Anda di halaman 1dari 19

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum

Dosen Pengampu :
Dr. Siti Mariah, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
Dhea Ayu Sagitha (2017007114)
Sukma Suprihatin N (2017007115)
Andhy Kamesa Putra (2017007116)
Sinta Sekar Pratiwi (2017007124)
Maharani Dyah S (2017007139)

PKK 4D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2018
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Kurikulum sebagai rancangan sekaligus kendaraan pendidikan
mempunyai peran yang sangat signifikan dan berkedudukan sentral
dalam seluruh kgiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan
hasil pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam dunia
pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, penyusunan
kurikulum tidak dapat dikerjakan secara sembarangan saja.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat,
yang didasarkan oleh hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam
dan sesuai dengan tantangan zaman. Karena kurikulum ibarat sebuah
rumah yang harus mempunyai pondasi agar dapat berdiri tegak, tidak
rubuh dan dapat memberikan kenyamanan bagi yang tinggal di
dalamnya, pondasi tersebut ialah landasan-landasan untuk kuriulum
sebagai rumahnya, agar bisa memberikan kenyamanan dan kemudahan
bagi peserta didik untuk menuntut ilmu dan menjadikannya produk yang
berguna bagi dirinya sendiri, agama, masyarakat dan negaranya. Bila
landasan rumahnya lemah, maka yang ambruk adalah rumahnya
sedangkan jika landasan kurikulum yang lemah dalam pendidikan maka
yang ambruk adalah manusianya.
Robert S. Zais (1976) mengemukakan empat landasan pokok
pengembangan kurikulum, yaitu: Philosophi and the nature of knowledge,
society and culture, the individual, and learning theory. Dengan
berpedoman pada empat landasan tersebut, maka perancangan dan
pengembangan suatu bangunan kurikulum yaitu pengembangan tujuan
(aims, goals, objective), pengembangan isi/ materi (content),
pengembangan proses pembelajaran (learning activities), dan
pengembangan komponen evaluasi (evaluation), harus didasarkan pada
landasan filosofis, psikologis, sosiologis, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK).
Oleh karena itu, penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak
bisa dilakukan secara sembarangan, dibutuhkan berbagai landasan yang
kuat agar mampu dijadikan dasar pijakan dalam melakukan proses
penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya
sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.
2. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan landasan filosofis?
b. Apa yang dimaksud dengan landasan psikologis?
c. Apa yang dimaksud dengan landasan ekonomis?
d. Apa yang dimaksud dengan landasan sosiologis?
e. Apa yang dimaksud dengan landasan ilmu pengetahuan dan
teknologi?
3. Tujuan
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan landasan filosofis
b. Mengetahui apa yang dimaksud dengan landasan psikologis
c. Mengetahui apa yang dimaksud dengan landasan ekonomis
d. Mengetahui apa yang dimaksud dengan landasan sosiologis
e. Mengetahui apa yang dimaksud dengan landasan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah proses dimulai dari perencanaan
dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum
developer) menjadi kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang
dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional sampai kepada evaluasinya.
Kurikulum menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan tidak jalan ditempat, akan berkembang sesuai peradaban
zaman. Artinya, kurikulum senantiasa dikembangkan agar sesuai dengan
laju perkembangan ilmu pengetahuan tekhnologi. Pengertian kurikulum
menjadi lebih luas dan berkembang mengikuti perkembangan zaman
tersebut. Namun perbedaan dalam memaknai kurikulum tidak menjadi
masalah terhadap pencapaian tujuan pendidikan, apabila pengembangan
kurikulum didasarkan pada landasan dan prinsip-prinsip yang
mendasarinya. Perwujudan prinsip, aspek dan konsep terletak pada guru,
maka dari itu guru harus memahami hal yang sangat mendasar dari
kurikulum dan pengembangannya. Sehingga guru mempunyai tanggung
jawab terhadap tercapainya tujuan kurikulum.
2. Landasan Pengembangan Kurikulum
a. Landasan filosofis
Secara harfiah filsafat berarti “cinta akan kebijakan” (love of
wisdom), untuk mengerti dan berbuat secara bijak, ia harus memiliki
pengetahuan, dan pengetahuan yang diperoleh melalui proses
berpikir, yaitu berpikir secara mendalam, logis dan sistematis. Dalam
pengertian umum filsafat adalah cara berpikir secara radikal,
menyeluruh dan mendalam (socrates) atau cara berpikir yang
mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Plato menyebut filsafat
sebagai ilmu pengetahuan tentang kebenaran.
Adapun yang dimaksud dengan landasan filosofis dalam
pengembangan kurikulum ialah asumsi-asumsi atau rumusan yang
didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analitis, logis dan
sistematis (filosofis) dalam merencakan, melaksanakan, membina dan
mengembangankan kurikulum. Penggunaan filsafat tersebut baik
dalam pengembangan, kurikulum dalam bentuk program (tertulis),
maupun kurikulum dalam bentuk pelaksanaan (operasional) di
sekolah.
Berdasarkan luas lingkup yang menjadi objek kajiannya, filsafat
dapat dibagi dalam dua cabang besar, yaitu: 1) Filsafat Umum atau
Fisafat Murni, dan 2) Filsafat Khusus atau Filsafat Terapan.
Cabang Filsafat Umum terdiri atas:
1) Metafisika, membahas hakikat kenyataan atau realitas yang
meliputi (1) metafisika umum atau ontologi, dan (2) metafisika
khusus yang meliputi kosmologi (hakikat alam semesta), teologi
(hakikat ketuhanan) dan antrofologi filsafat (hakikat manusia).
2) Epistemologi dan logika, membahas hakikat pengetahuan
(sumber pengetahuan, metode mencari pengetahuan, kesahihan
pengetahuan, dan batas-batas pengetahuan); dan hakikat
penalaran (induktif dan deduktif).
3) Aksiologi, membahas hakikat nilai dengan cabang-cabangnya
etika (hakikat kebaikan), dan estetika (hakikat keindahan).
Cabang-cabang filsafat khusus atau filsafat terapan,
pembagiannya didasarkan pada kekhususan objeknya antara lain:
filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat ilmu, filsafat religi, filsafat
moral, filsafat ilmu, dan filsafat pendidikan.
Cabang-cabang filsafat khusus atau filsafat terapan,
pembagiannya didasarkan pada kekhususan objeknya antara lain:
filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat ilmu, filsafat religi, filsafat moral,
filsafat ilmu, dan filsafat pendidikan.
1) Klasifikasi Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan
pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan. Menurut Redja Mudyahardjo (1989), terdapat tiga
sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam
pemikiran pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu: filsafat
Idealisme, Realisme dan filsafat Fragmatisme.
Filsafat akan menentukan arah kemana peserta didik akan
dibawa, filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi
dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh
karena itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok
masyarakat tertentu termasuk yang dianut oleh perorangan
sekalipun akan sangat mempengaruhi terhadap pendidikan yang
ingin direalisasikan.
a) Landasan Filosofis Pendidikan Idealisme
Menurut filsafat idealisme bahwa kenyataan atau
realitasnya pada hakikatnya adalah bersifat spiritual daripada
bersifat fisik, bersifat mental daripada material. Dengan
demikian menurut filsafat idealisme bahwa manusia adalah
makhluk spiritual, makhluk yang cerdas dan bertujuan. Pikiran
manusia diberikan kemampuan rasional sehingga dapat
menentukan pilihan mana yang harus diikutinya.
Berdasarkan filsafat idealisme bahwa tujuan pendidikan
harus dikembangkan pada upaya pembentukan karakter,
pembentukan bakat insani dan kebajikan sosial sesuai dengan
hakikat kemanusiaannya. Dengan demikian tujuan pendidikan
dari mulai tingkat pusat (ideal) sampai pada rumusan tujuan
yang lebih operasional (pembelajaran) harus merefleksikan
pembentukan karakter, pengembangan bakat dan kebajikan
sosial sesuai dengan fitrah kemanusiaannya.
Isi kurikulum atau sumber pengetahuan dirancang untuk
mengembangkan kemampuan berpikir manusia, menyiapkan
keterampilan bekerja yang dilakukan melalui program dan
proses pendidikan secara praktis. Implikasi bagi para pendidik,
yaitu bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi terselenggaranya pendidikan. Pendidik harus
memiliki keunggulan kompetitif baik dalam segi intelektual
maupun moral, sehingga dapat dijadikan panutan bagi peserta
didik.
b) Landasan Filosofis Pendidikan Realisme
Filsafat realisme dapat dikatakan kebalikan dari filsafat
idealisme, dimana menurut filsafat realisme memandang bahwa
dunia atau realitas adalah bersifat materi. Dunia terbentuk dari
kesatuan yang nyata, substansi dan material, sedangkan
menurut filsafat idealisme memandang bahwa realitas atau
dunia bersifat mental, spriritual. Menurut realisme bahwa
manusia pada hakikatnya terletak pada apa yang dikerjakan.
Mengingat segala sesuatu bersifat materi maka tujuan
pendidikan hendaknya dirumuskan terutama diarahkan untuk
melakukan penyesuaian diri dalam hidup dan melaksanakan
tanggung jawab sosial. Oleh karena itu kurikulum jika
didasarkan pada filsafat realisme harus dikembangkan secara
komprehensif meliputi pengetahuan yang bersifat sains, sosial
maupun muatan nilai-nilai. Isi kurikulum lebih efektif
dirganisasikan dalam bentuk mata pelajaran karena memiliki
kecenderungan berorientesi pada mata pelajaran (subject
centered)
Implikasi bagi para pendidik terutama bahwa peran
pendidik diposisikan sebagai pengelola pendidikan atau
pembelajaran. Untuk itu pendidik harus menguasai tugas-tugas
yang terkait dengan pendidikan khususnya dengan
pembelajaran, seperti penguasaan terhadap metode, media,
dan strategi serta teknik pembelajaran.
c) Landasan Filosofis Pendidikan Fragmatisme
Filsafat fargmatisme memandang bahwa kenyataan
tidaklah mungkin dan tidak perlu. Kenyataan yang sebenarnya
adalah kenyataan fisik, plural dan berubah (becoming). Manusia
menurut fragmatisme hasil evolusi biologis, psikologis dan
sosial. Manusia lahir tanpa dibekali oleh kemampuan bahasa,
keyakinan, gagasan atau norma-norma.
Nilai baik dan buruk ditentukan secara eksperimental
dalam pengalaman hidup, jika hasilnya berguna maka tingkah
laku tersebut dipandang baik. Oleh karena itu tujuan pendidikan
tidak ada batas akhirnya, sebab pendidikan adalah
pertumbuhan sepanjang hayat, proses rekonstruksi yang
berlangsung secara terus menerus.
Implikasi terhadap pengembangan isi atau bahan dalam
kurikulum ialah harus memuat pengalaman-pengalaman yang
telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
b. Landasan Psikologis
Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu, yaitu
antara peserta didik dengan pendidik dan juga antara peserta didik
dengan orang-orang yang lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk
lainnya seperti binatang, benda dan tumbuhan karena salah satunya
yaitu kondisi psikologis yang dimilikinya. Benda dan tanaman tidak
mempunyai aspek psikologis. Sedangkan binatang tidak memiliki taraf
psikologis yang lebih tinggi dibanding manusia yang juga memiliki
akal sebagai titik pembeda di antara keduanya.
Kondisi psikologis merupakan “karakteristik psiko-fisik seseorang
sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku
dalam interaksi dengan lingkungan”. Perilaku-perilakunya merupakan
manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun
yang tidak tampak, prilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi
yang berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan
bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta
didik belajar. Atas dasar itu terdapat dua cabang psikologi yang
sangat penting diperhatikan dan besar kaitannya dalam
pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan
psikologi belajar.
1) Psikologi Perkembangan
Menurut J.P. Chaplin (1979) Psikologi perkembangan dapat
diartikan sebagai “…that branch of psychology which studies
processes of pra and post natal growth and the maturation of
behavior.” Artinya, “psikologi perkembangan merupakan cabang
dari psikologi-psikologi yang mempelajari proses perkembangan
individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut
kematangan prilaku”. Melalui kajian tentang perkembangan peserta
didik diharapkan pendidikan dapat berjalan sesuai dengan
karakteristik peserta didik serta kemampuannya, materi atau bahan
pelajaran apa saja yang sesuai dengan umur, bakat serta
kemampuan daya tangkap peserta didik begitu juga dengan cara
penyampainnya dengan berbagai metode yang dapat diterima
dilihat dari sisi psikologis tiap peserta didik.
Dikenal ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan
individu, yaitu pendekatan pentahapan (stage approach),
pendekatan diferensial (differential approach), dan pendekatan
ipsatif (ipsative approach). Menurut pendekatan pentahapan,
perkembangan individu berjalan melalui tahap – tahap
perkembangan. Setiap tahap perkembangan mempunyai
karakteristik tertentu yang berbeda dengan tahap yang lainnya.
Pendekatan diferensial melihat bahwa individu memiliki persamaan
dan perbedaan. Atas dasar perbedaan dan persamaan tersebut
individu dikategorikan dalam kelompok-kelompok yang berbeda.
Seperti pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ras, agama,
status sosial-ekonomi dan lain sebagainya. Kedua pendekatan itu
berusaha untuk menarik atau membuat generalisasi yang berlaku
untuk semua individu. Dalam kenyataannya seringkali ditemukan
adanya sifat-sifat individual, yang hanya dimiliki oleh seorang
individu dan tidak dimiliki oleh yang lainnya. Pendekatan yang
berusaha melihat karakteristik individu-individu inilah yang
dikelompokan sebagai pendekatan isaptif.
Dalam pendekatan pentahapan dikenal dua variasi. Pertama,
bersifat menyeluruh mencakup segala segi perkembangan, seperti
perkembangan fisik, dan gerakan motorik, social, intelektual, moral,
emosional, religi, dan sebagainya. Kedua, pendekatan yang
bersifat khusus mendekripsikan salah satu segi atau aspek
perkembangan saja. Dalam pendekatan secara menyeluruh di
kenal tahap-tahap perkembangan, banyak ilmuan yang
mengadakan penilitian akan tahap-tahap perkembangan manusia
dari segi psikologinya.
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, Syamsu
Yusuf (2005:23), menegaskan bahwa penahapan perkembangan
yang digunakan sebaiknya bersifat efektif, artinya tidak terpaku
pada suatu pendapat saja tetapi bersifat luas untuk meramu dari
berbagai pendapat yang mempunyai hubungan erat. Atas dasar itu
perkembangan individu sejak lahir sampai masa kematangan dapat
digambarkan melewati fase-fase berikut:
Fase-Fase Perkembangan Individu
Tahap Perkembangan Usia
- Masa usia prasekolah 0-6 tahun
- Masa usia sekolah dasar 6-12 tahun
- Masa usia sekolah menengah 12-18 tahun
- Masa usia mahasiswa 18-25 tahun
Setiap tahap perkembangan memiliki karakteristik tersendiri,
karena terdapat dimensi-dimensi perkembangan tertentu yang
lebih dominan dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya.
2) Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan studi tentang bagaimana individu
belajar, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai perubahan
tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubaha
tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif maupun
psikomotorik terjadi karena proses pengalaman yang selanjutnya
dapat dikatakan sebagai perilaku belajar. Perubahan-perubahan
perilaku yang terjadi karena instink atau karena kematangan serta
pengaruh hal-hal yang bersifat kimiawi tidak termasuk belajar.
Intinya adalah, bahwa psikologi sangat membantu para guru dalam
merancang sebuah kegiatan pembelajaran khusunya untuk
pengembangan kurikulum.
Menurut P. Hunt, ada tiga keluarga atau rumpunan teori belajar
yang dibahas dalam psikologi belajar, yaitu teori disiplin mental,
teori behaviourisme dan teori cognitif Gestald Field.
a) Teori disiplin mental
Menurut teori ini bahwa dari sejak kelahirannya atau
secara herediter, seorang anak telah memiliki potensi-potensi
tertentu. Menurut teori ini belajar adalah merupakan upaya
untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut.
b) Teori behaviorisme
Teori ini berpijak pada sebuah asumsi bahwa anak atau
individu tidak memiliki atau tidak membawa potensi apa-apa dari
kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor
yang berasal dari lingkungan, seperti lingkungan sekolah,
masyarakat, keluarga, alam, budaya, religi, dan sebagainya.
c) Teori kognitif gestald field
Menurut teori ini, belajar adalah proses pengembangan
insight atau pemahaman baru atau mengubah pemahaman
lama. Pemahaman tersebut terjadi apabila individu menemukan
cara baru dalam menggunakan unsur-unsur yang ada dalam
lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri.Gestalt Field
melihat bahwa belajar, merupakan perbuatan yang bertujuan,
eksploratif, imajinatif, dan kreatif. Pemahaman atau insight
merupakan citra dari perasaan tentang pola-pola atau
hubungan.

c. Landasan Sosiologis
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.
Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan
hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk
hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di
masyarakat. Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan
pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan
masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan
budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia –
manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi
justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu
membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi,
maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan,
kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di
masyakarakat. Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki
sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan
pola hubungan antar anggota masyarakat.
Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah
tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku
para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari
agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya. Sejalan
dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga
masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap
tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat. Israel
Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa
melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut
serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa
yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan
sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan
pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik
dalam konteks lokal, nasional maupun global.
Kurikulum dan Perkembangan Iptek
Ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya adalah hasil
kebudayaan manusia. Pengaruh dari perkembangan iptek ini cukup
luas, meliputi segala bidang kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial
budaya, keagamaan, keamanan dan pendidikan. Perkembangan
industri mempunyai hubungan timbal balik dengan pendidikan.
Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-
alat hasil industri seperti televisi, radio, vidio, dan alat-alat lainnya.
Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa
menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin
pesat terutama perubahan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara langsung akan menjadi isi atau materi pendidikan.
Sedangkan secara tidak langsung perkembangan Iptek memberikan
tugas kepada pendidikan untuk membekali masyarakat dengan
kemampuan pemecahan masalah. Yang di hadapi sebagai pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga di manfaatkan
untuk memecahkan masalah pendidikan.

d. Landasan Ekonomis
Landasan ilmu ekonomi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber
dari faktor ekonomi yang menjadi sasaran belajar, yang menjadi titik
tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Landasan ekonomi dalam proses pengembangan kurikulum
haruslah memperhatikan aspek ekonomi masyarakat Indonesia pada
umumnya, tidak memberikan tuntutan tugas yang melebihi
kemampuan masyarakat tersebut yang berkenaan dengan faktor
ekonomi dalam sebuah kurikulum antara lain :
1) Pemberian tugas
tugas yang dibebankan pada peserta didik yang bersifat relevan
dan dapat di wujudkan tanpa memberatkan dari aspek ekonomi
2) Bahan ajar
bahan ajar bagi guru disusun dan disetting sedemikian rupa (
lengkap dari segi isi, sesuai dengan kebutuhan siswa) dengan
meminimalisir biaya produksi
3) Media
Penggunaan media yang dituntut dalam sebuah kurikulum harus
sesuai dengan kebutuhan siswa, dan pengelolaan media tersebt
dianggap tidak memberatkan bagi semua pihak yang terkait
didalamnya.
Peranan ekonomi dalam dunia pendidikan cukup menentukan
tetapi bukan pemegang peranan utama. Dunia pendidikan adalah
lembaga yang berkewajiban mengembangkan individu manusia,
sudah tentu pendidikan itu tidak akan membawa peserta didik kearah
hidup yang menyusahkan walaupun dapat mencari uang banyak.
Fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran
proses pendidikan, disini peran ekonomi dalam sekolah juga
merupakan salah satu bagian dari sumber pendidikan yang membuat
anak mampu mengembangkan kognisi, afeksi, psikomotor untuk
menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakan lapangan
kerja sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain sebagai
penunjang proses pendidikan ekonomi pendidikan juga berfungsi
sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan
manusia. Kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas pada :
a) Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat
sendiri atau bersama siswa.
b) Membiayai segala perlengkapan gedung.
c) Membayar jasa semua kegiatan pendidikan.
d) Untuk mengembangkan individu yang berprilaku ekonomi.
e) Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia
pendidikan
f) Meningkatkan motivasi kerja.
g) Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja
Dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas, oleh karena itu ada
kewajiaban lembaga pendidikan untuk memperbanyak Sumber-
sumber dana pendidikan yang mungkin bisa diperoleh di antaranya:
a). Dari pemerintah dalam bentuk proyek pembangunan, penelitian
dan sebagainya; b). Kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah,
swasta maupun dunia usaha. Kerja samanya dalam bidang penelitian,
pengabdian pada masyarakat; c). Membentuk pajak pendidikan.
Program ini bisa dirancang bersama antara lembaga pemerintah
setempat dan masyarakat, dengan cara ini bukan saja orang tua
siswa yang membayar dana pendidikan tetapi semua masyarakat; f).
Usaha-usaha lainya.
Menurut jenisnya biaya pendidikan terdiri dari :
(1) Dana Rutin, adalah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin
seperti gaji. Dan dipertanggungjawabkan dengan SPJ (surat
Pertanggungjawaban) yang disertai dengan bukti-bukti
pembayaran yang sah.
(2) Dana Pembangunan, adalah dana yang dipakai membiayai
pembangunan-pembangunan dalam berbagai bidang juga
dipertanggungjawabkan dengan SPJ (Surat Pertanggungjawaban)
yang disertai dengan bukti-bukti pembayaran yang sah.
(3) Dana Bantuan Masyarakat, adalah dana yang digunakan untuk
membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana
pembangunan. Dan dipertanggungjawabkan dalam laporan yang
disertai bukti-bukti pembayaran yang sah pada wakil-wakil
masyarakat.
Tiga macam perencanaan biaya pendidikan adalah :
(a) Perencanaan secara tradisional
(b) SP4 (Sistem Perencanaan Penyususnan Program dan
Penganggaran). Alokasi dana diatur atas dasar realita.
(c) ZBB (Zero Base Badgeting) hanya direncanakan satu tahun
anggaran dan tiap-tiap kegiatan ditentukan biaya minimumnya

e. Landasan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi


1. Pengertian
Dalam bahasa Indonesia, kata ilmu sering diidentikakan
dengan science yang berarti ilmu, bahkan sering disatukan
dengan kata pengetahuan, menjadi ilmu pengetahuan.
Pengetahuan adalah seperangkat objek tertentu yang diketahui
individu. Pengetahuan dan pengalaman akan menjadi ilmu
pengetahuan jika pengetahuan itu disusun secara sistematis,
menggunakan pola berpikir logis.
Teknologi pada hakikatnya adalah penerapan ilmu
pengetahuan (technology is application of science). Teknologi
memegang peranan penting dalam kehidupan budaya manusia.
Salah satu indikator kemajuan peradaban manusia dapat diukur
dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknologi banyak
digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Tujuannya adalah
untuk menciptakan suatu kondisi yang efektif, efisien, dan sinergis
terhadap pola perilaku manusia.
2. ImplikasiIlmu Pengetahuan danTeknologi dalam
Pengembangan Kurikulum.
a) Pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik untuk
lebih banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan
perkembangan zaman dan karakteristik masyarakat Indonesia.
b) Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan
peserta didik untuk mengenali dan merevitalisasi produk
teknologi yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi itu sendiri.
c) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berimplikasi
terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya
mencakup pengembangan isi atau materi pendidikan,
penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta
penggunaan sistem evaluasi. Ini secara tidak langsung
menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta
didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang
dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
pendidikan.
3. Dampak Ilmu Pengetahuan danTeknologi terhadap
Pengembangan Kurikulum.
Dalam setiap perkembangan atau kemajuan, pasti selalu ada
dampak yang timbul, baik itu dampak positif maupun negatif.
Begitu juga dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pasti memberikan dampak terhadap pengembangan
kurikulum. (sumber: Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarata: PT Bumi Aksara.)
a) Dampak Positif
1) Pembelajaran Jarak Jauh
Masyarakat Indonesia sudah banyak memanfaatkan
produk teknologi dalam pendidikan, seperti computer,
internet, dan mesin hitung Internet merupakan salah satu
bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat membantu kehidupan manusia, terutama dalam
bidang pendidikan.
2) Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang
memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
Dengan kemajuan teknologi terciptalah metode-
metode baru yang membuat siswa mampu memahami
materi-materi. Misalnya saja seperti penggunaan LCD
proyeksi dalam pembelajaran yang dapat membuat metode
pembelajaran menjadi lebih menarik.
3) Lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat
dan terbaru di bumi bagian manapun melalui Internet.
Internet dapat digunakan sebagai alat yang efektif untuk
memperoleh pengetahuan.
4) Teknologi menawarkan media audio-visual yang interaktif
pada proses pembelajaran. Presentasi PowerPoint dan
perangkat lunak animasi dapat digunakan untuk
memberikan informasi kepada siswa secara interaktif. Efek
visual yang diberikan membuat siswa lebih tertarik untuk
belajar. Selain itu, software ini berfungsi sebagai alat bantu
visual untuk para guru dan memfasilitasi siswa untuk
melihat informasi secara lebih jelas. Media Interaktif telah
terbukti bermanfaat dalam meningkatkan tingkat
konsentrasi siswa.
b) Dampak Negatif
1) Penyalahgunaan teknologi dan yang lainnya adalah
pengetahuan untuk melakukan tindak kriminal dan tidak
dibenarkan.
2) Menurunnya motivasi dan prestasi belajar serta
berkurangnya jumlah jam belajar para remaja saat ini karen
teknologi contohnya rela membolos saat jam sekolah demi
bermain game di warnet-warnet kesayangannya.
3) Televisi merupakan salah satu kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menampilkan informasi,
hiburan, serta banyak hal-hal menarik lainnya. Namun, segi
negatif yang lain dari media sepertih televisi untuk
pendidikan anak adalah, kecenderungan anak untuk
mengadakan peniruan dan identifikasi.

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana,
pengalaman maupun kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya
harus mengacu atau menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar
kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan
pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional yang telah digariskan dalam UU no. 20 tahun 2003.
Dari setiap landasan pengembangan kurikulum yang telah dibahas
dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa begitu pentingnya
suatu landasan dalam sebuah kurikulum, karena kurikulum adalah
sebuah rencana pendidikan, diperlukan landasan yang sangat akurat.
Agar nantinya bisa membantu dalam pengembangan dan kemajuan
proses pendidikan serta tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Oleh karena itu landasan yang digunakan untuk mengembangkankan
kurikulum harus dicari dengan seleksi yang ketat agar menghasilkan
landasan yang kuat dan tepat. Pemahaman dan cara implementasi yang
tepat adalah awal yang baik untuk menajalankan kurikulum. Karena
kerugian pendidikan sangat besar jika kurikulum tersebut tidak dilakukan
dengan baik. Peran kurikulum ini sangat berpengaruh, jadi dibutuhkan
landasan yang kokoh dan kuat serta implementasinya yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
https://awnurul.wordpress.com/2016/12/14/landasan-landasan-yang-mendasari-
pengembangan-kurikulum/
diakses pada tanggal 12 maret 2019
https://suwilah.wordpress.com/2014/03/28/landasan-pengembangan-kurikulum-2/
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011-
AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Landasan_Kurikulum.pdf
https://www.dasarguru.com/landasan-pengembangan-kurikulum/
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011
-AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Landasan_Kurikulum.pdf
Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarata: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai