Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

Oleh:

Anju Efreddi Sihombing (4133321013)

Dosen Pengampu: Dr. Naeklan Simbolon, M.Pd

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA AN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2015
KATA PENGANTAR

       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Filsafat Pendidikan ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa itu pengertian
filsafat pendidikan, filsafat pendidikan sebagai sistem, substansi filsafat
pendidikan dan hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Medan, 20 November 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................

Daftar Isi.............................................................................................................................

Abstark................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3 Tujuan................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan..........................................................................


2.2 Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem...................................................................
2.3 Substansi Filsafat Pendidikan............................................................................
2.4 Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan..............................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

3.1 Kesimpulan......................................................................................................

3.2 Saran................................................................................................................

Daftar Pustaka....................................................................................................................
ABSTRAK

Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari


fundasi-fundasi pendidikan. Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu
mengetengahkan konsep-konsep dasar pendidikan. Di Indonesia sendiri
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan undang-undang
pendidikan merupakan dasar atau landasan utama terhadap pelaksanaan
pendidikan. Hal ini yang menjadikan Pancasila, atau khususnya Filsafat
Pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan,
dan nilai-nilai serta norma-norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 itu melingkupi pendidikan secara keseluruhan, baik itu mengenai
teori maupun mengenai  praktek.
Dengan berpijak pada pandangan tentang kedudukan filsafat dan
filsafat pendidikan Pancasila sebagai filsafat terbuka, maka sikap
konvergensi atau elektif inkorpatif terhadap filsafat atau filsafat
pendidikan yang berasal dari luar perlu dikembangkan. Dengan
mempelajari filsafat dan filsafat pendidikandari luar pad hakekatnya
adalah upaya untuk memperkaya atau meperkuat substansi dari pada
filsafat pendidikan telah berada pada peringkat lanjut.

Kata Kunci : Filsafat,Pendidikan,Hakikat.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu


berusaha untuk mengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa
adanya sesuatu itu, selalu ingin tahu apa yang ada dibalik yang dilihat dan
diamati. Segala sesuatu yang dilihatnya, dialaminya, dan gejala yang terjadi di
lingkungannya selalu dipertanyakan dan dianalisis atau dikaji. Ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu keheranan, kesangsian, dan kesadaran
atas keterbatasan. Berfilsafat kerap kali didorong untuk mengetahui apa yang telah
tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas.

Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa


terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh
panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak
yang berpaling kepada agama atau kepercayaan Ilahiah. Tetapi sudah sejak awal
sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia
menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang
ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari tahu itu
menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-
ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat
dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
adalah pengetahuan yang; (1) disusun metodis, sistematis dan koheren (saling
mempengaruhi ) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), dan yang
(2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) tersebut. Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal
yang khusus dari kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu
tentang seluruh kenyataan (realitas). Jauh sebelum manusia menemukan dan
menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu
sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain
sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang
berbagai hakikat apa yang mereka lihat.

Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah
jawaban filsafat. Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat
yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh
mungkin bagi manusia.

Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.


Setidaknya ada tiga peran utama yang dimiliki yaitu sebagai pendobrak,
pembebas, dan pembimbing Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-
potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun
karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis,
dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah
filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan sebagai suatu sistem?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan substansi filsafat pendidikan?

1.2.3 Apa hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui pengertian filsafat pendidikan sebagai suatu sistem.

1.3.2 Mengetahui dan dapat menjelaskan pengertian substansi filsafat pendidikan.

1.3.3 Mengetahui hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan

Filasafat pendidikan sebagai philosohycal approach to education merupakan


suatu bentuk applied philosophy yang bersayap tioritis dan praktis.

 Teoritis- tentang norma- norma hidup


 Praktis- berhubungan dengan tindakan atas norma-norma
( Burhanuddin,2011: 66)

Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara


mendalam sampai ke akar-akarnya mengenal pendidikan. (Sutisna Oteng,1990).
Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang Filsafat pendidikan diantaranya
sebagai berikut:

1. Al- syaibany
Filsafat pendidikan adalah aktivitas fikiran yang teratur yang menjadikan filasafat
tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses
pendidikan.

2. Jhon dewey
Filasafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik yang menyangkut daya fikir ( intelektual) maupun daya
perasaan( emosional), menuju tabiat manusia.

3. Imam barnadid
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam bidasng pendidikan baginya filsafat pendidikan
merupakan aplikasi suatu analaisis filosofis terhadap bidang pendidikan.
4. Brubachen
Filsafat penddikan adalah seperti menaruh sebuah kereta didepan seekor kuda, dan
filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat
pendidikan berdiri secara bebas memperoeh keuntungan karena mempunyai
kaitan dengan filsafat umum.

5. Randal curren
Filsafat pendidikan adalah penerapan serangkaian keyakinan-keyakinan filsafat
dalam praktik pendidikan

Dengan pengertian konsep pendidikan sehingga dapat dijelaskan mengenai


filsafat pendidikan.Hal ini jelas menyangkut suatu pengertian konsep filsafat yang
diterapakan kedalam bidang pendidikan.Menurut Dictionary of Education oleh
Carter V.Good;filsafat pendidikan itu adalah:
1. Suatu upaya yang hati-hati,kritis dan sistematik secara intelektual untuk
melihat pendidikan sebagai suatu keseluruhan dan sebagai satu bagian
keseluruhan dari budaya manusia.
2. Suatu filsafat yang menyangkut atau yang diterapkan terhadap proses
pendidikan umum atau pendidikan swasta dan digunakan sebagi dasra bagi
ketentuan umum,bagi penafsirannya dan untuk mengevaluasi masalah-
masalah pendidikan yang menyangkut tujuan,pelaksanaan sehari-
hari,hasil-hasilnya,keperluan-keperluan siswa dan masyarakat,bahan-
bahan yang digunakan dalam belajar dan semua segi yang diperlukan
dilapangan.

Sebagai kesimpulan,bahwa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan itu


adalah usaha-usaha untuk memahami sedalam-dalamnya hakikat pendidikan dari
berbagai segi seperti eksistensi,fungsi,ciri-ciri,kegunaan,pelaku,hasil-
hasil,tujuan,kurikulum,masalah-masalah serta cara-cara memecahkan masalah itu.
Bedasarkan tulisan Zanti Arbi (1988) dalam (Pidarta Made.2007:45) yang
menceritakan tentang maksud filsafat pendidikan sebagai berikut:
1. Menginspirasikan
2. Menganalisis
3. Mempreskriptifkan
4. Menginvestigasi

Maksud dari menginspirasikan adalah memberi inspirasi kepada para


pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat
tentang pendidikan, filosof memaparkan idenya bagaimana pendidikan itu, ke
mana diarahkan pendidikan itu, siapa saja yang patut menerima pendidikan, dan
bagaimana cara mendidik serta peran pendidik. Sudah tentu ide – ide ini didasari
oleh asumsi – asumsi tertentu tentang anak manusia, masyarajat atau lingkungan,
dan negara. Salah satu conoh filsafat menginspirasikan adalah buku Emile karya
Rousseau. Dia ingin memberi inspirasi kepada para pendidik tentang pendidikan
naturalis, atau mempengaruhi para pendidik untuk mengikuti idenya mengenai
pendidikan alami. Dalam buku ini Rousseau menceritakan bahwa anak – anak
tidak perlu diarahkan atau melalui metode – metode tertentu. Mereka cukup
dihindarkan dari kemungkinan kena bencana berat saja. Selebihnya biarlah
mereka berkembang sendiri di alam, biar alam yang mendidik mereka, biar
mereka mendapatkan pengalaman langsung sendiri – sendiri. Dari pengalaman –
pengalaman ini mereka akan belajar banyak dan berkembang secara perlahan –
lahan.
Sementara itu yang dimaksud dengan menganalisis dalam filsafat
pendidikan adalah memeriksa secra teliti bagian – bagian pendidikan agar dapat
dikatehui secara jelas validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam menyusun
konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancuan, tumpang tindih, serta arah
yang simpang siur. Dengan demikian ide – ide yang kompleks bisa dijernihkan
terlebih dahulu, tujuan pendidikan yang jelas, dan alay – alatnya juga dapat
ditentukan yang tepat.
Francis Bacon dalam bukunya The Advancement of Learning
mengemukakan tesis bahwa kebanyakan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia
mengandung unsur – unsur validitas yang bermanfaat dalam menyelesaikan
persoalan – persoalan sehari – hari, bila pengetahuan itu dibersihkan dari salah
konsep yang telah berlangsung selama bertahun – tahun. Bacon menggunakan
logika induktif sebagai teknik kritis atau analisis untuk menemukan arti
pendidikan yang dapat diandalkan.
Filsafat pendidikan sebagai mana cabang filsafat lainnya mencakup
sekurang-kurangnya tiga cabang utama dari filsafat yakni,ontologo,epistomologi
dan aksiologi.Dapat dikatakan bahwa ontology membicarakan tatanan dan
struktur kenyataan dalam arti yang luas.Atas dasar pengertian dari ontologi
tersebut,maka pandangan ontology dari pendidikan adalah manusia,makhluk
mulia,potensi,interaksi,budaya dan lingkungan.
Epistemologi menyelidiki secara kritis hakikat,landasan,batas-batas dan
patokan kesahihan pengetahuan.Epistemologi pendidikan dimaksudkan mencari
sumber-sumber pengetahuan dan kebenaran dalam praktek pelaksanaan
pendidikan.Landasan aksiologi dalam praktek pelaksanaan pendidikan
didasarkan pada nilia-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
menekankan bahwa pendidikan dimaksudkan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa.Kehidupan bangsa mencakup seluruh bangsa;warga Negara tua-
muda,kaya-miskin,di kota-di desa tanpa memamndang latar belakang dan cerdas
dalam hidup dan kehidupan,kognitif,psikomotor,dan afektif,totalitas dan
integratif(Edward Purba dan Yusnadi.2015:13).
Oleh karena filsafat pendidikan mengaitkan pengertian filsafat dan pendidikan
maka ada baiknya secara umum dan ringkas dijelaskan batasan dalam rangka
memahami arti pendidikan itu sendiri.
Menurut Arthur K.Ellis dan kawan-kawan:education is the sum total of
learning of experiences during a life time,not just organized formal learning
experiences.It is a process by which a person gains understanding of self,as well
as the environment.”Dengan bahasa Indonesia bebas dapat dikatakan
bahwa,pendidikan dalah jumlah keseluruhan dari pengalaman-pengalaman belajar
seseorang selama hidup,tidak saja yang diperoleh melalui belajar dari organisasi
formal disekolah-sekolah tetapi mencakup semua pengalaman-pengalaman
belajar.Seluruh pengalaman itu adalah suatu proses dan melalui proses itulah
seseorang memperoleh pengertian dan pemahaman tentang dia sebagaimana ia
mengerti llingkungannya.
Filsafat pendidikan yang bersifat perenialisme yang berpusat pada
pelestarian dan pengembangan budaya dan sifat pendidikan yang progresif yang
berpusat pada pengembangan subjek didik perlu disempurnakan.Filsafat
pendidikan yang bersifat perenialisme dan progresif yng melihat subjek didik
sebagai bagian dari warga dunia,dan mengingatkan dengan sungguh-sungguh agar
warga Negara tidak didikte oleh perubahan tetapi mampu bertindak sebagai
bangsa yang mampu member alternative.Dengan dasar itu,maka misi pendidikan
nasional dalam hal ini disebabkan sebagai rekonstruksi social.

2.2 Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem


Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem barasal dari bahasa Yunani
yaitusystema yang berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti
“system, susunan, jaringan, cara”. System juga diartikan “suatu strategi, cara
berpikir atau model berpikir”.Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan
suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang
dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya
agar anak tersebut mencapai kedewasaan(Hadiwijono Harun,1980:45).
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab.Untuk
mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kehidupan bangsa mencakup
seluruh bangsa; warga Negara tua-muda, kaya-miskin, di kota–di desa, tanpa
memandang latar belakang dan cerdas dalam hidup dan kehidupan,kognitif,
piskomotor, dan afektif, totalitas dan integratif.
Filsafat pendidikan terujud dengan menarik garis linier, antara filsafat dan
pendidikan. Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung dalam
pendidikan dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal
dari satu cabang atau aliran filsafat, misalnya dengan idealisme. Bila konsep dasar
tentang kenyataan yang pada hakikatnya, menurut idealisme, adalah sama dengan
hal-hal bersifat kerohanian ataupun yang lain yang sejenis dengan itu, maka
pendidikan itu adalam mengutamakan perkembangan aspek aspek spritual dan
kerohanian pada peserta didik.
Pendekatan lain yang akan dikembangkan adalah ketika pendidikan itu
menghadapi masalah atau keadaan yang tidak seperti yang diharapkan, pasti
memerlukan jawaban yang tidak semata-mata berada dalam ruang lingkup
pendidikan. Misalnya tentang manusia seutuhnya, untuk memperjelas konsep ini
memerlukan penjelesan dari filsafat. Bila hal ini akan dijawab dengan
menggunakan ilmu pengetahuan yang lain, jawaban itu tidak dapat seketika secara
spekulatif seperti halnya dalam filsafat. Kemungkinan-kemungkinan tersebut
dengan mengingat tujuan pendidikan bila dikembangkan secara proporsional akan
sangat memadai dalam mengisi fundasi-fundasi ilmu pendidikan, sebagai bagian
utama dalam ilmu pendidikan umumnya.

McAshan(1983) mendefinisikan sistem sebagai strategi yang menyeluruh


atau rencana dikomposisi oleh satu set elemen,yang harmonis,merepresentasikan
kesatuan unit,masing-masing elemen mempunyai tujuan sendiri yang semuanya
berkaitan terururt dalam bentuk yang logis.Sementara itu Immegart(1972)
mengatakan esensi system adalah merupakan suatu keseluruhan yang memiliki
bagian-bagian yang tersusun secara sistematis,bagian-bagian itu berelasi satu
dengan yang lain,serta peduli terhadap konteks lingkungannya.Dari kedua
pendapat diatas jelaslah system itu memiliki struktur yang teratur.Sistem terdiri
dari beberapa subsistem,setip subsistem mungkin terdiri dari beberapa sub-
subsistem,selanjutnya setiap sub-subsistem,begitu seterusnya sampai bagian itu
tidak dapat dibagi lagi yang disebut komponen.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan ciri-ciri sebuah system sebagai berikut:

1. Merupakan suatu kesatuan atau holistik.Istilah holistic mengandung


makna menyeluruh atau utuh.Pendekatan holistic memandang manusia
secara utuh,dalam arti manusia dalam unsure kognitif,afeksi dan
perilakunya.Manusia juga tidak bias berdiri sendiri,namun terkait erat
dengan lingkungannya.Manusia tidak bias terlepas dari manusia
lain,demikian pula dengan lingkungan fisik atau alam sekitarnya.Manusia
juga tergantung kepada Tuhan YME selaku pencipta dan penentu
hidupnya.
2. Contohnya menghantarkan anak untuk menyeimbangkan antara belajar
individual dengan kelompok,antara isi dengan proses,antara pengetahuan
dengan imajinasi,antara rasional dengan intuisi dan antara kuantitatif
dengan kualitatif.
3. Memiliki bagian-bagian yang tersusun sistematis dan berhierarki.Artinya
bahwa system itu memiliki tingkatan-tingkatan mulai dari yang mendasar
sampai tingkatan yang tinggi.Contohnya system dalam lembaga
pendidikan ada tingkatan yang disebut mulai dari siswa atau pelajar,tenaga
tata usaha,tenaga pengajar(guru)sampai tingkat yang tinggi kepala sekolah.
4. Bagian-bagian itu berelasi satu dengan yang lain.Semua yang berada
dalam sebuah system akan membentuk hubungan timbale balik antar
individu dengan lingkungan.Misalnya system dalam ruangan kelas ada
guru dan pelajar yang menimbulkan adanya komunikasi antara guru dan
pelajar dalam PBM.
5. Konsem terhadap konteks lingkungannya.

Balpoin misalnya sebagai suatu system,merupakan suatu


kesatuan.Bagiannya terdiri dari tutup dan badan.Badan terdiri dari bagian luar dan
isi.Isi terdiri dari buluh,tinta dan bola/ujung.Bagian-bagian itu dalah bertingkat
dan berelasi satu dengan yang lain.Sedangkan konsep terhadap lingkungan
tampak pada badannya yang enak dipegang keetika menulis,bola/ujungnya lancip
sehingga tulisannya menjadi baik,dan tutpnya diisi cantelan sehingga bias
digantungkan dikantong.
Sistem itu adalah sebagai suatu strategi,cara berpikir,atau model
berpikir.Ini berarti ada model berpikir system dan adapula model berpikir
nonsistem.Melaksanakan pendidikan agama secara system akan menekankan pada
semua aspeknya secara berimbang seperti
pemahaman,hafalan,penghayatan,tindakan sehari-hari pergaulan di masyarakat
dan sebagainya.Tetapi bila melaksanakan dengan nonsistem mungkin akan
menekankan tentang tata cara sembahyang saja.Secara konsep berpikir secara
system dipandang lebih baik daripada secara nonsistem dalam melaksankan atau
menyelesaikan masalah tertentu(Sidi Gajalba,1973:89).

Pendidikan merupakan sistem terbuka oleh sebab tidak mungkin


pendidikan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik bila ia mengisolasi diri
dengan lingkungan.Pendidikan berada di masyarakat,ia adalah milik
masyarakat.Itulah sebabnya pemerintah menegaskan bahwa pendidikn adalah
menjadi tanggung jawab pemerintah/sekolah,orangtua,dan masyarakat.Oleh
karena keberadaan pendidikan seperti itu maka apa yang berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat akan berpengaruh pula terhadap pendidikan.Faktor-faktor
itu akan memberikan um[an balik dan atau memberikan tekanan kepada
pendidikan(Made Pidarta,2007:30).

Jadi pendidikan sebagai system berada bersama,terikat dan tertenun di


dalam suprasistemnya yang terdiri dari tujuh system(filsafat
Negara,agama,sosial,kebudayaan,ekonomi,politik dan demografi).Berarti
membangun suatu lembaga pendidikan baru atau memperbiki lembaga pendidikan
lama tidak dapat memisahkan diri dari suprasisitem tersebut.

2.3 Substansi Filsafat Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-


fundasi pendidikan. Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan
konsep-konsep dasar pendidikan. Di Indonesia sendiri Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 dan undang-undang pendidikan merupakan dasar atau
landasan utama terhadap pelaksanaan pendidikan. Hal ini yang menjadikan
Pancasila, atau khususnya Filsafat Pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam
wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta norma-norma Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 itu melingkupi pendidikan secara keseluruhan, baik itu
mengenai teori maupun mengenai  praktek.
Dengan berpijak pada pandangan tentang kedudukan filsafat dan filsafat
pendidikan Pancasila sebagai filsafat terbuka, maka sikap konvergensi atau elektif
inkorpatif terhadap filsafat atau filsafat pendidikan yang berasal dari luar perlu
dikembangkan. Dengan mempelajari filsafat dan filsafat pendidikandari luar pad
hakekatnya adalah upaya untuk memperkaya atau meperkuat substansi dari pada
filsafat pendidikan telah berada pada peringkat lanjut. Roh dan Jiwa Undang-
Undang Dasar 1945 harus mendaqsari landasan praksis dan praktik pendidikan.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar  1945 telah dijelaskan nyata arah dan
tujuan pendidikan yakni : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harapan ini
didukung oleh batang tubuh dan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan bahwa pemerintah akan melaksanakan pendidikan bermutu bagi
setiap warga negara dan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
minimal sampai pada tingkat pendidikan dasar. Tujuaan pendidikan semakin
diperjelas dan dipertegas substansi dan arahnyayakni menjadikan manusia yang
cerdas, berbudi luhur berakhlak mulia dan lainnya.
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah
sebagai bagian dari fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan
perlu mengetengahkan tentang konsep-konsep dasar pendidikan.Pendidikan di
Indonesia teraktualisasi dengan berdasar pada praksis dan praktik.Praksis sebagai
acuan yang didasarkan pada landasan yang tersusun dalam bentuk kebijakan
dalam pelaksanaan pendidikan.Hal ini sekaligus sebagai acuan yang harus
dipedomi dalam praktek pelaksanaan pendidikan.Pancasial dan UUD 1945 dan
undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan terhadap pelaksanaan
pendidikan.Hal ini menjadikan pancasila ,atau khususnya filsafat pancasila
mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan,dan nilai-nilai serta
norma-norma pancasila dan UUD 1945 itu melingkupi pendidikan secara
keseluruhan,baik itu mengenai toeri maupun mengenai praktek
pendidikan(Edward Purba dan Yusnadi.2015:14)
Nuansa serta tekanan permasalahan dari waktu ke waktu dapat
berbeda,sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dalam telaah pendidikan
serta filsafat pendidikan.Kalau dewasa ini persoalan yang selalu nampak adalah
berkaitan dengan karakter atau perilaku manusia yang tidak sesuai dengan harkat
dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Mulia,misalnya,maka
sudah sewajarnyalah bila studi tentang filsafat pendidikan dan oraksis serta
praktek pelaksanaan pendidikan(Edward Purba dan Yusnadi,2015:15)

2.4 Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan

Menurut James S.Ross bahwa filsafat dan pendidikan pada hakikatnya


merupakan hal yang satu.Seperti kedua sisi dari satu mata uang.Filsafat
merupakan segi pemikirannya dan pendidikan merupakan segi dinamisnya.

Artinya bahwa filsafat mencakup nilai yang dijunjung dan merupakan


pedoman perbuatan.Baik pedoman perbuatan ini dilaksanakan dalam sikap sehari-
hari maupun dalam hal mendidik.Jadi,bila nilai-nilai yang dimiliki itu betul-betul
merupakan kepercayaan yang vital,maka nilai-nilai itulah yang dijadikan dasar
dan pedoman bagi segala perbuatan termasuk mendidik.Dengan kata lain
perbuatan mendidik merupakan realisasai dari nilai-nilai yang dimilikinya.

Sudah merupakan pandangan atau pemahaman umum bahwa filsafat yang


dijadikan pandangan hidup oleh seseorang atau suatu masyarakat bahkan suatu
bangsa merupakan asas atau pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan
kehidupan orang atau masyarakat tersebut atau bangsa itu sendiri, termasuk
didalamnya bidang pendidikan. Segala usahan atau aktifitas yang dilakukan
dengan mempedomani filsafat yang dianutnya.
Pandangan filsafat pendidikan sama pernannya dengan landasan filosofis
yang menjiwai seluruh kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Antara filsafat dan
pendidikan terdapat kaitan yang sangat erat. Filsafat mencoba merumuskan citra
tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan
citra tersebut. Formula tentang hakekat dan martabat manusia serta
masyarakat terutama di Indonesia dilandasi oleh filsafat yang dianut bangsa
Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari segala gagasan
mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari agama
sumber yang menadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan
dalam pendidikan dan pembelajaran(M.Sukardjo dan Ukim
Komaruddin,2009:87).

Bagan skematis

Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan

Filsafat Filsafat Pendidikan

Metafisika

 Filsafat kenyataan(theory of  Dasar-dasar pendidikan;tujuan


reality);hakikat kenyataan alam hakikat mutlak(altimate aims);tujuan
semesta(kosmologi,ontology) hakikat manusia = tujuan analitis(antropogi
metafisika)tujuam hakikat pendidikan.
Etika

 Filsafat moral  Tujuan intermidit(intermediate


kesusilaan(theory of aims),tujuan etis normative,tujuan
moral)aksiologi(axiology);theory of normative operasional,isi moral
value),teori nilai-nilai estetika dan pendidikan,nilai-nilai spiritual etis,nilai-
etika nilai pendidikan.
Logika

 Epistemologi(theory of  Science of education;sistem


knowledge)=filsafat ilmu pendidikan;sistem
penetahuan;logika formal teoritis pendidikan(kepemimpinan,metode,organisa
dan logika materil si dan politik pendidikan);behavioural
praktis(instrumental dan simbolis) pattern = pola-pola tingkah laku perbuatan
dalam rencana pelajaran terurai;the art of
education.
(H.Burhanuddin Salam,2011:42)
Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka
dikupaslahantara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep
mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi
pendidik. Disamping itu, pengalaman pendidik dalam menuntut pertumbuhan
dan perkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan dengan realita.
Semuanya itu dapat disampaikan
kepada    filsafat    untuk   dijadikan bahan    pertimbangan   dan   tinjauan   untuk 
memperkembangkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat
pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
2. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus,
mempersatukan dan mengkoordinasikannya
3. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan
tetapi sudut pandangannya berlainan (Burhanuddin Salam,2011:66)

Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan


filsafat pendidikan, dalam hal ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya
melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat
pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk
mencapai kebijakan dankearifan. Sedangkan filsafat pendidikan merupakan
ilmu yang pada hakekatnya jawab dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam
lapangan pendidkan. Oleh karena berisfat filosofis, dengan sendirinya filsafat
pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap
lapangan pendidikan.Filsafat pendidikan sudah seharusnya dipelajari dan didalami
oleh setiap orang yang memperdalam ilmu pendidikan, terlebih mereka yang
memilih profesi sebagai tenaga pendidik. Ada beberapa alasan yang mendasarnya
antara lain;
1. Adanya problema-problema pendidikan dari zaman ke zaman yang
menjadi perhatian para ahli masing masing. Pendidikan adalah usaha
manusia untuk meningkatkan kesejathteraan lahir dan batin masyarakat
dan bangsa. Banyak tulisan yang dihasilkan oleh para ahli pikir, dan tidak
jarang gagasan ahli yang satu mempengaruhi gagasan ahli-ahli yang lain.
Corak gagasan yang berlandaskan filsafat sering timbul dari ahli-pikir ini.
Hal ini masuk dalam lapangan filsafat pendidikan.
2. Dapatlah diperkirakan  bahwa bagi barang siapa yang mempelajari filsafat
pendidikan dapat mempunyai pandangan pandangan yang jangkauannya
melampaui hal-hal yang diketemukan secara eksperimental dan empirik.
Maka dari itu filsafat pendidikan dapat diharapkan merupakan bekal untuk
meninjau pendidikan beserta masalah-masalahnya secara kritis.
3. Dapat terpenuhi tuntutan intelektual dan akademik dengan landasan asas
bahwa berfilsafat adalah berfikir logis yang nuntut teratur dan kritis, maka
berfilsafat pendidikan mempunyai kemampuan semacam itu.

Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran sebagai hasil pengkajian


secara teratur dan mendalam yang menyelaraskan dan mengharmonisasikan dana
menerangkan nilai-nilai dan tujuan kesatuan yang utuh antara filsafat,filsafat
pendidikan,dan pengalaman mnusian atau pendidikan.Filsafat menemukan ide-
ide,nilai-nilai,dan cita-cita yang lebih baik dan pendidikan merupakan kegiatan
untuk merealisasikan ide-ide menjadi kenyataan berupa tingkah laku,perbuatan
bahkan membina perilaku manusia(Edward Purba dan Yusnadi,2015:16).
Dari uraian tersebut,dapat dikatakan bahwa hubungan fungsional antara filsafat
dan teori pendidikan adalah:

1. Filsafat alam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai
dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikan oleh para ahli.
2. Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada
menurut aliran filsafat tertentu yang memilki relevansi dengan kebutuhan
yang nyata.
3. Filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan,mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam mengembangkan teori-teori
pendidikan menjadi ilmu pendidikan(Jalaluddin,1997:23).
Dari penjelasan tersebut bahwa ada kaitan yang sangat kuat antara filsafta
dan filsafat pendidikan bahwa filsafat merupakan segi pemikirannya dan filsafat
pendidikan merupakan segi dinamisnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Filsafat pendidikan itu adalah usaha-usaha untuk memahami sedalam-


dalamnya hakikat pendidikan dari berbagai segi seperti eksistensi,fungsi,ciri-
ciri,kegunaan,pelaku,hasil-hasil,tujuan,kurikulum,masalah-masalah serta cara-cara
memecahkan masalah ituSubstansi Filsafat Pendidikan kedudukan dalam jajaran
ilmu pengetahuan adalah sebagai bagian dari fundasi- fundasi pendidikan. Berarti
bahwa filsafat pendidikan perlu menengahkan tentang konsep-konsep dasa
pendidikan.
Filsafat pendidikan sebagai mana cabang filsafat lainnya mencakup
sekurang-kurangnya tiga cabang utama dari filsafat yakni,ontologo,epistomologi
dan aksiologi.Dapat dikatakan bahwa ontology membicarakan tatanan dan
struktur kenyataan dalam arti yang luas.Atas dasar pengertian dari ontologi
tersebut,maka pandangan ontology dari pendidikan adalah manusia,makhluk
mulia,potensi,interaksi,budaya dan lingkungan.
Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem barasal dari bahasa Yunani
yaitusystema yang berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti
“system, susunan, jaringan, cara”. System juga diartikan “suatu strategi, cara
berpikir atau model berpikir”.Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan
suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang
dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya
agar anak tersebut mencapai kedewasaan.

Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-


fundasi pendidikan. Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan
konsep-konsep dasar pendidikan. Di Indonesia sendiri Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 dan undang-undang pendidikan merupakan dasar atau
landasan utama terhadap pelaksanaan pendidikan. Hal ini yang menjadikan
Pancasila, atau khususnya Filsafat Pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam
wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta norma-norma Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 itu melingkupi pendidikan secara keseluruhan, baik itu
mengenai teori maupun mengenai  praktek.
Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
4. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat
pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
5. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus,
mempersatukan dan mengkoordinasikannya
Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan. Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan
persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan
logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi.
Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran
kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat
pendidikan.

3.2 Saran

Menyadari peran penting pendidikan, maka langkah pertama yang harus


dilakukan adalah memahami terlebih dahulu filsafat dan hakikat filsafat
pendidikan.Pemahaman tersebut akan menyebabkan kita memahami
peran,mendudukkannya,dan menilai pendidikan secara proporsional.
DAFTAR PUSTAKA

Arthur,K.Ellis dkk.1986.Introduction to The Foundation of Education.New


Jersey:Prentice Hall

Bacon,F.1605.The Advencement of Learning.Chicago:Encyclopedia Britania

Brubacher.1950.Modern Philosophyes of Education.New York:Mac Graw Hill


Book Company

Carter V.Good.1959.Dictionary of Education.New York:Grew Hill Book

D,Emile.1991.Filsafat dan Ideologi(Terjemahan).Jakarta:Amartapura

Gajalba,Sidi.1973.Sistematika Filsafat,Buku I.Jakarta:Bulan Bintang

Harun,Hadiwijono.1980.Sari Sejarah Filsafat 2.Yogyakarta:Yayasan Kanisius

Immegart,Glenn L.1972.An Introduction to System For to Educational


Administrator.California:Addison Wesley Publishing Company

Jalaluddin,H.2001.Teologi Pendidikan.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada

McAshan,Hildreth.Hoke.1983.Comprehensive Planning For School


Administration.USA:Advocate Publishing Group

Pidarta,Made.2007.Landasan Kependidikan(Stimulis Ilmu Pendidikan Bercorak


Indonesia).Jakarta:Rineka Cipta

Purba,Edward.dan Yusnadi.2015.Filsafat Pendidikan.Medan:Unimed Press

Salam,B.2011.Pengantar Pedagogik(Dasar-Dasar Ilmu Mendidik).Jakarta:Rineka


Cipta

Sukardjo,M.dan Komaruddin,Ukim.2009.Landasan Pendidikan,Konsep dan


Aplikasinya.Jakarta:RajaGrafindo Persada

Sutisna,Oteng.1990.”Filsafat dan Ilmu Pendidikan”,Jurnal Pendidikan.Nomor


4,Tahun IX,Desember

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai