. Kisah yang disajikan biasanya seputar legenda
dan budaya di Tiongkok. Meskipun setiap tahunnya jumlah penonton semakin
5
Direktori Pariwisata Indonesia, “Direktori Pariwisata Indonesia” (Kediri, n.d.).
6

7
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/wayang-potehi/ .

10
menurun, hal ini tidak menjadi masalah. Karena pada dasarnya, pagelaran
wayang potehi ini dipersembahkan untuk para dewa.

2. Kirab
Kirab menurut KBBI adalah perjalanan bersama-sama atau beriring-iring
secara teratur dan berurutan dari muka ke belakang dalam suatu rangkaian upacara.
Kirab yang diadakan oleh Klenteng Tjoe Hwie Kiong diadakan dalam rangka HUT
YM Mazu Thian Shang Sheng Mu. Thian Shang Sheng Mu merupakan patung Mazo
(Makco). Pada Kirab ini Patung Mazo yang didampingi tandu Nacha sebagai
pemimpin pengawal dan tandu Jendral Harimau Putih diarak keliling kota Kediri.
Kirab ritual ini digelar pada puncak peringatan tepatnya pada tanggal 12 Mei.
Rute dari Kirab ini dimulai dari Klenteng Tjoe Hwie Kiong kota Kediri
dengan rute Jl.Yos Sudarso - Jl.Mayjend Sungkono - Jl.Diponegoro - Jl.Hasanudin -
Jl.Pemuda - Jl.Hayam Wuruk - Jl.Dhoho - Jl.Yos Sudarso untuk kembali ke Klenteng.
Total jarak yang ditempuh adalah 4,5 km. Dari titik tersebut diputar sebanyak 3 kali
sebagai bentuk ritual pembersihan. Selelah selesai kirab, ratusan umat yang ikut bagian
menggelar doa bersama di altar utama klenteng. Kemudian mereka yang sudah
melakukan doa akan mendapat tanda dahi sebagai ucapan rasa syukur dapat melakukan
peringatan bersama-sama.

3. Imlek
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis Imlek
memiliki arti yaitu tahun baru Cina yang jatuh pada tanggal satu bulan
pertama di awal tahun. Dalam bahasa Tiongkok, Im memiliki arti “bulan”,
sedangkan Lek artinya “penanggalan”. Di klenteng tjoe hwie kiong Kediri
ada beberapa kegiatan atau hal yang dilakukan sebelum Imlek yaitu
penampilan aksi barongsai, tari naga atau Liang Liong, bersih-bersih Klenteng
seperti bersih-bersih altar (pembersihan altar dan patung ini dilakukan secara
bersama-sama. Oleh lebih dari 30 orang.), pada waktu malam Imlek ada
kegiatan sembahyang.

4. Cap Go Meh
Cap Go Meh berasal dari kata “Cap Go” yang berarti “lima belas” dan
“Meh” artinya “malam”, jadi Cap Go Meh secara harfiah memiliki arti
“malam ke lima belas”. Festival Cap Go Meh merupakan puncak perayaan
tahun baru imlek. Biasanya rangkaian acara pada festival ini adalah
sembahyang Cap Go Meh, Wushu, Barongsai, Koor anak-anak, tari-tarian

11
serta bazar kuliner. Dalam kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Klengteng
Tri Dharma Tjoe Hwie Kiong, Prayitno mengatakan Imlek merupakan
pengucapan syukur karena ditahun lalu telah dibimbing, diberkahi oleh Tuhan
Yang Maha Kuasa, "Malam ini kita juga ada ritual pengucapan syukur supaya
kita semua tetap rukun damai menjalani tahun-tahun yang akan datang. Serta
Kota Kediri semakin aman dan kondusif," ujarnya. Pada festival ini, disajikan
juga ratusan piring lontong untuk para pengunjung yang datang. Pada tahun
ini, ada kurang lebih 550 porsi lontong yang disajikan untuk dimakan bersama
saat merayakan Cap Go Meh sebagai rangkaian penutupan perayaan tahun
baru Imlek.

12
BAB IV
PENUTUP

Klenteng Tjoe Hwie Kiong merupakan cagar budaya yang ada di Indonesia tepatnya
di Kediri. Klenteng ini pada kurang lebih 200 tahun yang lalu oleh musafir dari cina yang
melakukan perjalanan perjalanan. Klenteng Tjoe Hwie Kiong merupakanklenteng Tri
Dharma atau tiga ajaran yaitu meliputi ajaran Taou, Buddha dan Konghucu.

Seiring berjalannya waktu hingga saaat ini banyak tradisi-tradisi yang ada di Klenteng
Tjoe Hwi Kiong yaitu Wayang Potehi yang ada semenjak tahun 1983, Kirab yang selalu
diadakan pada tanggal 12 Mei, Imlek yaitu tahun baru cina, Cap Go Meh yang ada pada
puncak perayaan Imlek.

13
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Direktori Pariwisata. “Direktori Pariwisata Indonesia.” Kediri, n.d.

Mahardiana, Dena. “AKTIVITAS SOSIAL EKONOMI PECINAN KEDIRI TAHUN 1900-


1930.” AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah 11, no. 1 (2021): 1–11.

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/wayang-potehi/ .

Abdul Qodir. 2009. Pengaruh Klenteng Kwan Sing Bio Terhadap Keberagamaan Warga Tionghoa.
Universitas Islam Negeri syarif Hidayatulah Jakarta.

Dewi Hartati, Yulie Neila Chandra, dan Aprilliya Dwi. Klenteng Hok Lay Kiong Bekasi.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=http://
repository.unsada.ac.id/1032/1/Klenteng%2520Hok%2520Lay
%2520Kiong.pdf&ved=2ahUKEwjv1tzToOqBAxV8TmwGHZBzBW4QFnoECAkQAQ&usg=AOvVa
w0ESk4oVTJwB17cHYDUZnJ3 Diakses tanggal 10 September 2023 Pukul 7.48 WIB.
Herwiratno. 2007. Kelenteng : Benteng Terakhir dan Titik Awal Perkembangan Kebudayaan Tionghoa
di Indonesia. Vol. 1 Nomor 1 hal. 78-86. Jurnal Ljngua Cultura: Jakarta Timur.

14
LAMPIRAN
Gambar 1.1 Pintu Masuk Klenteng Tjoe Hwie Kiong

Gambar 1.2 Gedung Utama dan Mitra Graha

15
Gambar 1.3 Halaman Belakang Klenteng Tjoe Hwie Kiong

Gambar 1.4 Bangunan Dibawah Thian Sang Sing Bo

16
Gambar 1.5 Prasasti Peresmian Klenteng Tjoe Hwie Kiong Peraturan Cagar Budaya

Gambar 1.6 Prasada Graha

17
Gambar 1.7 Thian Sang Sing Bo

Gambar 1.8 Prasasti Peresmian Prasada Graha yang Dibangun PT. Gudang Garam

18
Gambar 1.9 Tampak Belakang dari Thian Sang Sing Bo

Gambar 2.0 Tampak Belakang dari Thian Sang Sing Bo

19

Anda mungkin juga menyukai